Anda di halaman 1dari 5

Macam-macam produk yang di

Impor Indonesia

Oleh: Nisfa Baiturrahmah


Kelas: VI A

Tahukah Anda daftar barang impor Indonesia? Dunia perdagangan semakin kompetitif dewasa ini.
Perjanjian perdagangan antarnegara juga semakin mempermudah melakukan transaksi. Pasar global
dan perindustrian pun berjalan lebih bebas. Dalam kegiatan perdagangan antarnegara, kita mengenal
adanya istilah ekspor dan impor. ekspor adalah kegiatan menjual barang ke luar negeri, sedangkan impor
adalah membeli barang dari luar negeri.
Berbagai kemudahan dalam bertransaksi seperti perjanjian pembayaran yang saling menguntungkan dan
tidak membahayakan bagi kedua belah pihak seperti kesepakatan membuka Letter Of Credit (LC) dan
pertukaran barang yang dibutuhkan di negara masing-masing serta kerjasama dengan pemerintah yang
mengurangi bea impor bagi produk tertentu, semakin memicu tingginya lalu lintas perdagangan
internasional.
Alasan mengimpor barang dari luar negeri antara lain adalah sebagai berikut.

Barang-barang yang dibeli dari luar negeri sebagian merupakan barang yang memang kesulitan
diproduksi dalam negeri atau belum ada industri yang memproduksi bahan impor ini namun
keberadaannya sangat diperlukan untuk sebuah proses produksi, misalnya zat kimia tertentu
untuk produksi farmasi, suku cadang untuk industri otomotif atau barang elektronik.

Produk yang diimpor merupakan hasil kegiatan pertanian, perkebunan yang dihasilkan di negara
asal sesuai dengan musim. Contohnya: buah pir, kurma, apel Washingotn, anggur red globe,
jeruk Lookam.

Bahan pokok untuk kebutuhan hidup sehari hari yang semestinya dihasilkan sebagai produk
pertanian dalam negeri namun karena suatu hal (gagal panen karena wabah besar atau musim
yang tak menentu) kesediaannya jauh dari ekspektasi pasar untuk memenuhi permintaan
konsumen, contohnya beras, bawang merah, bawang putih.

Produk yang diimpor sebenarnya serupa dengan yang telah diproduksi di dalam negeri namun
produk impor dinilai lebih menarik konsumen karena ragam pilihan dan kreasi yang ditunjukkan
sehingga nilai jualnya pun lebih tinggi, contohnya alat tulis dan peralatan kantor/sekolah, mainan
anak-anak, bahan tekstil, sepatu.

Seputar Daftar Barang Impor Indonesia


Berdasarkan jenis, kegunaan, manfaat, dan tujuan diadakannya barang dari luar negeri itulah, barang
impor dapat dibagi dalam tiga garis besar, yaitu barang impor bahan baku, bahan modal atau penolong,
serta barang konsumsi.
Barang impor bahan baku dan barang modal ini mencakup mesin besar, suku cadang hingga kendaraan
built in dan pesawat terbang. Bahan modal atau penolong contohnya zat adiktif untuk proses produksi
barang tertentu. Sedangkan barang konsumsi, selain produk pertanian dan perkebunan berbagai macam
aksesori, mainan, juga produk sandang serta kosmetik.
Data di Departemen Perindustrian dan APerdagangan menunjukkan bahwa selama semester awal di
tahun 2012 (kurun waktu Januari Agustus 2012), impor barang modal mengalami pertumbuhan 28,6%,
impor bahan baku atau penunjang tumbuh sebesar 6,9%, sedangkan impor bahan barang konsumsi
berhasil ditekan hingga hanya menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 1,8% dibandingkan periode
yang sama setahun sebelumnya (Januari Agustus 2011).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporannya di pertengahan tahun 2011, laju impor Indonesia
pada bulan Mei 2012 tercatat mencapai angka sebesar US$17,04 miliar masih lebih besar dibandingkan
jika ekspor Indonesia pada Mei 2012 yang hanya mencapai US$16,83 miliar. Dapat dikatakan neraca
perdagangan Indonesia pada saat itu mengalami defisit.
Impor barang di Indonesia didominasi oleh produk nonmigas dengan data pada tahun 2012 sebagai
berikut.

1. Mesin dan Peralatan Mekanik


Semester I-2012: nilai impor 13,95 miliar. Mesin dan peralatan mekanik yang diimpor ini biasanya adalah
mesin berat untuk keperluan produksi barang consumer goods hingga alat berat untuk pertanian seperti
traktor. Adakalanya barang impor ini merupakan bagian dari perjanjian yang dilakukan investor, proses
produksi dilakukan di Indonesia namun mesin dan peralatannya harus didatangkan dari Negara tertentu

2. Mesin dan Peralatan Listrik


Semester I-2012: 9,47 miliar. Laju perindustrian yang sedemikian pesat turut menyumbang tingginya
permintaan akan pengadaan mesin dan peralatan listrik karena tidak semua peralatan listrik dapat
diproduksi di dalam negeri, hal ini juga biasanya dipengaruhi kebijakan dari investor serta spesifikasi
produk tertentu yang memerlukan peralatan dari mancanegara.

3. Besi dan Baja


Semester I-2012: 5,306 miliar. Seiring meningkatnya pembangungan infrastruktur di segala bidang,
keberadaan akan besi dan baja terutama sangat dibutuhkan oleh industri yang bergerak di bidang
konstruksi. Apalagi pabrik baja sekelas Krakatau steel dan Ispatindo berada di Indonesia dan sebagian
bahan bakunya harus didatangkan dari luar negeri.

4. Kendaraan Bermotor dan Bagiannya


Semester I-2012: 4,93 miliar. Semakin maraknya pertumbuhan otomotif di Indonesia termasuk munculnya
varian motor baru buatan non Jepang (dahulu Indonesia hanya mengenal sepeda motor yang identik
dengan Jepang seperti Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Suzuki) impor kendaraan bermotor dan suku
cadangnya menunjukkan kenaikan yang signifikan pula .

5. Bahan Kimia Organik


Semester I-2012: 3,57 miliar. Zat kimia organik ini biasanya dibutuhkan oleh industri makanan, farmasi
hingga proses produksi pupuk.

6. Plastik dan Barang dari Plastik


Semester I-2012: 3,52 miliar. Seperti yang kita ketahui, produk plastic rumah tangga semakin diminati
konsumen karena relative lebih awet, tahan lama dan perawatannya pun mudah.

7. Pesawat Terbang dan Bagiannya


Semester I-2012: 2,35 miliar. Meski sempat memiliki PT. Dirgantara Indonesia yang terbukti mampu
memproduksi pesawat CN 235, untuk memenuhi permintaan industri jasa penerbangan, pesawat terbang

dan suku cadangnya harus diimpor karena pesawat penumpang sekelas Boeing hingga Sukhoi masih
diproduksi di manca Negara.

8. Barang dari Besi dan Baja


Semester I-2012: 2,30 miliar. Barang dari besi dan baja yang masih harus diimpor antara lain adalah
sekrup, pegas dan bagian-bagian tertentu untuk produk elektronika.

9. Serealia
Semester I-2012: 1,72 miliar. Impor serealia ini berkaitan dengan pesatnya industri makanan di
Indonesia, dari pabrik tepung hingga produksi roti dan sereal siap saji.

10. Pupuk
Semester I-2012: 1,54 miliar. Meski terdapat pabrik pupuk di Indonesia namun produksinya masih jauh
dari target untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional.
Sebagai perbandingan, nilai impor Indonesia pada bulan Maret 2013 menunjukkan trend penurunan
sebesar 4,01% disbanding pada bulan Februari 2013 atau setara dengan USD 14,70 miliar.
Namun, nilai impor untuk sektor minyak dan gas (migas) justru tercatat mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Data BPS menunjukkan bahwa pada bulan Maret 2013, nilai impor migas mencapai
angka USD 3,71 miliar atau naik 1,72% atau setara dengan USD 0,07 miliar.
Selain produk yang tercatat di atas, data dan catatan Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta
Badan Pusat Statistik memaparkan fakta bahwa barang yang diimpor menunjukkan ironi tersendiri.
Seperti contohnya impor beras, gula, garam, buah, daging sapi hingga batik!
Sebagai negara berkembang yang memiliki potensi cukup besar untuk meningkatkan produksi dalam
negeri, ditunjang dengan kekayaan alam yang begitu luas, Indonesia diharapkan mampu memenuhi
kebutuhan konsumen dalam negeri. Sungguh ironis dalam kenyataannya beberapa produk yang
seharusnya dapat dihasilkan secara optimal di dalam negeri terpaksa harus diimpor dan membuat kita
bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada negeri ini.
Sebagai contoh adalah saat Indonesia mengimpor beras dari Thailand, Kamboja, dan Vietnam,
mengimpor gula dari negara lain, padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan luas lahan
pertanian mencapai 15 juta ha. Namun hasil produksinya masih kurang untuk mencukupi jumlah
penduduknya. Puluhan Pabrik gula di Indonesia, lahan tebu yang melimpah ternyata tidak mampu
mencukupi produksi dalam negeri dengan alasan kurangnya pabrik rafinasi.
Di saat petani garam di Madura menjerit karena harga jual garam yang dinilai tidak mampu bersaing
dengan tingkat inflasi, data di BPS menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012, Indonesia telah
mengimpor garam sebesar 2,2 juta ton dengan nilai yang mencapai US$ 108 juta dengan negara
pemasok garam utama adalah Australia (sebanyak 1,6 juta ton dengan nilai US$ 80,9 juta), disusul India
(sebesar 566 ribu ton setara US$ 25,4 juta), dan Selandia Baru sebesar 1.574 ton dengan nilai US$ 596
ribu. Tak ketinggalan China sebesar 5.981 ton setara US$ 475 ribu dan Jerman dengan 429 ton setara
US$ 362 ribu.
Lebih ironi lagi, batik yang dibanggakan sebagai produk Indonesia yang mendunia ternyata sebagian
produknya dicetak di negara China seperti data BPS yang menunjukkan bahwa sepanjang 2012 tercatat
1.037 ton produk batik masuk dari China ke Indonesia yang setara dengan 285 miliar rupiah.

Sadar bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang berlimpah, tentu kita berharap
bahwa secara bertahap pembangunan dan pertumbuhan industri serta sektor pertanian di negara kita
akan mampu bangkit mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kita tak perlu menunggu satu dasawarsa lagi
untuk menjadikan produk lokal merajai negeri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai