Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DAMPAK VIRUS CORONA TERHADAP EKSPOR dan IMPOR di INDONESIA

DOSEN PENGAMPU: NOOR INDAH RACHMAWATI, SE, MM

DISUSUN OLEH :

IRFAN BUDI PRASETYO

(201811518)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penulis

23 Maret 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koronavirus merupakan virus beramplop dengan genom RNA utas tunggal plus
dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris. Jumlah genom koronavirus berkisar antara
27–34 kilo pasangan basa, terbesar di antara virus RNA yang diketahui.Koronavirus
manusia yang ditemukan pada tahun 2003, SARS-CoV, yang menyebabkan sindrom
pernafasan akut berat (SARS), memiliki patogenesis yang unik karena menyebabkan
infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah.
Dalam transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah
ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari
membeli dan menjual baramg antara pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-
negara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut
dan darat itu tidak jarang timbul berbagai masalah yang kompleks antara pengusaha-
pengusaha yang mempunyai bahasa, kebudayaan,adat istiadat dan cara yang berbeda-
beda.
Dengan istilah ekspor-impor dalam mewujudkan peraturan perundang-undangan
yang berlandaskan pancasila dan undang- undang dasar 1945, yang di dalamnya
terkandung asas keadilan Terjadinya perdagangan dapat memberi pengaruh positif dan
pengaruh negatif, menjunjung tinggi hak setiap angota masyarakat dan menempatkan
kewajiban pabean sebagai kewajiban kewarganegaraan yang mencerminkan peran serta
anggota masyarakat dalam menghimpun dana, maka peraturan perundang-undangan
kepabeanan ini sebagai hukum fiskal yang harus dapat menjamin perlindungan
kepentingan masyarakat, kelancaran arus barang, orang dan dokumen yang optimal,
danmenciptakan iklim usaha yang dapat lebih mendorong laju pembangunan nasional.
Pengaruh keseluruhan dari perdagangan ekspor-impor ini tanpa memandang
penyebab-penyebabnya adalah untuk memberikan keuntungan bagi negara-negara yang
mengimpor dan mengekspor barang-barang tersebut. Transaksi ekspor- impor secara
langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang terlibat
didalamnya. Dengan adanya virus corona yang menyebar ke beberapa negara membuat
ekspor dan impor berkurang, dan tentunya membuat masalah bagi negara-negara yang
terkena dampak dari virus corona tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dampak virus corona terhadap ekspor dan impor di indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dampak virus corona terhadap ekspor dan impor di indonesia.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Dampak dari Virus Corvid-19 Bagi Ekspor dan Impor di Indonesia

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan
memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri.

Sedangkan,Ekspor adalah kegiatan menjual barang ke luar negeri. Ekspor merupakan


kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, Daerah pabean ini merupakan suatu
bagian wilayah dari Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, wilayah perairan dan
juga ruang udara di atasnya, juga meliputi tempat-tempat tertentu yang ada dalam Zona
Ekonomi Eksklusif serta landas kontinen.

Virus Corona (COVID-19) dua bulan terakhir ini menjadi topik permasalahan di dunia
internasional sehingga sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia termasuk
Indonesia. Permasalahan tersebut terjadi pada sektor pariwisata yang mengalami
penurunan sangat drastis akibat pelarangan penerbangan sementara oleh Pemerintah
Indonesia dari dan ke Tiongkok serta perdagangan ekspor dan impor Indonesia-China
terutama pada komoditas buah-buahan dan hewan.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan
Johnny Widjaja, sejak ada kabar tentang Virus Corona, para pembeli di China langsung
menghentikan pembelian. Para eksportir buah yang paling ‘menangis’ adalah mereka yang
melakukan penjualan atau pengiriman barang dengan skema CNF (Cost and Freight/CFR)
atau pembayaran yang dilakukan setelah barang tiba di pelabuhan tujuan ekspor. Bahkan
ada yang sudah mengirim barang di kapal, namun di tengah perjalanan terjadi pembatalan.

Tak hanya impor, beberapa produk ekspor Indonesia ke China juga berpotensi
melemah. Secara otomatis, Negeri Tirai Bambu tersebut akan mengurangi jumlah
permintaannya. Terlebih lagi secara global banyak pabrik di China yang mengurangi
produksi karena penduduk tidak bisa bekerja akibat Virus COVID-19 ini.
Pada kenyataannya, tidak semua produk impor mengalami penghentian. Impor
elektronik sampai saat ini masih berjalan kecuali hewan hidup dan buah-buahan. Larangan
impor ini diambil untuk mengantisipasi penyebaran Virus Corona dari hewan. Pasalnya,
penyebaran virus yang menewaskan ribuan orang di China itu diduga tak hanya melalui
manusia saja melainkan juga hewan.

Pemerintah harus benar-benar memperhatikan dampak dari Virus Corona ini karena
China merupakan mitra dagang Indonesia.Virus Corona yang semakin menyebar
memberikan dampak perlahan tapi pasti, terutama pada perekonomian Indonesia. Sadar
bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi sebagian besar oleh sektor konsumsi,
pemerintah akan terus melakukan percepatan belanja kementerian dan lembaga di kuartal I
2020.Hal ini juga sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo untuk membelanjakan
anggaran dalam mengantisipasi Virus Corona yang mungkin akan menggerus konsumsi
awal tahun ini.

Menurut Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi,
pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat didukung oleh konsumsi yakni sebanyak 56%
porsinya dan sebenarnya konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh makanan dan minuman
saja, tetapi juga pakaian, transportasi, komunikasi, dan lainnya.

Selain fokus pada belanja kementerian dan lembaga, pemerintah juga akan fokus dalam
menyalurkan bantuan sosial agar seluruh masyarakat bisa segera menikmati bantuan tanpa
terhambat dampak Virus Corona.Pemerintah juga akan terus menghidupkan kembali
destinasi wisata yang ada dengan membuat bundling paket-paket wisata dan memberikan
harga khusus agar masyarakat mau melakukan perjalanan.

Selain mendorong belanja pemerintah, nantinya belanja padat karya untuk kegiatan
produktif juga akan terus didorong, serta akan dilakukan percepatan penyerapan Kredit
Usaha Rakya (KUR) seperti meningkatkan plafon penerimaan KUR.Terkait dengan
dampak perdagangan yang disebabkan oleh penyebaran Virus Corona, menurut Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, belum ada dampak signifikan Virus Corona
terhadap kinerja perdagangan Januari 2020. Pihaknya belum dapat mengungkapkan secara
detail terkait angka ataupun realisasi ekspor dan impor antara Indonesia dan China pada
Februari 2020 karena masih berjalan hingga saat ini.

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860 juta
per Januari 2020. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$ 13,41
miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$ 14,28 miliar. Berdasarkan nilai
impor, tercatat total nilai impor non migas dari tiga belas negara selama Januari 2020
adalah sebesar US$9,67 miliar. Angka tersebut turun 3,14% dibanding Desember 2019.

Kondisi ini disebabkan oleh turunnya nilai impor pada beberapa negara utama, salah
satunya adalah China sebesar 3,08% menjadi US$ 125,2 juta. Sementara untuk negara
lainnya, Thailand dari 14,14% menjadi US$ 104,5 juta dan Australia dari 26,36% menjadi
US$ 86,9 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi kinerja impor Indonesia pada Februari
2020 tercatat US$11,6 miliar atau turun 18,69 persen dari periode Januari 2020 (mtm)
US$14,27 miliar.Penurunan impor pada Februari 2020 cukup dalam, yaitu turun 18,69
persen dibandingkan Januari 2020. impor migas turun 12,05 persen dan nonmigas turun
19,77 persen. Jika dilihat dari tahun ke tahun (year on year), impor RI turun 5,11 persen
dari US$12,23 miliar menjadi US$11,60 miliar.

Tangkal Dampak Corona, Pemerintah Siapkan Stimulus Ekspor Impor: Ada empat
kebijakan untuk menstimulus perdagangan guna menekan dampak penyebaran virus
corona terhadap perekonomian.Bahwa pertama, pemerintah akan menyederhanakan
berbagai ketentuan larangan-pembatasan (lartas) atau Tata Niaga Ekspor. Contohnya,
penyederhanaan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), health certificate, Surat
Keterangan Asal, dan lainnya.Kedua, pemerintah akan mengurangi lartas impor dan
melakukan percepatan proses impor, terutama untuk barang yang diimpor oleh 500
importir terpercaya (reputable importer) .Ketiga, pengurangan lartas khususnya untuk
impor bahan baku.Langkah tersebut dilakukan untuk memperlancar pasokan bahan baku
dan bahan penolong industri agar kegiatan produksi tak terganggu.Keempat, pemerintah
akan mengurangi biaya logistik dengan melakukan efisiensi proses logistik, mislanya
dengan mendorong integrasi Indonesia National Single Window (INSW) dengan
Inaportnet melalui pembentukan National Logistics Ecosystem untuk mengurangi biaya
logistik di pelabuhan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dampak Virus CoronaPermasalahan tersebut terjadi pada sektor pariwisata yang


mengalami penurunan sangat drastis akibat pelarangan penerbangan sementara oleh
Pemerintah Indonesia dari dan ke Tiongkok serta perdagangan ekspor dan impor
Indonesia-China terutama pada komoditas buah-buahan dan hewan.Sementara itu, neraca
perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 860 juta per Januari 2020. Defisit
tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$ 13,41 miliar, lebih rendah dari
neraca impor yang mencapai US$ 14,28 miliar. Berdasarkan nilai impor, tercatat total
nilai impor non migas dari tiga belas negara selama Januari 2020 adalah sebesar US$9,67
miliar. Angka tersebut turun 3,14% dibanding Desember 2019.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi kinerja impor Indonesia pada
Februari 2020 tercatat US$11,6 miliar atau turun 18,69 persen dari periode Januari 2020
(mtm) US$14,27 miliar. Penurunan impor pada Februari 2020 cukup dalam, yaitu turun
18,69 persen dibandingkan Januari 2020. impor migas turun 12,05 persen dan nonmigas
turun 19,77 persen. Jika dilihat dari tahun ke tahun (year on year), impor RI turun 5,11
persen dari US$12,23 miliar menjadi US$11,60 miliar.
DAFTAR PUSTAKA

https://katadata.co.id/berita/2020/03/04/tangkal-dampak-corona-pemerintah-
siapkan-stimulus-ekspor-impor

https://bisnis.tempo.co/read/1320148/dampak-corona-bps-impor-indonesia-turun-
1869-persen/full&view=ok

https://salamadian.com/pengertian-ekspor-dan-impor/

Anda mungkin juga menyukai