Anda di halaman 1dari 11

BAB XVII

HUKUM INDUSTRI

A. PENDAHULUAN

Penataan kedua yang harus dilakukan untuk mengatasi kegagalan ekonomi pasar bebas
adalah menata sektor industrinya. Oleh karenanya, dalam mekanisme pasar syari'ah, menata
industri ini dipandang sebagai unsur yang sangat vital bagi terwujudnya ekonomi yang
berkeadilan.

Dalam perekonomian dunia saat ini, bidang industri dapat dipandang sebagai sektor yang
memegang peranan yang sangat penting, bahkan paling sentral. Sehingga, dapat dikatakan bahwa
maju-mundurnya perekonomian suatu negara sangat ditentukan oleh kemajuan bidang
industrinya. Oleh karena itu, hampir setiap negara di dunia saat ini akan saling berlomba untuk
memajukan perindustriannya, agar menjadi negara yang maju dan kuat dalam perekonomiannya.

Akibatnya, saat ini kita dapat menyaksikan di seantero dunia, bidang industri terus-
menerus mengalami perkembangan, baik dalam skalanya, maupun dalam jenis dan variasinya.
Saat ini, ada banyak ragam industri yang terus mengalami perkembangan. Mulai dari industri
pengolahan hasil pertanian, industri aneka tambang, industri manufaktur, industri jasa perbankan,
industri jasa pendidikan, industri jasa rumah sakit, industri kreatif dan sebagainya.

Mengingat pentingnya peran bidang industri dalam perekonomian tersebut, maka banyak
negara di dunia ini saling perlomba untuk memajukan bidang industrinya. Yang menjad
pertanyaan tentu saja adalah: apakah dalam bidang industri di setiap negara itu terjadi secara
alami (by nature) atau terjadi karena direncanakan (by design)?

Jawabnya, di dalam negara dan masyarakat yang ada di dunia ini, dalam membangun dan
mengembangkan bidang apapun, tidak ada yang terjadi secara alamiyah. Terjadi begitu saja,
terus mengalir tanpa ada perencanaan sama sekali. Tidak ada negara yang seperti itu. Semua
pengembangan bidang apapun, tentu atas dasar perencanaan yang serius dan matang.
Oleh karena itu, yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah: dengan apa sebuah negara
akan mengembangkan sektor industrinya? Inilah yang harus menjadi perhatian yang penting
untuk dilakukan pengkajian secara lebih mendalam.

Faktanya, setiap negara yang akan menata dan mengembangkan sektor industrinya akan
dilandasi dan dipimpin oleh sistem ekonomi tertentu. Pilihan sistem ekonomi itu akan sangat
menentukan corak dan warna perindustrian yang akan berkembang. Termasuk, apakah
pengembangan bidang industri itu akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi
rakyatnya secara menyeluruh, atau hanya segelintir rakyatnya saja yang akan menikmatinya?
Inilah yang seharusnya mendapat perhatian yang serius.

Oleh karena itu, mengingat betapa penting dan strategisnya bidang industri ini, kesalahan
dalam perencanaan dalam pengembangan industri akan memiliki dampak yang besar dan luas
dalam perekonomian. Tidak sedikit negara yang ada di dunia ini, yang sebagian besar rakyatnya
harus menderita bahkan menjadi budak-budak industri, akibat pengembangan industri i yang
salah dari awalnya.

Bab ini akan mencoba untuk membahas pengembangan industri secara utuh, mulai dari
penataan dasarnya, hingga bagaimana perencanaan pengembangannya dalam perspektif
sistemekonomilslam. n. Namun, sebelum masuk dalam pembahasan perspektif Islam, terlebih
dahulu akan akar permasalahan hidang industri, selanjutnya akan diperbandingkan terun dahulu
bagaimana pengembangan industri dalam perspektif sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme.

B. MENCARI AKAR PERMASALAHAN BIDANG INDUSTRI

Sebagaimana telah disinggung di atas, saat ini pengembangan dalam bidang perindustrian
sudah sangat luas dan meliputi banyak jenis maupun ragamnya. Namun, industri yang dimaksud
dalam pembahasan bab ini adalah pengertian industri dalam arti yang lebih terbatas, yaitu proses
pengubahan bentuk barang dari satu keadaan menjadi keadaan lain. Dalam wacana ekonomi
biasanya disebut dengan industri manufaktur.

Namun, dalam pembahasan bab ini masih menggunakan istilah industri, karena pembahasan
sistem ekonomi Islam lebih terfokus pada aturan hukumnya (silakan dibuka kembali Buku Jilid I,
yang berkaitan dengan pemmbahasan tentang pandangan ekonomi Islam terhadap problem asasi
ekonomi), bukan pada aspek produktivitasnya. Dengan demikian, pembahasan aturan hukum ini
nantinya dapat dikaitkan dengan ruang lingkup industri yang lebih luas, tidak hanya sekedar
industri manufaktur.

Pembahasan pengembangan sektor industri memang akan menyangkut banyak hal. Jika
disederhanakan, paling tidak ada 4 hal penting yang terkait dengan masalah pengembangan
industri. Keempat hal tersebut adalah:

1. Bentuk model perusahaannya


2. Kepemilikan alat-alat industrinya.
3. Pengembangan modal industrinya.
4. etenagakerjaan di bidang industrinya.

Dari keempat hal di atas, yang paling penting dan sangat terkait dengan aturan hukum
industri adalah bu yang kedua. Sedangkan butir 1, 3 dan 4 adalah hal-hal yang tidak terkait
secara langsung dengan sektor industri. Sehingga dapat dianggap sebagai pelengkap bagi
pengembangan seldor industri. Selain itu, pembahasan ketiga butir tersebut sudah akan dapat
porsi yang khusus pembahasannya dalam bab-bab yang lain.

Dengan demikian, untuk menata sektor industri ini, yang paling urgen untuk diatur, agar
tidak menimbulkan hegemoni ekonomi, serta untuk mewujudkan keadilan mekanisme pasar
adalah menyangkut aturan hukum kepemilikan alat industri Dengan kata lain, problem yang
paling krusial dalam penataan sektor industri adalah bersumber pada masalah-masalah
kepemilikan alat industri tersebut.

Jika penataan aturan kepemilikan alat industri ini tidak "beres", maka akan dapat dijamin
bahwa pengembangan sektor industri ini tidak akan membawa keadilan ekonomi tetapi justru
akan menimbulkan malapetaka ekonomi, yaitu munculnya hegemoni ekonomi, sebagaimana
yang telah dibahas dalam bab-bab sebelum ini.
Untuk membuktikan bahwa akar masalah sektor perindustrian adalah menyangkut
kepemilikan alat-alal industri, maka kita dapat melakukan komparasi terhadap pandangan dari
sistem-sistem ekonomi yang lain, yang terkait dengan penataan kepemilikan alat industri ini.

Sebagaimana telah disinggung dalam Buku Jilid I, setiap sistem ekonomi memang senantiasa
menjanjikan terwujudnya keadilan dan kesejahteraan ekonomi, jika sistem ekonominya, jika
system ekonominya diterapkan. Namun, faktanya apakah selalu demikian? Marilah kata lihat
satu per satu, mulai dari sistem ekonomi kapitalisme.

C. PANDANGAN SISTEM EKONOMI KAPITALISME DALAM INDUSTRI

Sistem ekonomi kapitalisme memiliki pandangan yang khas terhadap kepemilikan alat
industri yang adil dan juga pada derivasi-derivasinya. Menurut sistem ekonomi kapitalisme,
pandangan yang adil terhadap kepemilikan alat industri adalah bahwa kepemilikan alat-alat
produksi dalam industri adalah hak dari semua manusia.

Dalam pandangan sistem ekonomi kapitalisme ini, setiap individu maupun swasta bebas
memiliki alat-alat industri. Tidak ada batasan bagi individu untuk memiliki dan memperbesar
kepemilikan alat-alat industrinya.

Konsekuensi dari pandangan tersebut, di dalam sistem ekonomi kapitalisme, bagi individu
maupun swasta tidak hanya dibebaskan dalam kepemilikan alat-alat produksi, namun juga bebas
dalam memproduksi berbagai barang apapun, mengembangkannya, memperbesarnya,
memperbanyak ragamnya, tanpa ada batasan-batasan lagi.

Adanya prinsip kebebasan, baik dalam kepemilikan, pengembangan kepemilikan, maupun


dalam memperbanyak ragam produk barang inilah, yang telah menjadi prinsip dasar yang sangat
diyakini oleh sistem ekonomi kapitalisme, akan membawa perekonomian dapat berjalan secara
adil, semakin maju dan berkembang. Ujung-ujungnya, yang diharapkan tentu saja adalah dapat
membawa kesejahteraan secara bersama di bidang ekonomi.
Mengapa dengan adanya prinsip kebebasan dalam kepemilikan alat-alat industri ini dapat
menjamin terwujudnya keadilan dan kesejahteran dalam ako Buku jid ini suda keadikan secara
mendalam di dalam Buku Jilid I (dalam pembahasan sistem ekonomi kapitalisme), yang
kebanyakan didasarkan pada pandangan-pandangan Adam Smith.

Intinya, jika individu atau swasta diberi kebebasan sepenuhnya dalam kepemilikan dan
pengembangan alat industri maka akan mendorong perekonomian dapat berjalan secara lebih
efisien. Sebab, dalam persaingan yang bebas, maka semua pelaku industri akan belomba-lomba
untuk meng-efisienkan industrinya, sehingga dapat memenangkan persaingan.

Dalam sistem ekonomi persaingan bebas, bagi industri yang tidak dapat menjalankan proses
produksinya secara efisien, tentu akan segera tergulung oleh industri yang lain Dengan demikian,
jika semua industri mau secara terus-menerus untuk berupaya meng-efisienkan proses
produksinya, maka tentu akan berbuah pada harga jual yang semakin murah. Siapa yang akan
diuntungkan? Tentu saja adalah konsumen.

Kesimpulannya, jika prinsip kepemilikan alat industri ini dibebaskan, maka paling tidak akan
ada 3 pihak yang diuntungkan sekaligus, yaitu:

1. Pihak Produsen.
Dengan adanya prinsip kebebasan dalam kepemilikan alat produksi, maka semua
pihak dibolehkan untuk terjun di dunia industri apa saja. Jika hal itu dibatasi. maka akan
mencederai prinsip keadilan. Sebab, nantinya ada pihak yang dibolehkan dalam
menguasai sektor industri tertentu, ada pihak lain yang dilarang untuk mengembangkan
industri tersebut. Itu tentu dianggap tidak adil dalam pandangan kapitalisme.
2. Pihak Konsumen.
Pihak konsumen juga diuntungkan, karena dengan berlakunya prinsip kebebasan
dalam persaingan, akan mendorong semua pelaku industri mengelola industrinya semakin
efisien, sehingga akan berbuah pada semakin turunnya harga jual. Hal itu tentu akan
menguntungkan konsumen.
3. Pihak Pemerintah.
Pihak pemerintah juga diuntungkan, karena ketika industri sektor swasta dapat
berkembang pesat, maka tugas pemerintah menjadi lebih ringan. Pemerintah tidak perlu
bersusah payah lagi untuk mengembangkan industrinya, cukup diserahkan sektor swasta.
Tugas pemerintah cukup menarik pajak dari industri swasta, untuk selanjutnya
didistribusikan bagi kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyatnya.

Mudah bukan? Itulah janji-janji sistem ekonomi kapitalisme untuk mewujudkan penataan
sektor industri yang adil dan mampu mebawa kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.
Pertanyaannya: apakah benar demikian? Marilah kita lanjutkan dalam sub bab berikut ini.

D. DAMPAK YANG DITIMBULKAN

Dalam Buku Jilid I sudah ditunjukkan, bahwa prinsip kebebasan dalam ekonomi memang
nampak baik secara teoritis. Namun, dalam kenyataannya ternyata telah menimbulkan
ketimpangan dalam ekonomi. Hal itu menyebabkan munculnya kritikan yang tajam dari sistem
ekonomi sosialisme, yang dipelopori oleh Karl Marx.

Apa saja dampak buruk yang diakibatkan oleh kebebasan kepemilikan alat-alat industri yang
dikembangkan oleh system ekonomi kapitalisme ini? Di sini akan ditunjukkan beberapa butir
penting dampak dari kebebasan dalam kepemilikan alat industri. Butir-butir tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Munculnya persaingan bebas tanpa batas dalam kepemilikan alat-alat produksi.


2. Terjadinya ketidakseimbangan dan ketidakmerataan dalam kepemilikan alat-alat
produksi, yang akan muncul di tengah-tengah masyarakat ekonomi.
3. Industri besar akan semakin besar dan industri kesi akan kalah dan tersingkir dari kancah
ekonomi.
4. Pemilik industri yang kalah akan tersingkir, dan selanjutnya hanya akan menjadi buruh
atau karyawan pada pihak pemilik industri yang menang.
5. Munculnya berbagai bentuk perkongsian industri besar (dalam bentuk oligopoli), yang
semakin mendorong bagi terciptanya kepemilikan industri yang semakin besar
6. Munculnya ekploitasi kaum buruh demi terwujudnya industri yang semakin besar.
7. Munculnya kapitalisme industri global, yang dapat menyebabkan sebagian besar rakyat
dunia menderita kemiskinan yang parah.

Paling tidak, itulah beberapa butir penting, dampak dar kebebasan kepemilikan alat-alat
industri, yang memiliki ujung yang sama, yaitu munculnya hegemoni kapitalis di tingkat dunia.
Lantas, bagaimana solusinya? Sebelum kita masuk ke dalam solusi yang ditawarkan oleh sistem
ekonomi Islam, maka terlebih dahulu kita masuk ke dalam pandangan yang ditawarkan oleh
sistem ekonomi sosialisme, dalam sub-bab berikut ini.

E. PANDANGAN SISTEM EKONOMI SOSIALISME DALAM INDUSTRI

Sebagaimana telah dibahas dalam Buku Jilid 1, kegagalan dari sistem ekonomi kapitalisme
langsung mendapat reaksi dari sistem ekonomi sosialisme. Termasuk respon dari sistemekonomi
ini terhadap pandangan terhadap kebebasan kepemilikanomi alat industri.

Sistem ekonomi sosialisme memandang bahwa munculnya ketimpangan ekonomi yang


begitu lebar, termasuk di dalamnya adalah di sektor industri, hal itu disebabkan oleh adanya
prinsip kebebasan dalam kepemilikan alat industri. Oleh karena itu, sistem ekonomi ini
memandang bahwa adanya kebebasan bagi individu maupun swasta untuk memiliki alat- alat
produksi adalah sumber dari segala sumber ketidakadilan ekonomi.

Lantas, bagaimana solusi yang diajukan oleh sistem ekonomi ini? Jawabnya sangat tegas.
Penataan sektor industri yang adil adalah dengan jalan: hak kepemilikan alat-alat produksi bagi
individu maupun swasta harus dihapuskan.

Jika kepemilikan alat-alat industri tersebut dihapuskan, selanjutnya siapa yang akan
menguasai kepemilikan alat-alat industri tersebut? Jawabannya: kepemilikan alat-alat industri
tersebut semuanya akan dikuasai oleh negara. Negaralah yang harus berperan dalam mengatur
produksi, harga, distribusi dan pengupahan buruh dari semua sektor industri yang sudah dikuasai
oleh negara, kemudian akan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyatnya.

Dalam sebagian aliran dari ekonomi sosialisme, ada yang memandang bahwa semua
kepemilikan bagi individu maupun swasta harus dilarang secara mutlak, namun ada sebagian
aliran yang lain yang menganggap bahwa yang dilarang tidaklah mutlak, yaitu hanya
kepemilikan alat-alat produksi saja, sedangkan kepemilikolehkang yang ber konsumtif bagi
individu masih diperbolehkan.

unifuk pengembangan industri tersebut, segala kebutuhan untuk pengembangan modal


industri juga diatur dan ditentukan oleh negara. Dengan demikian, seluruh rakyatdi dalam sistem
ekonomi ini akan ditempatkan sebagai pekerja di semua sektor industrinya, sedangkan negara
(penguasa) adalah majikan bagi sektor-sektor industrinya.

Adanya penataan dalam bidang industri yang seperti diatas, dianggap sebagai penataan
industri yang lebih adil dan diharapkan akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi
seluruh rakyatnya. Dengan dihapuskaannya kebebasan dalam kepemilikan alat-alat industri bagi
individu dan swasta, maka perkembangan ekonomi yang diharapkan akan muncul adalah:

1. Tidak terjadi lagi persaingan yang saling menindas antar pemilik alat-alat produksi.
2. Hilangnya kelas dalam masyarakat, yaitu kelas pemilik industri (majikan) dan kelas
kaum buruh, sebagai pekerja dalam industri.
3. Dengan tiadanya kelas majikan dan buruh, maka seluruh pendapatan yang diperoleh
dari sektor industri tersebut diharapkan dapat didistribusikan oleh negara secara adil
dan merata bagi seluruh rakyatnya.

Paling tidak itulah tiga butir penting, jaminan dari sistem ekonomi sosialisme, jika prinsip
penataan industri diterapkan oleh negara. Ujungnya juga sama dengan sistem ekonomi
kapitalisme, yang tidak lain adalah keadilan dan kesejahteraan ekonomi bagi seluruh rakyatnya.

Lantas, bagaimana kelanjutannya? Ternyata, yang menjadi pertanyaan tetaplah sama:


benarkah jaminan keadilan dan kesejahteraan dari sistem ekonomi sosialisme tersebut benar-
benar rakan dapat terwujud?

Jawabnya tidak berbeda dengan apa yang telah duraikan dalam Buku Jilid I dalam
pembahasan sistem ekonomi desialisme. Namun demikian, marilah kita lihat kembali dampak
yang lebih spesifik yang akan ditimbulkan, jika prinsip penataan industri dalam sistem ekonomi
sosialisme tersebut diterapkan dalam negara, dalam sub-bab berikut ini.

F. DAMPAK YANG DITIMBULKAN

Sebagaimana dalam sistem ekonomi kapitalisme, yang menjanjikan terwujudnya ekonomi


yang akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat seluruhnya, ternyata hanya
berujung pada kegagalan. Bagaimana dengan sistem ekonomi sosialisme? Jawabnya adalah
sama.

Janji sistem ekonomi sosialisme untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan dengan
menghapuskan kepemilikan alat-alat industri bagi individu maupun swasta ternyata mengalami
kegagalan juga. Bahkan, sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara yang mengusung
sistem ekonomi sosialisme terlebih dahulu rontok, dibanding dengan negara- negara kapitalis
yang dikritik habis oleh ekonomi sosialisme ini.

Bahkan, kegagalan yang diakibatkan oleh penerapan sistem ini, yaitu penghapusan
kepemilikan alat-alat industri bagi individu maupun swasta, ternyata lebih tragis dan lebih parah
dibanding dengan kegagalan yang ditimbulkan oleh sistem ekonomi kapitalisme. Mengapa
kegagalannya bisa lebih parah?

Berikut ini ada beberapa butir penting yang dapat menunjukkan bahwa sistem ekonomi
sosialisme ternyata lebih gagal dalam menata bidang industrinya. Butir-butir penting tersebut
adalah:

1. Negara sebagai majikan baru dalam pengelolaan industri yang telah diambil alih dari
kaum kapitalis ternyata lebih tidak profesional dibanding dengan majikan kapitalis
sebelumnya.
2. Ketidakprofesionalan dari majikan yang baru ini telah mengakibatkan proses
produksi dari berbagai sektor industrinya semakin tidak efisien. Hal itu
mengakibatkan produktivitas dari industrinya terus menurun.
3. Selanjutnya, daya saing produk dalam skala internasional juga semakin menjadi
lemah, tidak kompetitif dan kurang inovatif.
4. Rendahnya produktivitas tersebut lebih banyak diakibatkan oleh hilangnya motivasi
berproduksi dari kalangan pekerjanya, karena hilangnya prinsip kepemilikan yang
telah dihapuskan oleh negara.
5. Pemilik alat-alat produksi juga merasa telah terdzalimi akibat diambil-alihnya hak-
hak kepemilikan industrinya tersebut, sehingga akan berpengaruh langsung dalam
produktivitas kerjanya, ketika mereka harus berubah menjadi buruh industri.
6. Akhirnya, seluruh rakyat yang bertindak sebagai pekerja kehidupannya semakin
ditindas oleh penguasa, yang menjalankan roda industri secara tidak profesional.

Itulah beberapa butir penting, yang dapat menunjukkan, mengapa penataan sektor industri
dalam sistem ekonomi sosialis bisa berakibat lebih fatal dibanding dengan sistem industri dalam
ekonomi kapitalis yang telah dikritiknya.

Lantas, bagaimana dengan sistem ekonomi Islam? Marilah kita lanjutkan pembahasannya
dalam sub-bab berikut ini.

G. PANDANGAN SISTEM EKONOMI ISLAM DALAM INDUSTRI

Jika kita di hapadkan pada dua pilihan tentang kepemilikan alat-alat industri, apakah individu
dan swasta dibebaskan kepemilikannya, ataukah harus dihapuskan? Maka, yang menjadi
pertanyaan tentu saja adalah: dimana posisi sistem ekonomi Islam? Apakah sama dengan
kapitalisme? Apakah sama dengan sosialisme? Ataukah, ada ditengah-tengahnya.

Ternyata ketiganya bukan pilihan dari sistem ekonomi Islam. Sebab, ketiga alternatif pilihan
tersebut hanyalah didasarkan pada logika akal manusia. Bukan didasarkan pada dalil-dalil yang
bersumber dari Islam itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menarik kesimpulan bagaimana
sesungguhnya pengaturan Hukum Syari'at yang terkait dengan kepemilikan alat-alat industri
harus dikembalikan kepada dalil-dalil syara'. Bagaimana penjelasannya?

Aturan hukum syari'ah dari sistem ekonomi Islam yang adil pada kepemilikan alat-alat
industri bagi individu dan swasta, adalah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Hukum Asal Kepemilikan Alat Produksi Bagi Individu

Setelah digali dengan metode induktif atau istiqra'i (silakan dibaca kembali buku jilid I),
maka dapat disimpulkan bahwa hukum asal dari kepemilikan alat-alat produksi bagi individu dan
swasta adalah mubah (jaiz). Penyimpulan hukum tersebut diambil dari keumuman nash-nash
yang membolehkan bagi manusia untuk memanfaatkan apa-apa yang sudah tersedia di muka
bumi ini. Diantara dalil-dalil tersebut adalah:

)۲۹( ‫ُهَو اَّلِذ ي َخ َلَق َلُك م َّم ا ِفي اَأْلْر ِض َجِم يعًا‬

"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada d adi bumi untuk kamu semuanya" (QS.
Al-Baqarah: 29).

Anda mungkin juga menyukai