Anda di halaman 1dari 51

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PELAYANAN

DI PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DEWANATA


KABUPATEN CILACAP

Skripsi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S1

oleh:

Hikma Nunki Mayshinta


1201413031

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
 Saya ingin mengerjakan tugas-tugas hebat dan mulia, tapi kewajiban
utama saya adalah mengerjakan tugas-tugas kecil seperti

mengerjakan tugas hebat dan mulia. (Helen Keller)

 Tak ada pekerjaan rendah. Yang ada hanya sikap rendah. (Wiliam
Bennett)

PERSEMBAHAN

1. Teruntuk Ayahanda (Slamet Suroso) dan Ibunda


(Nunik Sudaryati), orangtua saya yang selalu
memberikan doa, dukungan, motivasi, masukan, dan
inspirasi selama ini.
2. Teruntuk kakak-kakak saya Nony Ganayanti, Rustam
yang selalu memberikan semangat dukungan dan doa
selama ini.
3. Teman-teman kontrakan yang selalu berlomba-lomba
dalam kebaikan dan mengajarkan arti sebuah
kebersamaan.
4. Para sahabat dan orang-orang terdekat yang
memberikan semangat, dukungan doa dan inspirasi
selama ini.
5. Rekan-rekan S1 Pendidikan Luar Sekolah UNNES
2013.
6. Seluruh dosen Pendidikan Luar Sekolah FIP UNNES
7. Almamaterku.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia

dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi

dengan judul “Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan di Panti Pelayanan Lanjut

Usia Dewanata Kabupaten Cilacap”. Penulisan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karna itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fakhruddin, MPd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. Utsman, M Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Uneversitas

Negeri Semarang dan pembimbing I..

3. Dr. Tri Suminar, M.Pd pengganti pembimbing I. Beliau yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.

4. Dra. Emmy Budiartati, MPd pembimbing II yang banyak memebrikan

saran membangun dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen penguji yang memberikan saran dan masukan untuk

melengkapi skripsi ini.

6. Kepala Dinas Penanaman Modal Provinsi Jawa Tengah yang sudah

memberikan perizinan peneliti bagi penulis.

7. Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah yang sudah memberikan

perizinan penelitian bagi penulis.


vi
vii
Abstrak

Mayshinta. 2017. “Peran Pekerja Sosial dalam Pelayanan di Panti Pelayanan


Sosial Lanjut Usia Dewanata Kabupaten Cilacap.” Skripsi jurusan Pendidikan
Luar Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Dr.
Utsman, M.Pd dan Dra. Emmy Budiartati, M.Pd. 220 hal.

Kata Kunci: Peran, Pekerja Sosial, Lansia

Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap merupakan satu-


satunya tempat untuk lansia terlantar dan di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi
Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
peran pekerja sosial untuk mensejahterakan lansia yang berada di panti, baik
dalam memberikan pelayanan maupun dalam memberikan bimbingan agar
hidupnya lebih baik lagi.
Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi
penelitian adalah panti pelayanan Lanjut Usia Dewanata Cilacap. Subyek
penelitian yaitu pekerja sosial di panti lanjut usia. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi langsung, wawancara, dan dokumentasi. Uji
keabsahan data menggunakan triangulasi data. Selain itu menggunakan teknik
analisis data meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi/menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pekerja sosial yaitu
memberikan layanan mediasi jika lansia mengalami konflik dengan lansia lain
agar tercapai tujuan diantara kedua belah pihak, memberikan layanan
pendampingan seperti bimbingan sosial, agama, konsultasi pribadi bagi lansia,
memberikan dukungan emosional yang diperlukan lansia agar merasa
diperhatikan dan terpenuhi kebutuhannya. Selain itu pekerja sosial juga berperan
memberikan informasi tentang lansia dan kondisi panti pada keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan mengenai peran
pekerja sosial dalam pelayanan di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata
yaitu pekerja sosial memiliki peran untuk memberikan layanan seperti melayani
lansia saat melaksanakan kegiatan, melayani lansia jika ada konflik, dan
menginformasikan kepada pihak keluarga tentang kondisi lansia di panti dan
kondisi panti. Pekerja sosial dan pegawai panti sebaiknya tetap menjaga dan
senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan panti kepada semua lansia, meliputi
selalu memberi dukungan yang positif kepada lansia agar kehidupan mereka
ketika sudah tidak di panti akan menjadi lebih baik. Pekerja sosial juga sebaiknya
membuat laporan kegiatan setiap bulannya.

viii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................i
Persetujuan Pembimbing.......................................................................................ii
Pengesahan Kelulusan...........................................................................................iii
Pernyataan.............................................................................................................iv
Motto dan Persembahan........................................................................................v
Kata Pengantar.......................................................................................................vi
Abstrak..................................................................................................................viii
Daftar Isi...............................................................................................................ix
Daftar Bagan dan Tabel........................................................................................xi
Daftar Gambar......................................................................................................xii
Daftar Lampiran....................................................................................................xiii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................7
1.5. Penegasan Istilah.......................................................................................8

BAB II Kajian Pustaka


2.1. Pekerja Sosial............................................................................................11
2.2. Peran.........................................................................................................20
2.3. Lansia.......................................................................................................27
2.4. Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia..........................................................29
2.5. Penelitian Terdahulu.................................................................................30
2.6. Kerangka Berpikir....................................................................................33

BAB III Metode Penelitian


3.1. Pendekatan Penelitian...............................................................................35
3.2. Lokasi Penelitian......................................................................................36
3.3. Fokus Penelitian.......................................................................................36

ix
3.4. Subyek Penelitian.....................................................................................37
3.5. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................41
3.6. Teknik Keabsahan Data............................................................................50
3.7. Teknik Analisis Data................................................................................54
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................
4.2 Pembahasan...............................................................................................94

BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan..................................................................................................101
5.2. Saran.........................................................................................................103

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................105

LAMPIRAN........................................................................................................109

x
Daftar Bagan dan Tabel

Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian.............................................. 33


Bagan 2. Analisis Data Kualitatif....................................................... 56
Bagan 3. Struktur Organisasi Pegawai Panti...................................... 65
Tabel 1. Daftar Informan Utama......................................................... 38
Tabel 2. Daftar Informan pendukung................................................. 39
Tabel 3. Data Pertahun Lansia Panti Lanjut Usia ............................. 69
Tabel 4. Data Penyebaran Daerah Asal Lansia.................................. 71

xi
Daftar Gambar

Gambar 1. Halaman depan Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata..........59


Gambar 2. Bimbingan Wisma.............................................................................205
Gambar 3. Bimbingan Pribadi.............................................................................205
Gambar 4. Bimbingan Agama Islam....................................................................206
Gambar 5. Bernyanyi dan Berlatih Paduan Suara...............................................206
Gambar 6. Bimbingan Sosial..............................................................................207
Gambar 7. Senam pagi bersama.........................................................................207
Gambar 8. Kegiatan Menyusun Stik Es Krim....................................................208
Gambar 9. Ketrampilan keset..............................................................................208
Gambar 10. Kerja Bhakti lingkungan panti.........................................................209
Gambar 11. Menjaga kebersihan badan...............................................................209
Gambar 12. Periksa Tensi....................................................................................210
Gambar 13. Pemberian Obat untuk Lansia..........................................................210
Gambar 14. Bersama Pak Sudaryo......................................................................211
Gambar 15. Bersama Bu Sutirah..........................................................................211
Gambar 16. Bersama Mbah Asmaredja...............................................................212
Gambar 17. Bersama Mbah Subagyono dan Mbah Sri Asih..............................212

xii
Daftar Lampiran

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ke Dinas Penanaman Modal..............109


Lampiran 2. Surat Ijin ke Dinas Sosial provinsi.....................................110
Lampiran 3 Surat balasan dari Dinas Penenam Modal Provinsi..............111
Lampiran 4 Surat balasan dari Dinas Sosial Provinsi........................................113
Lampiran 5 Surat balasan dari Panti........................................................114
Lampiran 6 tabel kisi-kisi.........................................................................115
Lampiran 7 pedoman observasi................................................................118
Lampiran 8 pedoman wawancara pekerja sosial......................................122
Lampiran 9 Pedoman Wawancara lansia. kepala panti ,TU....................124
Lampiran 10 Pedoman Dokumentasi.......................................................126
Lampiran 11 pedoman observasi..............................................................127
Lampiran 12 struktur organisasi...............................................................130
Lampiran 13 daftar pegawai panti............................................................131
Lampiran 14 data lansia...........................................................................132
Lampiran 15 daftar absensi pegawai panti...............................................133
Lampiran 16 jadwal kegiatan di panti......................................................134
Lampiran 17 data informan utama dan pendukung..................................135
Lampiran 18 pedoman observasi..............................................................137
Lampiran 19 catatan lapangan.................................................................142
Lampiran 20 rekapan wawancara.............................................................156
Lampiran 21 foto-foto kegiatan di panti..................................................197
Lampiran 22 Undang-undang tentang Pekerja Sosial, Panti, Lansia.......213

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah sebuah rumah yang dihuni para

lanjut usia yang biasa disebut lansia. Pendirian panti sosial didasarkan atas

Undang- undang RI No.4 Tahun 1965 tentang “Pemberian Bantuan Kehidupan

bagi Orang- Orang Jompo” dan Keputusan Menteri Sosial RI No.3/1/50/107/1979

tentang “pemberian kehidupan bagi orang-orang usia lanjut”. Dengan

perkembangan zaman, panti jompo sekarang sudah berganti nama menjadi panti

pelayanan sosial lanjut usia.

Panti pelayanan sosial lanjut usia merupakan salah satu lembaga sosial.

Lembaga sosial merupakan satuan norma khusus yang menata serangkaian

tindakan yang berpola untuk keperluan khusus dalam kehidupan bermasyarakat

(Koentjaraningrat 1987: 70-74). Menurut UU RI No.11 Tahun 2009 pasal 1 ayat 7

tentang kesejahteraan sosial, lembaga kesejahteraan sosial adalah organisasi sosial

atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggara kesehatan sosial yang

dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak

berbadan hukum. Sebagai lembaga sosial, panti pelayanan sosial lanjut usia

merupakan organisasi sosial yang melaksanakan pelayanan sosial berdasarkan

pada suatu norma khusus atau aturan hukum dan berfokus pada pelayanan bagi

lansia.

Fokus pelayanan dalam panti pelayanan sosial lanjut usia adalah pada

lansia. Lanjut usia menurut UU RI No 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah

1
2

memasuki usia 60 tahun atau lebih karena faktor-faktor tertentu tidak dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya.

Era moderen sekarang ini tenyata berpengaruh besar pada peningkatan

jumlah lansia di Indonesia. Peningkatan usia harapan hidup penduduk berdasarkan

US Census Bureau (2009) dinyatakan bahwa jumlah lansia di Indonesia telah

meningkat 9,1% (20.547.541) pada tahun 2009 menjadi terbesar keempat di dunia

setelah Cina, India dan Jepang. Presentase ini diprediksi akan meningkat

sebagaimana WHO menyatakan bahwa pada tahun 2020 jumlah lansia Indonesia

akan menjadi yang terbesar di dunia dengan angka 11,34% (Dinkes Yogyakarta

dalam Faturochman dkk 2012: 212).

Lansia yang berada di panti mendapatkan perhatian khusus dari seseorang

yang tidak dikenal pada awalnya. Namun lansia yang berada di panti tidak

sepenuhnya lansia yang sengaja ditempatkan oleh anak-anak mereka, ada juga

lansia yang tidak mempunyai keluarga misal lansia yang tidak menikah dan

memutuskan tinggal di panti untuk menikmati masa tuanya dengan sisa umur

mereka.

Sebuah panti yang baik seharusnya dapat memberikan fasilitas, layanan 24

jam, jadwal aktifitas, dan hiburan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan lansia.

Banyak manfaat positif yang diperoleh lansia jika fasilitas panti terpenuhi.

Manfaat positif tersbut diantaranya lansia tetap dapat beraktifitas dan

berkomunikasi dengan lansia seusianya. Jika panti mempunyai fasilitas yang

seadanya dapat membuat para lansia merasa tidak nyaman. Para lansia harus

cepat menyesuaikan diri dengan


3

lingkungannya karena tidak ada pilihan lain. Hal tersebut dapat menyebabkan

gangguan kesehatan dan merasa kurang bahagia dalam menjalankan aktifitasnya

bagi para lansia di dalam panti.

Setiap lembaga panti harus mempunyai pekerja sosial untuk memberikan

pelayanan pada lansia. Pekerja sosial di sini menjadi tim terpenting yang akan

memutar roda untuk menjalankan tujuan yang sudah direncanakan dan ingin

dicapai oleh panti. Upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lansia membutuhkan

peran dari pelaksana teknis di panti yang disebut sebagai pekerja sosial. Pekerja

sosial didefinisikan sebagai orang yang memiliki kewenangan keahlian dalam

menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial (Wibawa dalam Pujileksono, 2016:

157). Pekerja sosial merupakan pekerjaan profesional yang mendasarkan pada

keilmuan tertentu.

Pekerja sosial merupakan sumber daya manusia yang mempunyai peran

penting dalam penggerak kemajuan di panti pelayanan sosial lanjut usia. Menurut

UU RI No.11 Tahun 2009 pasal 1 ayat 4 tentang Kesejahteraan Sosial, pekerja

sosial yang profesional adalah seseorang yang bekerja baik di lembaga pemerintah

maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan

kepedulian dalam pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan

penanganan.

Pekerja sosial profesional dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas

kerja. Pekerja sosial profesional harus mempunyai rasa kepedulian, tanggung

jawab, dan loyalitas yang tinggi agar bekerja untuk para lansia lebih

menyenangkan
4

dan memberikan kebahagiaan untuk para lansia yang tidak didapat berada di

tengah keluarganya.

Sebuah lembaga tidak akan berjalan deng an baik dalam mencapai tujuan

tanpa adanya peran yang baik dari para pekerja di dalamnya. Peran sangat

dibutuhkan untuk mengatur, mengendalikan, merencanakan, dan mengevaluasi

kerja dalam tim. Sama halnya dengan lembaga panti pelayanan sosial lanjut usia,

panti ini tidak dapat bekerja dengan baik tanpa adanya peran yang baik dari para

pekerja sosial dalam memberikan layanan pada lansia.

Undang-Undang Permensos No 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi

Lembaga Kesejahteraan Sosial pasal 6 ayat 1 menyatakan akreditasi dilakukan

setelah lembaga di bidang kesejahteraan sosial memenuhi standar pelayanan

minimal pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial, yang meliputi program,

sumber daya manusia, manajemen organisasi, sarana dan prasarana, proses

pelayanan dan hasil pelayanan. Penjelasan dari pasal 6 ayat 1 adalah suatu

lembaga dikatakan baik yaitu dengan pelayanan yang baik juga sama halnya

dengan semua pekerja sosial harus mempunyai peran yang baik dalam lembaga

panti pelayanan sosial lanjut usia.

Peningkatan peran pekerja sosial dapat diupayakan melalui pelatihan yang

maksimal. Di sini, pekerja sosial sangat berpengaruh khususnya dalam tingkat

peran dan motivasi dalam bekerja. Untuk meningkatkan peran, salah satu hal yang

perlu diperhatikan oleh pekerja sosial adalah kualitas emosional. Peran terbaik

pekerja sosial tidak hanya dilihat dari kemampuan intelektual saja namun juga

dilihat dari kemampuan pekerja sosial dalam mengendalikan emosi.


5

Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata akan menjadi subyek

penelitian dalam penelitian ini. Panti ini berada di bawah naungan Dinas Sosial

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah telah

menetapkan panti ini sebagai satu-satunya tempat dalam pelaksanaan pelayanan

bagi lanjut usia baik yang potensial maupun tidak potensial. Hal ini dilakukan

supaya pelayanan yang ada di panti dapat lebih maksimal dan terpusat dalam

melayani kebutuhan yang dibutuhkan para lanjut usia, sehingga lansia (lansia)

dapat lebih sejahtera lagi dalam menikmati masa tuanya.

Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata memiliki pekerja sosial yang

selalu memberikan perhatian khusus dalam memberi fasilitas berupa pelayanan

yang memberikan kenyamanan dan kebahagiaan para lansia. Pekerja sosial

sebagai salah satu jembatan pelayanan kesejahteraan sosial, turut terlibat

membantu memecahkan persoalan yang ada khususnya dalam meningkatkan

kesejahteraan lansia. Jumlah pekerja sosial sebaiknya disesuaikan dengan jumlah

lansia yang berada di dalam panti. Namun, jumlah pekerja sosial di Panti

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata hanya ada 2 orang dimana jumlah lansia

dalam panti ada sekitar 100 orang. Jumlah tersebut dapat dikatakan sangat kurang

memadai. Maka peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan bagi para

lansia akan terpengaruh.

Pekerja sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah panti

pelayanan sosial lanjut usia. Pekerja sosial diharapkan dapat menciptakan sinergi

yang harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan pelayanan

kesejahteraan sosial. Peran pekerja sosial yang baik akan mendukung tercapainya
6

pelayanan kesejahteraan sosial bagi para lansia. Melihat kurangnya jumlah

pekerja sosial di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata dan pentingnya

peran dari pekerja sosial, maka perlu dilakukan sebuah penelitian. Penelitian ini

akan meneliti lebih mendalam tentang bagaimana peran pekerja sosial di Panti

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata. Usulan judul penelitian yaitu “Peran

Pekerja Sosial dalam Pelayanan di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dewanata Kabupaten Cilacap”.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan kepada

lansia?

1.2.2. Bagaimana faktor penghambat pekerja sosial dalam memberikan

pelayanan kepada lansia?

1.2.3. Bagaimana faktor pendukung pekerja sosial dalam memberikan

pelayanan kepada lansia?

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1.3.1. Mendeskripsikan peran pekerja sosial dalam memberikan pelayanan

kepada lansia.
7

1.3.2. Mendeskripsikan faktor penghambat pekerja sosial dalam memberikan

pelayanan kepada lansia.

1.3.3. Mendeskripsikan faktor pendukung pekerja sosial dalam memberikan

pelayanan kepada lansia.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk menambah

khasanah pengetahuan dan wawasan tentang peran pekerja sosial dalam

pelayanan di panti pelayanan lanjut usia.

1.4.2. Manfaat praktis

1.4.2.1. Bagi peneliti

Menambah wawasan secara nyata tentang peran pekerja sosial dalam

meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia di panti.

1.4.2.2. Bagi masyarakat

Untuk menginformasikan dan memberitahukan kepada masyarakat luas

akan keberadaan Panti Pelayanan Lanjut Usia Dewanata yang peduli pada lanjut

usia dalam meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia

1.4.2.3. Bagi panti pelayanan lansia

Untuk memberikan gambaran pada pekerja sosial tentang peran pekerja

sosial yang sebaiknya diterapkan selama memberikan palayanan.


8

1.4.3. Penelitian lanjutan

1.4.3.1 Sebagai acuan untuk melakukan penelitian mengenai peran pekerja sosial

di panti lainya selain Panti Pelayanan Lanjut Usia Dewanata.

1.4.3.2. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian mengenai peran pekerja

sosial secara lebih mendalam.

1.4.3.3 Sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan peran

pekerja sosial baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

1.5. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran dan memudahkan

pemahaman, maka perlu adanya penjelasan istilah penting yang digunakan dalam

penelitian ini. Untuk itu peneliti membatasi masalah yang diteliti dalam penelitian

“Peran Pekerja Sosial di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Kabupaten

Cilacap”. Selain itu juga untuk membatasi ruang lingkup penelitian.

1.5.1. Pekerja Sosial

Pekerja sosial merupakan salah satu profesi yang dapat dilibatkan untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut dengan semua keahlian yang dimiliki,

keahlian ini bukan dari sisi obyeknya saja tetapi juga melingkupi semua sisi

permasalahan tersebut. ( Astri, 2013: 155)

1.5.2. Peran

Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi

perean sendiri adalah sebagai berikut: a. Memeberi arahan pada proses sosialisasi,
9

b. Pewarisan tradisi, kepercayaan nilai-nilai dan pengetahuan, c. dapat

mempersatukan kelompok atau masyarakat dan, d. Menghidupkan sistem

pengendalian dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat (

suyanto 2004: 160).

Parwoto (dalam Soehendy 1997: 28) mengemukakan bahwa peran

mempunyai ciri-ciri: a. Keterlibatan dalam keputusan mengambil dan

menjalankan keputusan, b. membentuk kontribusi (seperrti gagasan, tenaga,

materi, dan lain-lain,

c. Organisasi kerja (bersama seetara berbagi peran), d.penetapan tujuan

(ditetapkan kelompok bersama pihak lain), 5. Peran msayarakat (sebagai subyek).

1.5.3. Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut usia menurut UU RI no 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah

memasuki usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh

kembang, manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, akan tetapi berkembang dari

bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua (Azizah, 2011:1). Pada masa

lansia akan terjadi banyak proses kemunduran sel dikarenakan oleh proses

penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik timbulnya

berbagai macam penyakit (Yulianti, 2015).

Panti pelayanan sosial lanjut usia dewanata ini mempunyai banyak lansia

yang harus diperhatikan kesehatanya dan kenyamananya karena tubuh lansia

sangat rentan sekali.

1.5.4. Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini adalah tempat yang disediakan

untuk lansia yang telah dimasukkan atau dititipkan oleh anggota keluarga ada juga

lansia
10

yang tidak mempunyai sanak sodara. Panti Pelayanan sosial lanjut usia menjadi

tempat bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini yaitu Panti Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Dewanata Cilacap. Panti ini terletak di jalan Raya Slarang No.119.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pekerja Sosial

2.1.1. Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial merupakan bidang profesional untuk membantu individu,

kelompok, dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam

menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.

Pekerjaan sosial adalah praktek sosial untuk membantu manusia beserta

lingkungannya agar tetap memiliki kemampuan berfungsi sosial dan dapat

meningkatkan ke taraf yang lebih tinggi (Sumarnugroho, 1984: 97).

Definisi pekerjaan sosial diungkapkan dalam Lampiran Keputusan Mentri

Sosial Republik Indonesia Nomor 87/HUK/2003 tanggal 13 November 2003

tentang pengembangan profesi pekerjaan sosial di Indonesia, Bab 1 butir D ayat 1

yang berbunyi: a. Secara sosial, moral, hukum, dan agama sah; b. Berdasarkan

kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan khusus yang diakui; c.

Berdasarkan kerangka pengetahuan dan kerangka nilai yang diperoleh melalui

pendidikan khusus yang sah dan diakui serta menggunakan metode, teknik, dan

ketrampilan yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial; d. Berdasarkan

pengangkatan atau perizinan resmi; e. Diakui oleh masyarakat tentang keberadaan

dan kemanfaatanya; f. Mempunyai kedudukan, peranan, dan kewenangan khusus

dibidangnya; g. Mendapatkan imbalan yang patut atas pelaksanaan tugas

profesionalnya dari penerima pelayanan atau dari lembaga yang memperkerjakan.

11
12

Pincus dan Minahan dalam Sumarnugroho (1984: 96) menyatakan berikut:

Pekerjaan sosial adalah suatu bidang yang melibatkan interaksi-


interaksi diantara orang dengan lingkungan sosial mereka yang
mempergunakan kemampuan orang untuk menyelesaikan tugas-tugas
kehidupan mereka, mengatasi penderitaan, mewujudkan aspirasi-
aspirasi serta nilai-nilai mereka.
Luhpuri dan Setiawan dalam Chayo (2011) mendefinisikan pekerjaan

sosial sebagai suatu bidang pelayanan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan

dan ketrampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu

individu, baik secara perseorangan maupun didalam kelompok untuk mencapai

kepuasan dan tidak ketergantungan secara pribadi dan sosial.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, pekerjaan sosial dapat diartikan

sebagai bidang profesional yang memfokuskan intervensinya pada proses

interaksi antara manusia dengan lingkungannya guna meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

2.1.2. Pengertian Pekerja Sosial

Pekerja sosial didefinisikan sebagai orang yang memiliki kewenangan

keahlian dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial Wibawa dalam

Pujileksono, 2016: 157). Seorang pekerja profesional yang terlatih mampu

menganalisis situasi-situasi komplek dan memfasilitasi perubahan-perubahan

secara individual, organisasional, sosial, dan kultural. Pekerja sosial adalah para

pengelola/pemberi sumber-sumber kemasyarakatan yang telatih terhadap mereka

yang sangat membutuhkan.

Pekerja sosial pada umumnya membantu, mewakili, dan bertanggung

jawab baik kepada lansia secara individual maupun kepada masyarakat secara

keseluruhan (Fahrudin, 2012: 93). Pekerja sosial didefinisikan sebagai suatu

konsep perihal apa-


13

apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai suatu

organisasi (Soekanto dalam Chayo, 2012).

UU No 11 Tahun 2009 pasal 1, ayat 2 tentang kesejahteraan menyatakan

bahwa pelayanan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan

berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga negara yang meliputi, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diartikan bahwa pekerja

sosial adalah seorang pekerja profesional yang terlatih dalam memberikan

pelayanan sosial pada para lansia yang membutuhkan. Pekerja sosial pertama kali

mulai sebagai gerakan sosial untuk menghilangkan kemiskinan dan ketidakadilan,

untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, terpadu, dan demokratis. Peran

dari para pekerja sosial memiliki peranan yang sangat penting dalam

pembangunan kesejahteraan sosial.

2.1.3. Tujuan dan Fungsi Pekerja Sosial

Pekerja sosial melaksanakan berbagai upaya guna meningkatkan

kemampuan orang dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya melalui interaksi

agar orang dapat menyesuaikan diri dengan situasi kehidupan secara memuaskan.

Profesional ini untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menciptakan

kondisi sosial yang mendukung tujuan-tujuan pekerja sosial.

Pincus dan Minahan dalam Sumarnugroho (1984: 96) menjelaskan bahwa

tujuan pekerjaan sosial pada intinya sama dengan tujuan kesejahteraan sosial.
14

Tujuan pekerja sosial tersebut meliputi: a. mempertinggi kemampuan orang untuk

memecahkan dan menanggulangi masalah; b. menghubungkan orang dengan

sistem yang menyediakan sumber-sumber, pelayanan, dan kesempatan; c.

meningkatkan pelaksanaa sistem-sistem tersebut secara efektif dan manusiawi,

dan

d. memberikan sumbangan terhadap pembangunan dan kemajuan kebijakan sosial.

Sukoco dalam Chayo (2012) menyatakan bahwa fungsi dari pekerja sosial

adalah membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih

efektif guna melaksanakan tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah

sosial yang mereka alami. Selain itu, pekerja sosial juga memberikan pemahaman

dorongan dan dukungan untuk orang yang mengalami krisis, memberikan fasilitas

interaksi dengan sistem-sistem sumber, serta mengajarkan keterampilan untuk

membantu individu merealisasikan aspirasi mereka dan melaksanakan tugas

kehidupanya.

Pendapat ahli di atas, dapat dikatakan bahwa pekerja sosial memberikan

pelayanan dalam bidang kesejahteraan sosial secara langsung maupun tidak

langsung yang bertujuan dan fungsi dalam membantu mengoptimalkan potensi

setiap individu, kelompok, masyarakat dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan

melalui indentifikasi masalah dan pemecahan masalah sosial.

2.1.4. Peran Pekerja Sosial

Peran seorang pekerja sosial terdapat pada UU Nomer 23 tahun 2002

tentang perlindungan anak pasal 68 ayat 1. Menurut ayat tersebut pekerja sosial

profesional bertugas membimbing, membantu, melindungi, dan mendampingi

anak dengan melakukan konsultasi sosial dan mengembalikan kepercayaan diri

anak.
15

Penjelasan dari UU Nomer 23 tahun 2002 pasal 68 ayat 1 sama halnya

dengan tugas pekerja sosial di panti pelayanan sosial lanjut usia, ada yang penting

juga untuk dilaksanakan seperti; a. pekerja sosial menjadi penghubung klien

untuk mampu menangani situasi dengan cara memberikan kesempatan dan

fasilitas yang diperlukan pada lansia untuk mengatasi masalahnya, b. sebagai

fasilitator, pekerja sosial adalah seorang agen perubahan yang terjadi harus

menyusun perencanaan pelayanan yang dibutuhkan oleh lansia yang

membutuhkan, c. sebagai pembela, pekerja sosial bertindak mewakili

kepentingan lansia untuk mendapatkan hak- haknya, dan d. sebagai pelatih,

pekerja sosial merancang dan memberikan pelatihan ketrampilan sosial pada

lansia seperti kerajinan tangan untuk mengisi waktu luang. Parson dalam

indarwati (2014: 17 skripsi) peran pekerja sosial meliputi a.

Fasilitator yang mendampingi lansia, memberikan dukungan emosional yang

diperlukan lansia agar merasa diperhatikan dan terpenuhi kebutuhannya,

membantu mengatasi masalah lansia yang sedang dihadapi; b. Mediator

memberikan layanan mediasi jika lansia mengalami konflik dengan pihak lain

atau orang lain agar tercapai tujuan diantara kedua belah pihak; c. Advokator

memberikan layanan pembelaan bagi lansia yang berada dalam posisi yang

dirugikan sehingga memperoleh haknya kembali; d. Liason memberikan

informasi pada keluarga mengenai kondisi lansia dan kondisi panti agar dapat

memberikan pertimbangan yang tepat dalam menentukan tindakan demi

kepentingan lansia; e. Konselor memberikan konsultasi kepada lansia yang ingin

mengungkapkan permasalahannya; dan f. Penghubung pekerja sosial

menghubungkan antara lansia dengan keluarga, dan antara lansia dengan panti.
16

Berdasarkan pengertian di atas, tugas yang mendasar dari profesi pekerja

sosial adalah menolong orang untuk memenuhi kebutuhannya serta melaksanakan

tanggung jawabnya sepanjang kehidupan mereka. Pekerja sosial menolong untuk

meningkatkan keberfungsian mereka. Pekerja sosial dapat mengaplikasikan teknik

dan keterampilan yang mereka miliki untuk menolong lansia dalam memecahkan

permasalahan mereka.

Pekerja sosial dapat ditemui di berbagai bidang pelayanan seperti;

perawatan atas orang lansia, pemberian dan dukungan sosial, status kesehatan

lansia, isolasi dan kecemasan pada lansia yang dirawat di rumah sakit agar dapat

dilakukan tindakan pencegahan, studi tentang konsep diri dan aktualisasi diri

lansia, faktor demografi, sosial dan ekonomi pada perlakuan salah terhadap lansia.

2.1.5. Pekerja Sosial sebagai Profesi

Pekerja sosial merupakan sebuah profesi yang didasarkan pada bidang

ilmu tertentu. Pekerja sosial di Indonesia dapat dikatakan memenuhi kriteria.

Banyak pekerja sosial profesional yang datang dan bergabung dalam organisasi

profesi. Pekerja sosial tersebut akan mendapatkan informasi seputar

perkembangan pendidikan dan keterampilan dalam melaksanakan praktik di

lapangan serta mendapatkan pengawasan dengan pemahaman kode etik sebagai

pedoman pekerja sosial dalam melaksanakan apa yang harus dilakukan oleh

seorang pekerja sosial profesional.

Pujileksono (2016: 158) mengatakan pekerja sosial adalah seseorang yang

mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperoleh

melalui pendidikan formal atau pengalaman praktik di bidang pekerja

sosial/kesejahteraan
17

sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas

profesional.

Pekerja sosial bukan hanya pekerjaan amal namun merupakan profesi yang

mempunyai ilmu, ketrampilan dan nilai, namun secara spesifik yang dimaksud

pekerja sosial profesional mempunyai kriteria meliputi: a. Adanya pengetahuan

khusus yang dimilikinya berkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang

bertahun-tahun, b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi sebagai

suatu aturan permainan dalam menjalankan atau mengemban profesi. c. Mengabdi

kepada kepentingan masyarakat, d. Ada izin khusus untuk bisa menjalankan suatu

profesi, dan e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu organisasi

profesi (Salam, 1997: 139-142).

Dolgoof dan Feldstein dalam Astri, 2013: 157) mengatakan bahwa :


“Social welfare is all social interventions intended to enhance
or maintain the social functioning of human beings. Social work
is a professional occupation that delivers social welfare services.”
Pendapat ini terlihat jelas bahwa kesejahteraan sosial merupakan
ilmu yang membidangi suatu pekerjaan, sedangkan pekerjaan sosial
lebih terkait dengan profesi pekerjaan yang dilakukan.

Sukoco dalam Hermana (2006) merumuskan pengetahuan-pengetahuan

yang harus dimiliki oleh pekerja sosial meliputi: a. Human Development and

Behaviour, pengetahuan ini menekankan pada cara individu secara keseluruhan

dan melihat pengaruh orang lain dan lingkungan terhadap manusia, kondisi sosial,

ekonomi dan kebudayaan; b. Psikologi, dimana individu dapat memperoleh

pertolongan dari orang lain dan sumber-sumber di luar dirinya; c. Cara-cara

bagaimana orang berkomunikasi dengan orang lain dan sumber-sumber di luar

dirinya; d. Proses kelompok dan pengaruh kelompok terhadap individu maupun


18

individu lain di dalam kelompok; e. Pemahaman dan pengaruh interaksi antara

individu, kelompok, dan masyarakat dengan kebudayaan-kebudayaan, yang

meliputi keagamaan, kepercayaan, nilai-nilai spiritual, hukum, dan lembaga-

lembaga sosial yang lain; f. Relationship, yaitu proses interaksi antar individu,

antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok; g.

Komuniti, yang meliputi proses internal (proses di dalam komuniti), model-model

pengembangan dan perubahan komuniti, pelayanan sosial dan sumber-sumber

yang ada dalam komuniti; h. Pelayanan sosial, struktur, organisasi dan metode-

metode pekerjaan sosial; dan i. Diri pekerja sosial, dimana pekerja sosial dapat

mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap emosi dan sikap sebagai

seseorang profesional.

Pekerja sosial diharapkan mempunyai kemampuan menyampaikan

informasi dengan baik dan benar serta mudah diterima oleh individu dan

masyarakat yang menjadi sasaran perubahan. Seorang pekerja sosial harus

mempunyai kompetensi dan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan

pelatihan dalam menyelenggarakan berbagai pelayanan sosial baik di instansi

pemerintah maupun instansi swasta lainnya.

2.1.6. Etika Profesi Pekerja Sosial

Etika dapat diartikan dari segi bahasa. Etika berasal dari bahasa Yunani

ethos, dalam bentuk jamaknya (ta etha) yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.

Pengertian ini menyatakan etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang

baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang pada suatu

generasi ke generasi lain (Sundary, 2010: 3).


19

Kebiasaan yang baik akan membentuk sistem nilai, kemudian diturunkan

dan diwariskan melalui agama dan kebudayaan dalam bentuk peraturan atau

norma yang diharapkan menjadi pegangan setiap pegangan. Etika dan moralitas

memberikan petunjuk konkret tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik

sebagai manusia.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk

menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional

adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau

dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara

orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekadar hobi untuk senang-senang,

atau mengisi waktu luang (Salam, 1997: 137). Seorang profesional yang

mempunyai profesi adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu

dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang tinggi.

2.1.7. Kriteria pekerja sosial

UU No 11 tahun 2012 pasal 66 tentang sistem peradilan pidana anak

mengatakan bahwa syarat untuk dapat diangkat sebagai pekerja sosial profesional

adalah berijazah paling rendah strata satu (S1) atau diploma empat (D-4) di

bidang pekerja sosial atau kesejahteraan sosial.

Menurut UU 11 tahun 2009 pasal 1 ayat 4 tentang kesejahteraan sosial

berbunyi pekerja sosial profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di

lembaga pemerintahan maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi

pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui

pendidikan
20

dan pelatihan dan atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan

tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.

Kriteria pekerja sosial penting untuk dikaji agar dapat mendeskripsikan

profesi serta mengetahui kekurangan dan kelebihan permasalahan yang dihadapi

oleh profesi tersebut. Pekerja sosial bukanlah pekerjaan yang sederhana dan

mudah melainkan suatu pekerjaan profesional yang memerlukan beberapa kriteria

tertentu yang harus terpenuhi.

2.2. Peran

2.2.1. Pengertian Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal.

Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang

menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan suatu situasi tertentu agar

dapat memenuhi harapan –harapan mereka sendiri atau harapan orang lain

menyangkut peran-peran tersebut (Friedman, M 1998: 286). Menurut Ahmadi

(2009: 106) peran adalah suatu kompleks penghargaan manusia terhadap cara

individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan

fungsionalnya. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka peran dapat

diartikan sebagai harapan dan penghargaan pada seseorang tentang perilakunya.

Salah satu teori peran menurut Robert Linton dalam Syam (2004: 71)

menggambarkan peran sebagai interaksi di dalam lingkungan tertentu yang sudah

diterapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, peran menuntun kita untuk

berperilaku di kehidupan sehari-hari. Teori peran menggambarkan interaksi sosial


21

dalam termologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang yang

ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran

merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku sehari-

hari. Menurut teori ini seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya

pekerja sosial, mahasiswa orangtua, wanita, dan lain sebagainya. Diharapkan

seseorang tadi berperilaku sesuai peran tersebut.

2.3. Lansia

2.3.1. Pengertian Lansia

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun

wanita yang masih aktif beraktifitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak

berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain

untuk menghidupi dirinya (Nugroho, 2008: 45). Masa tua dapat dilihat dari

berbagai segi yaitu umur, perubahan kepribadian, perubahan jaringan tubuh, dan

kebutuhan yang khas (Sumarnugroho 1984: 111).

2.3.2. Karakteristik Lansia

Menjadi tua seharusnya bukan untuk ditakuti tapi untuk dinikmati dan hal

tersebut merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Masa tua merupakan

masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia. Dalam masa ini akan terjadi

proses penuaan.

Peran lansia akan semakin menurun seiring bertambahnya usia dalam

berbagai bidang, salah satunya bidang pekerjaan. Tetapi justru yang lebih

penting adalah
22

para lansia tersebut dapat terus aktif mengisi waktu dengan kesibukan yang secara

langsung artinya peran sosialnya terus berlangsung (Fanggidae, 1993: 57).

Bertambahnya jumlah lansia, maka sudah sepantasnya perhatian terhadap

kesejahteraan mereka melalui pelayanan yang sesuai kebutuhan. Hal tersebut

perlu dilakukan agar para lansia merasa tidak diperlakukan sebagai orang yang

“habis manis sepah dibuang” dalam masyarakat.

Weinberg dalam Sumarnugroho (1984: 111) mengelompokkan kebutuhan

lansia menjadi empat bagian:

Kebutuhan lanjut usia pertama, standar kehidupan dan


tempat tinggal yang adekuat, kedua, hubungan sosial dan
kegiatan disetiap waktu untuk mengatasi kesunyian dan
kekosongan, ketiga pemeliharaan kesehatan, keempat,
pencegahan terhadap kerusakan yang menimpa kehidupan
lansia.

Untuk menciptakan suasana yang menggembirakan pada masa tua dapat

dilakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kemampuan fisik. Kegiatan mengisi

waktu senggang merupakan upaya pekerja sosial mengatasi kesunyian di panti

pelayanan sosial lanjut usia dengan sedikit berolahraga karena lansia akan terjadi

banyak proses kemunduran sel dikarenakan oleh proses penuaan yang dapat

berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik timbulnya berbagai macam

penyakit (Yulianti, 2015). Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata ini

mempunyai banyak lansia yang harus diperhatikan kenyamanannya.

2.4. Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Panti pelayanan sosial lanjut usia adalah wadah orang-orang lanjut usia yang

tak ada lagi keluarga dan kerabat yang mengurusnya. Sebagian masyarakat
23

mengasumsikan bahwa panti pelayanan sosial merupakan tempat pembuangan

orangtua, karena anak-anaknya tak lagi menghiraukan dan malah mereka

meninggalkan orangtuanya di panti pelayanan sosial lanjut usia. Sebagai mana

tercantum dalam UU No.1 Tahun 1974 pasal 46 ayat 1 dan ayat 2 tentang

perkawinan, kewajiban anak terhadap orangtua adalah anak wajib menghormati

orangtua dan mentaati kehendak mereka yang baik (ayat 1). Jika anak telah

dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orangtua dan keluarga

dalam garis lurus keatas, bila mereka itu memerlukan bantuanya (ayat 2).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa anak wajib

memelihara/merawat orangtua setelah ia menjadi dewasa atau sudah

melangsungkan perkawinan, anak dilarang menelantarkan orangtua.

2.5. Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu tentang lansia di panti pelayanan sosial lanjut usia

sudah banyak dilakukan di berbagai daerah. Penelitian-penelitian yang telah

dilakukan sangat membantu penelitian untuk memahami bagaimana para

penelitian dahulu melakukan bebagai penelitian mengenai lansia di panti

pelayanan sosial lanjut usia menggunakan metode, teori, dan fokus penelitian

yang berbeda-beda sehingga menghasilkan penelitian yang berbeda pula.

Syahriani (2012) meneliti tentang bagaimana pelayanan sosial lanjut usia

dalam menangani lanjut usia terlantar. Penelitian dilakukan di wilayah Kota Pare-

Pare di tempat Mappakasunggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi

panti sosial terhadap pembinaan lanjut usia Pada Panti Sosial Mappakasunggu.

Data
24

penelitian dikumpulkan melalui wawancara mendalam (indepth interview),

observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek

yang diteliti, dan dokumentasi dengan mengumpulkan beberapa dokumen, kajian-

kajian pustaka yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti yakni peranan

Panti Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu. Pengolahan dan analisis data dilakukan

dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memberikan gambaran informasi

secara jelas, terperinci dan mendalam sebagai penggunaan metode penelitian studi

kasus.

Indarwati (2014) meneliti tentang peran pekerja sosial dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial lanjut usia. Metode penelitian dilakukan dengan deskriptif

kualitatif. Kemudian peneliti juga melakukan analisis kebijakan pemerintah yang

berkaitan dengan peran pekerja sosial Kabupaten Brebes. Berdasarkan apa yang

ditemukan peneliti setelah melakukan peneliti di lapangan, dapat disimpulkan

bahwa program pelayanan yang dilakukan pekerja sosial dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial lanjut usia di Unit Rehabilitasi Sosial Purbo Yuwono Brebes

yaitu melalui pelayanan bimbingan kesenian, pelayanan bimbingan spiritual,

pelayanan bimbingan fisik, pelayanan bimbingan keterampilan dan kerja bakti.

Masing-masing program tersebut dilaksanakan lima kali dalam satu minggu

dengan durasi waktu 2 (dua) jam yang dimulai dari pukul 08.00-10.00 WIB.

Program- program tersebut dapat dikatakan cukup berhasil dalam memenuhi

kebutuhan lansia.

Merl C. “Terry” Hokenstad dan Amy Restorick Roberts (2010) meneliti

tentang pekerja sosial dalam lingkungan yang memastikan, memungkinkan dan

mendukung bagi lanjut usia dalam sebuah perspektif global dengan judul “

Social
25

workr’s role in ensuring enabling and supportive environments for older persons.

A global perspective. Penelitian dilakukan di Cleveland yang merupakan ibu kota

dari Cuyahoga, bagian Ohio, Amerika Serikat. Penelitian ini menjelaskan bahwa

pekerja sosial merupakan bagian integral dalam proses melaksanakan pemerintah

The Madrid International Plan of Action on Ageing (MIPAA). Menurut

International Federation of Social Workers (IFSW) tentang lanjut usia

menyatakan, pekerja sosial berada dalam posisi untuk menciptakan, menerapkan,

menganjurkan kebijakan, program, menasehati, layanan, dan penelitian yang dapat

memberikan manfaat bagi lansia. Metode yang digunakan pekerja sosial yaitu

menggunakan pendekatan partisipasi. Pendekatan ini telah dipraktikan oleh

pekerja sosial di seluruh dunia dalam pekerjaan mereka dengan lansia. Terdapat

pula pendekatan lainnya yaitu menggunakan pendekatan holistik. Pendekatan ini

untuk memberikan lansia keterampilan dan kemampuan agar dapat terlibat dalam

budaya yang sensitif yaitu membantu mereka dalam melakukan hubungan dengan

kelompok yang terpinggirkan. Pekerja sosial harus dapat memahami atau

mendalami mengenai kebutuhan dan lingkungan para lansia.

Sung dan Dunkle (2009) meneliti tentang bagaimana pekerja sosial

menunjukan rasa hormat terhadap lansia yang berjudul “How Social Workers

Demonstrate Respect For Elderly Clients”. Penelitian ini diteliti oleh mahasiswa

dari School Of Social Work Universitty Of Michigan America Serikat. Metode

yang digunakan yaitu menggunakan strategi convenience sampling untuk

mengidentifikasi pekerja sosial yang memberikan layanan kepada lansia (PM).

Data dikumpulkan dari sampel sebanyak 50 pekerja sosial di dua tempat yang
26

berbeda yaitu 25 di sebuah kota di Midwest dan 25 dari sebuah kota di Pantai

barat. Penelitian dilakukan dengan memberikan kuisoner kepada pekerja sosial.

Hasil yang diperoleh dari penelitian yaitu bahwa bentuk rasa hormat yang

ditujukan oleh pekerja sosial pada PM yang paling sering dilakukan yaitu

linguistik, acquiscent, presentasional, spasial, dan konsultatif.

Melalui penelitian Merl C. “Terry” Hokenstad and Amy Restorick Roberts

dan Sung dan Dunkle, peneliti mendapatkan pemahaman baru mengenai peran

pekerja sosial dalam menjalankan tugasnya. Tugas pekerja sosial menurut

penelitian yang dilakukan oleh Merl C. “Terry” Hokenstad and Amy Restorick

Roberts yaitu memberi pelayanan kepada lansia terlantar, sedangkan peneliti Sung

dan Dunkle menyatakan bahwa pekerja sosial dalam memberikan pelayanan pada

lansia juga harus memperhatikan etika khususnya rasa hormat pada para lansia

yang secara usia lebih tua dari para pekerja sosial.

2.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir mempunyai tujuan untuk menuangkan secara tertulis apa

yang menjadi pokok pikiran dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Kerangka berfikir akan mempermudah dalam memahami proses berpikir dari

peneliti. Kerangka berfikir dari penelitian berjudul Peran Pekerja Sosial di Panti

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Kebupaten Cilacap.


27

Lansia

Rumah / keluarga Panti Pelayanan Sosial


Lanjut Usia Dewanata

Pekerja Sosial
(pelayanan pada lansia)

Peran

Faktor Faktor
penghambat pendukung

Gb.1: Bagan Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir di atas menjelaskan bahwa awal mula penelitian

berdasarkan adanya realita bahwa setiap lansia mempunyai hak memilih untuk

tinggal di rumah dengan keluarga atau di panti pelayanan sosial lanjut usia.

Namun sebagian besar keluarga menempatkan lansia di panti pelayanan lanjut

usia karena banyak lansia tidak terawat jika berada di rumah. Penelitian ini

berfokus pada Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

Lansia berada di panti pelayanan lanjut usia akan bertemu dengan pekerja

sosial yang melayani lansia dengan baik. Pekerja sosial dapat memberikan

perlindungan, kenyamanan, dan memahami apa yang sedang dibutuhkan oleh


28

lansia. Jika peran para pekerja sosial baik maka timbullah kesejahteraan sosial di

panti pelayanan lanjut usia.

Pekerja sosial dalam menjalankan tugas untuk memberikan pelayanan

kepada lansia mempunyai faktor penghambat dan pendukung. Faktor

penghambatnya yaitu adanya beberapa lansia yang sulit untuk dipahami atau sulit

dimengerti apa kebutuhanya dan adanya beberapa lansia yang belum bisa

menyesuaikan dirinya tinggal di panti pelayanan lanjut usia. Faktor pendukung

yaitu sudah banyak lansia yang memang dengan kemauannya untuk tinggal di

panti pelayanan lanjut usia maka dari itu mudah untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan dengan pekerja sosial.


BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Setelah peneliti melaksanakan penelitian mengenai Peran Pekerja Sosial

dalam Pelayanan di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Kabupaten

Cilacap maka diambil simpulan pada rumusan masalah sebagai berikut pekerjaaan

sosial masih jarang untuk di minati setiap orang, karena pekerja sosial memang

panggilan dari hati yang tulus untuk melakukan nya. Pekerja sosial banyak sekali

bidang prakteknya mulai dari kecanduan alkohol, obat-obatan, lanjut usia,

kesejahteraan anak, kenakalan dan kejahatan, disabilitas, pelayanan kesehatan (

mental, konseling genetik) dll. Penelitian ini berfokus dalam bidang lanjut usia,

meneliti tentang peran pekerja sosial lanjut usia, pada rumusan masalah yaitu

meneliti peran pekerja sosial, faktor penghambat pekerja sosial melayani lansia,

faktor pendukung pekerja sosial melayani lansia di panti.

Pekerja sosial memiliki faktor penghambat yang dialami pekerja sosial

panti lansia ini sering mengalami kesulitan untuk mengatur lansia yang tidak mau

diatur dalam kedisiplinan, kemandirian, tidak mau mendengarkan nasehat jika ada

masalah dengan lansia dalam satu wisma atau wisma lainnya, partisipasi lansia

bergantung dengan kesehatan dan niatnya, ada lansia yang sehat tetapi tidak mau

berpartisipasi mengikuti semua kegiatan di panti, selain faktor penghambat

pekerja sosial mengalami faktor pendukung.

99
100

Faktor pendukung yang dialami pekerja sosial di panti yaitu ada kalanya

lansia brubah sikap yaitu mudah diajak untuk mengikuti kegiatan di panti, mudah

menerima nasehat mau meminta maaf dan memaafkan bagi lansia yang memiliki

masalah, mau hidup rukun dalam satu wisma dan wisma lainya, mudah diatur

untuk menjaga kebersihan, manjadi mandiri hidup di panti.

Panti Pelayanan Lanjut Usia Dewanata Kabupaten Cilacap merupakan

salah satu lembaga pealayanan sosial yang ditujukan untuk lansia yang terlantar

dan tidak mampu. Lembaga ini berada dibawah naungan Dinas Sosial pemerintah

provinsi Jawa Tengah. Panti pelayanan sosial lanjut usia ini adalah satu-satunya

tempat para lansia untuk mendapatkan kesejahteraan di masa tuanya.

Lansia berada di panti diberi program untuk mengisi waktu luang,adapun

program yang diberikan untuk lansia yaitu a. Bimbingan fisik/olahraga yang

berupa senam sehat, jalan sehat, kerja bhakti, b. Bimbingan mental keagamaan

yang berupa ceramah, c. bimbingan sosial yang berupa konsultasi atau cerita

masalah yang dimiliki lansia, d. bimbingan ketrampilan yang berupa membuat

keset dengan kain perca. Tujuan panti memberi program untuk lansia mengisi

waktu luang agar selalu nyaman, betah di panti, dapat hidup rukun, dapat interaksi

dengan sebayanya, melatih kemandirian agar tidak merepotkan sesamanya,

menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Visi misi dari panti pelayanan sosial lanjut usia dewanata adalah untuk

kesejahteraan sosial lansia lanjut usia terlantar dalam menikmati hari tuanya

dengan aman dan bahagia, memberikan pelayanan sosial kepada penerima

manfat sesuai
101

dengan standar pelayanan yang ditetapkan dengan mengoptimalkan sarana dan

prasarana yang ada, meningkatkan profesional sumber daya manusia melalui

pendidikan dan latihan pekerja sosial, terpenuhinya kebutuhan dasar lansia,

menjadi pusat laboraturium pekerjaan sosial bagi lembaga pendidikan yang

manjalin kerja sama dengan balai, meningkatkan kerjasama dengan stake holder

dalam memberikan pelayanan sosial kepada para lansia.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian tentang peran pekerja sosial di Panti Pelayanan

Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap , maka memperoleh saran untuk panti dan

pegawainya:

1. Bagi seluruh pegawai panti dan pekerja sosial di Panti Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Dewanata agar tetap menjaga dan senantiasa meningkatkan kualitas

pelayanan kepada lansia. Memberikan dukungan yang positif kepada lansia

agar kehidupan mereka menjadi lebih baik.

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana agar suasana melakukan kegiatan

menjadi kondusif.

3. Semua kegiatan diusahakan dibimbingan oleh pekerja sosial.

4. Pekerja sosial diharapkan mampu mengelola konflik yang terjadi antar lansia

dengan lansia lainya, dengan membimbing, menasehati.

5. Pekerja sosial dan pegawai panti yang lainya diharapkan mampu menjalin

hubungan baik dengan rekan kerjanya dan saling berbagi informasi tentang

pekerjaan mereka, agar memudahkan dalam melaksanakan tugas dan


102

tanggungjawab yang diharapkan dapat meningkatkan peran pekerja sosial dan

para pegawai.

6. Pekerja sosial mulai rajin mengerjakan laporan setiap kegiatan.


Daftar pustaka

Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:


Rineka Cipta.

Astri, Herlina 2013. Pengaturan Praktik Pekerja Sosial Profesional di Indonesia.


Pusat Pengkajian. Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat
Jenderal DPR RIvol 4 No 2
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/499

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fahrudin, Adi. 2012. Kesejahteraan Sosial Internasional. Bandung: Alfabeta.

Fanggide, Abraham. 1993. Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta:


Puspa Swara.

Hokenstad and Roberts 2010. Social Work’s Role In Ensuring Enabling and
Supportive Environments For Older Persons. A Global Perspective.
Journal of Social Intervention Vol 19 No 2. http://www.journalsi.org

Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Model


dan Strategi PembangunanBerbasis Masyarakat. Bandung: Humniora,
Penerbit Buku Pendidikan-Anggota IKAPI.

Indarwati 2014 peran pekerja sosial dalam meningkatkan kesejahteraan sosial


lansia di unit rehabilitasi sosial purbo yuwono brebes. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang. (skripsi)

Koentjaraningrat. 1987. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta, Rineka Cipta. Hal.


70-74.

Kumala, Meliana 2016. Pengaruh Kecerdasan Emosional pada Peran Karyawan


yang Dimediasi oleh Gaya Manajemen Konflik Kolaborasi dan Kompromi.
(Studi pada Karyawan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. (sekripsi).

Mangkunegara, A. P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

102
103

2012. Evaluasi Peran Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nugroho, wahyudi. 1992. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC

Nugroho, Wahyudi 2008. Keperawatan Gerontik dan Geratik. Jakarta: EGC.

Novianti, Rina 2015. Hubungan Hasil PelatihanDasar Pekerja Sosial

Dengan
Peran Pegawai (Studi Deskriptif Pada Alumni Diklat Dasar Pekerja Sosial
Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional
II. Bandung. Vol 7 No 2
http://ejournal.upi.edu/index.php/PNFI/article/view/5589

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa


Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Pujileksono, Sugeng. 2016. Perundang-Undangan Sosial dan Pekerja Sosial.


Malang: Setara Press

Pelenkahu dan suling. 1992. Pedoman Praktis Bagi Manusia Usia Lanjut. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.

Salam, Burhanudin. 1997. Etika Sosial Asas Moral dalam Kehidupan Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Setiawan, Hari H. Sanusi, Makmur 2015. Analisis Yuridis Peran Profesi


Pekerja Sosial dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012.
Vol 27 No 2. http://mimbar.hukum.ugm.ac.id/index.php/jmh/article/view/529
104

Shoehartono, Irwan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja


Rosdakarya. .

Sundary, Irianty Rini, 2010. Internalisasi Prinsip-Prinsip Islam Tentang Etika


Kerja dalam Perlindungan Hak Pekerja dan Pelaksanaan Hak
atas Pekerjaan. Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung Vol XII No 2
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/syiar_hukum/article/view/636

Sung and Dunkle, 2009. How Social Workers Demonstrate Respect for
Elderly Clients. J Gerontol Soc Work Vol 3 No 2.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3110652/

Sumarnugroho, T. 1984. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta:


Hanindita.

Sofyan, H. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta: Rineka


Cipta.

Syaiin, Subakti 2008. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Peran Pegawai Klinik
Spesialis Besteri Medan. (sekripsi).

Tri Putri, Syahriani 2012. Fungsi pusat pelayanan sosial lanjut usia (ppslu)
mappakasunggu kota pare-pare dalam menangani lanjut usia terlantar.
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Makassar (skripsi)

Yulianti, Dwi Rahayu (2015) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas


Hidup Lansia di Desa Pogungrejo Porworejo. STIKES 'Aisyiyah
Yogyakarta.
105

Sumber lain
Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap
https://bapelsosdewanata.wordpress.com/riwayat-singkat/ post tanggal 20
Januari 2017 22:31.
Hermana,
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=20
7 Selasa, 23 Mei 2006 13:49:19 WIB
Wawa Chayo
http://wawachayoo.blogspot.co.id/2012/07/pengertian-fungsi-dan-peran-
pekerja.html 27 juli 2012
Dayat Rangga
http://wwwdayatranggambozo.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-
pekerjaan-sosial.html 27 febuari 2012
106

Undang-undang tentang panti sosial lanjut usia, pekerja sosial, lansia.

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pasal 46 ayat 1 dan ayat 2 tentang perkawinan.
Undang-Undang RI No.4 Tahun 1965 tentang “ pemberian bantuan kehidupan
bagi orang-orang jompo”
Undang-Undang RI Nomer 6 Tahun 1974 pasal 2 ayat 3 pekerja sosial
Undang-Undang RI No 11 Tahun 2009 pasal 1 ayat 2, 4 dan 7 tentang
kesejahteraan sosial.
Undang-Undang RI no 13 Tahun 1998 tentang orang-orang yang telah memasuki
usia 60 tahun ke atas.
Undang-Undang Permensos No 17 Tahun.2012 tentang akreditasi lembaga
kesejahteraan sosial
Undang-Undang Nomer 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 68 ayat 1
Undang-Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Menteri Sosial RI No.3/1/50/107/1979 tentang “ pemberian kehidupan bagi orang-
orang usia lanjut”

Anda mungkin juga menyukai