Anda di halaman 1dari 12

Agile Leadership sebagai kunci sukses terwujudnya

Agile Organization

Wahyudi
Wahyudi1@gmail.com

ABSTRAK: di era penuh dinamika saat ini atau biasa disebut sebagai eranya VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) khususnya di dunia digital maka keberadaan sebuah
organisasi yang tangkas (Agile Organization) dipercaya sebagai sebuah solusi untuk bisa
menghadapinya. Perubahan, pergeseran organisasi perlu dilakukan agar terwujud sebuah cara
kerja yang tangkas (Agile way of working)dan seperti organisasi umumnya maka issue pemimpin
dan kepemimpinan yang tangkas (agile leadership)akan memegang peranan sangat penting
dalam pelaksanaannya. Tulisan ini secara singkat apa dan bagaimana agile organization serta
agile leadership.

KATA KUNCI : agile leadership, Agile Organization

Pengantar

Saat ini kita ini hidup di jaman VUCA saat ini. VUCA adalah singkatan dari Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity.
• Volatiliy artinya perubahan yang sangat cepat terjadi, , perubahan-perubahan
dinamis yang mengubah ke semua arah.
• Uncertainty merupakan ketidakpastian, kita hampir tidak mengenal dunia dan kita
tidak bisa memprediksi itu semua. dan berkurangnya kecepatan kita untuk
memprediksi segala peristiwa yang akan terjadi.
• Complexity artinya merupakan sebuah situasi yang kompleks di mana sebuah
persoalan yang timbul berhubungan dengan yang lain, dan juga situasi adanya
gangguan yang dihadapi oleh suatu organisasi
• Ambiguity artinya semua serba tida jelas alias bias

View publication stats


Istilah VUCA pertama kali digunakan di militer USA pada tahun 1990-an. Kemudian dipakai
dalam dunia bisnis. VUCA disini mengambarkan ketidakpastian dalam dunia bisnis, ekonomi
maupun lingkungan organisasi. Namun yang harus kita hadapi dan kelola dengan baik dan
akselerasi perubahan itu semakin cepat dari waktu ke waktu

Contoh faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi perubahan lingkungan bisnis antara lain
seperti: globalisasi, inovasi, teknologi, marketplace disruption, organisasi yang semakin datar
(flatter dan leaner), M&A (merger & acquisition) / restrukturisasi, spin-offs dan lain sebagainya.
Ditambah satu lagi yakni force majeur, seperti pandemi Covid-19 yang memberikan dampak
global, suatu perubahan yang tidak pernah ada dalam radar organisasi manapun.

Dalam era VUCA tersebut mengeksekusi strategi-strategi bisnis sangatlah menantang perubahan
lebih besar dan lebih cepat terjadi, serta mempunyai dampak yang sangat besar, kondisi ini
dikenal juga sebagai era disruptive, .yang menjadi tantangan adalah bagaimana sebagai
pemimpin bisa menjadikan organisasinya tetap tumbuh dan tetap kompetitif? Bagaimana secara
efektif merekrut, mengembangkan dan menjaga para karyawan di tengah lingkungan yang
berubah tersebut?, untuk itulah dibutuhkan seorang agile leader yaitu pemimpin yang tangkas.
Pemimpin yang agile adalah mereka yang mempunyai visi atau kejelasan tujuan , mampu
beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungannya. Pemimpin yang memiliki ciri,
karakterisktik “agile” atau agile leadership. Agile leadership ini yang perlu terus dikembangkan
dan menjadi mindset yang dimiliki oleh setiap SDM yang ada dalam organisasi.

Agile sendiri memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, termasuk untuk lingkungan apa
diterapkannya, namun secara umum Agile didasarkan pada prinsip kerja tim, otonomi, dan
keselarasan. Kemampuan tim untuk bertindak secara mandiri memacu kepemilikan dan
kreativitas, memungkinkan mereka membuat keputusan cepat dan bergerak cepat. Kombinasi
kepemilikan dan pengambilan keputusan dengan cepat juga mempercepat pengembangan bakat
dalam tim, yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan bahkan lebih
efektif. Tetapi otonomi tingkat tinggi hanya berfungsi jika ada juga tingkat keselarasan yang
tinggi di dalam dan di antara tim.

View publication stats


Salah satu peran kunci dari agile leader adalah menetapkan dan mempertahankan keselarasan
yang kuat di antara tujuan, strategi, dan prioritas perusahaan secara keseluruhan. Mereka perlu
mengkomunikasikan maksud mereka, menjelaskan apa dan mengapa. Dan yang paling sulit
adalah mereka melakukannya secara nyata, dengan demikian mereka memberikan kepercayaan
pada tim untuk mencari cara mengatasi tantangan yang ditugaskan kepada mereka. Semakin
banyak keselarasan yang dapat dibangun, semakin banyak otonomi yang mampu mereka berikan,
dan semakin mereka dapat dan harus melepaskannya. (Brunklaus, Chim, Lovich, & Rehberg,
2019)

Agile leader yang baik adalah adalah pemimpin yang inklusif dan demokratis yang menunjukkan
keterbukaan yang lebih besar terhadap ide dan inovasi. Dengan hasrat untuk belajar, fokus pada
pengembangan orang, dan kemampuan yang kuat untuk mendefinisikan dan mengkomunikasikan
visi yang diinginkan, mereka memiliki semua alat yang diperlukan untuk berhasil menginspirasi
orang lain dan menjadi agen perubahan dalam organisasi mana pun. Meskipun ada sejumlah sifat
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang gesit dan sukses, dua karakter terpenting seorang
agile leadership adalah fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi. Cara kerja yang gesit berpindah
dari peran hierarki tradisional antara tim dan manajer ke organisasi yang lebih datar. (Peterson,
2019)

Literature Review

Agile Organization
Agility sebagai konsep bisnis telah digunakan dalam dunia IT dan pekerjaan pengembangan
lainnya selama lebih dari 20 tahun, namun penerapan metodologi ini lebih dikenal di dunia
yang sangat erat kaitannya dengan dunia digital, terutama start-up, meskipun saat ini sudah
juga (diharapkan) dalam berbagai fungsi bisnis lain di luar TI (KPMG , 2019).

View publication stats


Gambar 1 business environments have already begun agile transformations

Sumber : (McKinsey & Company, 2017)

Struktur sebuah organisasi agile adalah organisasi yang menerapkan sistem prosedur operasi
non-hierarki yang memungkinkan bisnis menjadi lebih fleksibel dan merespons dengan cepat
perubahan dan perubahan dalam lingkungan pasar. Ini ditandai dengan siklus aktivitas yang
cepat, berpusat pada pelanggan, komunikasi terbuka, dan jaringan tim otonom, sehingga
sebuah perusahaan disebut perusahaan yang gesit jika telah mengadopsi pendekatan organisasi
yang memungkinkannya untuk bersikap fleksibel dalam menanggapi kondisi pasar yang
berubah (Capgemini Consulting, 2017).

View publication stats


Gambar 2 Agile Transformation Frame Work

Sumber : (Capgemini Consulting, 2017)

Organisasi agile adalah pertemuan antara manajemen bisnis (kelincahan proses bisnis)
Teknologi informasi (ketangkasan TI) dan manajemen sumber daya manusia (keterampilan,
pengetahuan, dan kompetensi). (Bogosian, 2018)

Secara sederhana, sebuah perusahaan dapat dikatakan sedang bertransformasi menjadi


organisasi yang gesit, setidaknya dapat dilihat dari dua hal, pertama dengan menerapkan
praktik terbaik Agile, seperti LEAN, SCRUM atau KANBAN dalam proses kesehariannya.
Kedua dengan menerapkan salah satu model organisasi tangkas pada struktur organisasi
misalnya dengan penerapan model Spotify (walaupun tidak mesti model ini), termasuk
keberadaan unit organisasi berupa tribe, squad, dan / atau chapter (Gerster & Dremel, 2018),

View publication stats


Gambar 3 5 Ciri Agile Organization

Sumber : (Aghina, et al., 2017)

Gambar 4 Generic Agile Unit as Applied by Spotify

Sumber : (Gerster & Dremel, 2018)

View publication stats


Tantangan menjadi Agile Organization

Hal pertama yang menjadi tantangan sebuah perusahaan menjadi dan menggagalkan adopsi Agile
adalah visi dan eksekusi jangka panjang. Mengadopsi agile di level tim (misalnya di beberapa
proyek TI) relatif mudah. Namun menjadi organisasi yang gesit, mengubah struktur dan cara kerja
untuk banyak orang, membutuhkan waktu. Dan dibutuhkan eksperimen untuk menemukan cara
yang tepat bagi perusahaan tertentu (tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua).

Gambar 5

Sumber : (digital.ai, 2020)

Yang menjadi tantangan pada gambar di atas yang dihadapi perusahaan sehingga mendapatkan
resistensi untuk berubah, adalah budaya atau filosofi perusahaan tidak sesuai dengan nilai Agile,
contohnya terkait budaya yang ada lebih mementingkan dokumentasi daripada fokus kepada
produk yang berfungsi.

View publication stats


Tantangan berikutnya adalah kurangnya partisipasi (kepemimpinan) dan kurangnya dukungan
manajemen. Kekurangan ini seringkali dimulai dengan manajemen puncak. Mereka perlu
memulai dan mendorong perubahan. Pimpinan puncak perlu menjadi sponsor untuk perubahan
tersebut. Ini berarti kepemimpinan yang jelas, yang menunjukkan mengapa perubahan itu
penting. Seorang pemimpin Agile bisa memberdayakan tim untuk mencari tahu 'bagaimana'
mereka dapat memberikan 'apa' yang diinginkan para pemimpin serta merencanakan program
Agile dengan 'cara tangkas' berarti transformasi itu 'berulang'.

Tantangan berikutnya adalah kurangnya pengalaman dan skill dalam Agile. Agile adalah tentang
mengubah struktur, budaya, dan proses untuk mengakomodasi fleksibilitas. Jika ditindaklanjuti,
Agile berarti budaya organisasi diri. Ini berarti menemukan kembali cara kerja silo fungsional,
menuju tim lintas departemen. Artinya, tim yang terorganisir sendiri menciptakan inovasi atau
bahkan startup.

Jadi secara umum rintangan terbesar untuk membuat Agile berhasil adalah kepemimpinan.
transformasi membutuhkan sponsor yang kuat dengan visi masa depan yang jelas, yang melihat
perubahan melalui periode waktu yang lebih lama. Pemimpin yang cukup berani untuk
menciptakan budaya baru, melanggar paradigma kepatuhan dan mengikuti semua aturan dan
memberdayakan orang untuk bereksperimen dan secara berulang mencari tahu apa yang berhasil.

Kepemimpinan dalam agile organizations

Jenis organisasi baru yang gesit ini membutuhkan jenis kepemimpinan yang berbeda secara
fundamental. Kepemimpinan dan bagaimana kepemimpinan membentuk budaya adalah
penghalang terbesar untuk dan juga bisa menjadi pendorong terbesar dari transformasi agile yang
sukses.

Oleh karena itu, organisasi harus memulai dengan memperluas dan melampaui kompetensi yang
membuat pemimpin mereka sukses di masa lalu. Pemimpin membutuhkan tiga set kemampuan
baru untuk transformasi yang gesit. Pertama, mereka harus mengubah diri mereka sendiri untuk
mengembangkan pola pikir dan perilaku pribadi yang baru. Kedua, mereka perlu mengubah tim

View publication stats


mereka untuk bekerja dengan cara baru. Ketiga, penting untuk membangun kemampuan untuk
mengubah organisasi dengan membangun ketangkasan ke dalam desain dan budaya seluruh
perusahaan. banyak bukti yang menunjukkan bahwa semua bisnis bisa mendapatkan keuntungan
dengan menjadi lebih gesit, dalam meningkatkan ketangkasan mereka. Namun dari studi kasus
yang ditinjau, terlihat bahwa keberhasilan transformasi ini datang dari pola pikir para
pemimpinnya. dan mulailah dulu dengan pola pikir para pemimpin yang ada.

Pemimpin perlu membuat 5 perubahan besar dalam cara mereka memimpin organisasi, yaitu :

1) Dari Long Term Planning menjadi Iterative Work


2) Dari Silo/functional departmens menjadi Cross Functional Team
3) Dari Command & Control menjadi Self Organization
4) Dari Inside Out menjadi Customer Driven Innovation
5) Dari Outpur ‘doing my job’ menjadi End to end Accountability

Kemampuan dan ciri agile leadership

Kepemimpinan yang tangkas membutuhkan pergeseran dari pola pikir tradisional yang
membutuhkan perwujudan prinsip-prinsip manifesto yang gesit dalam tim kepemimpinan.
Sementara manifesto asli telah ditulis untuk fokus pada pengembangan perangkat lunak, yang
lain telah mengambil struktur dan merevisinya agar dapat diterapkan secara lebih luas. Hal ini
biasa disebut dengan Agile Alliances Manifesto (http://agilemanifesto.org/). Empat nilai itu
adalah sebagai berikut: (Rudi; Oki, 2021)

1. Interaksi dan personel lebih penting daripada proses dan alat. Di dalam Agile interaksi
antar anggota tim sangatlah penting. Tanpa adanya interaksi yang baik maka proses
pembuatan perangkat lunak tidak akan berjalan sesuai rencana.
2. Perangkat lunak yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap. Saat
melakukan proses demontrasi kepada klien, perangkat lunak yang berfungsi dengan baik
akan lebih berguna daripada dokumentasi yang lengkap.

View publication stats


3. Kolaborasi dengan klien lebih penting daripada negosiasi kontrak. Salah satu ciri dari
Agile adalah klien menjadi bagian dari tim pengembangan software. Sehingga kolaborasi
dengan klien menjadi proses yang sangat penting. Karena fungsi-fungsi software yang
dikembangkan harus terus menerus dibicarakan dan diimprovisasi disesuaikan dengan
keinginan klien.
4. Respon terhadap perubahan lebih penting daripada mengikuti rencana. Agile Software
Development berfokus pada kecepatan respon tim ketika klien mengharapkan perubahan
saat proses pembuatan software.

Untuk menjadi seorang yang mempunyai kemempuan Agile Leadership minimal diperlukan 3
kapabilitas yaitu Connect to people, Adapt to Change dan Deliver Productivity (Lepsinger, 2019).

Seorang pemimpinan dengan agile leadershipnya memahami cara membangun koneksi yang
berarti di tempat kerja. Kemampuan untuk menginspirasi, mempengaruhi, dan menumbuhkan
lingkungan kolaboratif yang menjadi pembeda dari yang lain termasuk diantaranya sebagai
contoh buat lingkungannya yang menjadi cara terbaik membangun kredibilitasnya

kemampuan berikutnya adalah mengenali dinamika baik internal ataupun eksterbal kemudian
mampu melakukan penyesuaian (adaptasi) dengan cepat untuk mengatasi berbagai tantangan
tersebut, menata ulang arah strategis, dan mendorong transformasi serta melakukan
inovasi. Kesadaran situasional adalah kompetensi utama di bidang ini karena membantu para
pemimpin untuk memahami bagaimana peristiwa eksternal dan internal dapat memengaruhi
efektivitas perusahaan serta memengaruhi orang-orang yang terlibat di berbagai tingkat
organisasi.

Dan terlepas dari kedua hal diatas para pemimpin dengan kemampuan agile leaderhipnya harus
dapat memberikan hasil yang positif untuk organisasi mereka, mereka menemukan cara untuk
mendorong kinerja dan menghasilkan hasil yang konsisten dan dapat diandalkan dengan
mengembangkan tim berkinerja tinggi yang berkomitmen untuk pelanggan dan penciptaan nilai
untuk stake holder lainnya. Mereka tahu dan paham dalam membuat prioritas. Diawali dengan

10

View publication stats


kemampuan mengidentifikasi tujuan atau gambaran besarnya (visi dan misi organisasi) kemudian
memahami bagaimana mengambil langkah bertahap untuk mencapainya.

Beberapa ciri pemimpin yang yang memiliki agile leadership yang bagus : (Purton, 2020)
1) Humility atau Kerendahan Hati
2) They provide outcomes and not actions : fokus pada memberikan hasil yang dibutuhkan
dan membiarkan tim mencari cara untuk mewujudkannya sendiri.
3) Flexibility, berkomitmen pada hasil daripada tindakan, mendefinisikan keadaan akhir
yang diperlukan tanpa mengendalikan metode, harus fleksibel dalam pendekatan yang
dipilih tim
4) They coach instead of command, menjadi pelatih daripada memerintah
5) Collaborators as a default, lebih baik memiliki lebih banyak otak untuk menemukan
jawaban terbaik, daripada hanya satu. Mencari bantuan untuk pemecahan masalah
menjadi default
6) Understand their people, menjadi mentor bagi timnya, dengan benar-benar memahami
mereka
7) On the system, not in the system, menciptakan lingkungan yang tepat bagi tim untuk

berkembang, untuk menghasilkan keluaran yang optimal.

11

View publication stats


References
Aghina, W., Ahlback, K., De Smet, A., Lackey, G., Lurie, M., Murarka, M., & Handscomb, C. (2017).
Agile organizations—of any size and across industries—have five key elements in common.
amsterdam: McKinsey & Company. Retrieved May 19, 2021, from https://www.mckinsey.com/:
https://www.mckinsey.com/business-functions/organization/our-insights/the-five-trademarks-of-
agile-organizations
Bogosian, R. (2018). Creating and Sustaining an Agile Organization: The Impact of the Digital
Economy. Rutgers Business Review, 67-78.
Brunklaus, M., Chim, L., Lovich, D., & Rehberg, B. (2019, January 3). Do You Have the Courage to Be
an Agile Leader? Retrieved May 19, 2021, from Boston Consulting Group:
https://www.bcg.com/publications/2019/courage-to-be-agile-leader
Capgemini Consulting. (2017). Agile Organizations An Approach for a successful journey towards more
agility in daily business. Capgemini.
digital.ai. (2020). 14th annual State of Agile report. Atlanta: CollabNet VersionOne. Retrieved May 19,
2021, from https://explore.digital.ai/state-of-agile/14th-annual-state-of-agile-report
Gerster, D., & Dremel, C. (2018). Scaling Agility: How enterprises adopt agile forms of organizational
design. Thirty Ninth International Conference on Information Systems. San Francisco.
KPMG . (2019). Agile Transformation From Agile experiments to operating model transformation: 2019
Survey on Agility. KPMG .
Lepsinger, R. (2019, November 13). Agile Leadership: A Comprehensive Guide. Retrieved May 19,
2021, from Business 2 Community: https://www.business2community.com/leadership/agile-
leadership-a-comprehensive-guide-02257714
McKinsey & Company. (2017). How to create an agile organization. McKinsey & Company.
Peterson, E. (2019, April 19). https://blog.planview.com/. Retrieved May 19, 2021, from
https://www.planview.com/: https://blog.planview.com/become-the-agile-leader-your-
organization-needs/
Purton, L. (2020, July 14). The 7 Essential Attributes of Agile Leadership. Retrieved May 19, 2021, from
Sparks Publication: https://medium.com/sparks-publication/the-7-essential-attributes-of-agile-
leadership-225aec336622
Rudi; Oki. (2021, April 4). Mengenal Metode Agile Software Development Yang Lagi Hits. Retrieved
May 19, 2021, from Ekipa Agile Consultancy: https://www.ekipa.co.id/mengenal-agile-
software-development/
Williams, D. J. (2015). The Agile Organisation A case study on creating a more nimble organisation.
Knowledge Management Singapore 2015 (KMSG15) Conference. Singapore.

12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai