TIM TEKNIS
NARASUMBER
Kepala Subdirektorat Pembinaan Teknis Rumah Swadaya, Direktorat Rumah Swadaya
Kepala Subdirektorat Wilayah I, Direktorat Rumah Swadaya
Kepala Subdirektorat Wilayah II, Direktorat Rumah Swadaya
Kepala Subdirektorat Wilayah III, Direktorat Rumah Swadaya
Ir. Niken Nawangsasi, M.T.
Musrifah, S.T., M.T.
Mariani, S.T., M.T.
Drs. Arbai, M.A.B.
Ir. Guratno Hartono, MBC
Ir. Hardi Simamora, MPL
Sri Maharani Dwi Putri, SH., MH.
Ir. Roch Dianto, Dipl.Soc., Sci., MM
Ir. Encep R. Marsadi
Diterbitkan Oleh:
Pusbangkom Jalan, Perumahan, dan PIW
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Bandung, Desember 2020
A. Latar Belakang
Setiap warga negara memiliki hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin,
dengan cara terpenuhi kebutuhan fisik dan rohaninya. Salah satu kebutuhan
dasar manusia adalah tempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
B. Deskripsi
Modul Pendataan dan Verifikasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) ini terdiri
dari 3 (tiga) materi pokok. Materi pokok pertama membahas tentang
Kebijakan Penyusunan dan Pemutakhiran Basis Data, yang terdiri dari
regulasi penyusunan dan penyediaan basis perumahan dan kawasan
permukiman, serta urgensi basis data PKP untuk Pemerintah Daerah dan
masyarakat. Materi pokok kedua membahas Data Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH), mencakup kriteria dan indikator RLH, serta jenis-jenis dan struktur
data. Terakhir, materi pokok ketiga membahas Mekanisme Pendataan dan
Verifikasi RTLH, mencakup metode pendataan, mekanisme pendataan,
mekanisme verifikasi, termasuk latihan pelaksanaan pendataan RTLH.
E. Waktu
Untuk mempelajari mata pelatihan Pendataan Rumah Tidak Layak Huni ini
dialokasikan waktu sebanyak 6 (enam) jam pelajaran.
1. Persyaratan
2. Metode
3. Alat Bantu/Media
a. LCD/projector
b. Laptop
d. Flip chart
e. Bahan tayang
g. Laser pointer
A. Indikator Keberhasilan
Selain itu, kegiatan dalam membangun basis data PKP harus di evalusi
setiap tahunnya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Hasil dari evaluasi
tersebut nantinya akan menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan
pemutakhiran data selanjutnya.
D. Rangkuman
Urgensi Basis Data PKP untuk Pemerintah Daerah dan Masyarakat antara
lain: a) tugas dan wewenang pemerintah; b) dasar dalam dalam
perencanaan yang responsif dan operasional; c) penentuan kebijakan; d)
peningkatan kinerja pemerintah; e) percepatan pencapaian penyediaan
E. Penilaian/Evaluasi
A. Indikator Keberhasilan
(Ambang batas)
21,6 60,0 72 – 90 200 28,8 60,0 72 – 90 200
7,2
(Indonesia)
27,0 60,0 72 – 90 200 36,0 60,0 72 – 90 200
9,0
(Internasional)
36,0 60,0 – – 48,0 60,0 – –
12,0
a. Pencahayaan
Pencahayaan dalam rumah adalah pencahayaan dengan
menggunakan matahari sebagai sumber pencahayaan alami siang
hari, jika cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan. Kriteria
pencahayaan yang baik dalam rumah adalah:
(1) ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya; dan
(2) ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara
merata.
Penerangan yang cukup untuk ruang dalam rumah sekurang-
kurangnya seluas sepersembilan kali luas ruang, untuk siang hari
dan penerangan buatan disesuaikan dengan kebutuhan antara 10%
sampai dengan 20% dari luas bidang yang berhadapan dengan
ruang terbuka.
b. Penghawaan Udara
Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan
pada bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran
terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabila
terjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui
ruangan-ruangan, serta lubang-lubang pada bidang pembatas
dinding atau partisi sebagai ventilasi, dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas
lantai ruangan.
(2) Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara
yang mengalir keluar ruangan.
a. Pondasi
Secara umum sistem pondasi yang memikul beban kurang dari dua
ton (beban kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana
dapat dikelompokan kedalam tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi
langsung; pondasi setempat; dan pondasi tidak langsung. Ketentuan
pondasi adalah sebagai berikut:
(1) Kedalaman minimal 60 cm.
b. Sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi
bangunan. Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan
atas ke pondasi, sehingga beban yang tersalurkan setiap titik di
pondasi tersebar merata. Ketentuan sloof sebagai berikut:
(1) Besi tulangan utama minimal 10 mm;
(2) Tulangan begal 8 mm;
(3) Jarak antar begel 15 cm.
c. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom pada bangunan sederhana terdiri
dari 2 (dua) jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis. Ukuran
minimal 15 cm x 15 cm.
d. Ring Balok
Ring balok atau ring balk adalah struktur yang diletakkan di atas
pasangan batu dan bata. Fungsi ring balok adalah sebagai tumpuan
konstruksi atap dan sebagai pengikat pasangan dinding batu bata
bagian atas agar tidak runtuh. Ring balok yang umumnya digunakan
untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah ring balok dengan
lebar 15 cm dan panjang 20 cm.
e. Rangka Atap
Rumah sederhana sehat ini menggunakan atap pelana dengan
kuda-kuda kerangka kayu dengan kelas kuat dan awet II berukuran
5/10 atau yang banyak beredar di pasaran dengan ukuran sepadan.
Di samping sistem sambungan kuda-kuda tradisional yang selama
ini sudah digunakan dan dikembangkan oleh masyarakat setempat.
Dalam rangka mempercepat pelaksanaan pemasangan kerangka
kuda-kuda, disarankan menggunakan sistem kuda-kuda papan
paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan
2/10 dari kayu dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-
kudanya. Khusus untuk rumah tembok dengan konstruksi
pasangan, dapat menggunakan kuda-kuda dengan memanfaatkan
ampig tembok yang di sekelilingnya dilengkapi dengan ring-balok
konstruksi beton bertulang. Kemiringan sudut atap harus mengikuti
ketentuan sudut berdasarkan jenis penutup atap yang digunakan,
sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau minimal
200 untuk pertimbangan kenyamanan ruang di dalamnya.
Lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan
utilitas umum (PSU) adalah kumpulan rumah dalam berbagai bentuk
dan ukuran yang dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum
dengan penataan sesuai tata ruang dan menjamin kesehatan
masyarakat.
a. Jalan
b. Sanitasi
(1) Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari
permukaan tanah.
(2) Pengosongan lumpur tinja 2 tahun sekali.
(3) Apabila kemungkinan membuat tankseptik tidak ada, maka
lingkungan perumahan yang baru harus dilengkapi dengan
sistem pembuangan sanitasi lingkungan atau harus dapat
disambung dengan sistem pembuangan sanitasi kota atau
dengan cara pengolahan lain.
d. Persampahan
e. Air Minum
Mengacu pada output SDGs salah satunya yaitu menjamin akses bagi
semua terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau. Pengertian ini
kemudian diterjemahkan ke dalam indikator utama dan indikator tambahan.
Indikator utama adalah persentase rumah tangga yang mampu mengakses
dan tinggal di rumah layak, berdasarkan (1) ketahanan konstruksi; (2) akses
air minum; (3) akses sanitasi; dan (4) luas per kapita. Selain itu, indikator
tambahan meliputi (1) permukiman kumuh; (2) angka kepemilikan rumah;
(3) keterjangkauan; dan (4) keamanan bermukim (Bappenas, 2019).
Menurut BPS, RTLH adalah rumah yang memiliki kriteria sebagai berikut:
Komponen yang menjadi penilaian akses air minum layak, antara lain
sumber air minum utama, jarak ke penampungan kotoran/limbah, dan
waktu tempuh pulang pergi mengambil air (termasuk waktu antre).
Sedangkan untuk akses aman, kualitas fisik dan kimia air minum juga
menjadi komponen penilaian. Namun, mempertimbangkan beberapa
hal, terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan, antara lain:
Kategori akses air minum layak terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: sumber
air minum layak yang lokasinya berada di luar rumah (off-premises) dan
sumber air minum layak yang lokasi sumber air ada di lokasi atau di
halaman rumah (on-premises). Berikut disajikan diagram apakah suatu
akses air minum dikategorikan layak dan tidak layak.
1. Data Makro
Dalam konteks data bidang PKP, data makro merupakan data agregat
tentang jumlah dan persentase terkait obyek/subyek PKP pada tingkat
nasional dan wilayah (provinsi dan kabupaten/kota). Sumber data makro
2. Data Mikro
Berbeda dengan data makro, data mikro lebih bersifat operasional yang
idealnya mampu menyajikan informasi yang lebih spesifik terkait bidang
PKP dan direkap dalam unit administrasi terendah (misalnya RT/ RW atau
desa/ kelurahan). Data ini yang bersifat mikro ini lebih operasional dalam
mengidentifikasi subyek/obyek PKP itu sendiri, yakni karakter pemilik
(seperti nama KK, alamat dan jumlah penghasilan) serta karakter fisik dari
PKP itu sendiri (kualitas bangunan, luas bangunan, ketersediaan sanitasi,
dan lain-lain).
E. Struktur Data
1. Data Rumah
Data rumah terdiri dari luas rumah, jumlah penghuni, jumlah kepala
keluarga, aset tanah lain, aset rumah lain, kepemilikan lahan,
kepemilikan rumah, kawasan perumahan, dan bantuan perumahan.
2. Data Penghuni
3. Data Konstruksi
Data konstruksi terdiri dari pondasi bangunan, kondisi kolom dan balok,
kondisi rangka atap, material lantai terluas, kondisi lantai, material
dinding terluas, kondisi dinding, material atap terluas dan kondisi atap.
4. Data Kesehatan
F. Rangkuman
Kriteria Rumah Tidak Layak Huni adalah rumah yang tidak memenuhi 3
(tiga) aspek, yaitu: 1) kebutuhan Minimal Masa dan Ruang; 2) Kebutuhan
Kesehatan dan Kenyamanan; dan 3) Kebutuhan Minimal Keamanan dan
Keselamatan.
Indikator Rumah Layak Huni terbagi menjadi 5 (lima) komponen yaitu: (1)
ketahanan bangunan; (2) kecukupan luas tempat tinggal; (3) akses air
minum layak; (4) akses sanitasi layak; dan (5) keamanan bermukim.
Jenis – jenis Data terbagi menjadi Data Makro dan Data Mikro. Data makro
merupakan data agregat tentang jumlah dan persentase terkait
obyek/subyek PKP pada tingkat nasional dan wilayah. Sedangkan data
mikro merupakan data operasional yang idealnya mampu menyajikan
informasi yang lebih spesifik terkait bidang PKP dan direkap dalam unit
administrasi terendah. Struktur data RTLH terbagi menjadi data penghuni,
data rumah, data konstruksi, dan data kesehatan.
A. Indikator Keberhasilan
B. Metode Pendataan
Pola dan model pendataan berbasis masyarakat sudah sangat banyak pola
dan modelnya. Pada prinsipnya, pendataan berbasis masyarakat harus
memperhatikan 4 (empat) kaidah utama, yaitu 1) aksesibilitas informasi; 2)
keterlibatan dan partisipasi; 3) akuntabilitas; dan 4) kapasitas organisasi
lokal.
d. Fasilitasi pendampingan
Contoh: Pendampingan dalam melakukan input dan update data RTLH.
2. Pelaku Pendataan
Masyarakat
Pemerintah
Desa/Kelurahan Pendamping Desa
Pemangku Kepentingan
Pemerintah
Kab./Kota Kab/Kota
Pemangku Kepentingan
Pemerintah
Provinsi Provinsi
Pemangku Kepentingan
Pemerintah Pusat Pusat
C. Mekanisme Pendataan
1. PENDATAAN
1) Persiapan Sosial
Proses persiapan sosial masyarakat adalah serangkaian proses
awal yang dilakukan guna mewujudkan proses partisipatif
masyarakat untuk membangun kesiapan pelaksanaan pendataan
RTLH-PKP. Kesiapan tersebut tidak hanya ditetapkan oleh
perangkat kelurahan/tokoh-tokoh masyarakat, namun melibatkan
representasi sebagian besar masyarakat.
2) Pelaksanaan Pendataan
Kegiatan ini merupakan kegiatan kunci untuk menghasilkan
database yang baik dan dapat digunakan didalam pengambilan
keputusan pembangunan/peningkatan kualitas RTLH di tingkat
Kelurahan-Desa.
b. Pendataan Berjenjang
2) Persyaratan Program
Prasyarat dalam pelaksanaan program pendataan dan
pengembangan sistem database RTLH adalah sebagai berikut:
d) Keberlanjutan
Tahap keberlanjutan dimulai dengan proses penyiapan
pelaku program (tingkat Provinsi sampai tingkat
Desa/Kelurahan) agar mampu melanjutkan penyelenggaraan
program pendataan RTLH secara mandiri. Proses penyiapan
ini membutuhkan waktu setidaknya minimal satu tahun. Pada
tahap keberlanjutan, setiap pelaku yang terlibat mampu
menjalankan secara mandiri untuk setiap tahapan
kegiatannya tanpa menutup kemungkinan terjadinya inovasi-
inovasi yang dapat mengoptimalkan penyelenggaraan
program.
j) Musyawarah
Musyawarah harus menjadi mekanisme utama dalam
pengambilan keputusan program yang terkait dengan
kepentingan publik (umum).
IF struk tur + k ecuk upan ruang + penghawaan = 0 AND nonstruk tur <= 12
2. Pengolahan Data
Pengolahan data RTLH terdiri dari pemeriksaan data, pengolahan data dan
penerapan data sesuai pendekatan.
3. Penyajian Data
Secara umum, penyajian data RTLH terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu 1) tabel;
2) grafik/diagram; dan 3) peta. Jenis penyajian tersebut sudah ditampilkan
pada aplikasi e-RTLH sehingga pengguna aplikasi dapat menyesuaikan
penyajian data sesuai kebutuhan.
D. Mekanisme Verifikasi
Petunjuk:
F. Rangkuman
G. Penilaian/Evaluasi
A. SIMPULAN
Urgensi Basis Data PKP untuk Pemerintah Daerah dan Masyarakat antara
lain: a) tugas dan wewenang pemerintah; b) dasar dalam dalam
perencanaan yang responsif dan operasional; c) penentuan kebijakan; d)
peningkatan kinerja pemerintah; e) percepatan pencapaian penyediaan
perumahan; f) pendorong kesejahteraan masyarakat; dan g) bentuk
pertanggungjawaban kepada publik.
Rumah Tidak Layak Huni adalah rumah yang tidak memenuhi 3 (tiga)
aspek, yaitu: 1) kebutuhan Minimal Masa dan Ruang; 2) Kebutuhan
Kesehatan dan Kenyamanan; dan 3) Kebutuhan Minimal Keamanan dan
Keselamatan
Modul Pendataan dan Verifikasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan mengenai
regulasi penyusunan dan penyediaan basis data Perumahan dan Kawasan
Permukimanan (PKP), urgensi basis data PKP untuk pemerintah daerah
dan masyarakat, kriteria rumah layak huni dan teknik pendataan RTLH.
Materi ini disusun untuk memenuhi kompetensi pengelolaan data RTLH.
B. TINDAK LANJUT