Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

FAKULTAS PASCASARJANA
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
GASAL TH. AKADEMIK 2023/2024
Program Studi : PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Mata Kuliah : Kajian Wacana*)
Kelas/Semester : 1a & b / 3
Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Oktober 2023
Dikumpulkan via
Waktu : 1 x 24 Jam WIB
email
Prof. Dr. H. E. Zaenal
Dosen / Email : zaenalarifin_48@yahoo.com
Arifin /
Sifat Ujian : Take Home 222

NAMA : FEBRI LARASSASTI


NPM : 20227170023

Perhatian:

a. Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan lengkap dengan disertai contoh
secukupnya.
b. Semua jawaban diketik pada kertas HVS folio.

c. Waktu 1 x 24 jam. Lembar jawaban dikumpulkaan ke Ketua Kelas, kemudian

oleh Ketua Kelas diteruskan ke WA dosen pengampu dalam satu folder.

1. Dell Hymes seorang pakar wacana dari AS memerinci konteks suatu wacana, yang terdiri atas 16 aspek,
yang dirangkum dalam akronim SPEAKING. Silakan Anda uraikan satu per satu berikut contohnya masing-
masing.

2. a.Dalam kajian wacana ada konsep skenario dan skemata. Silakan Anda jelaskan dengan komprehensif
dan berikan contohnya amsing-masing.
b.Apa yang Anda ketahui tentang inferensi suatu mata rantai yang hilang (missing link

inference). Kemukakan tiga buah contoh.

3. a.Brown dan Yule (1983) membedakan dengan tegas wacana transaksional dan wacana interaksional.
Bagaimana pendapat kedua pakar tsb. tentang perbedaan wacana transaksional dan ewacana
interaksional dan ciri-cirinya masing-masing.
b.Austin pakar tindak tutur (speech act) membagi tindak tutrur kita menjadi lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Dapatkah Saudara menjelaskan maksud ketiga konsep tersebut dengan disertai contohnya masing-masing.

4. .Aspek eksternal wacana terdiri atas implikatur, referensi, presuposisi, inferensi, repetisi, dan
konteks. Silakan Anda elaborasi konsep-konsep tersebut dengan dilengkapi contoh-contohnya.
5. Analisis wacana dapat berhasil dengabn baik apabila dilakukan dengan teknik dan metode yang
sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan penganalis. Dapatkah Anda menjelaskan secara
komprehensip beberapa metode substantif berikut.
a. Metode Deskriptif
b. Metode Distribusional
c. Metode Analisis Isi
d. Metode Pragmalinguistik

JAWABAN

1. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai setiap aspek beserta contoh-contohnya:

a. Setting and Scene (Situasi dan Latar Belakang) Ini mencakup di mana, kapan, dan dalam situasi
seperti apa suatu wacana terjadi. Contohnya, percakapan di sebuah kafe pada sore hari.
b. Participants (Partisipan) Ini mencakup siapa yang terlibat dalam wacana tersebut, seperti
pembicara, pendengar, dan peran mereka. Contohnya, seorang guru (pembicara) berbicara
dengan murid-muridnya (pendengar) di dalam kelas.
c. Ends (Tujuan) Ini merujuk pada tujuan atau hasil yang diinginkan dari suatu wacana.
Contohnya, presentasi untuk meyakinkan orang lain tentang pentingnya pelestarian
lingkungan.
d. Act Sequence (Urutan Tindakan) Ini mengacu pada urutan tindakan atau langkah-langkah
dalam wacana. Contohnya, menyampaikan pertanyaan, diikuti oleh diskusi, dan kemudian
kesimpulan.
e. Key (Kunci) Hal ini merujuk pada pesan utama atau informasi penting yang ingin disampaikan
dalam wacana. Contohnya, jika wacana membahas tentang manfaat olahraga, kesehatan
menjadi kunci pesan yang disampaikan.
f. Instrumentalities (Alat) Ini adalah pilihan bahasa, gaya, atau metode komunikasi yang
digunakan dalam wacana. Contohnya, penggunaan bahasa formal atau informal dalam diskusi.
g. Norms (Norma) Ini adalah aturan atau norma-norma yang mengatur perilaku dan komunikasi
dalam wacana. Contohnya, di beberapa budaya, menganggukkan kepala bisa berarti setuju.
h. Genre (Genre) Merujuk pada bentuk atau jenis wacana yang digunakan, seperti cerita, pidato,
atau diskusi.
i. Masing-masing aspek SPEAKING ini sangat penting dalam menganalisis suatu wacana untuk
memahami konteksnya secara lebih mendalam. Contoh-contoh di atas memberikan gambaran
tentang bagaimana setiap aspek dapat diterapkan dalam situasi komunikasi sehari-hari.

2. A. Dalam kajian wacana, skenario dan skemata adalah dua konsep penting yang membantu dalam
memahami bagaimana informasi disusun dan dipahami dalam teks dan percakapan.
a. Skenario:
Penjelasan: Skenario merujuk pada urutan atau rangkaian peristiwa yang diharapkan atau biasa
terjadi dalam suatu situasi tertentu. Ini menggambarkan bagaimana suatu kejadian berlangsung
atau diharapkan terjadi.
Contoh: Misalnya, skenario dari situasi "makan di restoran" mencakup langkah-langkah umum:
masuk ke restoran, duduk di meja, memesan makanan, menunggu makanan datang, makan,
membayar tagihan, dan pergi. Ini adalah urutan umum yang diharapkan ketika seseorang makan
di restoran.
b. Skemata:
Penjelasan: Skemata merujuk pada struktur kognitif atau kerangka berpikir yang membantu
individu untuk mengorganisir dan mengerti informasi. Ini adalah kerangka konseptual yang
digunakan untuk memahami bagaimana sesuatu seharusnya terjadi.
Contoh: Dalam skemata "makan di restoran," seseorang memiliki harapan tertentu tentang
bagaimana restoran seharusnya beroperasi. Misalnya, ketika memasuki restoran, kita memiliki
harapan tentang duduk di meja, menerima menu, memesan makanan, makanan tiba, dan membayar
tagihan di akhir. Skemata ini membantu kita memahami apa yang seharusnya terjadi dalam
konteks makan di restoran.
Skemata dan skenario seringkali saling terkait. Skenario adalah urutan konkret dari peristiwa,
sementara skemata adalah kerangka konseptual atau harapan tentang bagaimana sesuatu
seharusnya terjadi.
Dalam analisis wacana, pemahaman tentang skenario dan skemata membantu dalam menafsirkan
bagaimana informasi disusun, dipahami, dan diinterpretasikan dalam teks, percakapan, atau situasi
komunikasi lainnya. Konsep ini membantu dalam membongkar cara pikiran dan pengorganisasian
informasi dalam proses komunikasi.

B. Inferensi pada suatu "mata rantai yang hilang" (missing link inference) merujuk pada proses di mana
seseorang membuat asumsi atau menyimpulkan hubungan antara dua atau lebih konsep, peristiwa, atau
informasi, walaupun tidak ada informasi eksplisit yang menghubungkannya. Ini melibatkan
penggunaan pengetahuan dan logika untuk mengisi kekosongan dalam informasi.
Contoh Missing Link Inference:
Seseorang mengetahui bahwa ada hujan kemarin, dan tanah menjadi basah. Hari ini, tanah
masih basah. Inferensi: Tanah basah hari ini disimpulkan sebagai efek sisa dari hujan kemarin.
Meskipun tidak ada informasi eksplisit tentang hujan hari ini, orang tersebut menghubungkan
keadaan tanah yang basah saat ini dengan hujan yang terjadi sebelumnya.

Seorang pelajar mengikuti kursus tertentu di sekolah, kemudian mulai mendemonstrasikan


pengetahuan yang belum pernah diajarkan dalam kelas. Inferensi: Pelajar tersebut mungkin
telah mempelajari informasi tambahan dari sumber-sumber lain di luar sekolah yang tidak diketahui
guru. Meskipun tidak ada informasi langsung tentang sumber tambahan tersebut, asumsi dibuat
berdasarkan pengetahuan bahwa siswa tidak mungkin mendemonstrasikan pengetahuan yang tidak
diajarkan di sekolah kecuali dia mempelajarinya dari sumber lain.

Sebuah restoran memiliki antrian panjang setiap Jumat malam, dan memiliki harga
makanan yang wajar. Inferensi: Meskipun tidak ada informasi eksplisit tentang hubungan antara
harga dan antrian, seseorang dapat membuat asumsi bahwa antrian panjang pada hari Jumat
mungkin disebabkan oleh harga yang terjangkau atau penawaran spesial yang hanya tersedia pada
hari itu. Meskipun ini hanya asumsi, seseorang membuat hubungan antara kedua faktor tersebut.

Dalam setiap contoh, inferensi terjadi ketika orang membuat hubungan logis antara informasi yang
tersedia, meskipun tidak ada keterangan langsung yang menghubungkannya. Inferensi semacam ini
dapat membantu dalam pengambilan keputusan dan pemahaman situasi meskipun tidak semua
informasi terungkap secara eksplisit.

3. A. Brown dan Yule (1983) mengemukakan perbedaan antara wacana transaksional dan wacana
interaksional dalam buku mereka yang berjudul "Discourse Analysis". Mereka mengidentifikasi
perbedaan mendasar antara kedua jenis wacana tersebut.
Wacana Transaksional:

Pendapat Brown dan Yule: Wacana transaksional merupakan wacana yang lebih fokus pada
pertukaran informasi yang spesifik antara partisipan. Tujuannya adalah untuk mentransfer informasi
dengan jelas dan tepat.

Ciri-ciri Wacana Transaksional:

Orientasi pada tujuan untuk mentransfer informasi dengan jelas.

Fokus pada penyampaian pesan yang jelas dan tepat.

Penggunaan bahasa yang lebih formal atau teknis tergantung pada konteksnya.

Komunikasi lebih cenderung sepi, langsung ke tujuan, dan terstruktur.

Contoh Wacana Transaksional: Percakapan di antara seorang pelanggan dan kasir di sebuah toko,
di mana tujuannya adalah untuk membeli barang tertentu dan membayar.

Wacana Interaksional:

Pendapat Brown dan Yule: Wacana interaksional, di sisi lain, lebih menekankan pada hubungan
antar-partisipan dan bagaimana mereka berinteraksi secara sosial. Tujuan utamanya adalah untuk
memelihara hubungan antar-partisipan.
Ciri-ciri Wacana Interaksional:

Fokus pada interaksi sosial dan hubungan antar-partisipan.

Lebih banyak mengenai mengembangkan hubungan interpersonal daripada mentransfer informasi


langsung.

Penggunaan bahasa yang lebih fleksibel dan informal.

Lebih banyak melibatkan cerita, humor, atau aspek-aspek emosional dalam percakapan.

Contoh Wacana Interaksional: Percakapan di antara teman yang saling bercerita tentang
pengalaman pribadi, berbagi humor, atau menyampaikan pendapat tanpa tujuan tertentu untuk
mentransfer informasi secara spesifik.

Brown dan Yule menegaskan bahwa perbedaan antara wacana transaksional dan wacana
interaksional dapat memengaruhi bagaimana komunikasi dipahami dan dianalisis. Wacana
transaksional lebih berfokus pada pertukaran informasi yang tepat, sementara wacana interaksional
lebih berfokus pada aspek sosial dan hubungan antar-partisipan dalam komunikasi.

B. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga komponen utama: lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam
teori "tindak tutur" atau "speech act theory". Ini membantu dalam memahami makna dari apa yang
diucapkan seseorang, serta dampak yang diinginkan atau terjadi pada pendengar. Berikut penjelasan
dari ketiga konsep tersebut:

Lokusi: Merujuk pada bagian literal atau fisik dari ucapan itu sendiri, seperti kata-kata atau frase
yang diucapkan. Lokusi mencakup aspek struktural dari apa yang diucapkan.

Contohnya:

• Pernyataan: "Saya akan datang ke pesta malam ini."


• Lokusi: Frase "Saya akan datang ke pesta malam ini."
Ini adalah apa yang diucapkan secara literal, struktural dari kalimat tersebut.

Ilokusi: Merujuk pada tujuan atau maksud dari ucapan seseorang. Ilokusi adalah apa yang ingin
dikomunikasikan oleh pembicara dengan menggunakan lokusi tertentu.

Contohnya:

• Pernyataan: "Saya akan datang ke pesta malam ini."


Ilokusi: Untuk memberi informasi atau janji bahwa pembicara akan menghadiri pesta malam itu.
Meskipun lokusi berupa kalimat tersebut, ilokusi dari pernyataan tersebut adalah untuk memberikan
janji atau pemberitahuan.

Perlokusi: Merujuk pada dampak atau reaksi yang diharapkan atau dihasilkan dari ucapan
seseorang. Ini adalah bagaimana pendengar atau penerima pesan merespons atau bereaksi terhadap
apa yang dikatakan. Contohnya:

• Pernyataan: "Saya akan datang ke pesta malam ini."


Perlokusi: Harapan bahwa pendengar akan merasa senang atau terkejut, atau mungkin merasa
diharapkan kehadiran pembicara di pesta tersebut.

Reaksi yang diharapkan bisa bermacam-macam, seperti pendengar merasa senang atau terkejut
mendengar bahwa pembicara akan hadir.

Dengan memahami ketiga komponen ini, kita dapat melihat bahwa sebuah ucapan tidak hanya
memiliki arti harfiah (lokusi), tetapi juga memiliki maksud atau tujuan tertentu (ilokusi) dan
menghasilkan respons atau reaksi yang diharapkan (perlokusi) dari pihak yang menerima pesan.

Dalam konteks yang berbeda atau situasi yang berbeda, satu ucapan bisa memiliki berbagai
perlokusi yang berbeda tergantung pada bagaimana pesan tersebut diterima atau dipahami oleh
penerima pesan.

4. Tentu, aspek eksternal dalam wacana adalah faktor-faktor yang berperan dalam memahami atau
menganalisis bagaimana pesan disampaikan, diterima, dan dipahami. Inilah beberapa konsep penting
yang termasuk dalam aspek eksternal wacana:
Implikatur: Implikatur adalah informasi yang disiratkan atau tersirat dalam sebuah pernyataan, di luar
makna harfiah kata demi kata. Misalnya:

Pernyataan: "Rumah itu cukup bersih."

Implikatur: Meskipun pernyataan tersebut menyatakan bahwa rumah itu "cukup bersih", implikatur
mungkin adalah bahwa rumah itu mungkin tidak sangat bersih, tetapi cukup layak untuk ditinggali.

Referensi: Referensi terjadi ketika kata atau frasa dalam wacana mengacu pada sesuatu di luar teks.
Contohnya:

Pernyataan: "Saya memberikan buku itu padamu."

Referensi: Kata "buku" merujuk pada objek konkret yang mungkin sudah dikenal oleh pembicara dan
pendengar.

Presuposisi: Presuposisi adalah asumsi yang dianggap benar atau diterima sebelum pembicaraan
dimulai. Misalnya:
Pernyataan: "Anak itu masih mengenakan seragam sekolah."

Presuposisi: Ada asumsi bahwa anak tersebut sebelumnya memiliki seragam sekolah dan masih
mengenakannya.

Inferensi: Inferensi adalah kesimpulan yang dibuat oleh pendengar atau pembaca berdasarkan
informasi yang diberikan. Contohnya:

Pernyataan: "Cuaca sangat cerah di luar."

Inferensi: Mungkin seseorang dapat menyimpulkan bahwa hari itu cocok untuk kegiatan di luar
ruangan.

Repetisi: Repetisi adalah pengulangan kata, frasa, atau gagasan tertentu dalam wacana. Ini bisa
digunakan untuk menekankan suatu hal. Misalnya:

Pernyataan: "Dia benar-benar berbakat. Benar-benar cerdas."

Repetisi: Pengulangan frasa "benar-benar" untuk menekankan tingkat kecerdasan atau bakat seseorang.

Konteks: Konteks adalah lingkungan atau situasi di mana wacana itu disampaikan. Konteks sangat
mempengaruhi pemahaman dan interpretasi pesan. Contohnya:

Pernyataan: "Ini terlambat."

Konteks: Dalam situasi yang berbeda, "terlambat" dapat merujuk pada waktu yang berbeda-beda.
Misalnya, jika diucapkan dalam pertemuan resmi, "terlambat" bisa berarti beberapa menit; namun jika
dalam konteks transportasi, "terlambat" mungkin merujuk pada keterlambatan yang signifikan.

Setiap konsep ini berkontribusi pada pemahaman dan analisis wacana. Mereka membantu untuk
mengungkap makna yang mungkin terkandung di luar kata-kata yang sebenarnya diucapkan dan
memahami bagaimana konteks, referensi, dan asumsi memengaruhi cara kita menginterpretasikan
pesan yang disampaikan.

5. A. Metode deskriptif memungkinkan penganalisis untuk memahami struktur dan unsur-unsur teks
secara terinci. Dengan fokus pada detail dan aspek-aspek yang konkret, pendekatan ini membantu
dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana pesan disampaikan dan
diterima oleh pembaca atau pendengar. Metode deskriptif dapat digunakan sebagai dasar untuk
memahami struktur teks sebelum melakukan analisis yang lebih mendalam terkait makna dan
implikasinya.

B. Metode Distribusional sangat berguna dalam menganalisis hubungan antara kata-kata, pemetaan
konsep, serta identifikasi konteks yang mungkin terkait dengan penggunaan kata dalam sebuah teks.
Ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang struktur dan makna dalam sebuah korpus teks atau
bahasa tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa penggunaan Metode Distribusional sering kali memerlukan perangkat
lunak atau alat bantu khusus untuk analisis statistik dan pemrosesan bahasa. Kombinasi metode ini
dengan pendekatan lain dalam analisis wacana dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya dan
komprehensif terhadap wacana yang sedang diteliti.

C. Metode Analisis Isi dapat memberikan wawasan mendalam terhadap isi teks dan mengungkapkan
pola-pola yang mungkin tidak terlihat secara langsung. Namun, pendekatan ini juga dapat terpengaruh
oleh subyektivitas peneliti dalam menentukan kategori, serta cenderung memerlukan waktu dan usaha
yang cukup untuk analisis yang cermat.

Dalam konteks analisis wacana, Metode Analisis Isi dapat digunakan untuk memahami pola-pola,
tema, atau pesan yang terdapat dalam teks tertulis, diskursus verbal, atau media lainnya, serta untuk
menjelaskan konteks sosial atau budaya di mana teks tersebut dihasilkan.

D. Dalam menganalisis wacana, pendekatan ini mempertimbangkan bagaimana penggunaan bahasa,


termasuk diksi, gaya, dan struktur kalimat, secara langsung memengaruhi pesan yang disampaikan dan
bagaimana pesan tersebut diterima oleh audiens.

Metode Pragmalinguistik memerlukan pemahaman yang mendalam tentang konteks komunikatif dan
pengetahuan yang kuat dalam bidang pragmatik dan linguistik. Dengan fokus pada hubungan antara
struktur bahasa dan penggunaan bahasa dalam konteks, metode ini membantu para analis dalam
memahami bagaimana pesan-pesan disampaikan, diterima, dan dianalisis dalam sebuah wacana.

Anda mungkin juga menyukai