Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANDIRI

AKUNTANSI PERPAJAKAN

DAMPAK COVID-19 TERHADAP PERPAJAKAN


DI INDONESIA

Disusun Oleh :
Nama Anggota Kelompok : Aisyah (180810102)
Benia Arfilia (180810122)
Jova Yolanda (180810076)
Salfirani (180810161)
Yuni Fivta Nurhajizah (180810141)
Dosen : Mortigor Afrizal Purba, S.E.Ak., M.Ak., C.A.
Kode Kelas : 211-AC017-M1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan, Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas mandiri mengenai “Dampak Covid-19 Terhadap Perpajakan di Indonesia”
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami berterima kasih kepada Bapak Mortigor Afrizal Purba, S.E.Ak., M.Ak.,
C.A. Selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Perpajakan Universitas
Putera Batam yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap tugas
mandiri ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai apa saja yang akan dijelaskan secara rinci mengenai pengiriman
jasa uang, inkaso, dan kartu plastik dalam makalah ini. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan sarannya. Mengingat tidak ada yang sempurna tanpa
adanya saran.

Batam, 25 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Pajak......................................................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Pajak ............................................................................................. 4
2.1.2 Fungsi Pajak ................................................................................................... 5
2.1.3 Sumber Hukum Pajak .................................................................................... 6
2.1.4 Jenis Pajak ...................................................................................................... 6
2.1.5 Tarif Pajak ...................................................................................................... 7
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak .............................................................................. 7
2.1.7 Unsur Pajak .................................................................................................... 8
2.2 Sistem Perpajakan di Indonesia ........................................................................... 9
2.3 Upaya Reformasi Perpajakan di Indonesia ......................................................... 9
2.4 Covid-19 ................................................................................................................ 10
2.4 Studi Kasus ........................................................................................................... 12
2.4.1 Pembahasan Kasus ....................................................................................... 12
2.4.2 Solusi Kasus ................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 14
3.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Covid-19 merupakan penyakit menular yang penyebabnya dari virus Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 yang menular dari manusia ke
manusia serta telah menyebar luas. Bermula di Wuhan, Hubei, Cina lalu virus ini
mulai masuk ke Indonesia pada maret 2020. Dimana kasus pertama berasal dari
adanya pertemuan antaraseorang perempuan berwarga negara jepang yang masuk
ke wilayah Indonesia. Masifnya penyebaran covid-19 membuat peningkatan kasus
positif virus ini sangat cepat dimana pada 15 agustus 2020 sudah terdapat 135.123
kasus positif dengan kasus 6.021 orang meninggal dan 89.618 dinyatakan
sembuh. Respon pemerintah terhadap pandemi covid-19, sejak awal maret 2020
pemetintah menetapkan pembatasan seperti kebijakan menjaga jarak sosial,
menghindari kerumunan serta menjaga jarak antara orang minimal dengan jarak
1,8 meter. Adanya kebijakan tersebut, timbul gangguan pada nilai dunia usaha
yang menyebabkan berbagai sektor serta skala usaha berhenti operasi sementara
bahkan ada yang permanen (Dewi Syanti, Widyasari, 2020).
Gangguan pada rantai nilai dunia tersebut menyebabkan berbagai dampak
pada perekonomian indonesia, begitu pula dengan sektor perpajakan indonesia.
Akibat dari pabdemi covid-19, penerimaan pajak menjadi berkurang, adanya
perlambatan pertumbuhan ekonomi secara nasional, penurunan penerimaan
negara, serta peningkatan belanja negara dan pebiayaan yang mengakibatkan
perlu adanya berbagai upaya pemerintah untuk melakukan penyelamatan
kesehatan serta ekonomi nasional, dengan focus pada belanjan untuk kesehatan,
jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi termasuk untuk dunia usaha serta
masyarakat yang terkena dampak. Pemerintah serta lembaga terkait harus segera
mengambil kebijakan serta langkah-langkah luar biasa untuk menyelamatan
perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan melalui berbagai kebijakan
realisasi yang berhubungan dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (Dewi Syanti, Widyasari, 2020)).

1
Karena adanya dampak yang ditimbulkan virus covid-19 sangat besar,
pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan fiskal dimana salah satunya yaitu
pemberian insentif pajak. Insentif pajak saat ini, lebih mengarah pada fungi
regulasi dengan tujuan membantu menggerakan roda perekonomian Indonesia.
Akhirnya pada bulan Maret 2020, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah
No.1 tahun 2020 dan PMK 23/PMK03/2020 memberikan insentif pajak pada
pajak penghasilan (PPh) pasal 21, yaitu objek pajaknya pegawai, pajak
penghasilan (PPh) pasal 22 yakni objek pajaknya atas impor, pajak penghasilan
pasal 25 angsuran pajak dan pajak pertambahan nilai (PPN) dalam hal
mempercepat pengembalian (restitusi) PPN lebih bayar (Dewi Syanti, Widyasari,
2020).
Peraturan tersebut mulai berlaku 1 April 2020. Sedangkan untuk perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbuka (Go Public) dengan jumlah keseluruhan saham
yang diperdagangkan di bursa efek di Indonesia paling sedikit 40%, dan
memenuhi syarat tertentu, dapat memperoleh tarif 3% lebih rendah dari tarif
umum PPh Badan. Jadi, tarif PPh wajib pajak Badan Go Public sebesar 19%
untuk tahun pajak 2020 dan 2021, lalu 17% mulai tahun pajak 2022. Selama
pandami corona, Direktorat Jenderal Pajak mengimbau seluruh wajib pajak untuk
melaksanakan kewajiban pembayaran dan pelaporan pajak secara online karena
seluruh kantor pelayanan pajak seluruh Indonesia tutup sementara waktu guna
mencegah penyebaran virus Corona ini akan tetapi pembayaran serta pelaporan
pajak tetap terlaksanakan (Dewi Syanti, Widyasari, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap perekonomian di
Indonesia?
2. Bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap perpajakan di
Indonesia?
3. Bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap portifolio invertasi di
Indonesia?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap
perekonomian di Indonesia?
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap
perpajakan di Indonesia?
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak pandemi COVID-19 terhadap
portifolio invertasi di Indonesia?

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada
negara oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, Pajak merupakan kewajiban bernegara yang diatur jelas dalam
UUD 1945. Dalam pasal 23 (A)di tegaskan bahwa “pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Yang
sesuai dengan pasal 27 ayat (1). Pasal 23 (A) UUD 1945 (Amandemen IV),
merupakan dasar hukum pungutan pajak di Indonesia yang berbunyi: “Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan
undang-undang” (Sulastyawati, 2020).
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum berhubung dengan
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Adam, Tuli, & Husain,
2017).
Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Halim, Bawono, & Dara, 2016).
Menurut (Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pajak Direktorat Penyuluhan, Pelayanan (2013) Pajak merupakan sumber utama
penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat
dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi:

4
1. Pembayaran gaji aparatur negara seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Tentara Nasional Indonesia, dan Polisi Negara Republik Indonesia sampai
dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan;
2. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), Subsidi Listrik, Subsidi Pupuk,
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atau sejenisnya,
Pengadaan Beras Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas);
3. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit/puskesmas, kantor polisi;
4. Pembiayaan lainnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh
lapisan masyarakat.
2.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Halim et al.(2016) Ada dua fungsi pajak, yaitu:
1. Fungsi Budgetair
Pajak memberikan sumbangan terbesar dalam penerimaan negara, kurang
lebih 60–70 persen penerimaan pajak memenuhi postur APBN. Oleh karena
itu, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Contoh:
penerimaan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan APBN.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur masyarakat atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh:
A. Memberikan insentif pajak (tax holiday) untuk mendorong peningkatan
investasi di dalam negeri.
B. Pengenaan pajak yang tinggi terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras.
C. Pengenaan tarif pajak nol persen atas ekspor untuk mendorong
peningkatan ekspor produk dalam negeri.

5
2.1.3 Sumber Hukum Pajak
Menurut Hidayatullah (2016) Beberapa sumber hukum pajak dapat dilihat
diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana dirubah terakhir kali dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2009
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan
4. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Barang Mewah
5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi
Daerah
2.1.4 Jenis Pajak
Menurut Halim et al. (2016) Jenis pajak dikelompokkan ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Pajak Menurut Golongannya
A. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib
Pajak dan pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Penghasilan.
B. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2. Pajak Menurut Sifatnya
A. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya dan selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
B. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Pertambahan
Nilai.

6
3. Pajak Menurut Lembaga Pemungutnya
A. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
B. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri
atas Pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
1) Pajak Provinsi, terdiri atas: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor,
Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok.
2) Pajak Kabupaten/Kota, terdiri atas: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral
bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, dan Pajak Air Tanah.
2.1.5 Tarif Pajak
Menurut (Sulastyawati, 2020)Ada empat macam tarif pajak yaitu :
1. Tarif sebanding/proporsional, berupa presentase yang tetap, terhadap berapa
pun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
2. Tarif tetap, berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
3. Tarif progresif, presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
4. Tarif degresif, presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah
yang digunakan semakin kecil.
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak
Pada dasarnya terdapat tiga sistem yang dipergunakan untuk menentukan
siapa yang menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang terutang oleh
seseorang (Purnama, 2017), yaitu :

7
1. Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang
terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau
fiskus. Dalam system ini utang pajak timbul bila telah ada ketetapan pajak
dari fiskus ( sesuai dengan ajaran formil tentang timbulnya utang pajak ).
Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.
2. Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak
yang bersangkutan, sehingga dengan sisten ini wajib pajak harus aktif untuk
menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (
KPP ), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.
3. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang
terutang dihitung oleh pihak ketiga ( yang bukan wajib pajak dan juga
bukan aparat pajak / fiskus )
2.1.7 Unsur Pajak
Menurut Hidayatullah (2016) Ada beberapa unsur pajak, yaitu sebagai
berikut:
1. Ada undang-undang yang mendasari;
Pemungutan pajak harus berdasar pada Undang-Undang,tidak bisa dengan
peraturan perundang-undangan yang lebihrendah tata urutannya.
2. Ada penguasa pemungut pajak;
Dalam pemungutan pajak harus ada pemerintah yang akanmemungut pajak,
pemungutan pajak tidak dilakukan olehpartikelir (swasta).
3. Ada subjek pajak;
Artinya harus ada subjek yang dapat berupa orang pribadi ataubadan yang
dapat dibebani kewajiban untuk membayar pajak.
4. Ada objek pajak;
Artinya harus ada sasaran apa yang akan dibebani pajak, yangdapat
berupakeadaan, perbuatan atau peristiwa.

8
5. Ada masyarakat / kepentingan umum;
Hasil dari pemungutan pajak harus kembali pada masyarakatatau untuk
kepentingan masyarakat.
2.2 Sistem Perpajakan di Indonesia
Menurut Kurniawati (2009) Karakteristik pokok dari pajak yang diterapkan
di Indonesia adalah pemungutannya harus berdasarkan Undang-Undang yang
tertulis hal ini tercantum pada UUD 1945 Pasal 23 yang berbunyi: “Pajak dan
pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan “Undang-Undang”.
Sistem perpajakan di Indonesia meliputi :
1. Indonesia merupakan negara demokrasi dimana berdasarkan pancasila dan
UUD 1945 rakyatnya diberikan hak sepenuhnya menganut agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Indonesia menganut prinsip ekonomi defisit untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara.
3. Sistem perpajakan yang diterapkan merupakan warisan dari penerapan
sistem perpajakan dimasa penjajahan kolonial belanda.
4. Subjek pajak adalah seluruh warga negara Indonesia. Dimana ketentuannya
diatur sesuai jenis pajak yang dipungut.
5. Pajak dipungut tanpa batasan waktu tertentu karena pajak merupakan
sumber pendapatan negara yang utama pada saat ini.
6. Jumlah penerimaan pajak tiap tahunnya harus ditingkatkan sampai pada
tingkat maksimal jika semua wajib pajak telah memenuhi kewajiban
perpajakannya.
2.3 Upaya Reformasi Perpajakan di Indonesia
Reformasi Perpajakan dilakukan pemerintah diantaranya dengan cara
menindak aparat pajak yang menyalahgunakan wewenangnya. Seperti adanya
pemberian teguran, tindakan, sampai pemecatan pegawai Kementrian Keuangan
terutama pada Direktorat Jenderal Pajak. Untuk itu, di samping perbaikan akhlak,
moral, dan tanggung jawab pejabat, secara terus-menerus dilakukan perbaikan
sistem, administrasi, dan kebijakan perpajakan yang bisa mengurangi pertemuan
antara wajib pajak dan petugas (Sulastyawati, 2020).

9
Paling tidak ada dua lompatan yang siginifikan dalam reformasi pajak di
Indonesia, 17 yaitu; Pertama, pembukaan Kantor wajib pajak besar, diikuti uji
coba untuk wajib pajak menengah dan kecil dengan sistem perpajakan modern.
Pada Kantor wajib pajak besar tersebut, dibentuk account representative yang
bertujuan mengetahui segala tingkah laku, ruang lingkup bisnis, dan segala
sesuatu yang berkaitan dangan hak dan kewajiban wajib pajak yang diawasinya
(knowing your taxpayer). Dan pelayanan kepada wajib pajak dapat dilakukan
secara tuntas pada satu meja. Kedua, adalah usulan terhadap perubahan atau
amendemen undang undang perpajakan, yakni Undang-Undang Ketentuan
Umum Perpajakan, Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh), dan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai (Sulastyawati, 2020).
Intinya adalah mengubah tarif, subyek, dan obyek pajak agar kompetitif.
Pemerintah mengusulkan penurunan tarif PPh badan, menaikkan pendapatan tidak
kena pajak dua kali lipat, penyederhanaan tarif PPh dan PPnBM (pajak penjualan
atas barang mewah). Dalam soal subyek dari obyek pajak, pemerintah
mengusulkan perluasan agar ada rasa keadilan kepada seluruh wajib pajak. Dalam
soal administrasi, dilakukan berbagai macam penyederhanaan perpajakan,
misalnya dalam goal mempercepat proses restitusi, memperpendek waktu
penyimpanan dokumen, waktu dan metode pembayaran, dan lain sebagainya.
Sebagai imbangannya, dalam amendemen undang-undang tersebut diusulkan
penalti tarif lebih tinggi bagi wajib pajak yang sengaja tidak memiliki nomor
pokok wajib pajak (NPWP). Selain itu, mereka yang sengaja melakukan
penghindaran pajak serta mengisi SPT dangan tidak jujur akan dikenai tindakan
hukum yang setimpal (Sulastyawati, 2020).
2.4 Covid-19
Covid-19 klasifikasikan sebagai virus yang penyebarannya dan membawa
dampak infeksi pada saluran pernapasan atas dari ringan hingga sedang,
diagnosisnya dimulai dengan gejala umum berupa demam, batuk dan flu hingga
kesulitan bernapas. Terdapat tujuh jenis Covid-19 (HCoVs) yang telah tercatat dan
diidentifikasi (Padyanoor, 2020) yaitu :

10
1. HCoV-229E
2. HCoV-OC43
3. HCoV-NL63
4. HCoV HKU1
5. SARS-COV
6. MERS-COV
7. Covid-19
Covid-19 diambil dari kata yang merupakan singkatan dari kata corona
menjadi “CO”, virus menjadi “VI”, dan disease menjadi “D”, serta angka 19 yang
mewakili tahun 2019 menjelaskan saat virus ditemukan dan di identifikasi. Awal
ditemukan dan menyebar wabah ini ada di Ibu kota Provinsi Hubei, Wuhan,
Tiongkok di penghujung tahun 2019 yaitu bulan Desember. Virus ini terus
menyebar ke negara diluar Tiongkok, seiring banyak negara yang melaporkan
kasus wabah Covid-19. Hanya ada sedikit negara telah berhasil
mengimplementasi kebijakannya untuk membuat penyebaran Covid-19 dapat
terkendali, tetapi itu tidak dapat secara efektif menjamin bahwa sebaran
Covid 19 akan hilang dengan cepat (Padyanoor, 2020).
Mulai menyebarkan dampak ke negara-negara lain pada bulan Januari 2020
dan awal mula masuk Indonesia setelah diumumkan bahwa ada laporan kasus
Covid-19 dibulan awal bulan Maret 2020, lebih tepatnya pada hari Senin, 2 Maret
2020 yakni dua warga Indonesia telah terjangkit Virus Corona, tepatnya di kota
Depok, Jawa Barat. Informasi ini secara langsung disampaikan oleh Presiden Joko
Widodo (Padyanoor, 2020). Menurut laporan WHO pertanggal 15 Juni 2020
dilaporkan kasus Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 33.277 Kasus, menjadi
negara kedua dalam kasus konfirmasi tertinggi negara terjangkit di ASEAN
setelah Singapura sebanyak 40.604 Kasus (WHO, 2020).

11
Dampak yang terjadi di Indonesia karena pandemi Covid-19 ini hampir
disemua sektor, mulai dari ketenagakerjaan sampai dengan kinerja industri segala
sektor di dalam negeri. Selama pemberlakuan penghindaran penyebaran Covid-19
dengan mengubah pola kerja dan budaya kerja sebagian besar usaha di Indonesia,
karena menyebabkan banyak pekerjaan ditunda dan akan berdampak pada
produktivitas kerja yang menurun (Padyanoor, 2020).
2.4 Studi Kasus
2.4.1 Pembahasan Kasus
Penyebaran virus Corona baru cukup membuat Indonesia terpuruk. Tidak
hanya menyerang kesehatan manusia, virus Corona baru juga mengganggu
kesehatan ekonomi negara-negara di dunia. Komite Stabilitas Sektor Keuangan
(KSSK) telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa menembus
minus 0,4 persen dalam skenario terburuknya. Kondisi seperti sekarang ini akan
berimbas pada menurunnya konsumsi rumah tangga sebesar 3,2 % hingga 1,2 %.
Selama periode pandemi virus Corona baru yaitu antara Januari hingga
Maret 2020 telah terjadi capital outflow dalam portofolio investasi Indonesia,
yang totalnya mencapai Rp167,9 triliun. Mewabahnya virus Corona baru juga
berdampak pada turunnya perdagangan saham. Diperkirakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) akan merosot tajam hingga berkemungkinan turun di bawah
level 3000. Selain itu, inflasi akan mencapai 5,1 persen serta harga minyak
mentah Indonesia turun menjadi USD 31 per barel.
Dalam sektor pajak, realisasi penerimaan pajak berdasarkan rilis APBN
tercatat per 31 januari 2020 senilai Rp 80,22 triliun atau sebesar 4,88% dari total
Rp 1.624,57 triliun. Penurunan performa tercatat sebesar 6,86% jika dibandingkan
dengan periode pada tahun sebelumnya. Dirjen Pajak Suryo Utomo menjelaskan
bahwa wabah virus Corona memberi tantangan lebih bagi Dirjen Pajak (DJP)
dalam mengumpulkan penerimaan pajak tahun 2020. Dampak dari virus Corona
baru (COVID-19) terhadap perekonomian Indonesia semakin terasa terutama
kepada dunia usaha.

12
Hal ini dapat terlihat dari realisasi restitusi pajak atau pengembalian pajak
kepada wajib pajak badan. Data yang telah diperoleh sepanjang Januari hingga
Februari 2020 melaporkan bahwa total restitusi pajak senilai Rp 42,17 triliun
(Ulumiyah, 2020). Angka tersebut, tumbuh sebesar 14,73 % dibanding realisasi
restitusi pajak saat periode sama tahun 2019 senilai Rp 36,76 triliun. Namun,
pertumbuhan restitusi pajak tahun 2020 masih lebih rendah dari tahun 2019 yang
mengalami pertumbuhan sebesar 39,85 %.
Realisasi PPN DN yang bersumber dari data Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) menunjukkan nominal senilai Rp 30,64 triliun dihitung
dari awal tahun hingga Februari 2020, dimana penerimaan netonya tumbuh
sebesar 4,81 %, sedangkan penerimaan PPN DN brutonya tumbuh sebesar 10,18
%. Hal ini bisa terjadi karena membaiknya kinerja sektor industri. Selain itu, PPN
bruto sektor swasta diperkirakan masih bisa tumbuh sebesar 12,06 %.
Dari sektor pajak, dampak yang dirasa cukup memberatkan adalah
penerimaan pajak dari sektor perdagangan. Seperti diketahui, pajak memiliki
fungsi budgeter yang berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi
pembangunan, baik pemerintahan pusat maupun daerah. Penerimaan pajak dari
sektor perdagangan ini memberikan kontribusi besar dalam penerimaan pajak. Hal
ini terkait menurunnya produksi di China, yang diketahui menjadi salah satu pusat
produksi barang di dunia. Penurunan produksi di China menyebabkan pasokan
bahan baku dan barang lainnya terhambat sehingga volume perdagangan
mengalami gangguan, dan akibatnya berpengaruh pada penerimaan pajak
2.4.2 Solusi Kasus
Berbagai upaya dan usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mempertahankan kestabilan ekonomi ditengah wabah virus Corona yang
berdampak pada berbagai sektor. Namun berbagai upaya pemerintah tersebut juga
tetap akan bergantung dari kesadaran masyarakat secara bersama-sama dalam
mencegah penyebaran wabah Covid-19 tersebut. Sebagai warga negara, kita harus
mematuhi segala kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah dalam rangka
memutus mata rantai penyebaran Covid-19 agar sektor ekonomi tidak semakin
terpuruk dan pertumbuhan ekonomi mulai mengalami kenaikan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bersumber pada pengkajian yang telah dilakukan atas makalah ini, berhasil
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada
negara oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, Pajak merupakan kewajiban bernegara yang diatur jelas
dalam UUD 1945.
2. Jenis pajak dikelompokkan ke dalam 3 bagian yaitu :
1) Pajak Menurut Golongannya
A. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib
Pajak dan pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
B. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
2) Pajak Menurut Sifatnya
A. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya dan selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
B. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berdasarkan objeknya tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3. Covid-19 diambil dari kata yang merupakan singkatan dari kata corona
menjadi “CO”, virus menjadi “VI”, dan disease menjadi “D”, serta angka 19
yang mewakili tahun 2019 menjelaskan saat virus ditemukan dan di
identifikasi. Menurut laporan WHO pertanggal 15 Juni 2020 dilaporkan kasus
Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 33.277 Kasus, menjadi negara kedua
dalam kasus konfirmasi tertinggi negara terjangkit di ASEAN setelah
Singapura sebanyak 40.604 Kasus.

14
Selama pemberlakuan penghindaran penyebaran Covid-19 dengan mengubah
pola kerja dan budaya kerja sebagian besar usaha di Indonesia, karena
menyebabkan banyak pekerjaan ditunda dan akan berdampak pada
produktivitas kerja yang menurun.
4. Dampak pandemi COVID-19 pada perekonomian Indonesia menurut Komite
Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) memperkirakan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia bisa menembus minus 0,4 persen dalam skenario
terburuknya. Kondisi seperti sekarang ini akan berimbas pada menurunnya
konsumsi rumah tangga sebesar 3,2 % hingga 1,2 %.
5. Dampak pandemi COVID-19 juga berimbas pada perpajakan negara Indonesia
yang dimana realisasi penerimaan pajak berdasarkan rilis APBN tercatat per 31
januari 2020 senilai Rp 80,22 triliun atau sebesar 4,88% dari total Rp 1.624,57
triliun. Penurunan performa tercatat sebesar 6,86% jika dibandingkan dengan
periode pada tahun sebelumnya
6. Dampak pandemi COVID-19 terhadap portifolio investasi di Indonesia adalah
terjadinya capital outflow yang totalnya mencapai Rp167,9 triliun.
Mewabahnya virus Corona baru juga berdampak pada turunnya perdagangan
saham. Diperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan merosot
tajam hingga berkemungkinan turun di bawah level 3000. Selain itu, inflasi
akan mencapai 5,1 persen serta harga minyak mentah Indonesia turun menjadi
USD 31 per barel.
3.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah :
1. Lebih meningkatkan pengawasan pada setiap aparat pajak agar tidak
menyalahgunakan wewenangnya.
2. Sistem perpajakan di Indonesia masih banyak yang harus perbaiki agar dapat
mememulihkan kondisi ekonomi yang menurun akibat Covid-19..

15
DAFTAR PUSTAKA
Adam, O., Tuli, H., & Husain, S. P. (2017). Pengaruh Program Pengampunan
Pajak Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia. Akuntabilitas:
Jurnal Ilmu Akuntansi, 10(1), 61–70. https://doi.org/10.15408/akt.v10i1.6115
Dewi Syanti, Widyasari, N. (2020). Pengaruh Insentif Pajak, Tarif Pajak, Sanksi
Pajak Dan. Jurnal Ekonomika Dan Manajemen, 9(2), 108–124.
Halim, A., Bawono, I. R., & Dara, A. (2016). Perpajakan (Konsep, Aplikasi,
Contoh, dan Studi Kasus) Dasar-Dasar Perpajakan (Vol. 7). Jakarta Selatan:
Salemba Empat.
Hidayatullah, S. (2016). Kewenangan Negara dan Kewajiban Subyek Hukum
Perdata dalam Hubungannya dengan Hukum Pajak. Jurnal Ilmu Hukum,
11(1), 1–8.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Direktorat
Penyuluhan, Pelayanan, D. H. M. (2013). Lebih Dekat Dengan Pajak.
Jakarta Selatan. Retrieved from www.pajak.go.id
Kurniawati, F. (2009). Analisis Komparasi Sistem Perpajakan Indonesia Dengan
Sistem Perpajakan Menurut Islam. Jurnal Investasi, 5(1), 22–31.
Padyanoor, A. (2020). Kebijakan Pajak Indonesia Menanggapi Krisis COVID-19:
Manfaat bagi Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 30(9), 2216.
https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i09.p04
Purnama, E. (2017). Pemungutan Pajak Di Indonesia. Academia Accelerating the
World’s Research, Vol. 13(3), 437–342.
Sulastyawati, D. (2020). Hukum Pajak dan Implementasinya Bagi Kesejahteraan
Rakyat. Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(10), 119–128. Retrieved from
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/
Ulumiyah, K. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Sektor Ekonomi Dan Sektor
Pajak Indonesia. Academia Accelerating the World’s Research. Retrieved
from https://www.academia.edu/42838502/DAMPAK_COVID_19..

16

Anda mungkin juga menyukai