Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOKIMIA

METABOLISME PROTEIN
Dosen Pengampu: Apt. Erna Susanti M.Farm

Disusun Oleh
Kelompok 2:
1.Andika Bella P.P (231030790817)
2.Hilda Anggraeni (231030790817)
3.Indah Rinita D. (231030790817)
4.Rahma Ayu N. (231030790817)

PRODI : S1 FARMASI KLINIK & KOMUNITAS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG SELATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan masalah ini, shalawat beserta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.

Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Metabolisme Protein” ini penulis tidak
lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah penyusunan ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memberikan pengetahuan atau ilmu baru kepada pembaca. Penulis menyadari
bahwadalam penulisan makalah ini masihterdapatkekurangansehingga penulis mengharap
kritik dan saran yang mendukung untuk memperbaiki makalah penulisan selanjutnya.

Tangerang Selatan, 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6


2.1 Sintesis Asam Amino...............................................................................................6
2.2 Siklus Urea..............................................................................................................7
2.3 Sintesis Protein........................................................................................................9
2.4 Regulasi Sintesis Protein.........................................................................................12
2.5 Pengatur Aktivitas Gen............................................................................................14
BAB III PENUTUP..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti "barisan pertama". Kata
yang diciptakan oleh Jons J. Barzelius pada tahun 1938 untuk menekankan pentingnya
golongan ini. Struktur protein merupakan sebuah struktur biomolekuler dari suatu
molekul protein. Setiap protein, khususnya polipeptida merupakan suatu polimer yang
merupakan urutan yang terbentuk dari berbagai asam L-α-amino (urutan ini juga disebut
sebagai residu). Perjanjiannya, suatu rantai yang panjangnya kurang dari 40 residu
disebut sebagai polipeptida, bukan sebagai protein
protein merupakan struktur untuk menempatkan gugusan-gugusan kimia reaktif dalam
pola tiga dimensi tertentu serta untuk mengatur cara pencapaiannya. Bertolak dari
pengertian ini ada 3 hal yang perlu dipelajari: 1) pemahaman terbentuknya protein,
2) memahani susunan pola protein dan 3) menjelaskan bagaimana protein dengan pola-
pula tertentu dapat melaksanakan fungsi biologis (Bourke,S.L.K.,et.al 2003).
Protein dalam sel hidup terus menerus diperbaharui melalui proses pertukaran protein,
yaitu suatu proses berkesinambungan yang terdiri atas penguraian protein yang sudah ada
menjadi asam amino bebas dan resintesis selanjutnya dari asam-asam amino bebas
menjadi protein. Dalam tubuh sekitar 1-2 % protein mengalami peruraian setiap hari.
Sekitar 75- 80 % dari asam amino yang dibebaskan akan digunakan kembali untuk
sintesis protein yang baru. Nitrogen sisanya akan dikatabolisasi menjadi urea (pada
mamalia) dan kerangka karbon bagi senyawa-senyawa amfi bolik (Murray,K., 2002).
Untuk mempertahankan kesehatan, manusia memerlukan 30- 60 g protein setiap hari
atau ekivalen dalam bentuk asam amino bebas. Secara umum metabolisme protein dapat
dilihat pada Gambar 2.1. Asam-asam amino yang berlebih tidak akan disimpan, tetapi
diuraikan dengan cepat. Di dalam sel, protein akan diuraikan menjadi asam-asam amino
oleh protease dan peptidase. Protease intrasel akan memutus ikatan peptida internal
protein sehingga terbentuk senyawa peptida (Murray,K., 2002).
Selanjutnya, oleh peptidase, peptida tersebut akan diuraikan menjadi asam-asam amino
bebas. Endopeptidase akan memutus ikatan peptida internal sehingga terbentuk peptida-
peptida yang lebih pendek, selanjutnya ammopeptidase dan karboksipeptidase akan
membebaskan asam-asam amino masing-masing dalam gugus terminal-N dan -Cpada
peptida-peptida tersebut. Penguraian protein seperti yang disebutkan di atas adalah untuk
protein ekstrasel dan intrasel yang mana penguraiannya tidak memerlukan ATP (Gb. 2.2).
Untuk protein yang berusia pendek dan yang abnormal penguraiannya terjadi pada
sitosol dan memerlukan ATP atau ubikuitin. Asam amino yang terbentuk dari katabolisme
protein ini akan dimetabolisasi menjadi ammonia dan kerangka karbon. Selanjutnya
kerangka karbon akan ikut dalam siklus asam sitrat (TCA) dan glukoneogenesis.
Sedangkan ammonia akan mengalami sintesis membentuk urea atau membentuk asam
amino baru ((Bourke,S.L.,et.al. 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa resolusi metabolisme protein?
2.Apa yang dimaksud dengan reaksi metabolisme protein?
3.Apa proses metabolisme protein dalam tubuh?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi metabolisme protein
2. Memahami pareaksi metabolisme asam amino
3. Mengtahui proses metabolisme protein dalam tubuh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sintesis Asam Amino


Hanya sedikit organisme yang dapat mengubah nitrogen bebas (N2 ) menjadi
senyawa biologis yang berguna seperti NH3 , oleh karenanya organisme umumnya
menggunakan nitrogen dari asam amino. Pada umumnya, asam amino dimetabolisasi di
hepar (Gambar 2.2). Ammonia yang dihasilkan didaur ulang dan digunakan untuk
bermacam-macam proses biosintesis, kelebihannya akan dibuang sebagai urea. Kelebihan
ammonia yang dihasilkan oleh jaringan ekstrahepatik akan diangkut ke hepar (dalam
bentuk gugus amino) untuk diubah menjadi senyawa yang bisa diekskresi. Di dalam
katabolisme ini, asam amino glutamat dan glutamin berperan penting, Gugus amino dari
asam amino akan dialihkan ke Į-keto glutamat membentuk glutamat (terjadi disitosol).
Selanjutnya, glutamat akan diangkut ke mitokondria dan gugus amino dilepaskan berupa
NH4 . Kelebihan ammonia jaringan lain akan diubah menjadi glutamin lalu diangkut ke
mitokondria hepar. Kelebihan gugus amino di jaringan otot dialihkan ke piruvat,
karenanya piruvat berubah menjadi alanin yang selanjutnya akan dibawa ke mitokondria
hepatosit untuk dilepas gugus NH4 nya. Manusia merupakan makhluk ureotelik artinya
dapat mengubah nitrogen asam amino menjadi urea yang tidak toksik dan mudah larut
dalam air. Biosintesis urea (Gb.2.4) dibagi menjadi 4 tahap: (1), Transminasi, (2),
Deaminasi oksidatif, 3) Pengangkutan amonia dan (4) Reaksi siklus urea. Asam-asam
amino yang telah kehilangan gugus amino, kerangka karbonnya akan mengikuti siklus
glukoneogenesis. Asam-asam amino yang demikian ini disebut sebagai asam amino
glukogenik (ala, ser, cys, gly, thre, glu, arg, pro, his, val, meth, dan asp

2.2 Siklus Urea


Manusia setiap harinya harus mensekresikan nitrogen. Sekitar 95% ekskresi nitrogen
itu dilakukan oleh ginjal dan 5% sisanya melalui feses. Lintasan utama ekskresi nitrogen
pada manusia adalah urea. Urea disintesis dalam hati, dilepas dalam darah dan
dihersihkan oleh ginjal. Siklus urea dimulai di mitokondria sel hepatosit. Pembentukkan
urea dari ammonia terdiri atas 5 tahap, 3 di antaranya berlangsung disitosol Gugus amino
yang pertama kali memasuki siklus urea berasal dari ammonia yang terdapat dalam
mitokondria, yaitu yang berasal dari bermacam alur yang telah diuraikan sebelumnya.
Sebagian berasal dari usus (melalui vena porta) yang merupakan hasil oksidasi bakteri.
Tidak memperhatikan dari mana asalnya ion NH4 yang berada di dalam mitokondria akan
bereaksi dengan HCO3 - (hasil respirasi mitokondria) membentuk karbamoilfosfat.
Reaksi ini memerlukan ATP dan dikatalisis oleh enzim karbamoil fosfatasintetase 1.
Sclanjutnya, karbamoilfosfat akan masuk ke siklus urea dan akan mengalami 4 reaksi
enzimatik. Senyawa ini memberikan gugus karbamoilnya ke ornitin sehingga terbentuk
sitrulin dan melepaskan fosfor anorganik Pi. Reaksi ini dikatalisis ornitin
transkarbamilase. Kemudian sitrulin akan dilepas ke sitosol.

Selanjutnya, setelah sampai di mitokondria hepar, glutamin akan diurai menjadi glutamat
dan ammonia oleh enzim glutaminase (Gb. 2.7). Glutamin selain berfungsi sebagai alat
transport ammonia juga berfungsi sebagai sumber gugus amino bagi bermacam-macam
reaksi biosintesis.

Gugus amino kedua berasal dari aspartat (dihasilkan di mitokondria) oleh proses
transammase dan diangkut ke sitosol). Gugus amino dari aspartat akan berkondensasi
dengan gugus ureido (karbonil) dari sitrulin membentuk arginosuksinat Reaksi ini
dikatalisis oleh arginosuksinat liase (bolak-balik) membentuk arginin bebas dan fumarat
yang nantinya akan menjadi bahan antara dari siklus asam sitrat. Reaksi yang terakhir dan
siklus urea adalah terurainya arginin menjadi urea dan ornitin. Reaksinya dikatalis oleh
enzim arginase suatu enzim sitosol. Jadi, ornitin akan terbentuk kembali dan akan
diangkut ke mitokondria untuk kemudian dipakai lagi dalam siklus urea (Gb.2.8)
( Baenrends,R. J.S.et.al. 2000).

N-Asetilglutamat (NAG) merupakan aktivator yang penting untuk karbomoil fosfat


sintease I (CPS I) tahapan yang membatasi laju siklus urea. N-Asetil glutamat
disintesis dari asetil KoA dan glutamat oleh N-Asetilglutamat sintase dalam reaksi
dengan arginin sebagai aktivatornya. Siklus tersebut juga diatur oleh ketersediaan
substrat (pengatur jangka panjang-pendek) dan induksi enzim (jangka-panjang).
Kerusakan Genetik Pada Siklus Urea
a. Hiperamonemia Kemampuan siklus urea dihati melebihi laju normal pembentukan
urea dan kadar amonia didalam serum normalnya rendah (5-35 mikromol). Namun
bila fungsi hati terganggu, baik akibat defek genetik siklus urea ataupun karena
penyakit hati, kadarnya didalam darah dapat meningkat hingga diatas 1000 mikromol.
Hiperamonemia seperti ini merupakan kedaruratan medis karena amonia memiliki
efek toksik yang langsung terhadap sistem saraf pusat. Dua jenis hiperamonemia yang
utama adalah:
1. Hiperamonemia didapat: penyakit hati merupakan penyebab hiperamonemia yang
paling sering pada orang dewasa. Hal ini mungkin terjadi akibat proses yang akut,
misalnya hepatitis virus, iskemia, atau hepototoksin seperti alkohol. Sirosis hati yang
disebabkan oleh alkohol, hepatitis atau penyumbatan saluran empedu dapat
menyebabkan pembentukan sirkulasi kolateral di sekitar hati. Akibatnya darah porta
akan dipintas langsung ke sirkulasi sistemik dan tidak memiliki akses untuk masuk
ke dalam hati. Karena itu, detoksifikasi amonia menjadi sangat terhambat yang akan
menimbulkan peningkatan kadar amonia yang bersirkulasi.
2. Hiperamonemia kongenital: defiensi genetik pada masingmasing kelima enzim
dalam siklus urea telah dijelaskan dengan keseluruhan prevalensinya yang
diperkirakan mencapai 1 dari 25000 kelahiran hidup. Defiensi ornitin
transkarbamoilase yang terkait kromosom X,merupakan kerusakan yang paling
sering ditemukan terutama pada lakilaki walaupun pembawa wanita juga dapat
terkena secara klinis. Semua gangguan siklus urea lainnya mengikuti pola yang
diturunkan secara autosomalresesif. Secara historis, defek siklus urea memiliki
angka morbiditas (manifestasi neurologik) dan mortalitas yang
tinggi.Penatalaksanaannya meliputi pembatasan protein dalam makanan dan
memberikan senyawa yang berikatan secara kovalen dengan asam amino, sehingga
menghasilkan molekul yang mengandung nitrogen,yang akan diekskresikan kedalam
urine. Misalnya, fenilbutirat yang diberikan per oral akan diubah menjadi fenilasetat.
Senyawa ini akan berkondensasi dengan glutamin untuk membentuk
fenilasetilglutamin, yang akan diekskresikan.

2.3 Sintesis Protein (Replikasi, Transkripsi, Translasi)


Ekspresi gen merupakan proses di mana informasi yang dikode di dalam gen
diterjemahkan menjadi urutan asam amino selama sintesis protein. Selama ekspresi
gen, informasi genetik ditransfer secara akurat dari DNA melalui RNA untuk
menghasilkan polipeptida dari urutan asam amino yang spesifik. Ekspresi gen berupa
sintesis protein mencakup proses dua tahap yaitu: Transkripsi dan Translasi.

A. Transkripsi
Transkripsi merupakan sintesis RNA dari salah satu rantai DNA, yaitu rantai cetakan
atau sense, sedangkan rantai komplemennya disebut rantai antisense. Rentangan DNA
yang ditranskripsi menjadi molekul RNA disebut unit transkripsi. Informasi dari DNA
untuk sintesis protein dibawa oleh mRNA. RNA dihasilkan dari aktifitas enzim RNA
polimerase. Enzim polimerasi membuka pilinan kedua rantai DNA hingga terpisah dan
merangkaikan nukleotida RNA. Enzim RNA polimerase merangkai nukleotida-
nukleotida RNA dari arah 5’ ? 3’, saat terjadi perpasangan basa di sepanjang cetakan
DNA. Urutan nukleotida spesifik di sepanjang cetakan DNA. Urutan nukleotida
spesifik di sepanjang DNA menandai dimana transkripsi suatu gen dimulai dan diakhiri
Transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu: inisiasi (permulaan), elongasi (pemanjangan),
terminasi (pengakhiran) rantai mRNA.
1. Inisiasi
Daerah DNA di mana RNA polimerase melekat dan mengawali transkripsi
disebut sebagai promoter. Suatu promoter menentukan di mana transkripsi
dimulai, juga menentukan yang mana dari kedua untai heliks DNA yang
digunakan sebagai cetakan.
2. Elongasi
Saat RNA bergerak di sepanjang DNA, RNA membuka pilinan heliks ganda
DNA, sehingga terbentuklah molekul RNA yang akan lepas dari cetakan
DNA-nya.
3. Terminasi
Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA
yang disebut terminator. Terminator yang ditranskripsi merupakan suatu
urutan RNA yang berfungsi sebagai sinyal terminasi yang sesungguhnya. Pada
sel prokariotik, transkripsi biasanya berhenti tepat pada akhir sinyal terminasi;
yaitu, polimerase mencapai titik terminasi sambil melepas RNA dan DNA.
Sebaliknya, pada sel eukariotik polimerase terus melewati sinyal terminasi,
suatu urutan AAUAAA di dalam mRNA. Pada titik yang lebih jauh kira-kira
10 hingga 35 nukleotida, mRNA ini dipotong hingga terlepas dari enzim
tersebut.
B. Translasi
Dalam proses translasi, sel menginterpretasikan suatu pesan genetik dan membentuk
protein yang sesuai. Pesan tersebut berupa serangkaian kodon di sepanjang molekul
mRNA, interpreternya adalah RNA transfer. Setiap tipe molekul tRNA
menghubungkan kodon tRNA tertentu dengan asam amino tertentu. Ketika tiba di
ribosom, molekul tRNA membawa asam amino spesifik pada salah satu ujungnya.
Pada ujung lainnya terdapat triplet nukleotida yang disebut antikodon, yang
berdasarkan aturan pemasangan basa, mengikatkan diri pada kodon komplementer di
mRNA. tRNA mentransfer asam amino-asam amino dari sitoplasma ke ribosom.
Asosiasi kodon dan antikodon harus didahului oleh pelekatan yang benar antara
tRNA dengan asam amino. tRNA yang mengikatkan diri pada kodon mRNA yang
menentukan asam amino tertentu, harus membawa hanya asam amino tersebut ke
ribosom. Tiap asam amino digabungkan dengan tRNA yang sesuai oleh suatu enzim
spesifik yang disebut aminoasilARNt sintetase (aminoacyl-tRNA synthetase).
Ribosom memudahkan pelekatan yang spesifik antara antikodon tRNA dengan
kodon mRNA selama sintesis protein. Sub unit ribosom dibangun oleh protein-
protein dan molekul-molekul RNA yang disebut RNA ribosomal.

Translasi menjadi tiga tahap (sama seperti pada transkripsi) yaitu inisiasi, elongasi,
dan terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor protein yang membantu
mRNA, tRNA, dan ribosom selama proses translasi. Inisiasi dan elongasi rantai
polipeptida juga membutuhkan sejumlah energi. Energi ini disediakan oleh GTP
(guanosin triphosphat), suatu molekul yang mirip dengan ATP.
1. Inisiasi Tahap inisiasi dari translasi terjadi dengan adanya mRNA, sebuah tRNA
yang memuat asam amino pertama dari polipeptida, dan dua sub unit ribosom.
Pertama, sub unit ribosom kecil mengikatkan diri pada mRNA dan tRNA inisiator
khusus (lihat gambar). Sub unit ribosom kecil melekat pada tempat tertentu di ujung
5` dari mRNA. Pada arah ke bawah dari tempat pelekatan ribosom sub unit kecil
pada mRNA terdapat kodon inisiasi AUG, yang membawa asam amino metionin,
melekat pada kodon inisiasi.
2. Elongasi Pada tahap elongasi dari translasi, asam amino – asam amino
ditambahkan satu per satu pada asam amino pertama (metionin). Lihat Gambar.
Kodon mRNA pada ribosom membentuk ikatan hidrogen dengan antikodon molekul
tRNA yang baru masuk yang membawa asam amino yang tepat. Molekul rRNA dari
sub unit ribosom besar berfungsi sebagai enzim, yaitu mengkatalisis pembentukan
ikatan peptida yang menggabungkan polipeptida yang memanjang ke asam amino
yang baru tiba.
3. Terminasi Tahap akhir translasi adalah terminasi (gambar). Elongasi berlanjut
hingga kodon stop mencapai ribosom. Triplet basa kodon stop adalah UAA, UAG,
dan UGA. Kodon stop tidak mengkode suatu asam amino melainkan bertindak
sebagai sinyal untuk menghentikan translasi.

2.3 Regulasi Sintesis Protein


TRNA i Met melakukan peran unik dalam sintesis protein. TRNA inisiator dan elongator
yang berbeda digunakan untuk memasukkan metionin pada kodon awal vs. kodon AUG
internal dalam ORF. Ragi mengandung empat sampai lima gen IMT yang mengkode
tRNA i Met dan lima gen EMT yang mengkode elongator methionyl-tRNA (tRNA e Met )
( Astrom et al. 1993 ). Sedangkan kedua set tRNA mengandung antikodon 5′-CAU-3′,
perbedaan nukleotida dan modifikasi pasca transkripsional membatasi fungsi tRNA pada
inisiasi vs. pemanjangan. Pertukaran nukleotida antara tRNA i Met dan tRNA e Met telah
memberikan wawasan tentang faktor penentu penting fungsi tRNA Met dalam
inisiasi vs elongasi. Ciri-ciri penting secara fungsional dari tRNA i Met meliputi: (1)
pasangan basa A1:U72 dan C3:G70 pada batang akseptor; (2) A54 dan A60 pada putaran
T; dan (3) tiga pasangan basa G:C pada batang antikodon (posisi 29–31:39–41). Selain
itu, nukleotida A54 dan modifikasi O-ribosil fosfat A64 membatasi tRNA i Met agar tidak
berfungsi dalam pemanjangan translasi (Gambar 2) ( von Pawel-
Rammingen dkk. 1992 ; Astrom dkk. 1993 ; Astrom dan Bystrom 1994 )
tRNA i Met memiliki fitur penting untuk inisiasi penerjemahan. Fitur yang meningkatkan
fungsi tRNA i Met dalam inisiasi atau membatasi fungsinya dalam pemanjangan disorot
pada struktur tersier ragi tRNA i Met (pdb 1YFG). Residu yang disorot meliputi pasangan
basa A1:U72 dan C3:G70 di batang akseptor, residu A54 dan A60 di loop T, dan
modifikasi 2'-O-ribosil fosfat pada residu A64. Tiga pasangan basa G:C berturut-turut
dalam loop antikodon penting untuk keakuratan pemilihan lokasi awal. Antikodon 5′-
CAU-3′ digambarkan dengan warna hijau. Struktur dihasilkan menggunakan Sistem
Grafik Molekuler PyMol (versi 1.7.6.6, Schrödinger).

Regulasi translasi dengan inisiasi ulang pada GCN4 mRNA. (A) Urutan
pemimpin GCN4 5′ menunjukkan uORF 1–4 dan awal ORF GCN4 sebagai kotak terisi di
posisi relatifnya. Posisi nukleotida setiap kodon AUG ditampilkan relatif terhadap lokasi
awal transkripsi. Perkiraan lokasi urutan penambah dan penekan reinisiasi
ditunjukkan. (B) Model inisiasi ulang dalam kondisi non-kelaparan dengan
penggambaran ribosom bertahap dan interaksi faktor kunci dengan rangkaian
pemimpin GCN4. Panah biru menggambarkan gerakan dan langkah bernomor biru (i–v)
dijelaskan di teks utama. Catatan: jarak uORF telah diubah untuk mengakomodasi kartun
ribosom. Seperti yang digambarkan, setelah terjemahan uORF1, level TC yang tinggi
memungkinkan inisiasi ulang di uORF4 yang menyebabkan pelepasan ribosom dari
mRNA dan ekspresi GCN4 ditekan. (C) Model inisiasi ulang dalam kondisi kelaparan
asam amino. Langkah awal melalui penerjemahan uORF1 (bernomor biru i–iiic) tidak
berubah dari kondisi nonstarvasi. Langkah selanjutnya (bernomor merah iiid – v) diubah
oleh aktivasi eIF2α kinase Gcn2 (langkah iiie) yang menghasilkan tingkat TC yang
rendah. Ribosom melintasi uORF4 tanpa memulai dan kemudian memperoleh kembali
TC (langkah ivb). Pemindaian ribosom (langkah ivc) mengenali kodon awal GCN4 dan
ekspresi GCN4 dihilangkan.

2.4 Pengaturan Aktivitas Gen


 Pengaturan aktivitas gen bakteri Francois Jacob dan Jacques Monod (1961) sistem
operon. Operon sekelompok gen yang berhubungan erat dan terlibat dalam sintesis
sekelompok protein yang terlibat dalam biosintesis suatu asam amino. System operon
terdiri dari: 1.Gen pengontrol gen operator dan promoter Gen operator menentukan
akses RNA polimerase ke gen struktur. Gen promoter tempat inisiasi transkripsi 2.Gen
struktur adalah gen yang akan ditranskripsi dan ditranslasi menghasilkan protein
sesuai dengan fungsi gen tersebut.

 Pengaturan aktivitas Gen Eukariot lebih kompleks Struktur gen eukariot yang
lebih kompleks Organisme multiseluler diferensiasi Diferensiasi spesialisasi dari
struktur dan fungsi sel selama periode perkembangan suatu organisme. Pengaturan
aktivitas gen eukariot setiap langkah dalam jalur dari gen sampai
protein fungsional. Kromosom eukariot DNA 2 X 10 8 nt 6 cm ribuan kali lebih
panjang dari diameter nucleus. Seluruh DNA dalam 46 kromosom dapat masuk ke
dalam nucleus melalui system pengemasan DNA yang kompleks. Ada 2 katagori
enzim yaitu:
1.Enzim yang tidak diregulasi enzim konstitutif
2. Enzim tergantung kepada Metabolit yang spesifik, misalnya substrat
dapat diregulasi
• Pengaturan aktivitas gen bakteri  Francois Jacob dan Jacques Monod
(1961)  system operon.
• Operon  sekelompok gen yang berhubungan erat dan terlibat dalam
sintesis sekelompok protein yang terlibat dalam biosintesis suatu asam
amino

 Pengaturan aktivitas gen eukariot dapat terjadi melalui: Modifikasi struktur kromatin
Inisiasi transkripsi Modifikasi post transkripsi Kontrol translasi
Modifikasi post translasi Modifikasi kromatin Metilasi DNA penempelan gugus metil
(-CH 3 ) pada basa DNA (citosin) tidak aktif demetilasi inaktif menjadi aktif.
Contohnya salah satu kromosom X-nya banyak memiliki gugus metil sehingga
biasanya salah satu kromosom X tersebut tidak aktif. Asetilasi histon penempelan
gugus asetil (- COCH 3 ) pada asam amino tertentu dari protein histon ikatannya
terhadap DNA menjadi melonggar mempermudah akses factor transkripsi.
BAB 3
PENUTUP
Protein adalah komponen penting atau utama bagi sel hewan atau manusia. Proteinadalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer darimonomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.Fungsi dari
protein adalah sebagai zat utama pembentuk dan pertumbuhan tubuh, sedangkanasam amino
sebagai komponen protein. dilanjutkan dengan proses metabolisme asamamino. Protein
diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino → masuk darah. Dalam darah asam amino
disebar keseluruh sel untuk disimpan. Didalam sel asam amino disimpan dalam bentuk
protein (dengan menggunakan enzim). Semua proses tersebut dibantu oleh enzim. Pada
metabolisme Protein akan terurai menjadi asam amino, jika asam amino berlebihan, maka
kerangka karbonya akan dikatabolisasi menjadi intermediet amfi bolik untuk digunakan
sebagai sumber energi. Di mana enam asam amino membentuk piruvat, dua belas asam
amino membentuk asetil-KoA akhirnya ke siklus krebs yang sebelumnya sudah terurai
menjadi dua bagian urea untuk ke siklus urea, dan bagian yang menuju jaringan protein.
DAFTAR PUSTAKA
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
2c38007b586ffa59d79823dad95fecc1.pdf
https://docplayer.info/73063298-Aktivitas-gen-dan-pengaturannya-sintesis-protein-dr-
arfianti-m-biomed-m-sc.html
:/Users/putri/AppData/Local/Microsoft/Windows/INetCache/IE/EAVIL502/Modul_

Anda mungkin juga menyukai