Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI ANALITIK

UJI EFEKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BUMBU DAN REMPAH

Disusun Oleh:

Nama : Suriya Fitriyanti


Nim : 2184205017
Kelompok : Empat
Anggota : 1. Alifia Rahma Putri (2184205021)
2. Putri Nanda Ravina (2184205014)
3. Ramadhani Putra (2184205049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN DAN VOKASI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan rempah-rempah. Rempah-rempah


mengandung senyawa-senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan
dan, antimikroba, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba alami dan bias
diaplikasikan pada berbagai produk pangan. Rempah-rempah sebagai bahan yang
dikeringkan, dan merupakan bagian dari tanaman baik dalam bentuk utuh atau
potongan, serta lebih berfungsi sebagai bahan penyedap rasa dibandingkan untuk
meningkatkan nilai gizi suatu pangan. Rempah terdiri dari bagian tanaman seperti
bunga, kulit, buah, batang, daun, umbi, dan rimpang yang memiliki aroma dan rasa
yang kuat (Muzafri 2019).

Begitu juga dengan bumbu dapur yang tersebar hampir diseluruh tanah Indonesia.
Bumbu merupakan bahan dasar yang digunakan dalam suatu masakan, agar masakan
yang dihasilkan memiliki rasa dan aroma yang sedap . Bumbu umumnya berasal
dari tanaman beraroma yang ditambahkan pada masakan yang bertujuan untuk
menyedapkan makanan. Bumbu memiliki sifat basah, sehingga tidak dapat bertahan
atau disimpan lama . Bumbu dapur terdiri dari jahe, kunyit, serai, bawang putih,
bawang merah, cabai dll (Rachman 2019).

Kedua bahan ini dapat dijadikan antimikroba. Antimikroba diartikan sebagai


bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba sehingga
dapat memiliki sifat menghambat perkembangbiakan atau sifat mematikan bakteri
dalam menghentikan aktivitas sel mikroba (AMALIA 2017).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Praktikan dapat mengetahui pengujian efektivitas antimikroba dari bumbu
dapur dan rempah-rempah yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Praktikan dapat memahami tentang metode cakram dan metode sumur pada
praktikum kali ini.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum kali ini dapat membuat praktikan memahami bahwa bumbu dan
rempah-rempah dapat dijadikan antimikroba selain manfaatnya untuk bahan
tambahan pada masakan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Efektivitas antimikroba

Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi, menimbulkan penyakit dan merusak


bahan pangan. Senyawa antimikroba adalah zat yang dapat menghambat
pertumbuhan mikrooganisme dan dapat digunakan untuk penelitian pengobatan
infeksi pada manusia maupun hewan. Antimikroba meliputi antifungi, antibakteri,
antiprotozoa dan antivirus (AMALIA 2017).

Aktivitas antimikroba dapat ditentukan dengan dua cara yaitu metode difusi dan
dilusi. Pada metode difusi termasuk di dalamnya metode disk diffusion (tes Kirby &
Bauer) yaitu metode kertas cakram, dan cup-plate technique yaitu metode sumur.
Sedangkan pada metode dilusi termasuk di dalamnya metode dilusi cair dan dilusi
padat (Sitepu, Suada, dan Susrama 2012).

1. Metode difusi

a. Metode Kirby and Bauer (Kertas cakram)

Metode difusi cakram merupakan cara yang paling sering digunakan untuk
menentukan kepekaan antimikroba terhadap suatu antibiotik. Pada cara ini digunakan
suatu cakram kertas saring (paper disk) yang berfungsi sebagai tempat menampung
zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang
telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu
tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang
di dapat bisa diamati setelah inkbuasi selama 18- 24 jam dengan suhu 37oC. Hasil
pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya daerah bening yang terbentuk di
sekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri
(Pelczar & Chan, 1988).
b. Cara Sumuran (Hole/Cup-plate technique)

Metode ini lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat
suatu lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Setelah diinkubasi
pada suhu dan waktu yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan pengamatan dengan
melihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling lubang (Bonang, 1992).

2. Metode dilusi

Metode dilusi digunakan untuk menentukan Diameter zona hambat Minimum


(DZI) atau konsentrasi terendah dari agen antimikroba yang dibutuhkan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba (Mahon & Manuselis Jr, 1995). 19

a. Metode dilusi cair/broth dilution test (serial dilution test)

Pengujian dilakukan dengan menggunakan sederetan tabung reaksi yang diisi


dengan inokolum kuman dan larutan antibakteri dalam berbagai konsentrasi. Zat yang
akan diuji aktivitas bakterinya diencerkan sesuai serial dalam media cair, kemudian
diinokulasikan dengan kuman dan diikubasi pada waktu dan suhu yang sesuai dengan
mikroba uji. Aktivitas zat ditentukan sebagai Kadar hambat minimum (KHM)
(Pratiwi, 2008).

b. Penipisan Lempeng Agar

Zat antibakteri diencerkan dalam media agar dan kemudian dituangkan kedalam
cawan petri. Setelah agar membeku, diinokluasikan bakteri kemudian diinkubasi pada
waktu dan suhu tertentu. Konsentrasi terendah dari larutan zat antibakteri yang masih
memberikan hambatan terhadap pertumbuhan bakteri ditetapkan sebagai diameter
zona hambat minimal (Pratiwi, 2008). Uji dilusi membutuhkan sejumlah kontrol,
yaitu kontrol sterilitas, kontrol pertumbuhan dan uji secara simultan strain bakteri
dengan KHM 21 yang sudah diketahui untuk menunjukan bahwa seri pengenceran
benar. Titik akhir uji dilusi biasanya tajam dan mudah didefinisikan (Smith, 2004).
2.2 Rempah-rempah dan bumbu dapur sebagai antimikroba

Rempah-rempah adalah bagian tanaman yang berasal dari bagian batang, daun,
kulit kayu, umbi, rimpang (rhizome), akar, biji, bunga atau bagian-bagian tubuh
tumbuhan lainnya. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut mengandung senyawa
fitokimia yang dihasilkan tanaman sebagai bagian dari proses metabolism tanaman.
Sementara bumbu dapur memiliki sifat basah, sehingga tidak dapat bertahan atau
disimpan lama (Hakim 2015).

Mekanisme senyawa antimikroba yang terdapat pada rempah–rempah dan bumbu


dapur dalam membunuh atau menghambat pertumbuhan mikrobia antara lain :
merusak dinding sel sehingga menyebabkan lisisnya sel kuman atau menghambat
pembentukan dinding sel yang sedang tumbuh, Mengubah permeabilitas membran
sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam sel, menyebabkan
denaturasi protein sel dan Menghambat kerja enzim di dalam sel (Tjondrodiharjo,
1992).
BAB III

PELAKSAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Hari/tanggal : Rabu, 14 Desember 2022

Waktu : Pukul 12.30-selesai

Tempat : Laboratorium Biologi Fakultas Pendidikan dan Vokasi Universitas


Lancang Kuning.

3.2 Alat dan Bahan


a. Alat
1. Cawan petri
2. Lampu spirtus
3. Cakram dan kertas saring
4. Mikropipet
5. Tip mikropipet
6. Mortar
7. Pisau cutter
8. Jarum ose
9. Alkohol 70%
10. Tissue dan stempel kertas
b. Bahan
1. Madia PCA (Plate Count Agar)
2. Suspensi yang berisi mikroorganisme
3. Aquades
4. Bumbu dapur ( bawang putih, bawang merah, cabai rawit, jahe, kunyit dan
sereh)
5. Rempah-rempah ( cengkeh )
3.3 Prosedur Kerja

a. Prosedur kerja pada metode kertas cakram

1. Disterilkan terlebih dahulu meja kerja dengan alkohol 70%.


2. Setelah itu, dituangkan media PCA kedalam cawan petri yang telah steril
(tunggu hingga agar membeku).
3. Setelah media membeku, digoreskan suspensi yang berisi mikroorganisme
dibagi dalam empat bagian (setiap bagian ditandai dengan stempel kertas).
4. Selanjutnya, dihaluskan bumbu dapur (bawang merah, bawang putih, cabe rawit,
jahe) dengan mortar dan diencerkan dengan aquades.
5. Kemudian, dicelupkan empat buah cakram kedalam larutan bumbu dapur tadi.
6. Diletakkan keempat cakram tersebut pada media agar yang telah dibagi menjadi
empat bagian menggunakan pinset.
7. Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 2x24 jam.
8. Setelah 2x24 jam, dihitung zona bening yang terbentuk dengan menghitung rata-
rata luas zona bening yang terbentuk.
b. Prosedur kerja pada metode sumur
1. Dituangkan media PCA kedalam cawan petri steril (tunggu hingga agar
membeku)
2. Setelah media membeku, digoreskan suspensi yang berisi mikroorganisme
dibagi dalam tiga bagian (setiap bagian ditandai dengan stempel kertas).
3. Selanjutnya, dihaluskan bumbu dapur dan rempah-rempah (cengkeh, kunyit, dan
sereh) dengan mortar dan diencerkan dengan aquades.
4. Lalu, dibuat tiga buah sumur dengan menggunakan bagian belakang tip
mikropipet.
5. Kemudian, dimasukan larutan bumbu dan rempah kedalam 3 sumur
menggunakan mikropipet.
6. Inkubasi pada suhu 37ºC selama 48 jam
7. Setelah 2x24 jam, dihitung zona bening yang terbentuk dengan menghitung rata-
rata luas zona bening yang terbentuk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berikut hasil setelah di inkubasi selama 2x24 jam :

Gambar 1 Gambar 2

Hasil menggunakan metode cakram Hasil menggunakan metode sumur

4.2 Pembahasan

Keberhasilan dari uji efektivitas antimikroba pada bumbu dan rempah ini
apabila pada metode kertas cakram tidak ada mikroba yang tumbuh di area kertas.
Sementara, setelah dilakukan pengamatan pada media dengan metode kertas cakram
yang telah di inkubasi selama 2x24 jam mikroba masih tampak tumbuh di sekitar
area kertas.

Begitu juga dengan metode sumur, pada metode ini yang menjadi ukuran
kekuatan daya kerja dari berbagai rempah dan bumbu dapur adalah ada tidaknya
pertumbuhan didalam lubang sumur yang telah dibuat. Sementara, setelah dilakukan
pengamatan pada media dengan metode sumur yang telah di inkubasi selama 2x24
jam mikroba masih tampak tumbuh didalam sumur dan sekitar area sumur.

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengujian aktivitas antimikroba


diantaranya yaitu kurang pekatnya konsentrasi pada larutan rempah dan bumbu,
mikroorganisme uji (jenis, jumlah inokulum yang digunakan, fisiologi sel, kultur
media pertumbuhan, bahan antimikroba yang digunakan, interaksi komponen uji
dengan komponen media, koefisien partisi), media uji (pH. kadar air, potensial
redoks) dan prosedur uji (kondisi inkubasi, tekanan udara, konsentrasi atmosfer, suhu
inkubasi, keragaman alat).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Bumbu dapur dan rempah mampu menjadi bahan antimikroba.


2. Antimikroba diartikan sebagai bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikroba sehingga dapat memiliki sifat menghambat
perkembangbiakan atau sifat mematikan bakteri dalam menghentikan aktivitas
sel mikroba.
3. Metode yang dapat digunakan dalam pengujian ini yaitu metode kertas
cakram dan metode sumur.
4. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengujian ini antara lain konsentasi
kepekatan larutan, mikroorganisme yang akan diuji, media pengujian dan
prosedur pengujian.

5.2 Saran

Diharapkan praktikum kedepannya bisa dilakukan dengan sesuai aturan dan


dapat dilakukan dengan kerja sama bukan hanya pihak tertentu yang bekerja. Serta
setiap kelompok dapat bertanggung jawab atas kebersihan meja kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

AMALIA, TAMARA INDAH. 2017. “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI


NON-POLAR N-HEKSAN EKSTRAK ETANOLIK DAUN AVOKAD (Persea
americana Mill.) TERHADAP Escherichia coli.” Universitas Muhammadiyah
Surakarta, no. 1969: 4–27.

Hakim, Luchman. 2015. Rempah & Herba Kebun-Pekarangan Rumah Masyarakat.

Muzafri, Al. 2019. “Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Andaliman (Zanthoxylum


acanthopodium DC.) pada Staphylococus aureus.” Jurnal Sungkai 7: 122–26.

Rachman, Nela Rafika Mutiara. 2019. “UNIKOM_Nela Rafika Mutiara


Rachman_BAB II,” 5–33.

Sitepu, IRMA, I Suada, dan I Susrama. 2012. “Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa
Ekstrak Bumbu Dapur Terhadap Pertumbuhan Jamur Curvularia Lunata (Wakk.)
Boed. Dan Aspergillus Flavus Link.” E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika
(Journal of Tropical Agroecotechnology) 1 (2): 107–14.

Anda mungkin juga menyukai