Anda di halaman 1dari 18

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

a. Pengertian Gagasan Utama

Menurut Soedarso, (2010 : 64), Gagasan Utama atau ide pokok dapat

ditemukan di semua bagian buku. Buku secara keseluruhan mempunyai ide pokok

yang umum, kemudian tiap bab mempunyai ide pokok yang agak spesifik. Setiap

bab berbagi lagi menjadi bagian bab yang mempunyai ide pokok yang lebih

spesifik lagi dan setiap bagian bab berbagi menjadi paragraf yang mengandung

ide pokok yang amat spesifik.

Menurut Indayani (2010 : 25), Gagasan merupakan akumulasi dari

keseluruhan isi bacaan. Dengan ditemukannya gagasan utama dalam teks bacaan,

secara tidak langsung dapat mengetahui pula isi bacaan yang telah dibaca. Akan

tetapi, dalam menemukan gagasan utama dalam teks bacaan ada yang

membutuhkan waktu yang cukup lama dan ada pula yang dapat menemukan

gagasan utama dalam waktu yang singkat tergantung bacaan tersebut dan pilihan

kata yang digunakan dalam teks bacaan tersebut. Apabila pilihan kata (diksi) yang

digunakan tepat, maka dalam menemukan gagasan utama dalam teks bacaan

tersebut semakin mudah.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, ide pokok atau gagasan utama

merupakan informasi penting sebuah bacaan yang berada dalam tataran artikel

atau wacana. Setiap artikel yang baik selalu mengandung pikiran pokok dan

8
9

pikiran penjelas. Gagasan utama sebuah wacana atau artikel dapat dicari dengan

membaca judul.

b. Cara Menemukan Gagasan Utama

Gagasan utama dalam sebuah paragraf merupakan gagasan utama yang

terkandung dalam paragraf. Sebuah paragraf tidak akan sempurna jika di

dalamnya hanya terdapat gagasan utama saja, tetapi dalam paragraf harus ada

gagasan penjelas. Gagasan utama biasanya berperan sebagai inti teks bacaan.

Sedangkan gagasan penjelas berperan sebagai penjelas maksud dari gagasan

utama. Dengan adanya gagasan penjelas, isi bacaan dapat tersampaikan dengan

baik ke pembaca sehingga pembaca dapat menangkap dengan baik isi bacaan

tersebut. Menurut Keraf dalam Indayani (2010 : 26), terdapat empat macam

bentuk letak sebuah gagasan utama dalam sebuah paragraf, yaitu sebagai berikut:

1) Pada awal alinea, Pengertian awal alinea ini dapat merupakan kalimat

pertama, dapat juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok

pada awal alinea, gagasan sentral tadi akan mendapat penekanan yang

wajar. Alinea semacam ini biasanya bersifat deduktif, yaitu mula-mula

mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian yang

terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut harus dipusatkan

untuk memperjelas ide atau gagasan sentral tadi.

2) Pada akhir alinea Kalimat topik dapat juga ditempatkan pada bagian akhir

dari . alinea tersebut. Dalam hal ini, alinea tersebut bersifat induktif. Alinea

semacam ini harus disusun sekian macam sehingga dapat mencapai klimaks
10

dalam kalimat topik yang terdapat pada akhir alinea. Cara ini lebih sulit,

tetapi lebih efektif, terutama dalam mengemukakan argumentasi.

3) Pada awal dan akhir alinea, Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada awal

dan akhir alinea. Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan

dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.

4) Pada seluruh alinea, Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat

dalam seluruh alinea. Dalam hal ini tidak terdapat kalimat khusus yang

menjadi topiknya. Alinea semacam ini terutama dijumpai dalam uraian yang

bersifat deskriptif atau naratif. Pada umumnya gagasan utama dituangkan

dalam kalimat topik, sedangkan gagasan penjelas dituangkan dalam kalimat

penjelas.

Menurut Soedarso (2010 : 63), Gagasan utama dijabarkan dalam kalimat

utama, sebab kalimat utama merupakan kalimat pokok dalam suatu paragraf.

Kalimat yang menjelaskan kalimat lain disebut kalimat penjelas. Dalam kalimat

penjelas terkandung pikiran penjelas. Setiap paragraf terdiri atas satu satu pikiran

penjelas dan beberapa pikiran penjelas dan satu kalimat utama dengan beberapa

kalimat penjelas.

Tiap penulis memiliki gaya sendiri dalam meletakkan ide pokoknya.

Lazimnya ide pokok berada; di awal paragraf, di tengah paragraf, di awal dan di

tengah paragraf, dan adakalanya di seluruh paragraf. Wulandini (2013 : 47),

menyatakan bahwa petunjuk untuk dapat mengenali kalimat kunci atau ide pokok

sebagai berikut.
11

1) Cari kata benda atau kata ganti yang dominan. Lalu baca dan tanya apa

artinya? Lalu baca lanjutannya, yang akan berisi keterangan - artinya

adalah... atau semacamnya.

2) Cari pernyataan umum lalu bertanya : Apakah kalimat lainnya

mendukung dalam menjabarkan kalimat pokok itu?

3) Jika ide pokoknya sulit atau bersifat abstrak, ada baiknya baca detailnya

agak lambat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih cermat. Jika ide

pokoknya kuat dipahami, detailnya dapat diabaikan saja atau dibaca

dengan kecepatan yang tinggi.

Adapun cara untuk menemukan gagasan utama pada paragraf di antaranya,

(Nurhayati, 2011:04) :

1) Untuk memudahkannya, terlebih dahulu mencari kalimat utama, yang

letaknya bisa di awal, akhir, atau awal dan akhir.

2) Pahami dengan baik kalimat-kalimat penjelas yang ada dalam paragraf

dan perhatikan hubungannya dengan kalimat utama.

3) Tentukan gagasan utama dengan mengambil inti kalimat utama yang

menjiwai seluruh kalimat penjelas jika paragraf menuangkan gagasan

utama secara eksplisit. Pikiran utama ini biasanya berupa kata, frasa,

klausa, ataupun kalimat tunggal.

4) Kalau secara implisit, menentukan gagasan utama, berarti mengambil

simpulan dari keseluruhan kalimat.


12

c. Jenis-Jenis Paragraf dalam Gagasan Utama

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.

Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua

kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau

kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Menurut

Wulandini (2013 : 35), Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu

rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan utama.

Paragraf dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut Wiyanto

dalam Wulandini (2013:35). pembagian paragraf didasarkan pada beberapa hal,

yaitu letak kalimat utama, sifat dan tujuan, dan cara pengembangan. Jenis

Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama terdiri dari

1) Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal

paragraf. Pengertian awal paragraf ini tidak harus pada kalimat pertama.

sebab, banyak paragraf yang kalimat utamanya berupa kalimat transisi.

Paragraf yang mengandung kalimat transisi, kalimat utamanya berada dalam

posisi kalimat kedua.

Contoh:

Kegiatan seorang penulis dapat disamakan dengan


seorang petani yang mencangkul sawah ladangnya. Pak tani
akan bertenaga kalau cukup makan dan minum. Bila kurang
makan dan minum, ia akan cepat merasa lelah, letih, dan
loyo. Demikian pula seorang penulis. Bila penulis sedikit
membaca, kurang melakukan riset untuk bahan tulisannya,
dan tidak sensitif terhadap lingkungannya, tentu saja ia akan
kehabisan ide.
13

2) Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di bagian

akhir. Biasanya kalimat utama paragraf induktif menggunakan konjungsi

penyimpul antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya,

karena itu. Tetapi, kebiasaan itu bukan sesuatu yang mutlak. Sebab, banyak

pula kalimat utama yang tidak perlu didahului konjungsi tersebut.

Contoh:

Sudah ada ide tetapi sukar untuk dituangkan. Selalu dihadapkan dengan

persoalan apa yang hendak ditulis? Seberapa panjang tulisan yang akan

ditulis. Keringnya pengetahuan terhadap topik yang hendak dikembangkan.

Demikianlah pengalaman seseorang pada awal belajar menulis.

3) Paragraf Deduktif-Induktif

Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya beraa di

awal dan sekaligus di akhir paragraf. Kalimat utama yang berada di akhir

paragraf itu merupakan pengulangan atau penegasan kalimat utama pada

kalimat awal paragraf. Kedua kalimat utama tersebut tetap menunjukkan

pokok pikiran yang sama meskipun wujudnya bervariasi.

Contoh:

Mulai sekarang kita harus membiasakan hidup bersih.


Kita membuang sampah pada tempatnya. Jangan sampai ada
sampai tercecer di sembarang tempat. Sebab, selain
mengesankan jorok dan menimbulkan bau busuk, sampah
juga menjadi sarang penyakit. Berbagai bibit penyakit yang
berkembang biak di dalam sampah itu mengancam kesehatan
kita. Semakin banyak sampah di sekitar kita, semakin besar
pula ancaman itu. Karena itu, kita harus menjaga kebersihan
lingkungan.
14

4) Paragraf Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah

paragraf. Kalimat-kalimat yang berada di awal paragraf seolah-olah

merupakan pengantar untuk menuju pada puncak. Yang dianggap puncak di

sini adalah kalimat utamanya.

Contoh:

Etos kerja masyarakat Jepang sangat tinggi. Mereka juga


sangat berdisiplin. Masalah disiplin ini sudah mendarah
daging bagi mereka. Baik di rumah, di jalan, di tempat
umum, maupun di kantor, semuanya sangat disiplin.
Masyarakat Jepang memang layak diteladani. Mereka rajin
membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Di mana saja, asal ada kesempatan mereka
akan membaca. Bagi mereka, membaca tidak harus di ruang
baca.

d. Pengertian Membaca Cepat

Menurut Tarigan, (2008: 07), Membaca adalah suatu peroses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu

peroses yang menutur agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan

terlihat dalan suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan

dapat diketahui. Kalau hal ini tidak dipenuhi, pesan yang tersurat dan tersirat tidak

akan tertangkap atau dipahami, dan peroses membaca itu tidak terleksana dengan

baik.

Sedangkan Soedarso, (2010 : 04), menyatakan bahwa membaca adalah

aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang

terpisah pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan,


15

mengamati, dan mengingat-ingat. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakan

mata atau tanpa menggunakan pikiran kita. Pemahaman dan kecepatan membaca

menjadi amat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh

yang diperlukan untuk itu.

Widiatmoko dalam Nurhayati (2011 : 05), Membaca cepat adalah

kemampuan membaca dengan memperhatikan tujuan dari membaca. Kecepatan

membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada

kalanya di perlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca. Membaca

tidak harus semuanya dibaca dengan cepat karena tergantung pada tujuan

membaca. Membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata)

atau kemampuan visual, dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca.

Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan

pemahaman isi bacaan

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca

cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan membaca tanpa harus

meninggalkan pemahaman terhadap isi dari bacaan. kecepatan membaca

bergantung pada bahan dan tujuan membaca dan juga penguasaan pembaca

terhadap isi bacaan. Macam-macam teknik membaca cepat terbagi menjadi dua

yaitu Skimming dan Scanning sebagai berikut:

1) Skimming, Teknik membaca cepat skimming adalah teknik untuk mencari

gagasan pokok atau hal-hal penting yang ada di dalam bacaan. Contohnya:

membaca ensiklopedi, kamus, index, yellow pages,dll Skimming bisa

dilakukan apabila : Ingin mengenali topik bacaan, Ingin melakukan


16

penyegaran akan apa yang pernah dibaca, Ingin mendapatkan bagian

penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, Ingin mengetahui

pendapat seseorang secara umum.

2) Scanning, Teknik membaca cepat scanning adalah teknik membaca untuk

memahami informasi dari suatu bacaan.

e. Tujuan Membaca

Menurut Tarigan (2008 ; 09), Tujuan membaca adalah untuk mencari serta

memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti

(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam

membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa yang penting :

1) Membaca untuk menemukan untuk mengetahui penemuan-penemuan yang

telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang

telah terjadi pada tokah husus, atau untuk memecahkan masalah-masalah

yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik

dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh

tokoh untuk mencapai tujannya. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperolah ide-ide utama.

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahi apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan

ketiga/seterusnya setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah,


17

adegan-adegan dan kajadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca

untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita.

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka itu, apa yang dihendak diperlihatkan oleh

pengarang kepada parah pembaca, mengapa parah tokoh berubah, kualitas-

kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat merika berhasil atau gagal.

Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi

cerita.

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak bisa, tidak

wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah

cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk

mengelompokkan, membaca untuk mengklafikasikan.

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat

oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini

disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.

7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana

hidupnya berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita

kenal, bagai mana dua cerita mempunya persamaan, dan bagaimana tokoh

menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau

mempertentangkan.
18

Pembaca yang efisien memiliki kecepatan bermacam– macam, sesuai

dengan bahan yang dihadapi dan keperluannya. Umumnya dapat dirinci sebagai

berikut :

1) Membaca secara skimming dan scanning digunakan untuk:

a) Mengenal bahan yang akan di baca

b) Mencari jawaban atas pertanyaan tertentu

c) Mendapatkan struktur dan organisasi bacaan serta menemukan

gagasan umum dari bacaan itu.

2) Membaca dengan kecepatan yang tinggi digunakan untuk

a) membaca bahan – bahan yang mudah dan telah dan telah dikenal.

b) Membaca novel ringan untuk mengikuti jalan ceritanya

3) Membaca secara cepat digunakan untuk bacaan yang mudah dalam

bentuk deskriptif .

4) Membaca dengan kecepatan rata-rata digunkan untuk membaca fiksi

dan non fiksi.

5) Membaca lambat digunkan untuk mempelajari bahan bahan yang sulit

untuk menguasai isinya dan memecahkan persoalan.

f. Penghambat Membaca Cepat dan Mengatasinya

Menurut Soedarso (2010 : 05), Membaca dengan bersuara (vokalisasi),

menggerakan bibir, menunjuk kata demi kata dengan jari, dan menggerakkan

kepala dari kiri ke kanan, merupakan kebiasaan yang menghambat. Dengan

menggerakan bibir atau bersuara membuat kecepatan membaca menjadi amat

berkurang karena dari pada menangkap ide yang terkandung dalam tulisan itu,
19

orang lebih memperhatikan pada pengucapannya, orangpun cepat lelah karena

kegiatan lebih tertumpu pada aktivitas otot, begitu pula menggerakkan kepala dan

menunjukan dengan tangan juga menghambat. Hal ini disebabkan gerakan mata

serta proses di otak jauh lebih cepat dari pada gerakan kepala ataupun tangan itu.

Hambatan lain yang sulit diatasi adalah regresi atau mengulangi beberapa kata ke

belakang dan subvokalisasi atau melafalkan kata dalam batin. Enam hambatan

membaca cepat :

1) Vokalisasi atau membaca dengan tangan atau bersuara sangat

memperlambat membaca karena itu berati mengucapkan kata demi kata

dengan lengkap. Untuk menghilangkan kebiasaan itu , tiuplah (bibir seperti

bersiul) sementara membaca dan letakkan tangan di leher tidak boleh terasa

getaran.

2) Gerakan bibir, yaitu mengucapkan kata demi kata apa yang dibaca dengan

menggerakan bibir atau komat kamit sewaktu membaca sekalipun tidak

mengeluarkan suara sama lambatnya dengan membaca bersuara. Untuk

menghilangkan kebiasaaan tersebut ambil pensil atau sesuatu yang lain yang

cukup ringan lalu jepit dengan kedua bibir bukan gigi usahakan pensil itu

tidak bergerak.

3) Gerakan kepala, menggerakan kepala dari kiri ke kanan untuk dapat

membaca baris-baris bacaan secara lengkap, cara membaca seperti itu

menghambat membaca sebab meggerakan kepala lebih susah dilakukan

daripada menggerkan mata.


20

4) Menunjuk dengamn jari, untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewati

maka dilakukan dengan bantuan jari atau pensil yang menunjuk kata demi

kata, cara ini sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih

lambat dari pada gerakan mata. Kebiasaan ini dapat dihilangkan dengan cara

kedua tangan memegang buku yang dibaca.

5) Regresi, dalam membaca mestinya mata bergerak ke kanan untuk

menangkap kata-kata yang terletak berikutnya, akna tetapi sering mata

bergerak kembali ke belakang untuk membaca ulang suatu kata atau

beberapa kata sebelumnnya. Kebiasaaan regresi kebelakang unutk melihat

beberapa kata menjadi hambatan yang serius dalam membaca.

6) Subvokalisasi atau melafalkan, dalam batin/pikiran kata-kata yang dibaca

juga dilakukan oleh pembaca yang kecepatan telah tinggi. Subvokalisasi

juga menghambat karena kita menjadi lebih memperhatikan bagaimana

melafalkan secara benar dari pada berusaha memahami ide yang di kandung

dalam kata-kata yang dibaca.

g. Cara Membaca Efisien

Menurut Soedarso (2010 : 88), Membaca cepat meruapakan suatu

keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil

yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut :

1) Untuk mengenali topik bacaan, apabila pergi ke perpustakaan dan ingin

mengetahui pembahasan dalam buku yang anda pilih itu, untuk melihat

bahan yang akan dibaca, sekedar untuk mengetahui bahan tersebut dengan

menggunakan skimming.
21

2) Untuk mengetahui pendapat orang atau opini, yang dibutuhkan adalah

pendapat penulis itu terhadap masalh tersebut. Misalnya cukup membaca

paragraf pertama atau akhir dapat memuat kesimpulan yang dibuat oleh

penulisnya (redaksi).

3) Untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca

seluruhnya. Perlu melihat semua bahan untuk memilih ide yang bagus

tetaoi tidak membaca secara lengkap.

4) Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua

itu disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antar bagian

bacaan.

5) Untuk penyegaran apa yang perna dibaca misalnya dalam mempersiapkan

ujian atau sebelum menyamnpaikan ceramah di sebut sebagai review.

Menurut Tarigan (2008 ; 120-122), Membaca untuk mnegetahui mengapa

hal itu merupakan suatu judul atau ide pokok atau masalah yang terdapat dalam

cerita. Agar dapat mencari, menemukan serta mendapat keuntungan dari ide-ide

yang terkandung dalam bacaan perlu menjadi pembaca yang baik. Berikut yang di

sebut pembaca yang baik :

1) Pembaca yang baik tahu dia membaca, syarat pertama bagi setiap pembaca

yang baik ialah bahwa dia tahu dan sadar mengapa membaca, yang paling

penting mencari informasi dan menikmati bacaan.

2) Pembaca yang baik memahami apa yang dibaca, yaitu memahami benar–

benar apa yang dibacanya.hal ini menuntut perhatian atau konsentrasi dan

suatu kemampuan yang erat sekali berhubungan dengan maksud. Hal ini
22

menuntut pengetahuaan mengenai kata-kata dan keresponsifan terhadap

organisasi bagian sebagai suatu keseluruhan.

3) Pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca, memiliki ragam

kecepatan membaca, dapat menyesuaikan dengan sifat cetakan yang

menuntut perhatian. Membaca harus mengetahui beberapa hal seperti

membaca sekilas, membaca dengan cepat, membaca demi kesenangan dan

membaca secara serius dengan kecepatan 300 – 500 kata dalam satu menit.

4) Pembaca yang baik harus mengenal media cetak, pembaca harus mengenal

bentuk-bentuk kontemporer.

2. Kajian Penelitian Relevan

a) Nurhayati tahun 2011 dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar

Menemukan Gagasan Utama Paragraf Dalam Keterampilan Membaca

Cepat Dengan Teknik ski Pping Ayunan Visual Pada Siswa Kelas XI Ipa

SMA Smart Ekselensia Indonesia”. Berdasarkan penelitian dan

pembahasan penelitian terdahulu menyatakan menguasai keterampilan

membaca cepat, bukan hanya sekedar memenuhi target jumlah banyaknya

kata yang dibaca dalam waktu cepat/ singkat. Melainkan, membaca cepat

yang juga memperhatikan pemahaman isi bacaan. Karena tanpa

memahami isi bacaan, pembaca tidak memperoleh informasi dari bacaan

yang dibaca. Pemahaman isi bacaan dimulai dari menemukan gagasan

utama setiap paragraf. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas

yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa teknik SAV dapat

meningkatkan hasil belajar menentukan gagasan utama paragraf dalam


23

keterampilan membaca cepat pada siswa kelas II SMA SMART ekselensia

Indonesia. Hal ini karena lebih dai 80%, siswa dapat membaca dengan

cepat, lebih dari 300 kpm sesuai dengan standar kompetensi dasar pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain itu, lebih dari 80%,

siswa memperoleh nilai di atas kkm (nilai kkm 72).

Menentukan gagasan utama paragraf dalam keterampilan membaca

cepat dengan menggunakan teknik SAV, 93,3% siswa kelas II SMA

SMART Ekselensia Indonesia memperoleh nilai lebih dari kkm, dengan

rata-rata 86,0. Nilai tertinggi 100 dengan kecepatan membacanya 308 kpm

(kata per menit). Nilai terendah 68 dengan kecepatan membacanya 409

kpm. Dan 86,6% dari 15siswa dapat membaca dengan kecepatan lebih dari

300 kpm, dengan rata-rata 412 kpm. Kecepatan membaca tercepat pada

siswa kelas II SMA SMART Ekselensia Indonesia adalah 534 kpm dengan

memperoleh nilai 89. Kecepatan membaca terendah 245 kpm dengan

memperoleh nilai 76.

b) Penelitian ini juga dijadikan acuan dalam melakukan penelitian, yang

dilakukan oleh Ade Husnul dkk tahun 2016 dengan judul Keterampilan

Membaca Cepat Dalam Menemukan Gagasan Utama. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas V SDN Gudangkopi II,

Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang dalam materi

menemukan gagasan utama melalui penerapan metode Jigsaw dengan

teknik permainan BMW diperoleh kesimpulan berikut. Perencanaan

pembelajaran melalui penerapan metode Jigsaw dengan teknik permainan


24

BMW mengalami perubahan setiap siklusnya. Hal yang harus

dipersiapkan yakni RPP sesuai dengan langkah metode Jigsaw dengan

teknik permainan BMW, mempersiapkan teks bacaan, LKS kelompok ahli

(papan word), lembar individu, LKS kelompok asal (papan bingo), dan

stiker bintang setiap siswa dan setiap kelompok. Peningkatan aktivitas

siswa pada pelaksanaan pembelajaran, mengalami peningkatan. Hal

tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang memperoleh interpretasi baik

sekali. Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran keterampilan

membaca cepat, mengalami peningkatan yang signifikan. Hal dapat

dilihat, pada data awal hanya 20% yang dikatakan tuntas.


25

3. Kerangka Konseptual

SMP Negeri 10 OKU

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Kemampuan Menyimpulkan Gagasan


Utama Suatu Teks Melalui Membaca
Cepat

Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 OKU Menyimpulkan


Gagasan Utama Suatu Teks Melalui Membaca Cepat

Bagan 2.1. Kerangka berpikir Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 10
OKU Menyimpulkan Gagasan Utama Suatu Teks Melalui
Membaca Cepat

Anda mungkin juga menyukai