Anda di halaman 1dari 66

1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian explanatif.

Penelitian eksplanatif adalah penelitian yang mencoba menjelaskan fenomena

yang ada (Cooper & Schindler dalam Jogiyanto : 2010). Sedangkan menurut

Sugiyono (2004), penelitian explanatif merupakan penelitian yang bermaksud

menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu

variabel dengan variabel yang lain. Penelitian ini mencoba menjeslaskan fenomena

pengaruh inovasi, orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran dengan keunggulan

bersaing sebagai variabel interverningnya.

3.2 Sumber Data

a) Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian. Dimana yang menjadi obyek penelitian adalah Sentra IKM

bandeng presto Kel. Krobokan Kota Semarang.

b) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau

tersedia melalui publikasi atau informasi yang dikeluarkan oleh Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang untuk mendapatkan data

yang relevan atau berkaitan dengan variabel yang ingin diteliti.

2
3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah degan cara menggunakan

daftar pertanyaan atau kuesioner. Kuesioner merupakan cara pengumpulan data

dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi menurut

pendapat mereka masing-masing.

Pada penelitian ini, kuesioner diberikan kepada seluruh pelaku home

industry bandeng presto di Kelurahan Krobokan Kota Semarang, mulai dari pemilik

usaha, tenaga produksi, tenaga pemasaran dan karyawan lainnya yang berhubungan

langsung dengan kegiatan usaha di tiap-tiap unit industri yang bersangkutan.

Perlu diketahui bahwa kondisi antar unit usaha berbeda – beda. Ada unit

usaha yang memiliki beberapa karyawan dengan masing-masing jobdesk berbeda.

Adapula yang seluruh proses industri mulai dari penyediaan bahan baku, proses

produksi, transaksi keuangan dan penjualan dilakukan oleh 1 orang saja.

Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner tersebut dibuat

dalam bentuk pertanyaan dengan menggunakan skala 1-10 untuk memperoleh data

yang bersifat ordinal dan diberi skor sebagai berikut:

Tidak setuju Sangat Setuju

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

3
3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Sugiono (2006 : 72) adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan unsur – unsur yang akan diteliti.

Populasi yang akan menjadi obyek penelitian adalah seluruh pelaku home

industry pengolah bandeng presto di Sentra IKM Bandeng Presto Kelurahan

Krobokan di Kota Semarang yang berjumlah 20 unit usaha.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat mewakili populasi

dalam penelitian. Dalam penelitian ini dikarenakan jumlah IKM pengolah

bandeng presto di Kel. Krobokan hanya berjumlah 20 unit usaha/home

industry, maka keseluruhan unit usaha t ersebut layak untuk

dijadikan responden tanpa harus mengambil sampel dalam jumlah

tertentu. Responden yang dimaksud adalah pemilik usaha dan seluruh

tenaga kerja yang dimilikinya.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut ini adalah definisi operasional masing-masing variabel beserta

indikator yang digunakan sebagai alat ukurnya.

4
Tabel 3.1
Devinisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel dan Definisi


Indikator Skala pengukuran score
operasional
Keunggulan Bersaing (Y1) 1. Keunikan Produk Sangat Tidak Setuju 1
Adalah suatu keuntungan yang 2. Kualitas Produk s/d
diperoleh lebih dari pesaing 3. Harga Bersaing Sangat Setuju 10
dengan menawarkan
pelanggan nilai yang lebih
besar atau harga yang lebih
murah (Ehmke, 2008)

Inovasi (X1) 1. Kultur Inovasi Sangat Tidak Setuju 1


Adalah penerapan baru pada 2. Inovasi Produk s/d
industri / dunia komersil baik 3. Inovasi Teknis Sangat Setuju 10
berupa produk yang baru
maupun proses / metode yag
baru (Stone et. al, 2008).

Orientasi Kewirausahaan 1. Pengalaman Berusaha Sangat Tidak Setuju 1


(X2) 2. Proaktif s/d
Adalah sebuah proses, 3. Keberanian Mengambil Sangat Setuju 10
praktik, dan pengambilan Resiko
keputusan kegiatan yang 4. Fleksibel
mengarah pada sesuatu yang 5. Antisipatif
baru (Lumpkin & Dess,
1996)

Kinerja Pemasaran (Y2) 1. Volume Penjualan Sangat Tidak Setuju 1


Adalah sebuah faktor yang 2. Pertumbuhan s/d
digunakan untuk mengukur Pelanggan Sangat Setuju 10
dampak dari strategi yang 3. Kemampulabaan
diterapkan perusahaan
(Ferdinapand, 2000)

3.6 Pengujian Instrumen

Penelitian 3.6.1.Pengujian

Validitas

Uji validitas item digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam

kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat

mengukur apa yang ingin diukur (Dwi Priyanto : 2002). Tinggi rendahnya validitas
5
instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang

dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

3.6.2.Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah

alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika

pengukuran tersebut diulang (Duwi Priyatno, 2002). Reliabilitas mengandung

pengertian bahwa sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara

konsisten dari waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu

instrumen pengukuran adalah konsistensi, atau tidak berubah-ubah.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan tekhnik

Formula Alpha Cronbach dan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for

windows. Indikator pengukuran reliabilitas yang membagi tingkatan reliabilitas

dengan kriteria sebagai berikut. Jika alpha atau r hitung:

1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak (Duwi Priyatno ; 2002). Model regresi yang baik

6
adalah memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu

diagonal dari grafik distribusi normal (Imam Ghozali, 2009).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data

sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar

pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Imam Ghozali,

2009). Dalam penelitian ini teknik untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai Variance

Inflantion Faktor (VIF) dan nilai tolerance. Apabila nilai tolerance mendekati 1,

serta nilai VIF disekitar angka 1 serta tidak lebih dari 10, maka dapat disimpulkan

tidak terjadi multikolinearitas antara variabel bebas dalam model regresi (Duwi

Priyatno, 2002)

7
3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterosdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

(Duwi Priyatno, 2002). Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas menggunakan

analisis scatter plot. Apabila titik-titik menyebar tidak jelas di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas pada model regresi.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

mengolah data hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Ada dua jenis

analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

3.7.1 Analisis Deskriptif

Agar dapat mengetahui pendapat / persepsi yang diberikan responden pada

masing-masing variabel maka dilakukan analisis deskripsi rata-rata terhadap hasil

tanggapan responden pada masing-masing pertanyaan.

3.7.2 Analisis Regresi Dengan Variabel Interverning

Variabel iterverning merupakan variabel antara, yang fungsinya memediasi

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji

variabel interverning digunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur adalah

peggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel

8
(model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasar teori dan merupakan

perluasan dari analisis regresi berganda. (Imam Ghozali, 2009).

Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan variabel keunggulan bersaing

sebagai variabel interverningnya, maka penelitian ini menggunakan metode

Analisis Jalur (Path Analisis) dengan menggunakan regresi bertahap. Asumsi yang

digunakan dalam analisis jalur yaitu:

1. Hubungan antar variabel bersifat linear.

2. Model penelitian memiliki hubungan kausalitas dengan panah satu arah

(recursive model).

3. Variabel endogen minimal dalam skala interval.

4. Instrumen penelitian harus reliabel dan valid.

5. Model penelitian sesuai dengan teori dan konsep.

Dalam penelitian ini analisis regresi bertahap digunakan untuk mengetahui

pengaruh hubungan variabel Inovasi (X1), Orientasi Kewirausahaan (X2), terhadap

Kinerja Pemasaran (Y2) melalui Keunggulan Bersaing (Y1) sebagai variabel

interverningnya.

9
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Identitas Responden

Data deskriptif menggambarkan beberapa kondisi obyek penelitian secara

ringkas yang diperoleh dari hasil pengumpulan dan jawaban kuesioner oleh

responden, yaitu pemilik usaha, tenaga produksi dan pemasaran pada masing –

masing home industry bandeng presto di Kelurahan Krobokan Kota Semarang.

Data deskriptif obyek penelititan ini memberikan beberapa informasi secara

sederhana dari obyek penelitian yang terkait dengan model penelitian yang

dikembangkan. Adapun jumlah home industry yang diwawancarai adalah

berjumlah 18 unit usaha. Jumlah tersebut sudah merupakan jumlah keseluruhan unit

usaha bandeng presto di Kelurahan Krobokan Kota Semarang.

Data diperoleh melalui metode wawancara dan pembagian langsung

kuesioner kepada responden, yaitu pemilik usaha, tenaga produksi dan tenaga

pemasaran pada masing – masing industri. Dikarenakan keterbatasan waktu dan

pemahaman yang dimiliki oleh responden, maka sebagian besar kuesioner

dibacakan oleh peneliti dan dijawab oleh pemilik usaha/tenaga produksi/tenaga

pemasaran secara lisan sembari mereka melakukan pekerjaan masing-masing. Perlu

diketahui bahwa seluruh pemilik usaha juga masih merangkap menjadi tenaga

produksi sekaligus pemasaran. Adapun karyawan hanya membantu pada saat proses

produksi. Kemudian kuesioner yang telah diisi tersebut dikompilasi dan diolah

menjadi data penelitian.

10
Berikut adalah deskripsi identitas responden dalam penelitian ini.

Tabel 4.1

Deskripsi Responden

Variabel Jumlah
Jenis kelamin Laki-laki : 32,61%
Perempuan : 67,39%

Usia responden 21 – 30 tahun : 21,74%


31 – 40 tahun : 15,22%
> 41 tahun : 63,04%

Pendidikan terakhir SD : 28,26%


SLTP : 30,43%
SLTA : 26,09%
D3 : 2,17%
S1 : 13,04%

Lama berproduksi 1 –2 tahun : 0%


3 –5 tahun : 16,67%
6 – 10 tahun : 27,78%
11 – 20 tahun : 44,44%
di atas 21 tahun : 11,11%

4.1.2. Deskripsi Variabel

Guna mendeskripsikan persepsi responden mengenai variabel yang diteliti,

studi ini menggunakan kriteria rentang sebesar 10-1/3 = 3,33. Oleh karena itu

intepretasi nilai adalah sebagai berikut :

1,00 - 3,33 = Rendah

3,34 - 6,66 = Sedang

6,67 - 10,00 = Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan masing-masing deskripsi variabel

adalah sebagai berikut :

11
4.1.2.1. Inovasi

Indikator variabel inovasi mencakup kultur inovasi, inovasi teknis dan

inovasi produk. Berdasarkan penelitian di lapangan indeks variabel inovasi

nampak pada Tabel 4.2

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Inovasi

Rata-rata
Deviasi
No Indikator Jawaban
Standar
Responden
1. Kultur Inovasi (Inovation1) 7,26 1,79

2. Inovasi Teknis (Inovation 2) 6,72 2.04

3. Inovasi Produk (Inovation 3) 7,39 1.70

Rata-rata keseluruhan 7,12 1.54

Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan jawaban responden

sebesar 7,12. Secara rinci jawaban responden rata-rata indikator kultur inovasi di

dalam perusahaan (inovation 1) sebesar 7,26; inovasi teknis produksi (inovation 2)

sebesar 6,72 dan inovasi pada produk (Inovation 3) sebesar 7,39. Hal tersebut

menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap inovasi (inovation) mencakup:

kultur inovasi, inovasi teknis produksi dan inovasi produk kriteria tinggi. Hal

tersebut berdasarkan temuan di lapangan dapat disajikan seperti pada Tabel 4.3.

12
Tabel 4.3
Deskriptif Inovasi

No Kriteria Indikator Temuan

1. Tinggi Kultur Inovasi 1. Perbaikan manajemen usaha


2. Perbaikan lokasi usaha
3. Perbaikan mutu produk

2. Tinggi Inovasi Teknis 1. Peralihan teknologi


2. Perbaikan proses produksi
3. Pengembangan resep

3. Tinggi Inovasi Produk 1. Diferensiasi produk


2. Difersifikasi rasa
3. Modifikasi kemasan
Sumber: data primer yang diolah, 2012

4.1.2.2. Orientasi Kewirausahaan

Indikator variabel orientasi kewirausahaan mencakup: pengalaman berusaha,


proaktif, mengambil resiko, fleksibel dan antisipatif. Berdasarkan penelitian di
lapangan indeks variabel tersebut nampak pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Orientasi Kewirausahaan

Rata-rata Jawaban Deviasi


No Indikator
Responden Standar
1 Pengalaman Berusaha 8,33 1,14
(entrepreneurship orientation1)
2 Proaktif 6,70 2,55
(entrepreneurship orientation 2)
3 Mengambil resiko 7,80 1,50
(entrepreneurship orientation 3)
4 Fleksibel 7,61 1,52
(entrepreneurship orientation 2)
5 Antisipatif 7,65 1,62
(entrepreneurship orientation 3)
Rata-rata keseluruhan 7,62 1,33
Sumber: data primer yang diolah, 2012

13
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan jawaban responden

sebesar 7,62. Secara rinci jawaban responden rata-rata indikator dalam

menjalankan usaha saya berpengalaman dalam menjalankan usaha ini

(entrepreneurship orientation 1) sebesar 8,33 , proaktif (entrepreneurship

orientation 2) sebesar 6,70 , berani mengambil resiko sebesar 7,80, fleksibel dalam

menjalankan usaha sebesar 7,61 dan antisipatif sebesar 7,65. Hal tersebut

menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap orientasi kewirausahaan

mencakup dalam menjalankan usaha pengalaman berusaha, proaktif, mengambil

resiko, fleksibel dan antisipatif kriteria tinggi. Hal tersebut berdasarkan temuan di

lapangan, dapat disajikan seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Orientasi kewirausahaan

No Kriteria Indikator Temuan

1. Tinggi Berpengalaman 1. Pengalaman alih usaha


usaha 2. Pengalaman usaha lebih dari 3 tahun
3. Pengalaman rugi, untung, dsb

2. Tinggi Proaktif 1. Mencari informasi peluang pasar


2. Mengikuti kegiatan perlombaan

3. Tinggi Berani Mengambil 1. Berani menanggung resiko rugi


Resiko 2. Berani menanggung resiko produksi

4. Tinggi Fleksibel 1. Menerima pesanan jumlah kecil/besar


2. Menerima kritik dan saran konsumen
3. Bersedia mengikuti perubahan pasar

1. Antisipasi terhadap fluktuasi harga


2. Mensubkontrakkan pesanan yang banyak
5. Tinggi Antisipatif 3. Memebuat olahan lanjutan dari produk
yang belum laku terjual
Sumber: Data primer yang diolah, 2012

14
4.1.2.3. Keunggulan Bersaing

Indikator variabel keunggulan bersaing mencakup: keunikan produk,

kualitas produk dan harga bersaing. Berdasarkan penelitian di lapangan indeks

variabel keunggulan bersaing nampak pada Tabel 4.6

Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Keunggulan Bersaing

Rata-rata Jawaban Deviasi


No Indikator
Responden Standar
1 Keunikan Produk 7,76 1,72
(keunggulan bersaing 1)

2 Kualitas Produk 8,37 1,22


(keunggulan bersaing 2)

3 Harga Bersaing 8,63 1,01


(keunggulan bersaing 3)
Rata-rata keseluruhan 8.25 1,05
Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan jawaban responden

sebesar 8,25. Secara rinci jawaban responden rata-rata indikator keunikan produk

(keunggulan bersaing 1) sebesar 7,26; kualitas produk (keunggulan bersaing 2)

sebesar 8.37 dan harga bersaing (keunggulan bersaing 3) sebesar 8.63. Hal tersebut

menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap keunggulan bersaing mencakup

keunikan produk, kualitas produk dan harga bersaing, kriteria tinggi. Hal tersebut

berdasarkan temuan di lapangan, dapat disajikan seperti pada Tabel 4.7

15
Tabel 4.7
Deskriptif Keunggulan Bersaing

No Kriteria Indikator Temuan

1 Tinggi Keunikan Produk 1. Keunikan rasa dan tekstur


2. Keunikan kemasan
3. Keunikan variasi difersifikasi produk

2 Tinggi Kualitas Produk 1. Bahan baku dan bahan penolong aman


dikonsumsi
2. Kebersihan produk terjaga
3. Ketahanan produk cukup lama, tanpa
bahan pengawet

3 Tinggi Haga Bersaing 1. Harga sama dengan pesaing dengan


kualitas yang lebih baik
2. Pada kualitas yang sama dengan
pesaing, harga lebih murah.

Sumber: data primer yang diolah, 2012

4.1.2.4. Kinerja Pemasaran

Indikator variabel kinerja pemasaran mencakup: volume penjualan,

pertumbuhan pelanggan dan harga kemampulabaan. Berdasarkan penelitian di

lapangan indeks variabel keunggulan bersaing nampak pada Tabel 4.8

Tabel 4.8
Statistik Deskriptif Kinerja Pemasaran

Rata-rata Jawaban Deviasi


No Indikator
Responden Standar
1 Volume Penjualan 7,74 1,61
(Kinerja Pemasaran 1)
2 Pertumbuhan Pelanggan 8,17 1,63
(Kinerja Pemasaran 2)
3 Kemampulabaan 8,93 1,19
(Kinerja Pemasaran 3)
Rata-rata keseluruhan 8,28 1,30
Sumber: Data primer yang diolah, 2012

16
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan jawaban responden

sebesar 8,28. Secara rinci jawaban responden rata-rata indikator volume penjualan

(kinerja pemasaran 1) sebesar 7,74; pertumbuhan pelanggan (kinerja pemasaran 1)

sebesar 8,17 dan kemampulabaan (kinerja3) sebesar 8,93. Hal tersebut

menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap keunggulan bersaing mencakup

volume penjualan, pertumbuhan pelanggan dan harga kemampulabaan, kriteria

tinggi. Hal tersebut berdasarkan temuan di lapangan, dapat disajikan seperti pada

Tabel 4.7

Tabel 4.9
Deskriptif Kinerja Pemasaran

No Kriteria Indikator Temuan


1 Tinggi Volume Penjualan 1. Peningkatan volume penjualan dari
tahun ke tahun
2. Peningkatan kapasitas produksi perhari

2 Tinggi Pertumbuhan 1. Pertambahan jumlah konsumen dan


Pelanggan pelanggan dari waktu ke waktu

3 Tinggi Kemampulabaan 1. Usaha mampu memberikan profit mulai


15% hingga 40% kepada produsen
Sumber: data primer yang diolah, 2012

4.2. Analisis Data

4.2.1.Uji Kualitas

Data

4.2.1.1. Uji Validitas

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment,

jika hasil perhitungan r hitung > r tabel, maka kuesioner valid atau sahih.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Program SPSS Tabel 4.8 (Corrected

17
Item-

18
Total Correlation) r hitung variabel inovasi, orientasi kewirausahaan dan kinerja

sumber daya manusia > r tabel Product Moment pada N = 46 dan tingkat

signifikasi 5% adalah sebesar 0,246. Maka kuesioner dalam penelitian ini adalah

valid. / sah

Tabel 4.10
Uji Validitas Data
r r
No Variabel Indikator hitung tabel Keterangan

1 Inovasi Inovation1 0.756 0.246 Valid


Inovation2 0.717 Valid
Inovation3 0.755 Valid

2 Orientasi Entrp.orientation1 0.685 0.246 Valid


kewirausahaan Entrp.orientation 2 0.730 Valid
Entrp.orientation 3 0.729 Valid
Entrp.orientation 4 0.732
Entrp.orientation 5 0.753
3 Keunggulan Comp.Advantage 1 0.689 0.246 Valid
bersaing Comp. Advantage 2 0.814 Valid
Comp. Advantage 3 0.781 Valid

4 Kinerja Pemasaran Marketing perform1 0.947 0.246 Valid


Marketing perform2 0.955 Valid
Marketing perform3 0.779 Valid

Sumber : Lampiran 3

4.2.1.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada pengujian ini menggunakan Cronbach Alpha, jika

Cronbach Alpha > 0,6 maka kuesioner dikatakan konsisten atau reliabel, (Imam

Ghozali, 2002 : 153). Berdasarkan perhitungan dengan Program SPSS masing-

19
masing variabel mempunyai nilai > 0.6 alpha sebagaimana nampak pada Tabel

4.8 Maka kuesioner dalam penelitian ini adalah konsisten atau reliabel.

Tabel 4.11
Uji Reliabilitas Data

No Variabel Alpha Keterangan

1 Inovasi 0.900 Reliabel

2 Orientasi 0.944 Reliabel


kewirausahaan

3 Keunggulan bersaing 0.924 Reliabel

4 Kinerja Pemasaran 0.912 Reliabel

Sumber : Lampiran 3

4.2.2. Uji Asumsi

4.2.2.1.Multikolinearitas

Uji asumsi multikolinearitas artinya antar variabel bebas tidak boleh ada

korelasi. Untuk menguji adanya kolineraitas ganda digunakan Uji VIF dan

Tolerance. Jika hasil perhitungan nilai Varian inflation factor (VIF) di bawah 10

dan tolerance variabel bebas di atas 10 % (Imam Ghozali, 2001). Berdasarkan

hasil perhitungan nampak pada Tabel 4.10

20
Tabel 4.12
Uji Multikolineritas

No Variabel Bebas Variabel Terikat Tolerence VIF

1 Inovasi Keunggulan Bersaing 0,226 4,425

2 Orientasi 0,226 4,425

kewirausahaan

Sumber : Lampiran 4

Tabel 4.13
Uji Multikolineritas

No Variabel Bebas Variabel Terikat Tolerence VIF

1 Inovasi Kinerja Pemasaran 0,192 5,217

2 Orientasi 0,195 5,118

kewirausahaan

3 Keunggulan 0,264 3,788

bersaing

Sumber :Lampiran 4

Pada Tabel 4.9 , hasil perhitungan menunjukkan bahwa tolerance di

atas 10 % dan VIF di bawah 10 , maka dapat disimpulkan bahwa asumsi

tidak ada multikolineritas dalam penelitian ini terpenuhi.

21
4.2.2.2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas.

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah melihat

grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya

(SRESID). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara

SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu

X adalah residualnya.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, pada Gambar 4.1 nampak

bahwa grafik scaterplot titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas

maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal disimpulkan bahwa tidak terjadi

heterokedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2001)

Gambar 4.1 : Scatterplot

22
4.2.2.3 Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah

tidak. Pengujian ini menggunakan normal p plot dan metode one sample One

Sample Kolmogorov – Smirnov. Berdasarkan pengujian nampak pada Gambar 4.2

menunjukkan titik-titik menyebar berhimpit disekitar diagonal. Sedangkan pada

hasil uji menggunakan metode one sample One Sample Kolmogorov – Smirnov,

diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,801. Hal ini menunjukkan bahwa residual

berdistribusi normal.

Gambar 4.2 : P Plot

4.2.3. Pengujian Kelayakan Model

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang di analisis memiliki tingkat

kelayakan model yang tinggi yakni variabel-variabel yang digunakan model

mampu untuk menjelaskan fenomena yang di analisis. Uji yang digunakan dalam

23
studi ini menggunakan Goodness of fit , yakni dengan melihat Ajusted R Square.

Jika Ajusted R² yang diperoleh dari hasil perhitungan semakin besar (mendekati

satu), maka dapat dikatakan bahwa sumbangan dari variabel bebas terhadap terikat

semakin besar (Dwi Priyatno, 2002).

Hasil studi menujukkan pada persamaan pertama koefisien determinasi

sebesar 0,724 artinya Hal ini berarti model yang digunakan variabel bebas inovasi

dan orientasi kewirausahaan menerangkan variasi variabel terikat keunggulan

bersaing sebesar 72,4%, sedangkan sisanya sebesar 27,6% di jelaskan oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam studi ini.

Kemudian pada persamaan kedua koefisien determinasi sebesar 0,876

artinya Hal ini berarti model yang digunakan variabel bebas yang terdiri dari

inovasi, orientasi kewirausahaan dan keunggulan bersaing menerangkan variasi

variabel terikat kinerja pemasaran sebesar 86,7%, sedangkan sisanya sebesar

13,3% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam studi ini.

4.2.4. Uji Regresi dengan Variabel Interverning

Berdasarkan perhitungan Regresi berganda dengan Software Windows

SPSS, hasilnya nampak pada Tabel 4. 14

24
Tabel 4.14
Rangkuman Perhitungan Regresi (t hitung, , Sign)

No Variabel Variabel Bebas t hitung  Sign


Terikat
1 Keunggulan 4,239 0,000
bersaing
Inovasi 2,774 0,457 0.008
Orientasi 2,595 0,428 0,013
kewirausahaan
2 Kinerja
Pemasaran
3,462 0,001
Inovasi 2,713 0,336 0,010
Orientasi 3,053 0,375 0,004
kewirausahaan 2,063 0,275 0,013
Keunggulan Bersaing

Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan pada Tabel 4.14, dengan melihat koefisien yang ditunjukkan

oleh lambang , maka dapat disimpulkan persamaan regresi linear sebagai

berikut ini :

Persamaan 1 : Y1 = 0,457 X1 + 0,428 X2 + e

Persamaan 2 : Y2 = 0,336 X1 + 0,375X2 + 0,275 Y1 + e

Dikarenakan metode regresi yang digunakan adalah regresi bertahap,

maka diperoleh dua persamaan variabel. Pada persamaan pertama variabel

bebas inovasi (X1) mempunyai tanda positif, berarti jika variabel tersebut

meningkat maka variabel terikat yakni keunggulan bersaing (Y1) akan

meningkat pula. Begitu pula variabel bebas orientasi kewirausahaan (X2)

25
memiliki tanda positif yang berarti jika variabel tersebut meningkat maka

variabel terikat yaitu keunggulan bersaing (Y1) akan meningkat juga

Pada persamaan kedua, variabel bebas inovasi (X1) mempunyai tanda

positif, berarti jika variabel tersebut meningkat maka variabel terikat yakni

kinerja pemasaran (Y2) akan meningkat pula. Pada variabel bebas kedua

yaitu orientasi kewirausahaan (X2) mempunyai tanda positif, berarti jika

variabel tersebut meningkat maka variabel terikat yakni kinerja pemasaran

(Y2) akan meningkat pula.

Sedangkan pada variabel terikat keunggulan bersaing (Y1) juga

mempunyai tanda positif, berarti jika variabel tersebut meningkat maka

variabel terikat kedua yakni kinerja pemasaran (Y2) akan meningkat pula.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas

(X1 & X2) serta variabel mediasi / interverning (Y1) yang diuji dalam

penelitian ini memiliki pengaruh positif terhadap variabel terikatnya (Y1 dan

Y2).

4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Inovasi terhadap Keunggulan Bersaing.

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah bila inovasi

semakin tinggi, maka keunggulan bersaing semakin tinggi. Tabel 4.9 menunjukkan

bahwa parameter estimasi antara pengaruh inovasi terhadap kinerja pemasaran,

menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai t hitung sebesar 2.774 lebih besar

dari t tabel sebesar 1.684 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.008. Dengan

26
demikian hipotesis pertama diterima, artinya bila inovasi semakin tinggi, maka

keunggulan bersaing semakin meningkat.

Hasil tersebut mengindikasikan bahwa keunggulan bersaing dapat

dibangun oleh inovasi dengan indikator kultur inovasi, inovasi produk dan

inovasi teknis. Kultur inovasi dapat berupa perbaikan manajemen usaha,

perbaikan lokasi usaha dan perbaikan mutu produk. Inovasi produk

diantaranya dengan cara diferensiasi produk, difersivikasi rasa dan

modifikasi kemasan. Kemudian inovasi teknis dapat dilakukan melalui

peralihan teknologi, perbaikan proses produksi dan pengembangan resep.

Membangun kultur inovasi di dalam sebuah perusahaan baik berskala

besar menengah maupun kecil / mikro dibutuhkan sebuah proses dan waktu.

Untuk menanamkan budaya berinovasi dibutuhkan sebuah motivasi, contoh,

juga keberanian untuk mengeluarkan ide sekaligus mempraktekannya.

Tentunya setiap keputusan untuk berinovasi pasti terdapat konsekuensi yang

harus siap ditanggung oleh perusahaan baik pemilik, maupun karyawannya.

Apabila budaya berinovasi mulai diterapkan, akan menimbulkan perubahan

pada perusahaan, dan menunjang terjadinya pengembangan usaha.

Kecenderungan untuk membiasakan melakukan pengembangan dan

perubahan dengan disertai pertimbangan pemangkasan aktifitas-aktifitas

usaha yang membuat pemborosan akan meningkatkan efisiensi dan

mendukung perusahaan untuk menawarkan harga yang bersaing. Contohnya,

pada IKM Bandeng Presto Mas Antok, pada awal berusaha, bandeng presto

banyak yang reject setelah proses penjualan. Kemudian pemilik usaha beserta

27
tenaga produksinya mencari faktor penyebab tingginya tingkat reject. Setelah

itu, ditemukan hal-hal pemicu buruknya kualitas hasil presto yaitu terlalu

banyaknya air yang digunakan untuk memresto bandeng. Hal tersebut

mengakibatkan tingginya kadar air di dalam ikan bandeng presto dan

mengakibatkannya mudah rapuh dan cepat membusuk.

Setelah dilakukan pembenahan, perubahan kebiasaan menakar air,

disertai dengan peningkatan kecepatan proses pengolahan bahan mentah

hingga siap presto ternyata dapat menjadikan harga pokok produksi

menurun, sehingga dapat meningkatkan bargaining power perusahaan untuk

dapat menawarkan harga yang lebih bersaing. Jadi, kultur inovasi

memberikan dampak positif terhadap harga yang bersaing.

Inovasi yang dilakukan pada teknis produksi juga merupakan bagian

dari strategi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Inovasi teknis

yang mengacu pada efektivitas dan efisiensi dapat memberikan keuntungan

yang lebih pada perusahaan. Diantaranya yaitu berupa penghematan, yang

berimplikasi pada kemampuan perusahaan untuk menawarkan harga yang

lebih terjangkau bagi konsumen. Selain itu, inovasi teknis juga berdampak

pada keunikan dan kualitas produk. Contohnya, Pada Bandeng Presto “New

Istichomah” menerapkan inovasi teknis dengan mengunakan teknologi

inovasi Low Temperature High Pressure Control (LTHPC). Alat tersebut

merupakan mesin pengganti panci presto. Kelebihannya, dengan

menggunakan LTHPC, kadar protein yang tersisa pada bandeng presto l ebih

banyak (70%) dibanding dengan menggunakan panci presto. Dengan

28
demikian kualitas produk menjadi lebih baik. Jadi, inovasi teknis yang

merupakan indikator dari variabel inovasi memiliki dampak positif terhadap

kualitas produk yang merupakan indikator dari variabel keunggulan bersaing.

Sedangkan inovasi yang dilakukan terhadap produk, baik dengan cara

peningkatan kualitas, diversifikasi maupun diferensiasi produk dapat

memberikan banyak pilihan kepada konsumen serta memperkuat brand name.

Dengan demikian, keunggulan bersaing dari sebuah perusahaan akan

meningkat.

Contohnya, bandeng presto “Mutiara Hati” yang melakukan inovasi

produk dengan metode diferensiasi. Hasil diferensiasi nya adalah bandeng

crispy, otak-otak bandeng, bandeng cabut duri, dsb. Keunikan khas pada

olahan bandeng “Mutiara Hati” adalah diferensiasi hingga pembuatan

kerupuk bandeng. Produk tersebut berbahan baku duri bandeng. Dengan

demikian inovasi produk memiliki dampak positif terhadap keunikan produk

yang merupakan indikator dari variabel keunggulan bersaing

Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dimkemukakan oleh Slater

& Narver (1997) bahwa keunggulan bersaing ditentukan oleh kreativitas dan

inovasi yang dapat memuaskan keinginan pelanggan secara lebih baik dari pada

pesaing. Selain itu, juga mendukung pendapat bahwa produk inovasi pada

dasarnya adalah untuk memenuhi permintaan pasar sehingga produk inovasi

merupakan salah satu yang dapat digunakan sebagai keunggulan bersaing bagi

perusahaan (Han et al.,1998,p.35 dalam Sensi Tri Buana Dewi, 2006).

29
4.3.2 Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Keunggulan Bersaing

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah bila orientasi

kewirausaaan meningkat, maka keunggulan bersaing semakin tinggi. Tabel 4.14

menunjukkan bahwa parameter estimasi antara pengaruh orientasi kewirausahaan

terhadap keunggulan bersaing menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai t

hitung sebesar 2,595 lebih besar dari t tabel sebesar 1.648 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.013.

Dengan demikian hipotesis kedua diterima, artinya bila orientasi

kewirausahaan meningkat, maka keunggulan bersaing perusahaan semakin

meningkat pula. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan

keuggulan bersaing, dapat dibangun oleh orientasi kewirausahaan dengan indikator

pengalaman berusaha, proaktif, mengambil resiko, fleksibel dan antisipatif.

Konsekuensinya indikator tersebut akan meningkatkan keunggulan bersaing

perusahaan dalam memiliki kenunikan produk yang diproduksinya, meningkatkan

kualitas produk, dan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menawarkan

harga yang bersaing dengan harga dari perusahaan/produsen lainnya.

Jiwa kewirausahaan dapat merupakan sesuatu yang alami tumbuh

semenjak kecil karena naluri, bisa juga karena bentukan lingkungan. Di sisi

lain, jiwa kewirausahaan dapat tumbuh karena sebuah keterdesakan faktor

ekonomi. Dengan kata lain, jiwa kewirausahaan dapat dibangun dalam diri

seseorang. Mulai dari keberanian untuk memulai usaha, aktif mencari

informasi, berani mengambil resiko, fleksibel dan antisipatif.

30
Dengan adanya keberanian memulai usaha maka secara otomatis akan

memberikan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman berproduksi,

pengalaman mencari pasar, pengalaman dalam bertransaksi dan mengelola

keuangan, hingga pengalaman untung/rugi dsb. Seiring dengan berjalannya

waktu dan bertambahnya pengalaman maka akan menambah kemampuan

untuk membuat produk yang keunikannya dapat diterima pasar.

Penelitian di lapangan menemukan IKM Bandeng “Mekar Sari” milik

Pak Suwardi. Setelah lebih dari 9 tahun menggeluti usaha bandeng presto,

dikarenakan berpengalaman, pemilik usaha beserta seluruh tenaga

produksinya mengetahui penyebab bagus dan buruknya hasil produksi.

Dengan demikian mereka senantiasa berorientasi pada proses yang

menghasilkan produk yang bagus untuk menjaga kualitas produk dan merk di

mata konsumen. Jadi, pengalaman berusaha memiliki dampak yang positif

terhadap kualitas produk yang merupakan indikator dari keunggulan

bersaing.

Flexibel atau bersedia berubah sesuai dengan keinginan pelanggan

adalah sebuah sikap yang perlu dimiliki oleh setiap pengusaha yang

menghendaki produknya selalu terjual dan diterima pasar. Bersedia menerima

kritikan dan saran dari pembeli, menerima pesanan sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan konsumen merupakan ciri-ciri sifat fleksibel yang dimiliki

oleh pengusaha.

Berdasarkan jawaban dari pertanyaan terbuka yang dilakukan, hampir

seluruh produsen menjawab cenderung bersedia menyesuaikan hasil proses

31
produksi dengan permintaan dan saran dari konsumen, termasuk permintaan

peningkatan kualitas dan citarasa bandeng presto. Dengan demikian,

kecenderungan untuk fleksibel berengaruh pada kualitas produk yang

merupakan indikator dari keunggulan bersaing

Proaktif yang diartikan sebagai kemampuan untuk mengenali peluang

dan komitmen untuk inovasi, merupakan kunci bagi pengusaha untuk

mengembangkan usaha. Peluang tidak datang begitu saja menghampiri setiap

produsen/pengusaha, akan tetapi ia harus dicari dan dijemput, diperoleh,

kemudian ditindaklanjuti.

Bandeng presto “Nidia” yang tergolong pemain baru ( + 7th)

dikarenakan kecenderungan sikap proaktifnya mencari informasi bahan baku

yang murah, di awal usahanya sudah mampu memproduksi 1 kwintal

bandeng per hari nya. Harga yang ditawarkan pun berani melepas lebih

murah dari pemain-pemain lama. Hal itu dikarenakan Pak Amin sebagai

pemilik usaha, menelusuri sumber bahan baku grosir yang paling murah,

sehingga otomatis harga pokok produksi beliau jauh di bawah rata-rata

produsen pada umumnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa indikator

proaktif secara positif dapat mempengaruhi indikator harga yang bersaing

Pada semua usaha, termasuk usaha produksi bandeng presto selalu ada

kemungkinan resiko yang akan muncul, seperti retur barang, kerusakan

produk, kecelakaan produksi, ketidaksesuaian harga dengan biaya, dsb.

Disinilah sikap berani mengambil resiko dibutuhkan oleh

produsen/pengusaha. Dengan kata lain, berani untung, berani rugi. Tanpa

32
adanya keberanian mengambil resiko, akan sangat sulit bagi produsen untuk

menjalankan roda usahanya.

Misalnya pada Bandeng Presto “New Istichomah” dan “Mutiara Hati”

berani mengambil resiko dengan membuat hampir semua produk diferensiasi

bandeng presto. Hasilnya, produk-produk mereka dikatakan unik dan

melengkapi berbagai kebutuhan konsumen. Dengan demikian menjadikan

salah satu sampel bahwa keberanian mengambil resiko dapat berdampak

positif terhadap keunikan produk yang merupakan indikator dari keunggulan

bersaing.

Namun demikian, bukan berarti tiap-tiap resiko harus ditanggung dan

dirasakan kepahitannya, diperlukan sikap antisipatif sebelum resiko tersebut benar-

benar terjadi. Antisipatif adalah kemampuan perusahaan dalam menanggulangi atau

mengantisipasi terhadap segala perubahan. Ada beberapa resiko yang menjadi

temuan yang diperoleh dari Sentra Bandeng Presto Kel. Krobokan. Diantaranya

adalah resiko kerugian, resiko kecelakaan produksi, resiko harga yang fluktuatif

dan resiko penjualan yang sepi.

Hampir seluruh produsen di Kel. Krobokan memiliki kecenderungan

untuk selalu mengantisipasi berbagai kemungkinan kondisi pasar yang tidak

menentu, dan juga harga bahan baku yang fluktuatif, resiko pada proses

produksi serta berbagai kmungkinan lainnya.

Dalam hal proses produksi, ditemukan adanya resiko meledaknya panci

presto. Hal ini hampir pernah dialami oleh seluruh produsen bandeng presto.

Agar peristiwa serupa tidak terulangi kembali, para produsen meneliti dan

33
mencari tahu penyebab-penyebab dari meledaknya panci presto. Ditemukan

beberapa faktor yang memicu ledakan yaitu muatan bandeng yang melebihi

kapasitas panci dan adanya ekor ikan / bagian ikan lainnya atau benda-benda

lain yang mengganjal tepian tutup panci presto. Antisipasi yang dilakukan

oleh produsen adalah dengan cara memastikan muatan tidak melebihi

kapasitas, menata bandeng beserta daun (bagi yang menggunakan daun)

dengan rapi dan tidak keluar dari batas tepi wadah panci serta mengecek

seluruh tepi untuk memastikan tidak ada benda-benda yang terhimpit oleh

tepian tutup panci presto.

Antisipasi lanjutan yaitu dengan cara mengecek panci presto setekah 30

menit dipanaskan, apakah sudah berbunyi atau belum. Jika sudah

mengeluarkan bunyi, dapat dipastikan proses pemrestoan beberapa jam

kedepan akan aman. Akan tetapi jika belum mengeluarkan bunyi maka

pemanasan dihentikan sejenak untuk melakukan pemeriksaan.

Adapun Antisipasi untuk resiko lainnya yaitu resiko kelangkaan bahan

baku, harga bahan baku yang fluktuatif, resiko penjualan yang sedang sepi,

produk titipan retur dan tidak laku, resiko dikomplain pelanggan dsb. Sikap

antisipatif yang dilakukan oleh para IKM antara lain yaitu melakukan

pembelian stok bahan baku berupa bandeng segar hingga mampu untuk

mencukupi beberapa hari produksi. Untuk menghadapi resiko harga yang

fluktuatif, sikap antisipatif yang diambil antara lain yaitu dengan cara

membeli ikan bandeng ssegar sebanyak mungkin pada saat dirasa harga akan

naik tajam.

34
Sedangkan untuk resiko penjualan yang sedang sepi dihadapi dengan

cara mengolah bandeng presto yang tidak laku pada hari itu menjadi aneka

masakan lainnya seperti botok dan kembali dijual pada keesokan harinya.

Ada pula IKM yang memasak ulang bandeng presto yang belum laku

kemudian disimpan dalam ice box agar tahan lama lalu kembali dijual pada

hari berikutnya. Dengan demikian kualitas bandeng tetap terjaga, dan

penjualan tetap berputar. Akan tetapi hal demikian jarang dijumpai sebab

hampir setiap hari pada keseluruhan IKM Bandeng Presto menjual habis

seluruh produknya di pasar sesuai kapasitas produksi masing-masing

produsen.

Dalam mengantisipasi perubahan pasar, produsen bandeng presto

berusaha mengembangkan produknya sesuai dengan selera dan permintaan

pasar seperti mempelajari bagaimana membuat otak-otak bandeng, bandeng

crispy, bandeng kremes dan bandeng vacuum untuk melayani pesanan

konsumen yang menginginkan ketahanan bandeng lama dan melayani

pesanan dari luar provinsi Jawa Tengah.

Dengan adanya antisipasi, dapat meminimalisir melambungnya biaya

resiko. Dengan minimnya biaya resiko yang dikeluarkan, maka dapat

meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menawarkan harga yang lebih

murah kepada konsumen. Sehingga dapat diketahui bawa indikator antisipasi

memiliki dampak positif terhadap indikator harga bersaing pada variabel

keunggulan bersaing.

35
Penelitian ini mendukung studi Jantunen et. al, (2005) yang menemukan

bahwa budaya kewirausahaan dan kemampuan organisasional merupakan sumber

yang potensial bagi keunggulan bersaing, dan juga sesuai dengan penelitian

Muchtolifah (2008) yang menyatakan bahwa sumberdaya manusia, orientasi pasar,

dan orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap strategi bersaing dan

kinerja Rumah Sakit.

4.3.3 Pengaruh Keunggulan bersaing terhadap Kinerja Pemasaran

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah bila keunggulan

bersaing semakin tinggi, maka kinerja pemasaran semakin meningkat. Tabel 4.14

menunjukkan bahwa parameter estimasi antara pengaruh keunggulan bersaing

terhadap kinerja pemasaran menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai t

hitung sebesar 2.603 lebih besar dari t tabel sebesar 1.648 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.013.

Dengan demikian hipotesis ketiga diterima, artinya bila. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan kinerja pemasaran dibangun oleh

keunggulan bersaing dengan indikator memiliki keunikan produk, produk

berkualitas, dan harga yang bersaing. Konsekuensinya akan meningkatkan kinerja

pemasaran berupa volume penjualan yang meningkat, jumlah pelanggan yang

bertambah serta kemampuan usaha memberikan laba kepada pemiliknya.

Keunikan produk makanan dapat dimunculkan dengan cara memberikan

keunikan pada rasa dan tekstur, keunikan kemasan dan keunikan variasi

difersivikasi produk. Kualitas produk makanan dapat ditingkatkan dengan cara

36
menjaga stabilitas keamanan bahan baku dan bahan penolong untuk dikonsumsi,

memproduksi dengan higienis sehingga dapat menambah daya tahan produk agar

lebih lama tanpa bahan pengawet yang berbahaya. Harga bersaing dapat diciptakan

melalui penghematan biaya pada saat proses produksi maupun dengan cara

meningkatkan kualitas produk pada harga yang sama dengan pesaing

Kemampuan memberikan nilai keunikan tersendiri pada produk tidak

mudah dimiliki secara instan oleh IKM. Perlu waktu untuk pembelajaran dan

penjiwaan atas usaha yang digelutinya. Pada Sentra Bandeng Presto di Kelurahan

Krobokan ditemukan beberapa keunikan yang berbeda-beda pada produsen. Ada

yang keunikannya berupa tidak adanya lapisan hitam pada daging ikan bandeng

presto karena pada saat proses produksi lapisan tersebut dibersihkan total. Ada pula

yang menggunakan daun bambu sebagai pewarna sekaligus kemasan primer

bandeng presto. Selain itu, penggunaan kemasan yang dibentuk menggembung

seperti badan ikan juga merupakan keunikan tersendiri bagi salah satu IKM

bandeng presto.

Keunikan produk yang dimiliki oleh bandeng presto “New Istiqomah” salah

satunya berupa dipromosikannya bandeng presto yang dikemas dengan vacuum

udara. Sehingga ketahanannya lebih lama. Dengan ketahanan yang lebih lama

tersebut, membuat jangkauan pasarnya lebih luas. Salah satu pelanggan baru adalah

K.H Sadeli di Kab Batang yang meminta suplai bandeng presto dalam jumlah

banyak untuk kebutuhan lauk bandeng presto secara periodik di pesantren yang

dimilikinya. Dengan demikian, keunikan produk mampu memberikan pengaruh

37
positif terhadap pertumbuhan pelanggan yang merupakan indikator dari variabel

kinerja pemasaran

Kualitas produk meliputi keutuhan bentuk bandeng presto (tidak mudah

patah / hancur), tekstur yang halus, ketahanan bandeng presto, kebersihan, dan rasa

yang khas juga merupakan aspek-aspek yang menjadi daya saing antar produsen

IKM. Semakin berpengalaman seorang produsen, mereka menyatakan akan

semakin mahir dan tahu bagaimana cara proses produksi untuk menghasilkan

kualitas yang lebih baik. Contohnya, pada Bandeng presto “Nidia”, Pak Amin

sebagai pemilik usahanya memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga kebersihan

tempat dan proses produksi, hanya menggunakan bahan baku yang bagus (tidak bau

lumpur) dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menolak berbagai pesanan.

Implikasinya, kepercayaan pelanggan meningkat dan jumlah volume pesanan oleh

pedagang juga meningkat. Saat ini, minimal perhari beliau mengolah 150 kwintal

bandeng presto per harinya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kualitas

produk dapat memberi pengaruh positif terhadap volume penjualan.

Selain keunikan produk dan kualitas produk yang mempengaruhi kinerja

pemasaran, harga yang bersaing juga merupakan salah satu indikator yang

berdampak pada kinerja pemasaran. Harga yang ditawarkan oleh produsen di sentra

ini bervariasi, tergantung pasar dan jumlah kapasitas produksi serta kecepatan

teknis produksi. Semakin banyak kapasitas produksi dan semakin cepat

mengolahnya akan mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Tingkat

efisiensi masing-masing IKM berbeda-beda. Dan harga yang mereka tawarkan

perkilo/per ekor pun juga tidak semuanya sama. Semakin keunikan, kualitas dan

38
harga bandeng tersebut sesuai dengan selera dan kemampuan konsumen maka

permintaan akan bandeng tersebut semakin banyak.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa harga yang ditawarkan

oleh bandeng presto “Nidia” dikarenakan sikap proaktif pemilik usaha untuk

mencari informasi sumber grosir bandeng mentah, maka harga jualnya lebih murah

dibanding dengan produsen lainnya. Meskipun terpaut hanya Rp 500 per ekor,

namun itu mampu mempengaruhi banyak pedagang untuk mengambil pasokan

bandeng presto dari “Nidia”. Hal tersebut berdampak pada kenaikan pertmbuhan

pelanggan dan volume penjualan. Dengan demikian, indiktor harga bersaing pada

variabel keunggulan bersaing, memiliki dampak positif terhadap kinerja pemasaran

pada indikator volume penjualan dan pertumbuhan pelanggan.

Penelitian ini mendukung studi Porter (1990,p.3) yang menjelaskan bahwa

keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi

persaingan. Dan juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mieke

Supranoto (2009) menyatakan bahwa keunggulan bersaing dapat dicapai melalui

orientasi pasar, inovasi, dan orientasi kewirausahaan, dimana keunggulan

bersaing yang dihasilkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja pemasaran.

39
4. 3.4 Pengaruh Inovasi terhadap Kinerja Pemasaran

Hipotesis ke empat yang diajukan dalam penelitian ini adalah bila inovasi

semakin tinggi, maka kinerja pemasaran semakin meningkat. Tabel 4.14

menunjukkan bahwa parameter estimasi antara pengaruh inovasi terhadap kinerja

pemasaran menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai t hitung sebesar 2.713

lebih besar dari t tabel sebesar 1.648 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.010.

Dengan demikian hipotesis ke empat diterima, artinya bila inovasi semakin

tinggi, maka kinerja pemasaran semakin meningkat. Hasil tersebut

mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan kinerja pemasaran dibangun oleh

inovasi dengan indikator kultur inovasi, inovasi teknis dan inovasi produk.

Konsekuensinya akan meningkatkan kinerja pemasaran berupa volume penjualan

yang meningkat, jumlah pelanggan yang bertambah serta kemampuan usaha

memberikan laba kepada pemiliknya.

Seperti pada yang telah disebutkan sebelumnya, inovasi produk pada Sentra

IKM Bandeng Presto Krobokan yang ditemukan oleh peneliti adalah adanya

pengembangan produk menjadi bandeng cabut duri, bandeng crispy, otak-otak

bandeng, botok. Kemudian inovasi pada kemasan berupa adanya kemasan primer

(plastik) dan kemasan sekunder (kardus) dengan design gambar yang dimodifikasi.

Selain itu juga berkembang hingga kemasan vacuum untuk menambah daya

ketahanan produk. Dibuktikan oleh Ibu Khoen Maryati, yang senantiasa melakukan

pengembangan dan perubahan (atau dengan kata lain, memiliki kultur inovasi) yang

pada tataran aplikasinya melakukan difersifikasi produk seperti yang disebutkan di

atas, bahkan hingga pembuatan kerupuk berbahan baku duri bandeng, saat ini

40
mampu merambah pasar hingga Jawa Barat dab DKI Jakarta. Denga demikian,

dapat disimpulkan bahwa kultur inovasi dan inovasi produk dapat memberikan

dampak positif terhadap pertumbuhan pelanggan.

Sedangkan pada tataran inovasi teknis, inovasi penggunaan panci presto

yang beralih pada LTHPC, membuat peningkatan pesat pada kecepatan produksi

bandeng presto di unit usaha Bapak Petrus. Sebelum beralih teknologi pada tahun

2010, per 4jam beliau hanya mampu memproduksi 70kg bandeng presto. Saat ini,

setelah melakukan inovasi teknis, unit usaha beliau mampu memproduksi hingga

2,5 kwintal per 4 jam. Sehingga Bapak Petrus siap menerima pesanan dan sanggup

melakukan penjualan hingga 3x lipat lebih banyak dibanding dengan tahun 2010.

Dengan demikian, terbukti inovasi teknis mampu memberikan sumbangan pada

peningkatan volume penjualan.

Penelitian ini mendukung studi yang dilakukan oleh Ginanjar Suhendro

(2010) yang menunjukkan bahwa inovasi produk dapat ditingkatkan dengan

meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi lintas fungsi.

Selanjutnya, inovasi produk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kinerja

pemasaran dan selanjutnya meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan.

4.3.5. Pengaruh Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Pemasaran

Hipotesis ke lima yang diajukan dalam penelitian ini adalah bila orientasi

kewirausaaan meningkat, maka kinerja pemasaran semakin tinggi. Tabel 4.14

menunjukkan bahwa parameter estimasi antara pengaruh orientasi kewirausahaan

terhadap kinerja pemasaran menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai t

41
hitung sebesar 3,053 lebih besar dari t tabel sebesar 1.648 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.004. Dengan demikian hipotesis kedua diterima, artinya bila

orientasi kewirausahaan meningkat, maka keunggulan bersaing perusahaan semakin

meningkat pula. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa untuk meningkatkan kinerja

pemasaran dibangun oleh orientasi kewirausahaan dengan indikator pengalaman

berusaha, proaktif, mengambil resiko, fleksibel dan antisipatif. Konsekuensinya

akan meningkatkan kinerja pemasaran berupa volume penjualan yang meningkat,

jumlah pelanggan yang bertambah serta kemampuan usaha memberikan laba

kepada pemiliknya.

Dengan sifat yang memiliki kecenderungan untuk berani mengambil resiko,

Pak Amin pemilik usaha “Nidia” pada awal usaha memutuskan untuk langsung

membeli bahan baku dalam partai besar (1 kwintal) dengan modal pinjaman,

dengan kerja keras yang beliau lakukan memberikan bukti kemampuan penjualan

yang tinggi dan kenaikan volume penjualan perhari hingga 50% dalam jangka

waktu 5 tahun. Dengan demikian, selain berdampak pada keunikan produk (pada

unit usaha “New istichomah” dan “Mutiara Hati”) kecenderungan sikap untuk

berani mengambil resiko terbukti mampu memberikan sumbangan peningkatan

volume penjualan.

Dalam hal pengalaman berusaha, hampir seluruh responden / produsen di

sentra ini menyatakan setuju bahwa mereka dinyatakan berpengalaman. Dan

jawaban pada pertanyaan terbuka pun memberikan data bahwa seluruh produsen

memiliki jumlah pelanggan yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Sekitar

70% produsen mengalamai kenaikan pelanggan sebanyak 5x lipat dalam jangka

42
waktu 10 tahun. Sisanya, mampu memiliki lebih dari 20x lipat pelanggan yang

lebih banyak dalam jangka waktu yang sama. Dengan demikian, pengalaman

berusaha mampu memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan pelanggan.

Sikap proaktif mencari peluang pasar, berani mengambil resiko, antisipatif

dan fleksibel terhadap perubahan selera dan permintaan pasar akan membuat

volume penjualan semakin meningkat dan bertambahnya pelanggan. Hal tersebut

dibuktikan dengan temuan di Sentra IKM Bandeng Presto Krobokan yang

menunjukkan bahwa IKM-IKM yang memiliki nilai penjualan tinggi, sesuai dengan

kriteria yang disebutkan di atas. Contoh kecenderungan sikap proaktif yang

ditibulkan di sentra ini adalah seperti keaktifan Bp Petrus dan Ibu Khoen Marjati

dalam mencari informasi pameran, bazar, dan kegiatan sejenis ke kantor Dinas

Perikanan dan Kelautan, juga ke kantor Disperindag. Hasilnya, dengan keaktifan

tersebut, mereka dapat meningkatkan volume penjualannya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sikap proaktif mencari informasi dan mencari peluang pasar

dapat berdampak positif terhadap volume penjualan yang merupakan indikator dari

kinerja pemasaran.

Sedangkan contoh sikap fleksibel ditunjukkan oleh Bapak Amin yang

berkomitmen untuk menerima apapun dan berapapun pesanan konsumen

yang mampu ia produksi dari bandeng. Hasilnya, pelanggan beliau

mengalami perluasan, tidak hanya pedagang, namun juga beberapa rumah

makan di sekitar Peterongan dan bahkan Swalayan Makro juga memasok

bandeng presto yang dijualnya dari Bapak Amin. Hal tersebut memberikan

bukti bahwa kecenderungan sikap untuk senantiasa fleksibel terhadap

43
pesanan dan selera pasar dapat memberikan sumbangan pada pertumbuhan

pelanggan.

Indikator yang terakhir, yaitu antisipatif, juga dapat mempengaruhi

peningkatan kemampulabaan perusahaan yang merupakan indikator dari

variabel kinerja pemasaran. Karea seperti yang telah dijabarkan pada sub bab

4.3.2 bahwa kecenderungan untuk selalu mengantisipasi kemungkinan buruk

yang muncul berdampak pada kemampuan untuj menekan biaya resiko.

Dengan biaya resiko yang minim, maka kemampulabaan perusahaan akan

meningkat.

Penelitian ini mendukung studi Andriani Suryanita (2006) yang menyatakan

bahwa orientasi kewirausahaan memberikan positif dan signifikan bagi kemampuan

dan kinerja pemasaran.

Berikut ini adalah gambaran keseluruhan hasil regresi menggunakan SPSS


17.0 for Windows :
Gambar 4.3
Hasil Path Analysis
Inovasi 0,336

(X1)
0,457 Keunggulan Kinerja
Bersaing 0,275 Pemasaran

(Y2)
(Y1)
0,428
Orientasi
Kewirausahaan 0,357
(X2)

Sumber : Dikembangkan dan diolah untuk penelitian ini, 2012

44
4.3.6. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total

Berdasarkan model penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat dijelaskan

bahwa untuk meningkatkan keunggulan bersaing, pengaruh langsung, tidak

langsung dan total nampak pada Tabel 4.15

Tabel 4.15
Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total

No Pengaruh Variabel Inovasi Orientasi Keunggulan


kewirausahaan Bersaing
1. Langsung Keunggulan Bersaing 0,457 0,428 0,000
Tak Langsung 0,000 0,000 0,000
Total 0,457 0,428 0,000
2. Langsung Kinerja Pemasaran 0,336 0,375 0,275
Tak Langsung 0,126 0,118 0,000
Total 0,4622 0,4931 0,2753
Sumber: Data primer yang diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 4.15 pengaruh langsung, tidak langsung dan total studi

ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peningkatan Keunggulan Bersaing

Peningkatan keunggulan bersaing dipengaruhi oleh secara langsung

oleh inovasi sebesar 0,457 dan oleh orientasi kewirausahaan sebesar 0,428.

Pengaruh tidak langsung tidak nampak dalam model tersebut, karena variabel

inovasi dan orientasi kewirausahaan merupakan jenjang pertama.

45
2. Peningkatan Kinerja Pemasaran

Peningkatan kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung oleh

variabel inovasi sebesar 0,336 dan oleh orientasi kewirausahaan sebesar 0,375.

Kemudian pengaruh secara langsung keunggulan bersaing terhadap kinerja

pemasaran sebesar 0,275. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel orientasi

kewirausahaan mempunyai pengaruh dominanan secara langsung terhadap

kinerja pemasaran. Kemudian pengaruh tidak langsung variabel inovasi

terhadap kinerja pemasaran melalui keunggulan bersaing sebesar 0,126. Dan

pengaruh tidak langsung orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran

melalui keunggulan bersaing adalah sebesar 0,118.

Kemudian, pengaruh total peningkatan kinerja pemasaran yang

dipengaruhi oleh orientasi kewirausahaan adalah sebesar 0,493, oleh inovasi

sebesar 0,462 dan oleh keunggulan bersaing sebesar 0,275

Berdasarkan pengaruh langsung, tidak langsung dan pengaruh total,

nampak pada Tabel 4.15 menunjukkan bahwa peningkatan kinerja pemasaran

dapat di rangking sebagai berikut :

a. Kinerja pemasaran dipengaruhi orientasi kewirausahaan melalui

keungulan bersaing sebesar 49.3%.

b. Kinerja pemasaran dipengaruhi inovasi melalui keunggulan bersaing

sebesar 46.2%

c. Kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung oleh orientasi

kewirausahaan sebesar 37,5%

46
d. Kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung oleh inovasi sebesar

33,6%

e. Kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung keunggulan bersaing

sebesar 27,5%

Dari analisis regresi yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui bahwa

pengaruh keunggulan bersaing terhadap kinerja pemasaran secara langsung adalah

sebesar 0,275. Sedangkan pengaruh langsung yang diberikan oleh inovasi terhadap

kinerja pemasaran adalah sebesar 0,336. Pengaruh langsung tersebut lebih besar

dari pengaruh tidak langsungnya melalui keunggulan bersaing yaitu sebesar 0,118.

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh langsung inovasi terhadap kinerja pemasaran

lebih besar dibandingkan dengan pengaruh tidak langsungnya melalui variabel

keunggulan bersaing.

Disamping itu, kinerja pemasaran juga mendapatkan pengaruh langsung dari

variabel orientasi kewirausahaan sebesar 0,375. Pengaruh langsung ini juga lebih

besar dari pengaruh tidak langsungnya terhadap kinerja pemasaran melalui

keunggulan bersaing yaitu sebesar 0,126. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh langsung yang lebih besar terhadap

kinerja pemasaran dibanding dengan pengaruh tidak langsungnya melalui variabel

keunggulan bersaing.

Berdasarkan survey di lapangan, dalam hal inovasi, tidak seluruh IKM di

sentra ini menitik beratkan pada aspek tersebut. Mereka berpendapat bahwa tanpa

berinovasipun produk mereka tetap laku terjual habis. Hal tersebut mereka

47
sampaikan tanpa menyadari bahwa kapasitas penjualan mereka tergolong sedikit

bila dibandingkan dengan kapasitas penjualan pesaingnya yang melakukan inovasi.

Di sisi lain, beberapa IKM yang memiliki kultur inovasi, melakukan inovasi produk

dan teknis, menunjukkan peningkatan volume penjualan yang berkesinambungan

dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut tentunya diiringi oleh pertumbuhan

pelanggan dan berdampak pada jumlah laba yang meningkat pula.

Sedangkan dalam aspek keunggulan bersaing yang meliputi keunikan produk,

kualitas produk dan harga yang bersaing, tiap-tiap IKM berbeda strategi. Sebagian

besar menekankan pada harga yang murah dengan mengesampingkan keunikan

produk. Sebagian kecil mengutamakan keunikan dan kualitas produk dan memilih

untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi kepada segmen pasar yang lebih

berkelas. Masing masing strategi tersebut memiliki target market yang berbeda.

Akan tetapi cara yang demikian (produk unik atau produk berharga murah) tidak

terlalu besar dampaknya terhadap peningkatan kinerja pemasaran apabila produsen

pasif dan tidak proaktif menangkap peluang pasar.

Namun demikian, sebagian besar pelaku home industry di Sentra IKM

Bandeng Presto Kelurahan Krobokan memiliki jiwa kewirausahaan yang terbentuk

di dalam diri mereka baik mereka sadari maupu tidak, baik karena faktor

lingkungan (usaha turun temurun) maupun karena faktor keterdesakan ekonomi.

Mulai dari keberanian dalam menjalankan usaha, keberanian mengambil resiko,

proaktif mencari peluang pasar, sikap fleksibel terhadap permintaan konsumen, dan

antisipatif terhadap resiko yang mungkin muncul mereka tunjukkan dalam

mengelola usaha. Ternyata hal tersebut memberikan pengaruh langsung yang lebih

48
besar terhadap peningkatan volume penjualan bandeng presto, pertumbuhan

pelanggan, dan kemampuan usaha dalam memberikan laba kepada pemiliknya

dibandingkan dengan pengaruh tidak langsungnya melalui variabel keunggulan

bersaing yang dibangun oleh variabel keunikan produk, kualitas produk dan harga

yang bersaing.

49
BAB V

PENUTUP

Bab penutup ini menguraikan tentang simpulan hasil penelitian, saran,

keterbatasan penelitian dan agenda penelitian mendatang.

5.1. Simpulan

Masalah penelitian dalam studi ini adalah “Bagaimana meningkatkan

kinerja pemasaran melalui optimalisasi keunggulan bersaing”. Berdasarkan

pengujian hipotesis yang dianalisis menggunakan Software SPSS 17, maka

peningkatan kinerja pemasaran disimpulkan bagai berikut :

a) Peningkatan kinerja pemasaran dipengaruhi secara tidak langsung oleh

inovasi melalui keunggulan bersaing. Hal tersebut nampak pada gambar

berikut:

INOVASI KEUNGGULAN KINERJA


BERSAING PEMASARAN

b) Peningkatan kinerja pemasaran dipengaruhi secara tidak langsung oleh

orientasi kewirausahaan melalui keunggulan bersaing. Hal tersebut

digambarkan pada bagan di bawah ini:

ORIENTASI KEUNGGULAN KINERJA


KEWIRAUSAHAAN BERSAING PEMASARAN

50
c) Peningkatan kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung oleh

keunggulan bersaing. Hal tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini :

KEUNGGULAN KINERJA
BERSAING PEMASARAN

d) Peningkatan kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung oleh inovasi.

Hal tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini :

INOVASI KINERJA
PEMASARAN

e) Peningkatan kinerja pemasaran dipengaruhi secara langsung oleh orientasi

kewirausahaan. Hal tersebut digambarkan pada bagan di bawah ini :

ORIENTASI KINERJA
KEWIRAUSAHAAN PEMASARAN

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah diajukan dengan Software SPSS

17.0 for Windows, simpulan hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Bila inovasi semakin meningkat, maka keunggulan bersaing semakin

meningkat pula, artinya peningkatan keunggulan bersaing dibangun

oleh indikator-indikator inovasi yang mencakup kultur inovasi,

inovasi produk dan inovasi teknis.

2. Bila orientasi kewirausahaan meningkat, maka keunggulan bersaing

semakin tinggi, artinya peningkatan keunggulan bersaing dibangun

oleh indikator-indikator orientasi kewirausahaan yang mencakup:

51
pengalaman berusaha, proaktif, berani mengambil resiko, fleksibel dan

antisipatif.

3. Bila keunggulan bersaing meningkat, maka kinerja pemasaran

meningkat, artinya peningkatan kinerja pemasaran dibangun oleh indikator-

indikator keunggulan bersaing yang mencakup keunikan produk,

kualitas produk dan harga yang bersaing.

4. Bila inovasi meningkat, maka kinerka pemasaran akan meningkat

pula. Artinya peningkatan kinerja pemasaran dibangun oleh indikator-

indikator inovasi yang meliputi kultur inovasi, inovasi produk dan

inovasi teknis.

5. Bila orientasi kewirausahaan meningkat maka akan meningkatkan

kinerja pemasaran. Hal ini berarti peningkatan kinerja pemasaran

dibangun oleh indikator-indikator yang meliputi pengalaman berusaha,

proaktif, berani mengambil resiko, fleksibel dan antisipatif.

6. Terdapat pengaruh langsung dari variabel inovasi dan orientasi

kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran. Terdapat pula pengaruh

tidak langsung dari variabel inovasi dan orientasi kewirausahaan

terhadap kinerja pemasaran melalui keunggulan bersaing. Pengaruh

langsung oleh inovasi dan orientasi kewirausahaan lebih besar dari

pada pengaruh tidak langsungnya melalui keunggulan bersaing

terhadap kinerja pemasaran.

52
5.2. Saran

1. Berkaitan dengan variabel inovasi dibutuhkan penguatan kultur inovasi dan

pengembangan inovasi produk serta teknis yang sifatnya terpola, terarah dan

terencana. Hal ini diperlukan dalam menghadapi persaingan yang semakin

ketat

2. Pada variabel orientasi kewirausahaan, diperlukan visi dan misi ke depan

dalam sikap proaktif mencari peluang pasar dan peluang perluasan usaha

guna membangun industri yang lebih besar dari skala mikro ke kecil, dari

skala kecil ke menengah. Karena semakin banyak tenaga kerja yang terserap

berarti semakin membantu pemerintah Indonesia menangani pengangguran.

3. Pada keunggulan bersaing, dalam hal peningkatan kualitas produk, sangat

perlu memperhatikan penerapan sanitasi dan higieni pada proses pengolahan

ikan bandeng presto beserta produk diferensiasinya. Hal ini diperlukan

untuk meningkatkan keamanan pangan yang dikonsumsi oleh konsumen

juga meningkatkan kepercayaan pelanggan.

4. Dalam hal kinerja pemasaran, informasi-informasi dari pelanggan dapat

dimanfaatkan untuk perluasan jaringan pemasaran dan promosi produk. Hal

tersebut perlu dilakukan agar volume penjualan terus meningkat untuk

menjaga kontinuitas dan pengembangan produksi

53
5.3. Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini berikut agenda penelitian

mendatang dapat disarikan sebagaimana berikut ini:

1. Hasil pengujian Goodness of fit pada kinerja pemasaran sebagai variabel

dependennya, Ajusted R Square sebesar 86,7 %, sedangkan sisanya

sebesar 13.3 % di jelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam studi

ini. Kemudian pada keunggulan bersaing sebagai variabel dependennya,

Ajusted R Square sebesar 72,4 %, sedangkan sisanya sebesar 27,6 % di

jelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam studi ini

2. Meskipun metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara menyebar kuesioner disertai dengan wawancara langsung,

subyektifitas responden tetap sulit dihindari karena tiap-tiap produsen

cenderung mengunggulkan usaha yang dimilikinya.

3. Hampir senada dengan penelitian ini, pada penelitian lain yang dilakukan

oleh Madhoushi,dkk (2011) menemukan adanya hubungan antara

entrepreneurial orientation dengan innovation. Hal ini menarik untuk

dijadikan sebagai dasar penelitian yang akan datang, yaitu menganalisis

hubungan kinerja pemasaran yang dipegaruhi oleh orientasi kewirausahaan

melalui inovasi.

54
DAFTAR PUSTAKA

Amabile, Teresa M.1996. “Assesing The Work Environment For Creativity”.


Academy of Management Journal. p.154-1184.

Bharadwaj, Sundar G, P.R.Varadarajan, & Fahly, Jihn. 1993. “Sustainable


Competitive Advantage in Service Industries: A Conceptual Model and
Research Propositions“. Journal of Marketing. Vol.57,Oktober,p.83-99.

Dewi, Sensi Tribuana.2006. “Analisis Pengaruh Orientasi Pasar Dan Inovasi


Produk Terhadap Keunggulan Bersaing Untuk Meningkatkan Kinerja
Pemasaran (Studi Pada Industri Batik Di Kota Dan Kabupaten
Pekalongan)”. Published, Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ehmke, Cole.2008. “Strategies for Competitive Advantage”. Paper of


Agricultural and Applied Economics Department, University of
Wyoming, Amerika.

Jogiyanto.2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : BPFE.

Ghozali, Imam.2006. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang :


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam.2009. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS


17. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamel, Gary & CK Prahalad. (1991). “Competing For The Future”. Boston:
Harvard Business School Press.

Madhoushi, Mehrdad et. al.2011. “Entrepreneurial Orientation and Innovation


Performance: The Mediating Role of Knowledge Management”. Asian
Journal of Business Management 3(4): 310-316

Morris, H.Michael, Pamela S Lewis.(1995). “The Determinants of


Entrepreneurial Activity, Implication for Marketing”. European
Journal of Marketing. Vol.29,No.7.

55
Priyatno, Duwi.2002.Buku Saku Analisis Statistik Data SPSS. Yogyakarta :
Mediakom

Song X. Michael and Parry M.E., 1997., “The Determinants of Japanese New
Product Successes”. Journal of Marketing Research, Vol. XXXIV
February 1997. Pp. 64-76.

Suhendro, Ginanjar. 2010. “Analisis Pengaruh Inovasi Produk Melalui Kinerja


Pemasaran Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan
(Studi Pada IKM Batik Pekalongan)”. Published, Tesis S2, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Supranoto, Meike, 2009. “Strategi Menciptakan Keunggulan Bersaing Produk


Melalui Orientasi Pasar, Inovasi, dan Orientasi wirausahaan dalam
Rangka Meningkatkan Kinerja Pemasaran (Studi empiris pada :
Pakaian Jadi Skala Kecil dan Menengah di Kota Semarang)”. Published
Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang.

Suryanita, Andriani. 2006. “Analisis Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Dan


Kompetensi Pengetahuan Terhadap Kapabilitas Untuk Meningkatkan
Kinerja Pemasaran (Studi pada Industri Pakaian Jadi Kota Semarang)”.
Published, Tesis S2, Universitas Diponegoro, Semarang.

Tambunan, Manggara & Djaimi Bakce.2010.Rekonstruksi Strategi


Industrialisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wahyono. (2002). “Orientasi Pasar dan Inovasi: Pengaruhnya Terhadap


Kinerja Pemasaran”. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia.
Vol.1,No.1,Mei.

56
Lampiran 1 : Kuesioner

Petunjuk :
Berikan penilaian Bapak/ Ibu/ Saudara selama menekuni usaha bandeng presto
dengan kriteria sebagai berikut :

Sangat Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sangat Setuju


Setuju (STS) (SS)

A. Keunggulan Bersaing

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Bandeng Presto produksi kami STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
memiliki perbedaan dibanding
bandeng presto lainnya
Perbedaannya adalah ...............................................................................................................
2 Kami memproduksi bandeng STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
presto dengan rasa yang
enak, penampilan menarik,
dan juga
higienis
Contohnya ................................................................................................................................
3 Harga bandeng presto kami STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
lebih murah dari harga
bandeng presto pada
umumnya
Yaitu Rp .................................. Sedangkan umumnya Rp ..................................................

B. Inovasi

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Kami memiliki kebiasaan membuat STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
pengembangan bandeng presto
Misalnya .............................................................................................................................................
2 Kami memiliki perbedaan dengan STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
pesaing dalam hal teknis
produksi
Perbedaannya adalah ...........................................................................................................
3 Kami mampu menghasilkan variasi STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
baru dari bandeng presto yang sesuai
dengan keinginan masyarakat
Misalnya ................................................................................................................................................

57
C. Orientasi Kewirausahaan

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Kami memiliki pengalaman dalam STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
melakukan usaha ini

Bergelut dalam usaha ini sudah selama ......................................................................................

2 Kami berusaha aktif mencari informasi STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS


yang terkait dengan peluang pasar

Informasi biasanya dieroleh dari .....................................................................................................


3 Kami berani mengambil resiko STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS

Contoh pengalaman
....................................................................................................................................................................

4 Kami bersedia mengikuti perubahan STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS


sesuai dengan permintaan pasar

Contoh perubahan .................................................................................................................

5 Kami melakukan antisipasi terhadap STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS


kemungkinan pesanan yang banyak,
atau penjualan yang sepi atau
kelangkaan bahan baku

Contoh antisipasi nya .............................................................................................................

D. Kinerja Pemasaran

NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Jumlah bandeng presto yang kami STS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SS
jual mengalami kenaikan dari tahun
ke
tahun

Pada tahun ....................... penjualan sebesar...........................kg / perhari/mgu


Pada tahun ....................... penjualan sebesar...........................kg / perhari/mgu
Pada tahun ....................... penjualan sebesar...........................kg / perhari/mgu

58
2 Pelanggan bandeng presto kami mengalami STS 1 2 3 4 5 6 7 8
penambahan dari tahun ke tahun
9 10 SS

Pada awal usaha pelanggan berjumlah sekitar ........................................................................


Saat ini, pelanggan berjumlah sekitar ...........................................................................................
3 Hasil penjualan bandeng presto yang kami STS 1 2 3 4 5 6 7 8
produksi, mampu memberikan laba kepada usaha
9 10 SS
kami

Keuntungan sebesar...................%

*** TERIMAKASIH ***

59
Lampiran 2 : Statistik Deskriptif

60
Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Reliability

61
62
Lampiran 4 : Uji Fdan t

Regression

63
Regression

64
65
66

Anda mungkin juga menyukai

  • Strategi Meningkatkan Kinerja Guru
    Strategi Meningkatkan Kinerja Guru
    Dari Everand
    Strategi Meningkatkan Kinerja Guru
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Triagil Azhari
    Belum ada peringkat
  • Teori Sem PLS 2
    Teori Sem PLS 2
    Dokumen8 halaman
    Teori Sem PLS 2
    hany irsalina
    Belum ada peringkat
  • Bab III Final Revisi
    Bab III Final Revisi
    Dokumen12 halaman
    Bab III Final Revisi
    Timor Saja
    Belum ada peringkat
  • Rumus Slovin
    Rumus Slovin
    Dokumen12 halaman
    Rumus Slovin
    Hanung Firman
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    ade rohman
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Mohammad Lutfi
    Belum ada peringkat
  • 05.3 Bab 3
    05.3 Bab 3
    Dokumen14 halaman
    05.3 Bab 3
    GERIPATLI MALACOPPO
    Belum ada peringkat
  • BAB III Ayu Kurnia
    BAB III Ayu Kurnia
    Dokumen14 halaman
    BAB III Ayu Kurnia
    kimsum9990
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Widyaa
    Belum ada peringkat
  • Tugas Akhir Riset - Iguh Milenia Suhendra - 19200215 - MNJ05
    Tugas Akhir Riset - Iguh Milenia Suhendra - 19200215 - MNJ05
    Dokumen15 halaman
    Tugas Akhir Riset - Iguh Milenia Suhendra - 19200215 - MNJ05
    Namuu
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    Fransisca Eprilia Nurhamidin
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii - Metode Penelitian
    Bab Iii - Metode Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii - Metode Penelitian
    Febrina kasih Cahyani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Misnawati Ali
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    jefri Casper
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Willy Kharisma
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii
    Oki Prima
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii PDF
    Bab Iii PDF
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii PDF
    Humaira Mee
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix
    Bab Iii Fix
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii Fix
    Siti Alfiah
    Belum ada peringkat
  • BAb 1
    BAb 1
    Dokumen7 halaman
    BAb 1
    Mustakim Jhe
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen9 halaman
    Bab 3
    sri Mulyani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Puma Lydiaa
    Belum ada peringkat
  • Data Jurnal Statistik
    Data Jurnal Statistik
    Dokumen11 halaman
    Data Jurnal Statistik
    Nanda Nafrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Raymon Lingga
    Belum ada peringkat
  • Tugas Membuat Rancangan Metode Penelitian
    Tugas Membuat Rancangan Metode Penelitian
    Dokumen13 halaman
    Tugas Membuat Rancangan Metode Penelitian
    Emi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    sae grp
    Belum ada peringkat
  • Jiptummpp GDL Hadianfata 47822 4 Babiii PDF
    Jiptummpp GDL Hadianfata 47822 4 Babiii PDF
    Dokumen12 halaman
    Jiptummpp GDL Hadianfata 47822 4 Babiii PDF
    Ahmad Jaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen20 halaman
    Bab 3
    Isal Ardhi
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    Irsan Hasibuan
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen12 halaman
    Bab III
    Firman Zamili00
    Belum ada peringkat
  • 05.3 Bab 3
    05.3 Bab 3
    Dokumen10 halaman
    05.3 Bab 3
    Van Guan Lin
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Novita Suharman
    Belum ada peringkat
  • G. BAB III
    G. BAB III
    Dokumen11 halaman
    G. BAB III
    jhon mark fidel
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix
    Bab Iii Fix
    Dokumen12 halaman
    Bab Iii Fix
    Toko Milenial
    Belum ada peringkat
  • Bissmillah Semhas Arif
    Bissmillah Semhas Arif
    Dokumen21 halaman
    Bissmillah Semhas Arif
    Arif Heryanto
    Belum ada peringkat
  • 15 Bab Iii
    15 Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    15 Bab Iii
    nora gusti
    Belum ada peringkat
  • G. Bab Iii
    G. Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    G. Bab Iii
    Sindi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen11 halaman
    Bab 3
    wafi yulanas
    Belum ada peringkat
  • BAB III New
    BAB III New
    Dokumen10 halaman
    BAB III New
    Starnet Corp
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen14 halaman
    Bab Iii
    Starnet Corp
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Revisi
    Bab Iii Revisi
    Dokumen23 halaman
    Bab Iii Revisi
    Notaris One Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • BAB III METODE PENELITIAN Bismillah
    BAB III METODE PENELITIAN Bismillah
    Dokumen11 halaman
    BAB III METODE PENELITIAN Bismillah
    Yulia Rizky Hasibuan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    fajar.meteo
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Rakatama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen5 halaman
    Bab Iii
    Sanjaya Alberto
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen12 halaman
    Bab 3
    Reni Mer
    Belum ada peringkat
  • BAB3
    BAB3
    Dokumen7 halaman
    BAB3
    Zakky Sugis
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Andreas Juan
    Belum ada peringkat
  • Contoh Bab LLL Pada Skripsi Manajemen Keuangan
    Contoh Bab LLL Pada Skripsi Manajemen Keuangan
    Dokumen16 halaman
    Contoh Bab LLL Pada Skripsi Manajemen Keuangan
    Ahmad Tlg
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    fadilatul munawwaroh
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Penelitian
    Rancangan Penelitian
    Dokumen9 halaman
    Rancangan Penelitian
    Kenny Juliando Wongkaren
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii
    sintya
    Belum ada peringkat
  • Akdon Dan Riduwan 2010 Rumus Populasi Tidak Diketahui
    Akdon Dan Riduwan 2010 Rumus Populasi Tidak Diketahui
    Dokumen18 halaman
    Akdon Dan Riduwan 2010 Rumus Populasi Tidak Diketahui
    Rios
    40% (5)
  • Bab Iii Metode Penelitian-Salmya
    Bab Iii Metode Penelitian-Salmya
    Dokumen8 halaman
    Bab Iii Metode Penelitian-Salmya
    Salmya Abdillah
    Belum ada peringkat
  • (Bab Iii) Proposal Skripsi Kuantitatif
    (Bab Iii) Proposal Skripsi Kuantitatif
    Dokumen6 halaman
    (Bab Iii) Proposal Skripsi Kuantitatif
    Aulia Saleha
    100% (1)
  • BAB 3 NEW Dimas
    BAB 3 NEW Dimas
    Dokumen24 halaman
    BAB 3 NEW Dimas
    Sahlun Nasar
    Belum ada peringkat
  • 05.3 Bab 3
    05.3 Bab 3
    Dokumen12 halaman
    05.3 Bab 3
    Aryadi Aryadi
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen8 halaman
    Bab 3
    M Aqshal Yusrizal
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen16 halaman
    Bab Iii
    Tobirama Senju
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen17 halaman
    Bab 3
    Ferdinandus Felix Tasaeb
    Belum ada peringkat
  • RPS - Studi Ekonomi Pembangunan Islam MT UT
    RPS - Studi Ekonomi Pembangunan Islam MT UT
    Dokumen10 halaman
    RPS - Studi Ekonomi Pembangunan Islam MT UT
    Irfanunnisa Anis Tsalits Hartanty
    Belum ada peringkat
  • Panduan Artikel TA 2020
    Panduan Artikel TA 2020
    Dokumen3 halaman
    Panduan Artikel TA 2020
    itsponiah
    Belum ada peringkat
  • Guru Agama 1
    Guru Agama 1
    Dokumen4 halaman
    Guru Agama 1
    Irfanunnisa Anis Tsalits Hartanty
    Belum ada peringkat
  • Hukum Senam Yoga
    Hukum Senam Yoga
    Dokumen4 halaman
    Hukum Senam Yoga
    Irfanunnisa Anis Tsalits Hartanty
    Belum ada peringkat
  • H4 Thesis Anis
    H4 Thesis Anis
    Dokumen4 halaman
    H4 Thesis Anis
    Irfanunnisa Anis Tsalits Hartanty
    Belum ada peringkat
  • RPS Lab e Marketing
    RPS Lab e Marketing
    Dokumen6 halaman
    RPS Lab e Marketing
    Irfanunnisa Anis Tsalits Hartanty
    Belum ada peringkat
  • RPS Pengantar Budgetting
    RPS Pengantar Budgetting
    Dokumen7 halaman
    RPS Pengantar Budgetting
    Irfanunnisa Anis Tsalits Hartanty
    Belum ada peringkat