Anda di halaman 1dari 2

Raditya Dewangga Hadiwijaya – 2142025 – Sastra Jepang

Keluar dari Zona Nyaman


Wahyu 3 : 1 – 6
Dalam khotbah yang disampaikan diceritakan umat Sardis yang punya kepribadian yang unik di
mana mereka mempunyai latar belakang dari keluarga yang kaya raya. Walaupun demikian
mereka hanya hidup secara jasmani namun secara iman mereka mati dan tidak bertumbuh. Hal
ini menyadarkan kita sebagai manusia bahwa kekayaan dan material yang dipunya oleh masing –
masing pribadi di dunia ini tidak menjamin iman kristiani bakal berkembang melainkan hanya
membuat diri kita terbuai oleh zona nyaman yang menyangkut kehidupan yang serba enak dan
sesuai dengan keinginan serta hawa nafsu keduniawian pribadi.
Khotbah pada hari ini menjelaskan pada kita bahwa apa yang dipandang benar oleh manusia
tidak benar secara rohani di hadapan Tuhan karena hal ini menyangkut cara pandang manusia
yang bersifat terbatas dan hanya mementingkan egoisme serta kepentingan pribadi yang
seharusnya setiap manusia perlu melibatkan Tuhan di dalam setiap keputusan yang mereka ambil
demi keberlangsungan hidup dan masa depan mereka.
Apa yang menjadi ukuran manusia baik itu keberhasilan, nilai, kesuksesan, kekayaan, jabatan,
dan hal – hal yang bersifat fana atau sementara tidak menjadi ukuran yang sama bagi Tuhan
karena Dia punya cara tersendiri dalam mengukur tindakan dan perilaku seseorang apakah
mereka layak atau tidak di hadapan Tuhan semesta alam.
Sehingga di sini dapat disimpulkan bahwa Gereja terutama anggotanya tidak perlu terbuai
dengan ukuran – ukuran yang menjadi standar yang berlaku dan dipandang manusia sebagai
sesuatu yang benar bagi mereka melainkan berpedomanlah pada Firman Tuhan yang merupakan
sumber dari segala yang ada dan akan berlaku sampai selamanya. Oleh sebab itu dalam hal ini
Gereja perlu diarahkan supaya memberikan umatnya jalan terbaik supaya bisa keluar dari zona
nyaman. Zona nyaman bukan sekadar apa yang dipandang manusia benar melainkan berupa hal
– hal yang menyangkut perkembangan kerohanian masing – masing pribadi dalam memaknai
kehidupan sebagai umat kristiani.
Salah satu contoh yang konkret yang ada kaitannya dengan zona nyaman seperti ketika kita lagi
bangun tidur. Dari situasi tersebut kita diperhadapkan dengan dua pilihan antara melanjutkan
tidur atau menjalani rutinitas yang berkaitan dengan tanggung jawab. Apabila kita memilih untuk
melanjutkan rehat maka zona nyaman akan terus kita rasakan sampai kapanpun. Begitu
sebaliknya bila kita memulai menjalani rutinitas untuk menyelesaikan tanggung jawab yang
sudah kita mulai dan konsekuen untuk menjalaninya.
Begitu pula dengan kearifan lokal di mana sebagai generasi muda seharusnya menjungjung
tinggi nilai kebudayaan dan adat istiadat bukan dengan melupakan serta mengabaikannya
sehingga menyebabkan karakter dan tindakan kita menjadi tidak terkendali dan berujung pada
pelanggaran nilai moral dan norma yang berlaku di tengah masyarakat.
Sebagai umat Kristen kita dituntut untuk berjaga – jaga menjelang hari Tuhan yang mendekat
karena tidak ada seorangpun yang tahu mengenai hari itu. Kita diarahkan untuk tidak mencemari
tubuh ini dengan keinginan dan hawa nafsu duniawi yang sifatnya melekat dalam diri masing –
Raditya Dewangga Hadiwijaya – 2142025 – Sastra Jepang

masing setiap manusia sehingga pada hari kedatangan – Nya kita umat manusia dianggap layak
dan berkenan di hadapan – Nya.
Kemudian bila dihubungkan dengan kehidupan mahasiswa dalam bentuk realita kehidupan
seperti mahasiswa yang berasal dari pelosok desa mereka pasti harus menjalani hidup sebagai
perantauan yang tinggal di perkotaan untuk menyelesaikan tanggung jawab pribadinya. Secara
otomatis mereka juga harus menjalani kehidupan sebagai mahasiswa yang bertempat tinggal di
rumah kos – kosan untuk menempuh jarak tempat kuliah yang lebih cepat secara jarak tempuh.
Tanggapan kritis yang bisa saya berikan berupa untuk keluar dari zona nyaman dibutuhkan
kesungguhan dan komitmen supaya kita bisa menjalani aktivitas di luar zona nyaman. Seperti
menjalani perkuliahan baik secara daring maupun secara luring dalam menjalankannya harus
penuh dengan rasa tanggung jawab supaya bisa menyelesaikan perkuliahan sampai tuntas.
Memang hambatan dan rintangan datang menghadang silih berganti namun tugas kita sebagai
mahasiswa harus kuat dan tangguh dalam menghadapinya dengan cara menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan oleh dosen secara maksimum dan berkualitas. Menjadi mahasiswa berarti
kita dipersiapkan untuk menjadi calon profesional yang tangguh dan siap menghadapi setiap
kemungkinan terburuk dalam hidup ini. Jangan hanya karena intimidasi orang lain dan
sekitarnya kita menjadi goyah dan mudah terpengaruh oleh perkataan orang lain sehingga
memutuskan kita untuk menyudahi setiap perjuangan yang sudah dihadapi sebelumnya. Keluar
dari zona nyaman bukan hanya sekedar siap keluar dari hal – hal yang sifatnya ideal dan
menyenangkan keinginan hati kita saja melainkan siap juga dalam menghadapi setiap
kemungkinan terburuk dalam hidup ini baik menjadi pengangguran maupun menjadi miskin
melarat oleh karena tindakan yang dilakukan bertentangan dengan dunia ini namun sesuai
dengan kehendak Tuhan yaitu menjalani hidup sesuai dengan nilai budi pekerti dan norma yang
berlaku di tengah masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai