Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG


Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124 Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang
45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172

INSTITUSI PENDIDIKAN : D-III Keperawatan


NAMA MAHASISWA : Dika Eka Prasetya (3C)
NIM : 2106209

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS ( Masalah
Utama) Halusianasi

2. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan
gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien
Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan Jiwa lain yang juga
disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan delerium.
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018). Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal (persepsi palsu). Berbeda dengan
ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
dkk. 2018)

b. Rentang respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang
respon neurobiology. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indra ibualaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai
ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca
indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

Respon Adaftif Respon Maladftif

Pikiran logis Distorsi pikiran Ganggua


Persepsi akurat Ilusi Reaksi n
Emosi konsisten emosi pikir/delu
dengan berlebihan/kurang si
pengalaman Perilaku
Perilaku sesuai aneh/tidak biasa Halusinasi
Berhubungan Menarik diri Sulit
c. Faktor predisposisi
sosial berespon
emosi
a) Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang
15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35%.
b) Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin,
dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi
faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia
antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.

d. Faktor presifitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses
informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama
sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan,
hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan,
ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya kekuatan
berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

e. Tanda dan gejala


Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):
a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiwa


1
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendirin.
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nadi cepat
r. Banyak keringat

3. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Peruban Persepsi Sensori : Halusinasi Penglihatan dan pendengaran


DS :
- Pasien mengungkapkan melihat seseorang, atau benda tanpa stimulus yang nyata.
- Pasien mendengar suara bisikan dan menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

DO :
- Pasien tanpak Ketakutan
1) Tersenyum, tertawa sendiri
2) Menggerakan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Marah-,arah tanpa sebab
5) Diam dan berkonsentrasi

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Penglihatan dan pendengaran
5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL No.DX PERENCANAAN


DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
EVALUASI
15 1 Perubahan persepsi Tujuan Umum : Setelah dilakukan 1) Bangun 1) Hubungan
Oktober Klien dapat 2x interaksi hubungan saling percaya
sensori: Halusinasi
2021. berinteraksi dengan Pasien mampu intrapersonal dan sebagai dasar
Pukul Penglihatan dan orang lain sehingga berinteraksi dengan saling percaya ineraksi
10.00 tidak terjadi halusinasi orang lain sehingga dengan orsng perawat dan
pendengaran
Tujuan Khusus 1 : tidak terjadi lain. pasien
1) Klien dapat halusinasi 2) Dorong pasien 2) Dapat
membina untuk mengetahui
hubungan saling mengekspresikan masalah yang
percaya perasaan secepat dialami oleh
tepat pasien
3) Tingkatkan 3) Meningkatkan
komunikasi yang hubungan
jelas dan saling percaya
terbuka. 4) Dapat
4) Pertahankan meningkatkan
lingkungan yang dan menjaga
aman kenyamanan
pasien
Tujuan Khusus 2 Setelah dilakukan 1) Dorong pasein 1) Dapat
2) Klien dapat 2x interaksi pasien untuk meningkatkan
mengenal mampu dapat mengembangkan hubungan
halusinasinya membedakan antara control/tanggung pasien dengan
hal nyata dan tidak jawab atas lebih
nyata. perilakunya bertanggung

Panduan Praktek Belajar Klinik Keperawatan Jiw


a 1
sendiri, jika jawab dalam
perilaku pasien melakukan
memungkinkan perilakunya
2) Dorong pasien 2) Hasil diskusi
untuk sebagai bukti
mendiskusikan dari perhatian
perasaan dan pasien atas apa
implus daripada yang
bertindak dijelaskan
langsung 3) Meningkatkan
padamereka perasaan
3) Dorong pasien pasien dan
untuk rasa percya
memvalidasi pasien
halusinasi
dengan orang
yang dipercaya
Tujuan Khusus 3 Setelah dilakukan 1) Tegaskan, jika 1) Peran serta
3) Klien dapat 2x interaksi pasien ditanya, bahwa aktif pasien
mengontrol dapat menyebutkan anda tidak dapat
halusinasinya tindakan yang dapat mengalami mengetahui
dilakukannya stimulus yang kedaaan
apabila sama stimulus yang
halusinasinya 2) Hindari berdebat dalaminya
timbul. dengan klien 2) Mengetahui
tentang validasi tindakan yang
halusinasi dilakukan
3) Fokuskan diskusi dalam
mengenai mengontrol
perasaan yang halusinasinya
mendasari 3) Hasil diskusi
daripada sebagai bukti
mengenal isi dari perhatian
halusinasinya perawat atas
apa yang
dijelaskan
Tujuan Khusus 4: Setekah dilakukan 1) Monitor pasien 1) Meningkatkan
4) Klien dapat 2x interaksi pasien mengenai ada pengetahuan
memanfaatkan mau meminum obat tidaknya efek pasien tentang
obat dalam dengan teratur. samping obat- fungsi dan
mengontrol obatan dan efek efek samping
halusinasinya samping terapi obat yang
yang diinginkan diminum serta
terapi yang
akan
dilakukannya.
Tujuan Khusus 5: Setelah dilakukan 1) Didik keluaraga 1) Meningkatkan
5) Klien mendapat 1x interaksi pasien dan orang pengetahuan
system mendapat system terdekat keluarga
pendukung dukungan dari mengenai cara tentang cara
keluarga dalam keluarganya. untuk menangani merawat
mengontrol pasien yang pasien.
halusinasinya mengalami 2) Mengetahui
halusinasinya. tindakan yang
2) Berikan dilakukan
pengajaran keluarga/orang
terkait penyakit terdekat dalam
kepada merawat
pasien/orang pasien.
terekat.
6. REFERENSI

Nurjanah I, Tumanggor Devi R,. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). By Gloria
Bulechec, Howard Butcher, Jonne Dochterman and Cheryl Wangner. Edisi-6. ISBN Indonesia:
979988808.
Tim Pokja SDIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Jakarta. Edisi-1.
ISBN: 9786021844564.

Anda mungkin juga menyukai