Anda di halaman 1dari 9

Sumber :

Widarjono, A. 2018. Ekonometrika (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.


Model Probit melalui http://munawar.staff.ugm.ac.id/wp-content/probit.pdf (diakses pada 30
Oktober 2022 pukul 14.00 WIB)

Kinerja perdagangan internasional (ekspor dan impor) Indonesia selama masa pandemic adalah
sebagai berikut
Data BPS 2020 tentang ketidakstabilan nilai impor pada Januari 2020 hingga Juni 2020
diakibatkan pandemi Covid-19. Desember 2019 nilai impor sebesar USD12.373,6 juta,
sedangkan pada Januari 2020 nilai impor mengalami penurunan. Penurunan terbesar dialami
pada Februari 2020 dan Mei 2020. Pada Februari 2020 penurunan terjadi karena banyak negara
yang mengonfirmasi bahwa warga negaranya terinfeksi Covid-19, sehingga kegiatan impor
maupun ekspor dibatasi. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko penyebaran virus
Covid-19. BPS juga merilis nilai impor di sepuluh provinsi utama di Indonesia. Nilai impor
tertinggi untuk Negara Indonesia mulai Januari hingga Juni 2019 ditempati oleh Provinsi DKI
Jakarta dengan nilai (USD42.558,4 juta). Posisi kedua ditempati oleh Jawa Timur (USD11.392,7
juta), selanjutnya Jawa Tengah, Banten, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah,
Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara. Selama Januari hingga Juni 2020 Provinsi
DKI Jakarta masih menempati posisi pertama dengan nilai impor sebesar USD36.376,2 juta, dan
memberikan konstribusi sebanyak 51,30% dari total impor Indonesia. Provinsi dengan nilai
impor tertinggi kedua adalah Jawa Timur dengan nilai impor sebesar USD10.028,2 juta
(14,14%), diikuti oleh Provinsi Kepulauan Riau sebesar USD5.386,9 juta (7,60%), Banten
USD4.842,3 juta (6,83%), Jawa Tengah USD4.515,3 juta (6,37%), Sumatera Utara USD1.976,1
juta (2,79%), Kalimantan Timur USD1.006,1 juta (1,42%), Jawa Barat USD946,5 juta (1,34%),
Sulawesi Tengah USD913,5 juta (1,29%), dan Sulawesi Tenggara USD783,9 juta (1,11%). Provinsi
lainnya memiliki nilai impor yang berada di bawah USD750 juta. Perbedaan nilai impor sangat
terlihat jelas pada Provinsi DKI Jakarta, hal ini diakibatkan karena DKI Jakarta merupakan ibu
kota Negara Indonesia. DKI Jakarta merupakan pusat persebaran barang-barang yang datang
dari luar negeri. Selain itu, masyarakat atau penduduk ibu kota cenderung memiliki sifat yang
lebih konsumtif, sehingga persebaran nilai impor di DKI Jakarta jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan provinsi lainnya.
Ekspor dan impor Indonesia pada Juni 2021 mengalami peningkatan, baik secara bulanan
maupun tahunan. Peningkatan ekspor dan impor tersebut menunjukkan aktivitas ekonomi di
Indonesia terus pulih. Surplus Neraca Perdagangan telah dialami selama 14 bulan berturut-
turut sejak Mei 2020, termasuk pada Juni 2021 yang surplus US$1,32 miliar. Secara historis,
surplus pada 2020 bahkan mencapai rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir dengan
mencatatkan nilai sebesar US$21,62 miliar. Lebih jauh, angka ini juga telah mendekati rata-rata
performa surplus pada peak periode 2001-2011 dengan nilai sebesar US$26,16 miliar, sebelum
akhirnya Indonesia lebih sering defisit sejak 2012. Surplus tersebut khususnya ditopang oleh
beberapa komoditas nonmigas andalan Indonesia yaitu lemak dan minyak hewani atau nabati
(HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72). Namun, surplus neraca
perdagangan ditekan oleh beberapa komoditas yang mengalami defisit, utamanya berasal dari
reaktor nuklir, ketel, mesin dan peralatan mekanis (HS 84), mesin dan perlengkapan elektris
serta bagiannya (HS 85), serta plastik dan barang daripadanya (HS 39).

Berdasarkan data BPS (15 Juli 2021), nilai ekspor tercatat US$18,55 miliar dan impor US$17,23
miliar. Nilai ekspor di Juni 2021 ini mencatatkan rekor tertinggi sejak Agustus 2011, sedangkan
nilai impor merupakan tertinggi sejak Oktober 2018. Jumlah ekspor tersebut meningkat 54,46%
secara tahunan yaitu dari US$12,01 miliar di Juni 2020 menjadi US$18,55 miliar di Juni 2021,
sedangkan impor naik 60,12% dari US$10,76 miliar di Juni 2020 menjadi US$17,23 miliar di Juni
2021. Lebih lanjut, ekspor Indonesia ini memiliki performa yang lebih baik dibandingkan negara-
negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan (39,8% yoy), Taiwan (25,6% yoy), dan Vietnam (20,4%
yoy). Ekspor nonmigas berkontribusi 93,32% atau US$17,31 miliar dari dari total ekspor di Juni
2021, terdiri atas ekspor industri (75,91%), tambang (15,70%), dan pertanian (1,75%);
sementara ekspor migas menyumbang 6,64% saja atau US$1,23 miliar. Peningkatan ekspor juga
dipengaruhi oleh pergerakan harga komoditas global. Beberapa komoditas global yang
mengalami peningkatan harga antara lain batu bara (Australia) meningkat sebesar 148,94%
(yoy) dan CPO meningkat sebesar 54,99% (yoy). Kenaikan harga di kedua komoditas ekspor
utama Indonesia ini telah berkontribusi terhadap peningkatan kinerja ekspor di Juni 2021.
Sementara, nilai impor Juni 2021 sebesar US$17,23 miliar terdiri dari impor migas senilai
US$2,30 miliar dan nonmigas sebesar US$14,93 miliar. Secara penggunaan barang,
dibandingkan bulan sebelumnya, nilai impor seluruh golongan penggunaan barang selama Juni
2021 mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar menurut penggunaan barang terjadi pada
golongan barang modal yang meningkat sebesar 35,02% secara bulanan, diikuti bahan
baku/penolong sebesar 19,15% (mtm), dan barang konsumsi sebesar 16,92% (mtm). Capaian
kinerja Neraca Perdagangan juga dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas manufaktur negara
mitra dagang utama, terutama Amerika Serikat dan Tiongkok. Indeks PMI Manufaktur di kedua
negara tersebut masih berada di level ekspansif, yakni 62,1 (AS) dan 51,3 (Tiongkok). Masih
tingginya permintaan global telah mendorong aktivitas produksi dalam negeri untuk memenuhi
hal itu, sehingga indeks PMI Manufaktur Indonesia berada di level 53,5 dan kinerja ekspor
Indonesia meningkat di Juni 2021.

Sumber :
Widodo, T. 2021. Ekonomi Internasional (Edisi 3). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Putri, D. P. T dkk. 2016. Pengaruh COVID-19 Terhadap Kegiatan Ekspor Impor di Indonesia
melalui https://ejurnal.pip-semarang.ac.id/index.php/jdb/article/download/271/136/ (diakses
pada 06 November 2022 pukul 13.00 WIB)
Surplus Neraca Perdagangan Tunjukkan Keberlanjutan Pemulihan Sektor Ekonomi malalui
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3151/surplus-neraca-perdagangan-tunjukkan-
keberlanjutan-pemulihan-sektor-ekonomi (diakses pada 06 November 2022 pukul 13.15 WIB)
Pengertian Barang Publik dan Ekternalitas Dan menjelaskan Ekternalitas dan Hak Kepemilikan
serta Instrumen Ekonomi Untuk Mengoreksi Ekternalitas

Pengertian Barang Publik


Barang publik dicirikan oleh sifat yang non-rivalry (tidak ada ketersaingan) dalam
mengkonsumsinya dan non-excludability (anda tidak bisa melarang atau exclude orang lain
untuk mengkonsumsinya). Dalam konteks sumber daya alam sebagian besar sumber daya alam
berada dalam ranah barang publik murni atau “common resources”. Sifat non-excludablity
menjadi ciri khas dari sumber daya alam meski ekstraksi dapat dibatasi melalui regulasi (rivalry).
Sifat dari exclubality ini pula yang kemudian menimbulkan masalah free rider (penumpang
gelap) dan eksternalitas. Eksternalitas yakni dampak yang ditimbulkan dari satu pihak terhadap
pihak lain bekerja dengan mekanisme yang berbeda antara public good dan common property.
Pada public good, eksternalitas timbul karena barang yang memiliki nilai positif namun gratis
(misalnya udara). Pada barang dengan sifat common property, eksternalitas timbul karena
ketika satu pihak mengkonsumsi akan mengurangi ketersediaan untuk pihak lain.

Pengertian Eksternalitas
Sebagaimana telah dijelaskan, sifat barang publik dan common property resources akan
menimbulkan masalah eksternalitas. Secara umum eksternalitas dapat diartikan bahwa
manfaat atau biaya dari mengkonsumsi (memanfaatkan) barang publik atau common resources
berdampak pada mereka yang tidak mengkonsumsi atau memanfaatkannya. Pada dasarnya
eksternalitas ini bisa bersifat positif dan negatif.

Hak Kepemilikan
Sifat barang publik yakni “non-excludable” merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya
eksternalitas. Sifat “non-exludability” ini timbul karena absennya hak kepemilikan. Hal ini
berbeda dengan barang privat dimana hak kepemilikan dapat terlihat dengan jelas dan bisa
ditunjukkan dengan kuitansi pembelian (misalnya kepemilikan atas handphone). Tidak demikian
halnya dengan sumber daya alam seperti sungai, laut, udara, dan sebagainya di mana hak
kepemilikan barang tidak terdefinisikan dengan jelas sehingga menimbulkan konsumsi yang
berlebihan, free rider dan eksternalitas. Menurut Field (2003), untuk mencapai pemanfaatan
sumber daya yang efisien secara sosial, hak kepemilikan juga harus memiliki karakteristik:
 Utuh (complete) atau sempurna
 Dapat dikukuhkan atau Enforceable
 Dapat ditransfer (Transferable)
 Dapat disatukan melalui pasar yang kompetitif
Selain dari tipologi dan karakteristik di atas, menurut Hackett (2006) hak kepemilikan dapat
dibedakan berdasarkan siapa yang memiliki hak tersebut dan dikelompokkan menjadi empat
jenis yaitu :
 Hak kepemilikan privat (private property right)
 Hak kepemilikan bersama (common property right)
 Hak kepemilikan negara (state property rights)
 Open acces.

Hak Kepemilikan Sebagai Instrumen Eksternalitas


Ketiadaan hak kepemilikan menyebabkan pasar tidak bisa bekerja dengan sempurna, karena insentif
untuk memiliki sumber daya tidak ada maka sumber daya akan terkuras dengan cepat dan menimbulkan
eksternalitas. Dengan pengukuhan hak kepemilikan maka insentif untuk memiliki sumber daya timbul
dan sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara lebih efisien. Adanya hak kepemilikan memungkinkan
pula terjadinya transaksi pasar melalui interaksi valuntary (tidak dipaksakan) antara penjual dan
pembeli. Beberapa program pemerintah seperti Hutan Kemasyarakatan (Hkm) atau penerapan Daerah
Perlindungan Laut (DPL) oleh masyarakat adalah contoh dari instrumen hak kepemilikan untuk
mengurangi eksternalitas. Demikian pula halnya dengan program pemerintah melalui Daerah
Perlindungan Laut (DPL) berbasis masyarakat yang ditujukan selain untuk mengurangi eksternalitas
berupa kerusakan ekosistem pesisir dan laut, juga bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya alam. Mekanisme DPL juga dijalankan dengan memberikan hak
pengelolaan suatu kawasan kepada sekelompok masyarakat untuk mengelola sumber daya pesisir
sehingga dapat dimanfaatkan dengan lebih optimal dan berkelanjutan.

Instrumen Ekonomi Untuk Mengoreksi Eksternalitas


Penggunaan hak kepemilikan untuk mengatasi eksternalitas (pendekatan coasian), bukanlah satu-
satunya cara menangani eksternalitas. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan commond dan control atau CAC. Pendekatan ini lebih didasarkan pada penegakan aturan,
seperti larangan merokok, larangan mencemari sungai dan sebagainya. Pendekatan CAC memerlukan
pengawasan yang ketat dan biaya yang mahal untuk memaksa orang mentaati aturan. Dalam
prakteknya pendekatan ini sering kurang efektif dalam menangani eksternalitas. Alternatif lain dalam
mengurangi eksternalitas adalah melalui instrumen ekonomi. Instrumen ini bekerja dengan mengubah
biaya dan manfaat pelaku usaha sehingga akan mengubah output dan mengubah eksternalitas. Salah
satu penggunaan instrumen ini adalah menggunakan pajak untuk meningkatkan biaya pelaku usaha,
instrumen ini pertama kali dikenalkan oleh A.C Piigou pada abad ke-19 dikenal dengan Pigovian
Approach atau pendekatn Pigovian. Selain dari hak kepemilkan dan melalui Common and Control,
eksternalitas juga dapat dikoreksi melalui instrument ekonomi yakni melalui Pigovian tax. Meski cukup
efektif dalam mengurangi eksternalitas secara teoritis, instrument ini juga memiliki kelemahan dalam
implementasinya.

Sumber : Fauzi, A. 2018. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan (Edisi 2). Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

1. Perkembangan cara melakukan transaksi pembayaran adalah sebagai berikut


Sistem pembayaran berat kaitannya dengan uang sebagai alat dalam menyelesaikan
transaksi pembayaran yang dilakukan oleh masyarakat. Perkembangan cara melakukan
transaksi pembayaran berawal dari pertukaran barang dengan barang atau yang lebih
dikenal dengan barter, pembayaran secara tunai, dan pembayaran secara non tunai.
Pembayaran tunai berkembang dari uang komoditas seperti uang emas, Berak, perunggu
dan tembaga, Uang kartal yang dikeluarkan oleh bank sentral seperti uang kertas dan uang
logam. Sedangkan pembayaran nontunai berkembang dari uang berbasis warkat (seperti
cek dan bilyet giro), keuangan berbasis kartu dan uang berbasis elektronik. Barter saat ini
masih dilakukan oleh masyarakat, seperti barter pesawat terbang Indonesia dengan mobil
Proton Malaysia, tukar tambah dalam jual beli mobil dan rumah. Sedangkan penggunaan
uang nontunai dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan sebagai akibat
kemajuan teknologi yang meningkat demikian pesat.

2. Peran penting sistem pembayaran dalam perekonomian


a. Sebagai elemen penting dalam infrastruktur keuangan suatu perekonomian untuk
mendukung stabilitas keuangan. Gangguan yang terjadi pada sistem pembayaran dapat
mengganggu kewajiban pembayaran, yang akan menyebabkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap likuiditas dan stabilitas sistem keuangan dan perbankan.
b. Sebagai saluran penting pengendalian ekonomi yang efektif, khususnya melalui
kebijakan moneter. Dengan lancarnya sistem pembayaran, kebijakan moneter dapat
lebih cepat mempengaruhi likuiditas perekonomian, sehingga proses transmisi kebijakan
moneter dari sistem perbankan ke sektor riil dapat berjalan lancar.
c. Sebagai alat untuk mendorong efisiensi ekonomi. Dengan lancarnya sistem pembayaran,
penyelesaian berbagai transaksi ekonomi dapat terlaksana lebih cepat dan aman, yang
akan mempercepat perputaran uang, mempermudah perencanaan keuangan, dan
meningkatkan produktivitas perekonomian.
Disamping hal tersebut di atas, sistem pembayaran juga memiliki peranan penting dalam
perekonomian yaitu untuk menjaga stabilitas keuangan dan perbankan, sebagai sarana
transmisi kebijakan moneter, serta sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi
suatu negara.
Sumber :
Ascarya, dkk. 2022. Kebanksentralan dan Kebijakan Moneter (Edisi 2). Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

1. Sistem ekonomi campuran pada tahap selanjutnya telah membentuk suatu negara
kesejahteraan.
1. Jelaskan: pengertian negara kesejahteraan secara umum.
2. Jelaskan kewajiban  yang harus dilakukan oleh negara.
2. Secara substansial kesejahteraan negara mencakup pengertian (1) sebagai kondisi sejahtera,
(2) sebagai pelayanan  sosial, (3) sebagai proses atau usaha yang terencana. Jelaskan tiga
pengertian tersebut menurut pemahaman saudara
3. Ditinjau dari model negara kesejahteraan, Indonesia dapat dimasukkan dalam model apa,
bagaimana pendapat saudara
1. Sistem ekonomi campuran pada tahap selanjutnya telah membentuk suatu negara
kesejahteraan
1.1. Pengertian negara kesejahteraan secara umum adalah suatu negara yang ingin
menciptakan demokrasi seluas-luasnya seperti kesempatan mendapatkan lapangan
pekerjaan, penguasaan teknologi, Pendidikan dan sebagainya.
1.2. Kewajiban  yang harus dilakukan oleh negara adalah menghalangi penyebab kemiskinan
struktural yang menghalangi kelompok-kelompok tertentu untuk masuk ke dalam pasar
yang dilakukan dengan melakukan Tindakan sebagai berikut:
 Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa yang digunakan untuk
operasional negara.
 Penarikan Pajak.
 Pemberian subsidi kepada pihak yang membutuhkan.

2. Pengertian atas:
2.1 Sebagai kondisi sejahtera
Pengertian ini biasanya menunjuk pada istilah Kesejahteraan Sosial sebagai kondisi
terpenuhinya kebutuhan material dan nonmaterial. kondisi Sejahtera terjadi manakala
kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan,
Pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi, serta manusia
memperoleh perlindungan dari risiko risiko utama yang mengancam kehidupannya.
2.2 Sebagai pelayanan sosial
Pelayanan sosial pada umumnya mencakup lima bentuk yaitu jaminan sosial,
pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal.
2.3 Sebagai proses atau usaha yang terencana
Sebagai proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-
lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan (pengertian pertama) melalui pemberian pelayanan sosial
(pengertian kedua) dan tunjangan sosial (pengertian ketiga)

3. Ditinjau dari model negara kesejahteraan, Indonesia dapat dimasukkan dalam model
Minimal. Hal tersebut dapat diketahui dari landasan konstitusional seperti UUD 1945, UU
Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan sosial
yang masih kecil dimana hal tersebut termasuk dalam karakteristik dari model Minimal.

Sumber :
Hamid, E. S. 2018. Sistem Ekonomi (Edisi 3). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

1. Prinsip-prinsip Good Governance adalah sebagai berikut:


a. Partisipasi (Participation)
Penyelenggaraan pemerintahan harus mengakomodir kepentingan bersama serta
melibatkan masyarakat dan pihak swasta. Sebagai pemilik kedaulatan, setiap warga
negara mempunyai hak dan kewajiban untuk mengambil bagian dalam proses
bernegara, berpemerintahan serta bermasyarakat. Partisipasi tersebut dapat dilakukan
secara langsung maupun melalui institusi intermediasi seperti DPRD, LSM dan lain
sebagainya. Partisipasi yang diberikan dapat berbentuk buah pikiran, dana, tenaga
maupun bentuk-bentuk lainnya yang bermanfaat. Partisipasi warga negara dilakukan
tidak hanya pada tahapan implementasi, tetapi secara menyeluruh mulai dari tahapan
penyusunan kebijakan, pelaksanaan, evaluasi serta pemanfaatan hasil-hasilnya.
b. Penegakan Hukum (Rule of Law)
Good governance dilaksanakan dalam rangka demokratisasi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Salah satu syarat kehidupan demokrasi adalah adanya penegakan hukum
yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bula Tanpa penegakan hukum yang tegas,
tidak akan tercipta kehidupan yang demokratis, melainkan anarki. Tanpa penegakan
hukum, orang secara bebas berupaya mencapai tujuannya sendiri tanpa mengindahkan
kepentingan orang lain, termasuk menghalalkan segala cara. Oleh karena itu, langkah
awal penciptaan good governance adalah membangun sistem hukum yang sehat, baik
perangkat lunaknya (software), perangkat kerasnya (hardware) maupun sumber daya
manusia yang menjalankan sistemnya (humanware).
c. Transparansi (Transparency)
Salah satu karakteristik good governance adalah keterbukaan. Karakteristik ini sesuai
dengan semangat jaman yang serba terbuka akibat adanya revolusi informasi.
Keterbukaan tersebut mencakup semua aspek aktivitas yang menyangkut kepentingan
publik mulai dari proses pengambilan keputusan penggunaan dana-dana publik sampai
pada tahapan evaluasi.
d. Daya Tanggap (Responsivencess)
Sebagai konsekuensi logis dari keterbukaan maka setiap komponen yang terlibat dalam
proses pembangunan good governance perlu memiliki daya tanggap terhadap keinginan
maupun keluhan para pemegang saham (stake holder). Upaya peningkatan daya
tanggap tersebut terutama ditujukan pada sektor publik yang selama ini cenderung
tertutup, arogan serta berorientasi pada kekuasaan. Untuk mengetahui kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh sektor publik, secara periodik perlu
dilakukan survei untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen (customer satisfaction).
e. Orientasi pada Konsensus (Consensus Orientation)
Kegiatan bernegara, berpemerintahan dan bermasyarakat pada dasarnya adalah
aktivitas politik, yang berisi dua hal utama yaitu konflik dan konsensus. Di dalam good
governance, pengambilan keputusan maupun pemecahan masalah bersama lebih
diutamakan berdasarkan konsensus, yang dilanjutkan dengan kesediaan untuk konsisten
melaksanakan konsensus yang telah diputuskan bersama. Konsensus bagi bangsa
Indonesia sebenarnya bukanlah hal baru, karena nilai dasar kita dalam memecahkan
persoalan bangsa adalah melalui musyawarah untuk mufakat
f. Keadilan (Equity)
Melalui prinsip good governance, setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh kesejahteraan. Adanya perbedaan kemampuan pada masing-masing
warga maka sektor publik perlu memainkan peranan agar kesejahteraan dan keadilan
dapat berjalan seiring sejalan.
g. Keefektifan dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Agar mampu berkompetisi secara sehat dalam percaturan dunia, kegiatan ketiga domain
dalam governance perlu mengutamakan efektivitas dan efisiensi dalam setiap kegiatan.
Tekanan perlunya efektivitas dan efisiensi terutama ditujukan pada sektor publik karena
sektor ini menjalankan aktivitasnya secara monopolistik. Tanpa adanya kompetisi tidak
akan tercapai efisiensi.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Setiap aktivitas yang berkaitan dengan kepentingan publik perlu
mempertanggungjawabkannya kepada publik. Tanggung gugat dan tanggung jawab
tidak hanya diberikan kepada atasan saja melainkan juga pada para pemegang saham
(stake holder), yakni masyarakat luas. Secara teoritis, akuntabilitas itu sendiri dapat
dibedakan menjadi lima macam yaitu sebagai berikut: 1) akuntabilitas organisasional
administratif, 2) akuntabilitas legal; 3) akuntabilitas politik; 4) akuntabilitas profesional;
5) akuntabilitas moral.
i. Visi Strategis (Strategic Vision)
Dalam era yang berubah secara dinamis seperti sekarang ini, setiap domain dalam good
governance perlu memiliki visi yang strategis. Tanpa adanya visi semacam ini maka
suatu bangsa dan negara akan mengalami ketertinggalan. Visi itu sendiri dapat
dibedakan antara visi jangka panjang.

2. Pilar – pilar good governance terdiri dari hal-hal berikut:


a. Negara dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
 Menciptakan kondisi politik, ekonomi, dan social yang stabil;
 Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan;
 Menyediakan public service yang efektif dan accountable;
 Menegakkan HAM;
 Melindungi lingkungan hidup;
 Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik.
b. Sektor Swasta dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
 Menjalankan industry;
 Menciptakan lapangan kerja;
 Menyediakan insentif bagi karyawan;
 Meningkatkan standar hidup masyarakat;
 Memelihara lingkungan hidup;
 Menaati peraturan;
 Transfer ilmu pengeahuan dan teknologi kepada masyarakat;
 Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM.
c. Masyarakat Madani dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:
 Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi;
 Mempengaruhi kebijakan publik;
 Sebagai sarana cheks and balances pemerintah;
 Mengembangkan SDM;
 Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat.

Sumber :
Lestari, E. P. 2018. Sistem Keuangan Pusat dan Daerah (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Arti penting kemampuan prediksi sebuah model adalah sebagai berikut

Prediksi yang kuat merupakan kriteria yang diinginkan karena bisa memfasilitasi evaluasi model
dan uji model. Sebuah model bisa memiliki prediksi yang tepat ketika model tersebut membuat
prediksi yang precise atau kuat. Ketika sebuah model membuat prediksi yang kuat, akan mudah
untuk menyalahkan model tersebut secara empiris, bahkan hanya dengan data yang sedikit.
Model merupakan alat yang berguna bagi para pembuat keputusan untuk membuat ramalan
atas masa yang akan datang atau membuat keputusan untuk kasus tertentu. Tantangan bagi
para pemodel ekonomi adalah membangun model yang bisa mempredikasi dengan presisi
tinggi, dan terbukti benar secara empiris sehingga jika dikaitkan dengan hal tersebut maka arti
penting kemampuan prediksi sebuah model adalah untuk memahami dunia ekonomi dan
membantu dalam membuat keputusan yang tepat. Misalnya dalam dunia perbankan, suatu
model yang diharapkan dapat memberikan prediksi yang sangat baik terhadap kejadian di masa
mendatang. Model tersebut diperlukan oleh bank dan perusahaan pembiayaan dalam
bentuk credit scoring model untuk memperkirakan apakah seseorang yang mengajukan aplikasi
pinjaman akan macet kreditnya atau tidak.  Tentu saja kejadian bahwa kreditnya tersebut perlu
diprediksi jauh hari sebelum diberikan keputusan apakah aplikasinya ditolak atau diterima. 
Mereka yang diprediksi akan memiliki peluang besar untuk gagal bayar akan memperoleh skor
kecil berdasarkan model yang dibangun, sebaliknya mereka yang diprediksi akan mampu
membayar dengan lancar diberikan skor besar oleh model.

Sumber :
Hakim, A. 2019. Teknik dan Analisis Ekonomi (Edisi 1). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sartono, B. 2017. Ensemble Learning: Primadona Analitik di Masa Depan (INFOKOM Des 2016)
melalui https://bagusco.staff.ipb.ac.id/tag/predictive-modeling/ (diakses pada tanggal 06
November 2022 pukul 13.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai