Secara kumulatif, kinerja ekspor industri pengolahan pada periode Januari-November 2020
adalah sebesar US$ 118,24 miliar, naik sebesar 1,46% dibanding periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Sedangkan impor industri pengolahan mencapai US$ 105,11 miliar, turun
sebesar 16,95% (cumulative to cumulative/c-to-c). Neraca perdagangan industri pengolahan
pada periode Januari-November 2020 adalah surplus sebesar US$ 13,12 miliar.
Kinerja ekspor industri pengolahan pada bulan November 2020 mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan bulan sebelumnya (m-to-m). Hal yang sama juga terjadi pada impor
industri pengolahan pada bulan November 2020 yang mengalami peningkatan secara month-
to-month. Neraca perdagangan industri pengolahan pada bulan November 2020 mencatatkan
surplus US$ 1,38 miliar.
Nilai ekspor industri pengolahan pada bulan November 2020 tercatat sebesar US$ 12,12
miliar, naik sebesar 2,95% dibanding Oktober 2020 (m-to-m) yang mencapai US$ 11,77
miliar. Jika dibandingkan dengan bulan November 2019 (year-on-year), kinerja ekspor industri
pengolahan bulan November 2020 naik sebesar 14,47%.
Adapun nilai impor industri pengolahan mengalami peningkatan sebesar 20,77% dibanding
bulan sebelumnya (m-to-m) dari US$ 8,89 miliar pada Oktober 2020 menjadi US$ 10,73
miliar pada November 2020. Jika dibandingkan dengan November 2019 (year-on-year), nilai
impor pada bulan November 2020 mengalami penurunan sebesar 10,94%.
Dilihat dari volumenya, ekspor industri pengolahan pada bulan November 2020 tercatat
sebesar 9,94 juta ton, naik sebesar 1,21% dibanding Oktober 2020 yang mencapai 9,82 juta
ton. Adapun volume impornya mencapai 6,13 juta ton, naik sebesar 9,93% dibanding bulan
sebelumnya yang mencapai 5,57 juta ton.
Sektor industri yang mencatat surplus di atas US$ 100 juta pada bulan November 2020 adalah
(1) Makanan sebesar US$ 2,51 miliar, diikuti oleh (2) Logam Dasar sebesar US$ 485,69 juta;
(3) Pakaian Jadi sebesar US$ 453,92 juta; (4) Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki sebesar
US$ 383,75 juta; (5) Kertas dan Barang dari Kertas sebesar US$ 312,72 juta; (6) Kayu,
Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk Furnitur), dan Barang Anyaman dari Bambu,
Rotan, dan Sejenisnya sebesar US$ 290,66 juta; (7) Karet, Barang dari Karet, dan Plastik
sebesar US$ 254,76 juta; (8) Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer sebesar US$
232,42 juta; dan (9) Furnitur sebesar US$ 137,06 juta.
Adapun sektor industri yang mengalami defisit tertinggi pada bulan November 2020 adalah
Mesin dan Perlengkapan Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan di Tempat Lain (YTDL) senilai
US$ 1,33 miliar. Termasuk ke dalam sektor industri ini adalah Mesin Untuk Keperluan Umum
yang impornya tercatat sebesar US$ 1,02 miliar dan Mesin Untuk Keperluan Khusus dengan
impor sebesar US$ 542,52 juta.
Sektor industri lainnya yang mengalami defisit di atas US$ 100 juta adalah (1) Komputer,
Barang Elektronik, dan Optik sebesar US$ 1,02 miliar; (2) Bahan Kimia dan Barang dari Bahan
Kimia sebesar US$ 432,01 juta; (3) Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya sebesar
US$ 304,57 juta; (4) Peralatan Listrik sebesar US$ 260,88 juta; dan (5) Tekstil sebesar US$
256,26 juta.
Grafik 3. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan November 2020
Kinerja ekspor dari seluruh sektor industri pengolahan pada bulan November 2020
mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan Oktober 2020. Sektor industri yang
mengalami kenaikan positif secara month-to-month di atas 20% terjadi pada industri (1)
Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman sebesar 66,93% dengan nilai ekspor US$ 3,46
juta; (2) Alat Angkutan Lainnya sebesar 27,78% dengan nilai ekspor US$ 347,42 juta; dan (3)
Minuman sebesar 27,44% dengan nilai ekspor US$ 11,05 juta.
Dilihat dari sisi impor, sektor industri pengolahan membukukan pertumbuhan yang positif
pada bulan November 2020. Sektor industri yang mengalami peningkatan impor di atas 30%
secara month-to-month adalah (1) Pengolahan Tembakau sebesar 45,64% dengan nilai
impor US$ 52,54 juta; (2) Pengolahan Lainnya sebesar 37,50% dengan nilai impor US$
318,26 juta; (3) Pakaian Jadi sebesar 34,96% dengan nilai impor US$ 51,60 juta; (4)
Minuman sebesar 33,93% dengan nilai impor sebesar US$ 22,05 juta; dan (5) Logam Dasar
sebesar 31,34% dengan nilai impor sebesar US$ 1,40 miliar.
Jika dilihat secara year-on-year, sektor industri yang mengalami kenaikan ekspor di atas 15%
terjadi pada (1) Logam Dasar sebesar 39,85% dengan nilai ekspor US$ 1,89 miliar; (2)
Makanan sebesar 28,52% dengan nilai ekspor US$ 3,28 miliar; (3) Minuman sebesar 21,12%
dengan nilai ekspor US$ 11,05 juta; (4) Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia sebesar
20,50% dengan nilai ekspor US$ 1,15 miliar; (5) Peralatan Listrik sebesar 17,93% dengan
nilai ekspor US$ 467,61 juta.
Di sisi impor, sektor industri yang mengalami kenaikan impor (y-on-y) hanya terjadi pada (1)
Pengolahan Lainnya sebesar 41,96% dengan nilai impor US$ 318,26 juta; dan (2) Farmasi,
Produk Obat Kimia, dan Obat Tradisional sebesar 26,49% dengan nilai impor US$ 140,19
juta; dan (3) Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman sebesar 0,28% dengan nilai impor
US$ 12,01 juta.
Sektor industri Makanan kembali menjadi penyumbang devisa terbesar dari ekspor industri
pengolahan pada bulan November 2020. Nilai ekspor industri makanan yang tercatat US$ 3,28
miliar, terbesar di antara sektor industri lainnya.
Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri Makanan pada bulan
November 2020 didominasi oleh komoditi Minyak Kelapa Sawit sebesar US$ 2,15 miliar, atau
memberi kontribusi sebesar 65,63%, naik dibandingkan bulan Oktober 2020 yang mencapai
58,63%.
Sedangkan jika dilihat dari persentase perubahan nilai ekspornya, Pati ubi kayu (naik
1.054,42% (yoy)), lada bubuk (naik 190,03% (yoy)), dan Minyak kelapa (naik 63,10%(yoy))
merupakan tiga komoditi dengan persentase kenaikan ekspor terbesar dibandingkan
November 2019. Lebih detail, hampir sebagaian besar produk industri makanan pada bulan
November ini mengalami penurunan ekspor baik antar tahun maupun antar bulan, seperti
komoditi mentega, lemak dan minyak kakao yang mengalami penurunan ekspor sebesar
20,16% (mtm) atau 22,90% (yoy) dan nilai ekspor mencapai US$ 0,05 miliar, serta olahan kopi
dan teh dengan penurunan ekspor 11,06% (mtm) atau 21,55% (yoy) dan nilai ekspor
mencapai US$ 0,05 miliar pada November 2020.
Secara umum, komoditi lain yang mengalami kenaikan ekspor baik antar tahun maupun antar
bulan yaitu Besi/baja yang mengalami kenaikan ekspor sebesar 20,26% (mtm) atau 99,49%
(yoy) dengan nilai ekspor mencapai US$ 1,3 Miliar. Sebaliknya komoditi logam dasar mulia,
pada bulan November 2020 mengalami penurunan ekspor 54,8% (mtm) atau 35,37% (yoy)
dengan nilai ekspor menjadi US$ 0,2 miliar
Untuk komoditi lain yang mengalami kenaikan impor antar tahun maupun antar bulan adalah
komoditi Semi Konduktor Dan Komponen Elektronik Lainnya yang mengalami kenaikan impor
14,66% (mtm) atau 10,05% (yoy) dengan nilai impor mencapai US$ 0,2 miliar pada November
2020. Dari 20 (dua puluh) besar impor komoditi industri pengolahan, hampir seluruh komoditi
mengalami penurunan impor dibandingkan bulan November 2019 dengan rata-rata penurunan
impor sebesar 3,52%. Penurunan impor terbesar terdapat pada komoditi kendaraan bermotor
roda 4 dan lebih yang mengalami penurunan impor sebesar 60,21% (yoy) atau 10,92(mtm)
dengan nilai impor mencapai US$0,09 Miliar.Selanjutnya komoditi suku cadang kendaraan
bermotor roda empat atau lebih yang mengalami penurunan impor sebesar 46,63% (yoy)
walaupun dibandingkan Oktober 2020 mengalami kenaikan sebesar 45,23% (mtm) dan nilai
impor mencapai US$ 0,1 miliar pada November 2020.
Grafik 6. Negara Tujuan Ekspor Industri Pengolahan Terbesar Bulan November 2020
Pada bulan November 2020 (1) RRT menjadi negara tujuan ekspor utama industri pengolahan
dari Indonesia, diikuti oleh (2) Amerika Serikat, (3) Jepang, (4) Malaysia, dan (5) India.
Sedangkan jika dilihat pertumbuhan secara year-on-year, kelima negara tersebut mengalami
pertumbuhan sebagai berikut: Tiongkok naik sebesar 57,07%; Amerika Serikat naik sebesar
9,33%; Jepang turun sebesar 2,68%; Malaysia naik sebesar 43,29%; dan ekspor ke India
mengalami penurunan sebesar 4,05%.
Jika dilihat lebih luas, dari 30 negara terbesar tujuan ekspor industri pengolahan, pertumbuhan
tertinggi November 2020 secara year-on-year terhadap November 2019 adalah (1) Pakistan
sebesar 109,68%; diikuti (2) Tiongkok sebesar 57,07%; dan (3) Brazil sebesar 52,12%. Jika
dirinci, 3 (tiga) jenis industri pengolahan dengan nilai ekspor terbesar ke Pakistan pada bulan
November 2020 adalah: (1) Industri Makanan; (2) Industri Tekstil; dan (3) Industri Kertas dan
Barang dari Kertas. Sementara ekspor terbesar ke Tiongkok adalah: (1) Industri Logam Dasar;
(2) Industri Makanan; dan (3) Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia. Sedangkan
ekspor terbesar ke Brazil adalah: (1) Industri Makanan; (2) Industri Bahan Karet, Barang dari
Karet, dan Plastik; dan (3) Industri Tekstil.
Grafik 7. Negara Asal Impor Industri Pengolahan Terbesar Bulan November 2020
Pada November 2020 ini impor industri pengolahan yang masuk ke Indonesia sebagian besar
masih didominasi oleh produk buatan (1) Tiongkok, diikuti oleh (2) Jepang, (3) Singapura, (4)
Korea Selatan, dan (5) Amerika Serikat. Jika dilihat secara year-on-year, impor dari Tiongkok
mengalami penurunan sebesar 5,49%; Jepang turun 22,41%; Singapura turun 26,39%; Korea
Selatan turun 1,84%, dan Amerika Serikat naik 1,30%.
Adapun nilai impor yang mengalami pertumbuhan positif tertinggi pada bulan November 2020
terhadap Oktober 2020 (month-to-month) berasal dari (1) Afrika Selatan sebesar 198,23%;
diikuti (2) Hongkong sebesar 63,22%; dan (3) Kanada sebesar 51,66%. Jika dirinci, 3 (tiga)
jenis industri pengolahan dengan nilai impor terbesar dari Afrika Selatan pada bulan November
2020 adalah: (1) Industri Logam Dasar; (2) Industri Kertas dan Barang dari Kertas; dan (3)
Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia. Sementara itu, impor terbesar dari
Hongkong adalah: (1) Industri Logam Dasar; (2) Industri Tekstil; dan (3) Industri Komputer,
Barang Elektronik, dan Optik. Sedangkan impor terbesar dari Kanada adalah: (1) Industri
Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia; (2) Industri Kertas dan Barang dari Kertas; dan (3)
Industri Komputer, Barang Elektronik, dan Optik.
Grafik 8. Nilai Impor Bahan Baku dan Penolong Industri Pengolahan Bulan November 2020
Pada November 2020, impor bahan baku dan penolong masih didominasi oleh sektor industri
Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia sebesar US$ 1,5 miliar. Dibandingkan dengan
November tahun 2019 turun 8,08% (yoy) namun meningkat 16,44% (mtm) dibandingkan
Oktober 2020. Demikian juga dengan industri logam dasar yang kembali mengalami
penurunan impor sebesar 9,25%(yoy) dibandingkan November 2019, namun mengalami
peningkatan 31,34% (mtm) dibandingkan Oktober 2020. Berbeda dengan periode Oktober
2020 dimana kedua sektor tersebut masih mengalami penurunan, pada bulan November ini
keduanya mengalami peningkatan. Secara umum, impor bahan baku dan bahan penolong
sektor industri pengolahan pada bulan November 2020 mengalami peningkatan rata-rata
20,85%(mtm) walaupun masih dibawah tahun 2019. Beberapa sektor yang mengalami
penurunan impor baik antar tahun maupun antar bulan adalah industri mesin dan
perlengkapan ytdl (turun 16,33% (yoy) atau 11,53% (mtm)), industri alat angkutan lainnya
(turun 2,21% (yoy) atau 1,3%(mtm)), industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki (turun
23,51% (yoy) atau 11,41%(mtm)), serta industri pakaian jadi (turun 82,44% (yoy) atau
18,30%(mtm)). Sedangkan sektor industri yang mengalami kenaikan baik antar tahun maupun
antar bulan yaitu industri pengolahan lainnya (naik 59,23% (yoy) atau 18,78% (mtm)), industri
farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (naik 10,33% (yoy) atau 5,47% (mtm)), Industri
kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu,
rotan dan sejenisnya (naik 0,40% (yoy) atau 27,26% (mtm)), serta industri pencetakan dan
reproduksi media rekaman (naik 4,89% (yoy) atau 25,47% (mtm)).
Grafik 9. Nilai Impor Barang Konsumsi Industri Pengolahan Bulan November 2020
Impor barang konsumsi bulan November 2020, masih didominasi oleh sektor industri
Makanan, dengan nilai impor mencapai US$ 0,2 miliar. Impor tersebut turun 11,38%(yoy)
jika dibandingkan November 2019 namun meningkat 22,28%(mtm) jika dibandingkan
Oktober 2020. Namun tidak demikian dengan industri farmasi, produk obat kimia, dan obat
tradisional, industri komputer, barang elektronik dan optik dan beberapa industri lainnya yang
mengalami kenaikan impor baik antar tahun maupun antar bulan. Industri farmasi, produk
obat kimia, dan obat tradisional mengalami kenaikan impor 39,22% (yoy) dibandingkan
November 2019 atau sebesar 31,01%(mtm) dibandingkan Oktober 2020. Demikian juga
dengan industri komputer, barang elektronik dan optik yang mengalami kenaikan impor
sebesar 11,69% (yoy) atau 12,51% (mtm). Secara umum rata-rata impor barang konsumsi
mengalami peningkatan yang cukup besar 36,18% (mtm) dibandingkan Oktober 2020
walaupun menurun 12,77% (yoy) dibandingkan November 2019. Persentase kenaikan impor
terbesar terjadi pada industri alat angkutan lainnya dimana impornya meningkat hingga
316,52% (mtm) walaupun masih lebih rendah dibandingkan November 2019 (turun 70,43%
(yoy)). Hal ini menunjukkan adanya sinyal baik dibandingkan periode Oktober 2020.
Demikian juga industri mesin dan perlengkapan ytdl meningkat 97,46% (mtm) walaupun
antar tahun turun 71,71% (yoy) dibandingkan November 2019.
Grafik 10. Nilai Impor Barang Modal Industri Pengolahan Bulan November 2020
Impor barang modal masih didominasi oleh sektor industri mesin dan perlengkapan dengan
nilai mencapai US$ 1,05 miliar. Impor tersebut naik 20,21% (mtm) walaupun turun 10,81%
(yoy) dibandingkan November 2019. Demikian juga dengan impor barang modal industri
Barang logam, bukan mesin dan peralatannya pada bulan November 2020 mengalami
kenaikan impor sebesar 19,32%(mtm) meskipun secara year on year mengalami penurunan
21,40% (yoy) jika dibandingkan November 2019. Secara umum, rata-rata impor barang modal
pada bulan November 2020 mengalami kenaikan baik secara year on year maupun month to
month yaitu sebesar 3,10% (yoy) atau 28,84%(mtm). Persentase kenaikan impor terbesar
dibandingkan Oktober 2020 terjadi pada industri pengolahan lainnya sebesar 83,66% (yoy)
atau 68,36% (mtm). Selanjutnya industri peralatan listrik yang meningkat 10,25% (yoy) atau
63,51% (mtm), serta industri komputer, barang elektronik dan optik sebesar 0,87% (yoy) atau
43,38% (mtm).Dengan kenaikan impor barang modal tersebut diharapkan menjadi awal
perbaikan ekonomi sektor industri manufaktur kedepan.
Lampiran