Dua praktik yang dilakukan oleh PT Sentosa Abadi yang melanggar prinsip-
prinsip Good Corporate Governance dalam perpajakan.
1. Praktik transfer harga yang tidak adil dengan anak perusahaan yang
berlokasi di negara dengan tarif pajak lebih rendah.
Praktik transfer harga termasuk tindakan pajak yang tidak penghindaran
pajak yang tidak diperbolehkan (Unacceptable tax avoidance), karena tidak
adanya tujuan usaha yang baik, semata-mata hanya bertujuan untuk
menghindari pajak, merekayasan transaksi, dan tidak sesuai dengan maksud
dari undang- undang.
Perilaku ini menyimpang dari Prinsip GCG yaitu :
- Tidak transparan. Praktik tersebut dilarang, perusahaan melakukan nya
secara sembunyi- sembunyi, tidak jelas dalam melakukan aktivitas bisnis,
mengungkapkan informasi dan keputusan perusahaan, sehingga sulit
dilacak oleh otoritas pajak, hal tersebut menyalahi prinsip transparansi.
- Tidak adil, karena pajak yang dibayarkan lebih kecil dari yang
seharusnya dibayarkan, hal ini mengurangi pendapatan negara. Perilaku
ini tidak dapat dipertanggung jawabkan secara sosial dan berdampak
negatif bagi publik.
2. Menyembunyikan sejumlah penghasilan melalui pengalihan dana ke rekening
pribadi beberapa karyawan kunci perusahaan.
Praktik pengalihan dana ke rekening pribadi karyawan ini merupakan salah
satu praktik penghindaran pajak dengan cara hibah. Hal ini telah melanggar
prinsip GCG dalam perpajakan yaitu :
- Tidak bertanggung jawab. Penyembunyian penghasilan adalah tindakan
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan karena menyebabkan laporan
keuangan yang diterbitkan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya. Hal
ini dapat merugikan internal perusahaan, dan apabila dilakukan secara
sengaja untuk menghindari pajak dapat dikenakan unsur pidana.
B. Beberapa alasan praktik taransfer harga yang tidak adil dianggap melanggar
etika perpajakan.
Transfer pricing adalah sebuah penentu harga untuk kepentingan pengendalian
manajemen atas transfer barang dan jasa, antar pusat responsibilitas (Gunadi:
2000:9).
Menurut Darussalam,(2008:8) Manipulasi transfer pricing dapat dilakukan
dengan cara memperbesar biaya atau memperkecil penjualan melalui
mekanisme harga transfer dengan tujuan untuk mengurangi pembayaran pajak
yang terutang. Secara umum transfer pricing, dapat mengakibatkan terjadinya
pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan pajak atau biaya dari satu wajib
pajak ke wajib pajak lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan
jumlah pajak terhutang atas wajib pajak-wajib pajak yang mempunyai hubungan
istimewa tersebut. Praktek transfer pricing dapat terjadi antar Wajib Pajak dalam
negeri atau antara Wajib Pajak dalam Negeri dengan pihak luar negeri, terutama
yang berkedudukan di Tax Haven Countries (negara yang tidak
memungut/memungut pajak lebih rendah dari Indonesia).