Anda di halaman 1dari 16

MODUL AJAR

SENI MUSIK
Memainkan Alat Musik Tradisional Setempat
Information Technology Solutions
IDENTITAS SEKOLAH
Sekolah : SMAN 1 PURWOKERTO Kurikulum : Merdeka
Jenjang/Kelas : SMA / X Semester : 1 / Ganjil
Mata Pelajaran : Seni Musik Alokasi Waktu : 2 JP
Penyusun : Uki Tri Harnowo, S.Sn Konten : Seni Musik

FASE DAN ELEMEN


Fase E / Mengalami

CAPAIAN PEMB ELAJARAN

Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri secara aktif
dalam pengalaman atas bunyi-musik. Peserta didik dapat mengkaji, memberi kesan, dan merekam beragam
praktik bermusik baik sendiri maupun bersama-sama baik sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara
umum serta menyadari hubungannya dengan konteks dan praktik-praktik lain (di luar musik) yang lebih luas untuk
perbaikan hidup baik diri sendiri, sesama, lingkungan dan alam semesta. Peserta didik mampu menjalani
kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin dalam melakukan praktik musik mulai persiapan, penyajian,
maupun setelah melakukan praktik musik dengan kesadaran untuk perkembangan, perbaikan, kelancaran serta
keluwesan dalam melakukan praktik musik. Peserta didik mampu memilih, memainkan, menghasilkan,
menganalisa, merefleksi karya-karya musik secara aktif, kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan
bertanggung jawab, serta sensitif terhadap fenomena kehidupan manusia serta terus mengusahakan
mendapatkan pengalaman dan kesan baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh
dan bagi kemajuan bersama. SARANA DAN PRASA RANA
TUJUAN PEMBELAJA RAN Alat musik tradisional, ruang musik, gawai, LCD,
Memainkan alat musik tradisional secara laptop, dan perangkat audio.
berkelompok baik menggunakan alat musik SUMBER BELAJAR
tradisional maupun berbasis aplikasi, dengan 1. Sugiyanto, dkk. 2017. Seni Budaya Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
menerapkan metode meniru, tekstual (notasi), dan
2. Darno. 2015. Kumpulan Gendhing Banyumasan.
menghafal. Surakarta
3. Sumarto, dkk. 1978. Karawitan Gaya Baru. Solo.
PRO FI L PELAJAR PA NCASI LA
Tiga Serangkai.
Bergotong royong : Peserta didik bekerja kelompok 4. Video musik tradisional sebagai pengantar.
Berkebhinekaan global : Peserta didik menggali a. Lancaran Gugur Gunung
dan memahami musik tradisional lokal. https://www.youtube.com/watch?v=kHC_wFhN
T6c
b. Lancaran Ricik -Ricik
https://www.youtube.com/watch?v=7RoJioO53
CY
TARG ET PEMBELAJA RAN
1. Peserta didik dengan kelompok 1 (tingkat pemahaman rendah)
2. Peserta didik dengan kelompok 2 (tingkat pemahaman sedang)
3. Peserta didik dengan kelompok 3 (tingkat pemahaman mahir)
MODEL PEMBELAJARAN
Problem Based Learning (Luring)
Pertanyaan pemantik
METODE PEMB ELAJARAN
Eksplorasi, diskusi, demonstrasi, presentasi
Apa yang kalian ketahui tentang gandhing
PENILAIAN bentuk lancaran?
Asesmen kinerja
V
PERTEMUAN PERTAMA
V
KEGIATAN AWAL (15 Menit)
Peserta didik dan guru memulai kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama sesuai keyakinan masing-
masing dilanjutkan dengan mengecek kehadiran peserta didik.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian peserta didik diminta untuk mengeksplorasi pertanyaan
pemantik berikut ini sesuai dengan pengetahuannya.
1. Apa yang kalian ketahui tentang gendhing bentuk lancaran?

KEGIATAN INTI (65 Menit)


Peserta didik mengamati struktur gendhing bentuk lancaran Surakarta dan Banyumas yang disajikan guru
melalui tayangan PowerPoint. (Orientasi pada Masalah)
Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang struktur gendhing bentuk lancaran Surakarta dan Banyumas.
Guru menempatkan peserta didik menjadi beberapa kelompok. (Mengorganisasi)
Setiap kelompok diberi tugas untuk mengamati video gendhing bentuk lancaran Surakarta dan Banyumas.
Peserta didik mendiskusikan struktur dan pola permainan dari contoh musik tradisional Surakarta dan
Banyumas, yaitu “Gugur Gunung” dan “Ricik-ricik” melalui praktik penggunaan aplikasi Gamelan JV disertai
bimbingan guru. (Membimbing)
Setelah konten materi dipahami, guru menugaskan peserta didik untuk mencari contoh musik tradisional daerah
sekitar untuk diidentifikasi pola permainannya dan didemonstrasikan musiknya. (Mengembangkan)
Peserta didik mempresentasikan penugasan LKPD mengidentifikasi pola permainan musik tradisional daerah
sekitar. (Menyajikan)
Peserta didik menanggapi hasil dari kelompok lain dan mengumpulkan hasil diskusi.
Guru memberikan apresiasi terhadap penampilan kelompok dan melakukan klarifikasi untuk hasil analisis yang
masih keliru, dan memberikan penguatan untuk hasil analisis yang sudah benar. (Menganalisis)
Peserta didik bersama guru mengevaluasi dan menyimpulkan hasil pembelajaran. (Mengevaluasi)
KEGIATAN PENUTUP (10 Menit)
Peserta didik bersama guru melakukan refleksi terkait pemahaman peserta didik terhadap pembahasan materi.
Guru menyampaikan rencana materi untuk pertemuan berikutnya.
Guru mengakhiri pembelajaran dan mengucapkan salam.
MODUL MATA PELAJARAN SENI BUDAYA

MATERI MUSIK TRADISIONAL JAWA

KELAS X MERDEKA 1-10

Disusun Oleh : Uki Tri Harnowo, S. Sn.

SMAN 1 Purwokerto
Kabupaten Banyumas
Tahun 2022

PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Karawitan berdasarkan pengertian secara luas berasal dari kata rawit (bahasa Jawa) yang
berarti kecil, rumit dan halus atau lebih jelasnya segala jenis kesenian yang dianggap kecil
rumit dan halus. Menurut Soedarsono (1992:14), karawitan secara umum adalah kesenian yang
meliputi segala cabang seni yang mengandung unsur keindahan, halus serta rumit atau
ngrawit. Hal ini meliputi keseniaan yang ada di Nusantara (Musik, Tari, Pedalangan, Batik,
Ukir dsb).Selain itu karawitan juga memiliki arti sempit yang merujuk kesebuah seni musik
Jawa seperti pendapat Sumarsam, (2003:11) menjelasakan bahwa
pada jaman dulu karawitan tumbuh dan dikembangkan di
lingkungan kraton dan dapat dikatakan bahwa bangsawan dan kerabat
kraton wajib menguasai bidang karawitan, tembang dan tari. Begitu pentingnya seni
pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda kekuasaan
raja adalah keterlibatan gamelan dan teater pada upacara-upacara atau pesta-ria kraton.
Selain itu Martopangrawit pada tahun 1975 menjelasakan bahwa
Karawitan adalah seni suara yang menggunakan laras slendro dan
pelog, baik suara manusianya maupun instrumen (gamelan) asal berlaras
slendro dan pelog dapat disebut karawitan.
B. Capaian Pembelajaran
Pada akhir Fase E, peserta didik mampu menyimak dengan baik dan cermat, melibatkan diri
secara aktif dalam pengalaman atas bunyi-musik. Peserta didik dapat mengkaji, memberi
kesan, dan merekam beragam praktik bermusik baik sendiri maupun bersama-sama baik
sebagai dokumentasi maupun alat komunikasi secara umum serta menyadari hubungannya
dengan konteks dan praktik-praktik lain (di luar musik) yang lebih luas untuk perbaikan hidup
baik diri sendiri, sesama, lingkungan dan alam semesta. Peserta didik mampu menjalani
kebiasaan praktik musik yang baik dan rutin dalam melakukan praktik musik mulai persiapan,
penyajian, maupun setelah melakukan praktik musik dengan kesadaran untuk perkembangan,
perbaikan, kelancaran serta keluwesan dalam melakukan praktik musik. Peserta didik mampu
memilih, memainkan, menghasilkan, menganalisa, merefleksi karya-karya musik secara aktif,
kreatif, artistik, dan musikal secara bebas dan bertanggung jawab, serta sensitif terhadap
fenomena kehidupan manusia serta terus mengusahakan mendapatkan pengalaman dan kesan
baik dan berharga bagi perbaikan dan kemajuan diri sendiri secara utuh dan bagi kemajuan
bersama.
C. Tujuan Pembelajaran
10.2 Memainkan alat musik tradisional secara berkelompok baik menggunakan alat
musik tradisional maupun berbasis aplikasi, dengan menerapkan metode meniru,
tekstual (notasi), dan menghafal.
D. Profil Pelajar Pancasila
1. Bergotong royong : Peserta didik bekerja kelompok
2. Berkebhinekaan global : Peserta didik menggali dan memahami musik tradisional lokal.
E. Target Pembelajaran
1. Peserta didik dengan kelompok 1 (tingkat pemahaman rendah)
2. Peserta didik dengan kelompok 2 (tingkat pemahaman sedang)
3. Peserta didik dengan kelompok 3 (tingkat pemahaman mahir)
F. Petunjuk Pembelajaran
Untuk mempelajari modul ini, siswa diharapkan untuk lebih fokus dalam mempelajari materi
dengan memperhatikan:
1. Sebelum memulai pembelajaran diawali dengan berdoa.
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya.
3. Memperhatikan apa yang disampaikan guru.
4. Mempelajari materi yang ada.
5. Mengerjakan tugas yang diberikan guru.
6. Merangkum materi yang telah dipelajari.

INTI PEMBELAJARAN
KARAWITAN
Karawitan berdasarkan pengertian secara luas berasal dari kata rawit (bahasa Jawa)
yang berarti kecil, rumit dan halus atau lebih jelasnya segala jenis kesenian yang dianggap kecil
rumit dan halus. Menurut Soedarsono (1992:14), karawitan secara umum adalah kesenian yang
meliputi segala cabang seni yang mengandung unsur keindahan, halus serta rumit atau
ngrawit. Hal ini meliputi keseniaan yang ada di Nusantara (Musik, Tari, Pedalangan, Batik,
Ukir dsb).Selain itu karawitan juga memiliki arti sempit yang merujuk kesebuah seni musik
Jawa seperti pendapat Sumarsam, (2003:11) menjelasakan bahwa
pada jaman dulu karawitan tumbuh dan dikembangkan di
lingkungan kraton dan dapat dikatakan bahwa bangsawan dan kerabat
kraton wajib menguasai bidang karawitan, tembang dan tari. Begitu pentingnya seni
pertunjukan (karawitan) sebagai suatu pertanda kekuasaan
raja adalah keterlibatan gamelan dan teater pada upacara-upacara atau pesta-ria kraton.
Selain itu Martopangrawit pada tahun 1975 menjelasakan bahwa
Karawitan adalah seni suara yang menggunakan laras slendro dan
pelog, baik suara manusianya maupun instrumen (gamelan) asal berlaras
slendro dan pelog dapat disebut karawitan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan suatu hal bisa dikatakan karawitan yaitu jika terdapat unsur-unsur sebagai berikut
:
1. Memainkan gamelan yang berlaras slendro dan pelog baik secara instrumentalia
ataupun diisi dengan vokal.
2. Menyuarakan nada slendro dan pelog (macapat, guritan, panembrama).
Karawitan dikalangan masyarakat Jawa sangatlah erat hubungannya dengan
seperangkat Gamelan yang terdiri dari beberapa jenis seperti Gamelan ageng, gamelan kodok
ngorek, gamelan carabalen, gamelan monggang, gamelan sekaten dsb. Gamelan sendiri berasal
dari kata gamel/gambel (Jawa Kuno) yang berarti bermain, dipukul untuk menghasilkan sebuah
bunyi-bunyian. Dalam gamelan Jawa terdapat 2 sistem tangga nada yaitu slendro dan pelog.
Slendro adalah sistem pelarasan dalam karawitan Jawa dengan jarak interval yang
sama. Sedangkan laras ( nada-nada ) yang digunakan dalam laras slendro adalah:
1. Penunggul atau sering juga disebut barang, diberi simbol 1 siji atau ji.
2. Gulu, atau jangga (kromo jawa), diberi simbol 2 dibaca loro atau disingkat ro
3. Dhodho, atau jaja atau tengah, diberi simbol 3 dan dibaca telu atau dibaca singkat lu.
4. Lima, diberi simbol 5 dibaca lima , atau mo sebagai bacaan singkatnya.
5. Nem, diberisimbol 6 dibaca nem.

Selain lima nada pokok tersebut juga sering disebut beberapa nama laras atau nada ,
seperti:
1. Barang yaitu nada gembyangan dari penungggul, diberi simbol 1(angka arab satu
dengan titik diatas angka), dibaca ji atau siji.
2. Manis yaitu nada gembyangan gulu, diberi simbol angka 2 ( angka arab dua dengan
titik diatas). Manis hanya digunakan untuk laras kenong dan kempul.
Pelog adalah sistem pelarasan dalam karawitan Jawa dengan jarak interval yang tidak
sama berikut nada yang digunakan dalam laras pelog : 1 (Ji) – 2 (ro) – 3 (lu) – 4 (pat) – 5 (mo)
– 6 (nem) – 7 (pi). Selain memiliki 2 tangga nada,instrumen pada gamelan Jawa juga terbagi
menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Pencon yang terdiri dari instrument bonang barung, bonang penerus, kethuk,
kempyang, kenong, kempul dan gong. Dikatakan pencon karena pada ujung/bagian
atas instrument tersebut terdapat pencon.
2. Bilah yang terdiri dari instrument demung, saron, peking, gender barung, gender
penerus, dan gambang. Dikatakan instrument bilah karena bentuk instrument
tersebut menyerupai bilah.
3. Kawatan, terdiri dari instrument rebab, celempung dan siter. Disebut kawatan
karena instrument tersebut menggunakan kawat.
4. Tebokan, yang termasuk instrument tebokan yaitu kendang (kendang ketipung,
ciblon, sabet dan gede). Disebut tebokan karena tekhnik menabuhnya dengan cara
di tebok pada bagian membrannya.
5. Pipa yaitu instrument suling, hal ini dikarenakan suling berbentuk pipa.

Instrumen gamelan memiliki fungsi yang berbeda-beda, yang kemudian dibagi menjadi
3 kelompok ricikan, yaitu :

1. Kelompok ricikan balungan, yaitu; ricikan-ricikan yang lagu permainannya sangat


dekat dengan kerangka gending (balungan gending). Ricikan/instrumen gamelan
dalam kelompok ini, yaitu; demung, saron barung, saron penerus, slentem.
a. Slenthem/Gender Penembung

b. Demung/Saron Penembung

c. Saron Barung

d. Saron Penerus
2. Kelompok ricikan/instrumen garap, yaitu; ricikan-ricikan yang menggarap
balungan gending dengan cara menafsirkan yang kemudian menerjemahkan lewat
vokabuler-vokabuler (konvensi) garapan. ricikan/insrumen yang termasuk dalam
kelompok tersebut, yaitu; rebab, kendang, gender, gender penerus, bonang, bonang
oenerus, siter, suling, gambang, sinden, dan gerong.

a. Bonang Barung

b. Bonang Penerus

c. Kendang

3. Kelompok ricikan/instrumen struktural, yaitu;ricikan-ricikan yang membuat suatu


jalinan permainan dengan membentuk setruktur berdasarkan (menentukan) bentuk
gending. Ricikan/instrumen yang termasuk dalam kelompok tersebut, yaitu; kethuk,
kempyang, kenong, kempul, gong.

a. Kethuk (-), Kempyang (+), Kenong (n )

b. Kempul (Y) – Gong ( g )


Dalam sebuah karawitan terdapat berbagai macam istilah seperti, gatra yang berarti
baris yang berisi 4 ketukan, rambahan yaitu menyajikan gendhing dari awal sampai akhir,
sabetan balungan yang berarti ketukan. Di pulau Jawa karawitan sendiri terbagi menjadi
beberapa macam gaya sesuai dengan daerah pertumbuhan karawitan itu sendiri, sebagai contoh
karawitan Banyumasan. Karawitan di daerah ini merupakan seni musik yang bersifat
kerakyatan yang cenderung ramai, sederhana dan tidak ada batasan antara pemain dan
penonton, gendhing-gendhing yang disajikan sebagian besar merupakan gendhing lancaran dan
sisanya berbentuk ketawang. Beberapa contoh nama gendhing di Banyumas seperti :
Ilogondang, eling-eling, gudril, siji lima, bedrong kulon dsb. Karawitan Banyumasan memiliki
unsur yang membentuk kesan Banyumasan/kerakyatan, unsur tersebut terdapat pada vokal
sinden dan gerong, dua unsur tersebut sangat penting karena gendhing Banyumasan merupakan
gendhing vokal dimana vokal sinden, gerong dan kendang saling berhubungan dalam sebuah
sajian yang disebut dengan guritan. Selain vokal ada juga ciri khas Banyumasan, yaitu terdapat
pada 9 instrument kendang, saron penerus, bonang barung dan bonang penerus. Berikut contoh
gendhing Banyumasan :

Lancaran Ricik - Ricik SL

Buka . . . . . # . ! . # . @ . ! . g6

+ Y + n + Y + n + Y + pn + Y + ng

. ! . 6 . 3 . 2 . 5 . 3 . 2 . g1

. 2 . 3 . 5 . 3 . 5 . 6 . ! . g6

Struktur lancaran Banyumasan terdiri dari 8 tabuhan ketuk, 4 kenong dan 5 kempulan
dalam setiap 1 gongan seperti yang terdapat pada contoh gendhing Ricik - Ricik di atas.

Kendangan Banyumasan :

DPDI BD.IL PPPP DIDB kendangan disamping adalah kendangan singget yang berfungsi
untuk menjembatani perpindahan dari sekaran satu ke sekaran lainnya.
Singget terletak pada gatra ke 3 dari belakang (dari gongan terakhir) atau lebih jelasnya
perhatikan sekema gendhing di bawah ini :

Xx x x x x x x x x x x x x x xg

Xx x x x x x x x x x x x x x xg

X x x x x x x x SIN SIN g

X SSIN SIN x x x x x x x xg

Sekaran adalah ragam pola tabuhan kendang, contoh : .DVD dan j.BLVD

DPDI BD.IL .DBP IIIB DIDB .PP. kendangan disamping adalah kendang suwuk
Banyumasan yang berfungsi sebagai pertanda berakhirnya sebuah gendhing.

Suwuk terletak pada gatra ke 1 dari belakang (dari gongan terakhir) atau lebih jelasnya
perhatikan sekema gendhing di bawah ini :

Xx x x x x x x x x x x x x x xg

Xx x x x x x x x x x x x x x xg

X x x x x x x x swk swk g

X Sswk swk swk swk xg

Contoh bonang penerus Banyumasan :

Balungan . 1 . 6 . 3 . 2

Bonang penerus j.6 j.6 j.6 j.6 j.2 j.2 j.2 j.2
j.6 j.6 j.6 j.6 j.2 j.2 j.2 j.2

Contoh saron penerus Banyumasan :


Balungan .1.6 .3.2

Saron penerus 1166 3322

KARAWITAN SURAKARTA
Karawitan Surakarta sejatinya dalam penggunaan instrumentnya sama persis seperti
karawitan yang ada di Banyumas, hanya saja pola tabuhan beberapa instrument ada yang
berbeda, seperti tabuhan saron penerus, bonang penerus dan kempul. Perbedaan instrument
tersebutlah yang memberikan ciri tersendiri di berbagai wilayah perkembangan karawitan.
Sebagai contoh untuk membedakan pola tabuhan tersebut perhatikan gendhing di bawah ini :

Lancaran Gugur Gunung Pl.br

Buka : . . . . . 3 2 3 . 6 . 5 . 3 . g2

+ . + n + Y + n + Y + n + Y + ng
. 6 . 7 . 6 . 7 . 3 . 5 . 7 . g6

. 2 . 7 . 2 . 7 . 6 . 5 . 2 . g3

. 5 . 6 . 5 . 6 . 2 . 3 . 6 . g5

. 2 . 3 . 2 . 3 . 6 . 5 . 3 . g2

Lancaran Gugur Gunung adalah gendhing Surakarta berbentuk lancaran dengan


structural yang berbeda dengan lancaran yang ada di Banyumas, perhatikan struktur gendhing
Gugur Gunung yang berwarna merah di atas, pada struktur tersebut terdapat 8 tabuhan ketuk,
4 tabuhan kenong dan 3 tabuhan kempul. Struktur yang berwarna merah tersebut merupakan
rumus pasti (pakem) karawitan Surakarta. Setelah itu perhatikan penggalan gendhing di bawah
ini untuk membedakan tabuhan saron penerus dan bonang penerus Banyumasan dan Surakarta
:
SARON PENERUS

Buka : . . . . . 3 2 3 . 6 . 5 . 3 . g2

2
. 6 . 7 . 6 . 7 . 3 . 5 . 7 . g6

2 6 6 7 7 6 6 7 7 3 3 5 5 7 7 6
6 6 7 7 6 6 7 7 3 3 5 5 7 7 6 g6
Potongan gendhing di atas adalah contoh perbedaan tabuhan saron penerus
Banyumasan dan Surakarta, nada yang berwarna biru adalah nada gong, nada merah adalah
saron penerus Surakarta dan yang kuning adalah Banyumasan. Perbedaannya adalah nada gong
karawitan Surakarta di tabuh 2 kali sementara Banyumasan hanya ditabuh sekali. Hal ini
menyebabkan tabuhan saron penerus Surakarta terkesan terlambat karena setiap nadanya
bergeser 1 sabetan balungan.

BONANG PENERUS

Bonang penerus Banyumasan dan Surakarta memiliki perbedaan pola seperti contoh di
bawah ini :

Balungan . 1 . 6 . 3 . 2

Bonang penerus j.6 j.6 j.6 j.6 j.2 j.2 j.2 j.2
j.6 j.6 j.6 j.6 j.2 j.2 j.2 j.2

Bonang penerus j.6 . 6 6 j.2 . 2 2


j.6 . 6 6 j.2 . 2 2

Ket : warna kuning BP Surakarta dan warna merah BP Banyumasan.

NOTASI KENDANG LANCARAN SURAKARTA

A. .P.P .P.P .P.P .P.P


B. PPPP PBPP PBPP PBPP
C. BPPB PPBP PBPP PBPP
Kendangan di atas merupakan kendangan baku dalam karawitan Surakarta bentuk
lancaran.

Selain kendang baku tersebut terdapat pula kendangan peralihan I, peralihan II dan
kendangan lagu. Kendangan peralihan I berfungsi untuk mengajak semua penabuh sirep (lirih)
dan memberi ruang nembang kepada sinden, berikut pola kendangan peralihan I :

PPPP IJ.B .JPI j.BBj.BB

Kendangan peralihan II berfungsi untuk mengajak penabuh menabuh dengan volume


keras dan berakhirnya tembangan dari sinden. Berikut pola kendangan peralihan II :
.JPjIP .JPI IIPB .PPP

Kendangan lagu berfungsi sebagai pengiring vokal sinden ketika tabuhan gamelan lirih.
Berikut notasi kendangan lagu :

.JPjIP .JPjIP .JPI j.BBj.BB


Dalam karawitan Surakarta terdapat juga kendangan yang berfungsi sebagai pertanda
berakhirnya sebuah lagu gendhing (Suwuk). Berikut pola kendangan Suwuk lancaran
Surakarta :

P.P. PBP. B.PB jIPPPg.

PENUTUP
A. Rangkuman
Karawitan secara umum adalah kesenian yang meliputi segala
cabang seni yang mengandung unsur keindahan, halus serta rumit atau ngrawit
meliputi keseniaan yang ada di Nusantara. Dalam pengertian secara sempit karawitan adalah
seni musik tradisional Jawa dengan tangga nada slendro dan pelog. Karawitan dikalangan
masyarakat Jawa sangatlah erat hubungannya dengan seperangkat Gamelan yang terdiri dari
beberapa jenis seperti Gamelan ageng, gamelan kodok ngorek, gamelan carabalen, gamelan
monggang, gamelan sekaten dsb. Gamelan sendiri berasal dari kata gamel/gambel (Jawa
Kuno) yang berarti bermain, dipukul untuk menghasilkan sebuah bunyi-bunyian.
Gamelan terdiri dari beberapa instrument seperti; rebab, kendhang, gender, siter, suling,
gambang, bonang barung, bonang penerus, slenthem, demung, saron, saron penerus, kethuk-
kempyang, kenong, kempul dan gong. Instrumen tersebut nantinya dikelompokan menjadi
2 jenis, yang pertama berdasarkan fungsi dan yang kedua berdasarkan bentuk instrumen.
Berdasarkan fungsi gamelan dibagi menjadi 3 kelompok; 1. Struktural, 2. Garap, 3.
Balungan. Sementara dari bentuk instrument dibagi menjadi 5 kelompok yaitu; 1. Pencon,
2. Tebokan, 3. Pipa, 4. Pipa, 5. Kawatan.
Pada perkembangannya karawitan memiliki ciri khas/gaya sesuai dengan daerah tempat
karawitan itu berkembang. Sebagai contoh terdapat karawitan gaya Banyumasan,
Malangan, Sunda, Surakarta, Jogjakarta dsb. Hal-hal yang membedakan antara gaya satu
dengan gaya lainnya terdapat pada teknik permainan dan juga karakter gendhing yang
dibawakan.
B. Asesmen
Asesmen Kelompok

Mata Pelajaran : Seni Musik


Tema : Memahami struktur dan teknik permainan lancaran
Kelas : …………………………..
Anggota Kelompok :
1) …………………………..
2) …………………………..
3) …………………………..
4) …………………………..
5) …………………………..

a. Tujuan Pembelajaran
Memainkan alat musik tradisional secara berkelompok baik menggunakan alat
musik tradisional maupun berbasis aplikasi, dengan menerapkan metode meniru,
tekstual (notasi), dan menghafal.

b. Langkah Kerja
1. Bekerjalah secara berkelompok dan kerjakan penugasan berikut ini.
2. Lakukan pengunduhan aplikasi Gamelan JV terlebih dahulu pada perangkat
kalian masing-masing.
3. Carilah musik tradisional Banyumas dan Surakarta masing-masing satu lagu,
lalu identifikasilah teknik dan struktur permainannya.
4. Presentasikan hasil temuan kalian dalam bentuk notasi dan praktik
menggunakan aplikasi Gamelan JV.
LEMBAR PENGAMATAN
……………………………………
Anggota:
1) …………..
2) …………..
Kelompok Pengamat
3) …………..
4) …………..
5) …………..
6) …………..

Topik-topik Diskusi Informasi Hasil Pengamatan

1. Jenis-jenis alat musik


tradisional
2. Simbol-simbol dalam
permainan musik
tradisional
3. Bunyi-bunyi dalam
musik tradisional
4. Ragam karakter musik
tradisional
5. Struktur musik
tradisional
6. Teknik menabuh
dalam permainan
musik tradisional
PENILAIAN ASESMEN KELOMPOK
I. Format Penilaian Presentasi dan Diskusi
Nama Peserta Didik Aspek Penilaian
No
A B C D E
1
2
3
Dst
II. Rubik Penilaian
No Aspek Penilaian Skor
1 (A) Kelengkapan Materi ▪ Lengkap = 3
▪ Kurang lengkap = 1
▪ Tidak ada = 0
2 (B) Penulisan Materi ▪ Sesuai dengan penulisan yang diberikan = 3
▪ tidak sesuai penulisan yang diberikan = 1
▪ tidak menulis = 0
3 (C) Kemampuan Presentasi ▪ Komunikatif = 3
▪ Kurang komunikatif = 1
▪ Tidak Komunikatif = 0
4 (D) Keaktifan selama ▪ Sangat aktif = 3
kegiatan presentasi ▪ Cukup aktif = 2
▪ Kurang aktif = 1
▪ Tidak aktif = 0
5 (E) Sikap menghargai dan ▪ Menunjukan sikap menghargai dan menghormati
menghormati pendapat pendapat orang lain = 3
orang lain ▪ Tidak Menunjukan sikap menghargai dan menghormati
pendapat orang lain = 0
Skor Maksimal 15

Pedoman Penilaian Akhir:


(Jumlah Skor yang diperoleh)
N.A. = ----------------------------------------------------------------- X 100
Skor Maksimal keseluruhan

30
N.A. = ----- X 100
30

= 100

Anda mungkin juga menyukai