Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL DI

INDONESIA SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR


A. EKSPOR

Perkembangan Ekspor Lima Tahun Terakhir

250

200

150
231,54
100 180
168,8 167,7 163,2

50

0
2017 2018 2019 2020 2021

Analisis:

➢ Tahun 2016:

Nilai ekspor Juni 2016 mencatat rekor tertinggi dalam satu tahun terakhir. Hal ini membuat
surplus neraca perdagangan kembali naik. Kinerja ekspor Indonesia sepanjang Januari
hingga Juli 2016 terperosok ke level US$79,08 miliar, terendah dalam enam tahun terakhir
karena perlambatan ekonomi global.

Kinerja ekspor sepanjang Juli 2016 yang hanya US$ 9,51 miliar juga menjadi yang
terendah dalam tujuh tahun terakhir atau sejak 2009. Nilainya turun 8,04 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor kumulatif non migas
mencapai US$ 106,36 miliar atau turun 4,65 persen. Surplus Neraca Perdagangan
Walaupun kinerja ekspor Indonesia dari awal tahun sampai dengan bulan Oktober 2016
mengalami penurunan, tapi neraca perdagangan pada periode tersebut tercatat surplus.
Surplus yang dicapai bukanlah keberhasilan pemerintah mendorong ekspor atau kendalikan
impor, namun lebih kepada penurunan impor yang lebih tajam dari ekspor. Neraca
perdagangan Indonesia pada Oktober 2016 mengalami surplus sebesar USD12,68 miliar,
dengan catatan ekspor sebesar USD12,68 miliar. Ekspor nonmigas ke Amerika Serikat
September 2016, mencapai angka terbesar yaitu US$ 1,36 miliar, disusul China sebesar
US$ 1,35 miliar dan Jepang sebesar US$ 1,11 miliar. Meskipun ada surplus, perlu
diperhatikan baik ekspor atau impor masih mengalami pertumbuhan negatif. Data BPS
menunjukkan, peningkatan terbesar ekspor nonmigas pada Oktober tahun ini terjadi pada
lemak dan minyak hewan nabati dengan nilai ekspor US$ 287,1 juta dolar AS, atau
meningkat 19,02% dibanding bulan sebelumnya. Sementara, penurunan komoditas ekspor
terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$158,8 juta atu menurun
hingga 37,28% dari bulan sebelumnya. Penurunan ekspor paling besar disumbang oleh
konsentrat tembaga.
➢ Tahun 2017:

Nilai ekspor tahunan Indonesia pada 2017 mencapai 168,73 miliar dollar AS atau sekitar
Rp 2.260,98 triliun dengan kurs Rp 13.400 per dollar AS, meningkat 16,22 persen
dibanding tahun 2016. Total nilai ekspor 2017 yang meningkat, didominasi oleh ekspor
nonmigas. Nilainya mencapai 152,99 miliar dollar AS atau meningkat 15,83 persen
dibanding 2016 lalu. Berdasarkan sektornya, ekspor nonmigas untuk hasil industri
pengolahan sepanjang 2017 (Januari-Desember) naik 13,14 persen dibanding tahun 2016.
Juga dengan sektor hasil pertanian tumbuh 7,79 persen serta hasil tambang dan lainnya naik
33,71 persen. Untuk provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar sepanjang 2017 berasal
dari Jawa Barat dengan nilai 29,18 miliar dollar AS (17,29 persen), Jawa Timur senilai
18,43 miliar dollar AS (10,92 persen), dan Kalimantan Timur senilai 17,63 miliar dolar AS
(10,45 persen).

➢ Tahun 2018

Pada tahun 2018 nilai ekspor Indonesia mencapai 180.012,7 juta dolar AS, mengalami
peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2017 sebesar 6,62 persen. Dari
keseluruhan nilai ekspor Indonesia tersebut, sebanyak 90,46 persen (162.841,0 juta dolar
AS) merupakan ekspor komoditas nonmigas dan 9,54 persen (17.171,7 juta dolar AS)
merupakan ekspor komoditas migas. Ekspor komoditas migas didominasi oleh komoditas
gas alam sedangkan ekspor komoditas nonmigas didominasi oleh komoditas industri
pengolahan.

➢ Tahun 2019

Pada tahun 2019 nilai ekspor Indonesia mencapai 167.683,0 juta dolar AS, mengalami
penurunan yang cukup signifikan jika dibandingkan tahun 2018 sebesar 6,85 persen. Dari
keseluruhan nilai ekspor Indonesia tersebut, sebanyak 92,97 persen (155.893,7 juta dolar
AS) merupakan ekspor komoditas nonmigas dan 7,03 persen (11.789,3 juta dolar AS)
merupakan ekspor komoditas migas. Ekspor komoditas migas didominasi oleh komoditas
gas alam sedangkan ekspor komoditas nonmigas didominasi oleh komoditas industri
pengolahan.

➢ Tahun 2020

Total ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Desember 2020 sebesar US$ 163,3
miliar. Angka ini menurun 2,61% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$
167,7 miliar. Sementara secara bulanan, ekspor per-Desember 2020 naik 8,39% dari US$
15,3 miliar menjadi US$ 16,5 miliar.
Kenaikan ekspor Indonesia secara bulanan didorong dari industri pengolahan hasil minyak
yang mengalami kenaikan 72,8%. Sepanjang 2020, surplus neraca perdagangan Indonesia
mencapai US$ 21,7 miliar, melambung dari 2019 yang mencetak defisit US$ 3,6 miliar.
➢ Tahun 2021

Kinerja ekspor Indonesia pada Desember 2021 tercatat sebesar USD22,38 miliar,
tumbuh tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,3 persen.
Sepanjang tahun 2021, ekspor meningkat tajam sebesar 41,8 persen didorong oleh
pertumbuhan yang tinggi baik pada ekspor nonmigas yang tumbuh 41,5 persen maupun
ekspor migas yang tumbuh 48,7 persen.

Di sisi sektoral, sepanjang tahun 2021 ekspor sektor manufaktur yang merupakan
komponen tertinggi dari total ekspor nonmigas tumbuh 35,1 persen, diikuti sektor
pertambangan 92,1 persen, dan sektor pertanian 2,8 persen.

Sementara, pangsa pasar ekspor Indonesia masih didominasi oleh Tiongkok, Amerika
Serikat, Jepang dan India dengan komoditas utama bahan bakar mineral, lemak dan
hewan nabati, serta besi dan baja.

Sedangkan impor indonesia tercatat USD21,36 miliar. Performa ini kembali meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh cukup tinggi 47,9 persen dibandingkan
bulan yang sama tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2021, impor tumbuh sebesar 38,6
persen dengan mencatatkan nilai USD196,20 miliar dan diperkirakan akan semakin
menguat pada tahun 2022 dalam rangka mendukung aktivitas domestik yang semakin
menguat.

Untuk keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan impor nonmigas juga didukung oleh
semua jenis penggunaan, seperti barang konsumsi yang tumbuh 37,7 persen, bahan
baku 42,8 persen, dan barang modal 20,8 persen. Peningkatan pada impor bahan baku
dan barang modal mencerminkan adanya peningkatan aktivitas industri dalam negeri
sedangkan impor barang konsumsi akan mengindikasikan adanya peningkatan daya
beli masyarakat.
B. IMPOR
Perkembangan Impor Lima Tahun Terakhir

250

200

150
231,54
100 189
171,275
141,568
109,82
50

0
2017 2018 2019 2020 2021

Analisis:
➢ Tahun 2016

Secara umum impor yang masuk ke Indonesia mengalami penurunan sebanyak 4,94
persen dibandingkan 2015 kemarin. Penurunan impor itu ditandai dari sektor migas
sebanyak 23,92 persen dan impor non migas turun sebanyak 0,98 persen.

Pada Desember 2016 lalu tercatat nilai impor migas mencapai 1.69 miliar dolar
Amerika. Sedangkan impor non migas mencapai 11,09 miliar dolar Amerika.
Peningkatan impor non migas terbesar pada Desemver 2016 didukung perhiasan dan
permata sebesar 48,96 persen. Namun untuk jenis mesin dan peralatan listik menurun
sebesar 7,07 persen.

Untuk impor non migas jenis Gula dan Kembang Gula bahkan naik hingga 57 persen.
Hal ini disebabkan kebutuhan yang meningkat untuk memasok industri makanan dan
minuman yang ada di indonesia. Disatu sisi, produksi dalam negeri belum bisa
memenuhi semua kebutuhan gula industry.

Selain gula, BPS mencatat impor daging juga masih mendominasi sebanyak 0,50
persen. Selain daging Indonesia masih banyak mengimpor bahan plastik dan mesin
listik seperti perangkat elektronik sebanyak 13,18 persen dari total impor.

➢ Tahun 2017
Nilai impor tahun 2017 mencapai 156,893 miliar dollar AS atau sekitara Rp 2.102,37
triliun, meningkat 15,66 persen dibanding tahun 2016. Peningkatannya terjadi pada
impor migas senilai 5.567,8 juta dollar AS (29,71 persen) dan impor nonmigas senilai
15.672,4 juta dollar AS (13,41 persen). Jika dirinci lagi, peningkatan impor migas
didorong oleh naiknya impor minyak mentah senilai 329,2 juta dollar AS (4,89 persen),
hasil minyak senilai 4.183,5 juta dolar AS (40,46 persen), dan gas 1.055,1 juta dollar
AS (63,22 persen).
Volume impor tahun 2017 juga mengalami peningkatan 5,68 persen atau setara dengan
8,635 juta ton dibanding periode yang sama sepanjang tahun 2016. Hal ini dipicu oleh
impor migas sebesar 4,21 persen (2,033 juta ton) dan nonmigas 6,37 persen (6,603 juta
ton).

➢ Tahun 2018
Impor Indonesia selama 2018 mencapai USD188.711,2 juta, yang terdiri dari impor
migas USD29.868,8 juta dan nomigas USD158.842,4 juta. Jika dibanding 2017, nilai
impor naik 20,21 persen dipicu oleh peningkatan impor migas 22,83 persen
(USD5.552,6 juta) dan nonmigas 19,73 persen (USD26.173,0 juta). Negara asal utama
impor Indonesia adalah Tiongkok USD45.537,8 juta (22,78 persen), diikuti oleh
Singapura USD21.439,5 juta (10,76 persen), dan Jepang USD17.976,7 juta (9,53
persen). Dilihat dari golongan penggunaan barang ekonomi, masih didominasi impor
bahan baku/penolong sebesar USD141.581,0 juta (75,03 persen), diikuti barang modal
USD29.948,8 juta (15,87 persen) dan barang konsumsi USD17.181,4 juta (9,10
persen). Selama Januari-Desember 2018, Pelabuhan Tanjung Priok masih menjadi
tempat bongkar barang impor utama di Indonesia dengan porsi sebesar 40,85 persen
atau senilai USD77.090,5 juta.

➢ Tahun 2019
Impor Indonesia pada 2019 mencapai USD171.275,7 juta, yang terdiri dari impor migas
USD21.885,3 juta dan nomigas USD149.390,4 juta. Jika dibanding 2018, nilai impor
turun 9,24 persen dipicu oleh turunnya impor migas 26,73 persen (USD7.983,5 juta)
dan nonmigas 5,95 persen (USD9.452,1 juta).

Negara asal utama impor Indonesia adalah Tiongkok USD44.930,6 juta (26,23 persen),
diikuti oleh Singapura USD17.589,8 juta (10,27 persen), dan Jepang USD15.661,8 juta
(9,14 persen). Dilihat dari golongan penggunaan barang ekonomi, masih didominasi
impor bahan baku/penolong sebesar USD126.355,5 juta (73,77 persen), diikuti barang
modal USD28.466,2 juta (16,62persen) dan barang konsumsi USD16.454,0 juta (9,61
persen).

Selama Januari-Desember 2019, Pelabuhan Tanjung Priok masih menjadi tempat


bongkar barang impor utama di Indonesia dengan porsi sebesar 42,05 persen atau
senilai USD72.020,2 juta.

➢ Tahun 2020
Impor Indonesia pada 2020 mencapai USD141.568,8 juta, yang terdiri dari impor migas
USD14.256,8 juta dan nonmigas USD127.312,0 juta. Jika dibanding 2019, nilai impor
turun 17,34 persen disebabkan oleh turunnya impor migas 34,86 persen (USD7.628,5
juta) dan nonmigas 14,78 persen (USD22.078,4 juta). Negara asal utama impor
Indonesia adalah Tiongkok USD39.634,7 juta (28,00 persen), diikuti oleh Singapura
USD12.341,2 juta (8,72 persen), dan Jepang USD10.672,1 juta (7,54 persen). Dilihat
dari golongan penggunaan barang ekonomi, masih didominasi impor bahan
baku/penolong sebesar USD103.209,9 juta (72,90 persen), diikuti barang modal
USD23.703,2 juta (16,74persen) dan barang konsumsi USD14.655,7 juta (10,35
persen). Selama Januari-Desember 2020, Pelabuhan Tanjung Priok masih menjadi
tempat bongkar barang impor utama di Indonesia dengan porsi sebesar 39,65 persen
atau senilai USD56.131,0 juta.
➢ Tahun 2021
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor non-migas Indonesia
mencapai US$ 170,67 miliar sepanjang periode Januari-Desember 2021. Nilai tersebut
tumbuh 34,59% dibanding tahun sebelumnya.

Mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (Harmonized System/HS 84) merupakan


golongan barang dengan nilai impor terbesar, yakni mencapai US$ 25,85 miliar pada
2021. Nilai tersebut tumbuh 18,52% dibanding tahun sebelumnya. Nilai tersebut
porsinya mencapai 15,14% dari total impor nonmigas nasional.

Golongan barang dengan nilai impor terbesar berikutnya adalah besi dan baja (HS 72)
senilai US$ 11,96 miliar. Diikuti produk farmasi (HS 30) dengan nilai impor US$ 4,36
miliar, kemudian serealia/tanaman biji-bijian (HS 10) US$ 4,07 miliar, dan bahan bakar
mineral (HS 27) US$ 3,31 miliar.

Ada pula golongan barang pupuk (HS 31) dengan nilai impor US$ 2,2 miliar.
Setelahnya ada golongan barang bijih logam, terak, dan abu (HS 26) dengan nilai impor
1,76 miliar, lalu perabotan, lampu, dan alat penerangan (HS 94) US$ 1,35 miliar, kapal,
perahu, dan struktur terapung (HS 89) US$ 803,4 juta, serta kendaraan udara dan
bagiannya (HS 88) US$ 522,7 juta.

Anda mungkin juga menyukai