TINJAUAN PUSTAKA
2. Vitamin D
Vitamin D diklasifikasikan sebagai nutrien, saat minyak hati ikan cod (yang
merupakan sumber vitamin D) ditemukan memiliki efek antirakhitis pada bayi.
Namun, sejak ditemukan reseptor vitamin D, istilah “vitamin” sudah tidak cocok lagi
dan vitamin D dianggap sebagai molekul yang berperan dalam kompleks sistem
endokrin. Berdasarkan struktur dan kerjanya, vitamin D mirip hormon steroid karena
dapat disintesis oleh tubuh, memiliki reseptor spesifik bekerja untuk organ dan
jaringan yang berbeda dari organ yang memproduksinya, serta memiliki respons
biologis spesifik setelah berinteraksi dengan reseptornya.7
1
2.2. Sintesis dan Metabolisme Vitamin D
Vitamin D secara biologis tidak aktif ketika pertama kali memasuki darah baik
dari kulit atau saluran pencernaan. Itu harus diaktifkan oleh dua perubahan biokimia
berurutan yang melibatkan penambahan dua hidroksil (—OH). Reaksi pertama
terjadi di hati, dan yang kedua terjadi di ginjal. Hasil akhirnya adalah produksi
bentuk aktif vitamin D, 1,25-(OH)2-vitamin D3, juga dikenal sebagai kalsitriol. PTH
(Parathyroid Hormone) merangsang enzim ginjal yang terlibat dalam langkah kedua
aktivasi vitamin D sebagai respons terhadap penurunan plasma Ca2+. Pada tingkat
yang lebih rendah, penurunan plasma PO43- juga meningkatkan proses aktivasi.
Vitamin D dalam berbagai bentuknya bersirkulasi dalam darah terutama terikat pada
protein pengikat vitamin D.10
3
Gambar 2. Vitamin D aktif meningkatkan penyerapan Ca2+ dan PO43-
(Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed 8. Jakarta: EGC; 2016: Hal. 710)
4
asupan Ca2+ dari makanan ke dalam tubuh setara dengan keluaran Ca2+ dalam urin.
Ketika asupan Ca2+ diet berkurang, penurunan kadar Ca2+ plasma sementara yang
dihasilkan merangsang sekresi hormon paratiroid.10
Vitamin D mengurangi peradangan dan harus hadir untuk aktivasi sel T, sel
darah putih yang bertanggung jawab untuk kekebalan yang diperantarai sel yang
menargetkan sel yang diserang virus dan sel kanker. Ini juga mempromosikan
produksi antioksidan yang memerangi radikal bebas, molekul alami yang sangat
reaktif, tidak stabil, dan merusak sel. Studi lebih lanjut menunjukkan bahwa vitamin
D membantu menggagalkan perkembangan diabetes mellitus, melawan penyakit
autoimun seperti multiple sclerosis, dan menurunkan risiko tekanan darah tinggi,
serangan jantung, dan stroke. Vitamin D dapat membantu membersihkan beta amiloid
dari plak otak yang terkait dengan penyakit Alzheimer.10
5
1. Peran terhadap kanker
6
2.7,12
Terdapat ekspresi VDR pada sel imun adaptif seperti sel T dan sel B, 1,25-
(OH)2D memberikan dampak-nya dengan menargetkan Sel T helper melalui supresi
proliferasi sel T helper dan modulasi produksi sitokin oleh sel T helper. 1,25-(OH)2D
mampu menginduksi aktivitas sel T regulator yang mampu menekan respon imun oleh
sel T lain sebagai mekanisme pencegahan respon autoimun. Sel T regulator dapat
diinduksi oleh vitamin D melalui dua jalur, yaitu jalur tidak langsung melalui APC (sel
penyangga antigen/Antigen Presenting Cell) dan jalur langsung melalui konversi
intrakrin 25(OH)D sistemik menjadi 1,25-(OH)2D oleh sel T regulator. Peristiwa ini
7
dibuktikan dalam sebuah studi yang menyatakan bahwa administrasi 1,25-(OH) 2D
pada pasien dengan penyakit ginjal berdampak kepada peningkatan populasi sel T
regulator dalam sirkulasi.14
2.5. Defisiensi
Banyak faktor yang mempengaruhi sintesis vitamin D di kulit. Orang berkulit hitam
membutuhkan waktu minimal 3-5 kali lebih lama untuk menghasilkan jumlah vitamin
D yang sama dengan orang kulit putih dikarenakan adanya melanin yang lebih tebal
dibandingkan orang berkulit putih. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan defisiensi
vitamin D adalah sindrom mal-absorpsi lemak, sindrom nefrotik, konsumsi obat-
obatan yang mengganggu metabolisme vitamin D seperti antikonvulsan, AIDS/HIV,
glukokortikoid.27,28
Angka kecukupan gizi (AKG) harian vitamin D tergantung pada usia, jenis
kelamin, dan kondisi kesehatan tiap orang. Berikut ini adalah AKG vitamin D per hari
secara umum menurut KEMENKES (2019) :
Usia 0–11 bulan: 10 mcg (400 IU)
Usia 1–64 tahun: 15 mcg (600 IU)
Usia ≥65 tahun: 20 mcg (800 IU)
Ibu hamil dan menyusui: 15 mcg (600 IU)
Pada tahun 2010, Food and Nutrition Board di Institute of Medicine of the
National Academies (US) menetapkan bahwa asupan vitamin D yang cukup selama
kehamilan dan menyusui adalah 600 unit internasional per hari. Para ahli sepakat
bahwa suplemen vitamin D aman dalam dosis hingga 4.000 IU per hari selama
kehamilan atau menyusui. Ketika kekurangan vitamin D diidentifikasi selama
kehamilan, sebagian besar ahli setuju bahwa 1.000–2.000 unit internasional vitamin D
per hari aman.30
15
16