Anda di halaman 1dari 2

Bayangan

Lailatul Fitriani

Pada suatu hari ada sesorang sultan yang bernama Sultan abdurrahim dengan sukacita
menyambut kedatangan Bujang dan pengiringnya yang baru datang dari Malaka.Perebutan
Malaka berlangsung setelah laksamana Portugal Afonso de Albuquerque menundukkan kota
Malaka pada 15 Agustus 1511. Kota pelabuhan Malaka merupakan pusat perdagangan di selat
Malaka yang berada di jalur dagang antara Tiongkok dan India.Jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis pada tahun 1511 mengakibatkan pergeseran pusat perdagangan di Asia Tenggara yang
sebagian ke Arah Utara (Aceh) dan sebagian lagi ke Selatan (Banten).alasan Portugis
menaklukkan Malaka adalah menguasai perdagangan rempah-rempah di Asia ke Eropa.Rakyat
ibu kota yang sudah mendengar berita kemenangan Bujang atas kemenangan Portugis pun
mengeluh-elukan Bujang dan pengiringnya yang berjalan dari pelabuhan menuju
istana.Setibanya di istana,Sultan menganugerahkan berbagai hadiah kepada bujang dan
pengiringnya.Selain itu,Sultan pun menepati janjinya untuk membebaskan para tahanan seperti
yang dipersyaratkan Bujang dahulu.

Bujang sangat mensyukuri anugerah yang diberikan oleh Sultan itu.Sebagai ungkapan rasa
syukurnya,ia menyedekahkan hampir seluruh hadiah berupa harta benda yang diterimanya untuk
fakir miskin.Karena itu,ia memohon kesediaan Sultan menyalurkannya kepada yang
berhak.Adapun yang tersisa dikantongnya hanya lima buah perhiasan emas untuk modal
membangun kampungnya dan untuk pesantren Syaikh Idris.

Setelah urusannya di istana selesai,Bujang memohon pemit untuk kembali ke


kampungnya.Bujang pulang dengan menumpang sebuah pedati milik seorang pedagang yang
sekampung dengannya.

Ketika melihat sebuah sungai,mereka pun berhenti untuk beristirahat.pedagang itu membiarkan
sapinya meminum air sungai untuk menghilangkan dahaga.Ia sendiri sibuk mengisi kantong-
kantong kulit dengan air untuk bekal diperjalanan.

Sementera itu, Bujang membasuh mukanya dengan air sungai yang segar itu.

"Paman,aku ada di dalam air itu",ujar bujang sambil menunjuk ke arah bayangannya

di sungai.

"Itu bukan dirimu,Bujang.Itu bayanganmu". Ujar pedagang itu sambil ikut membasuh muka.

"Apa bedanya,paman?.

Bayanganku disungai itu sama persis denganku.Tidak ada perbadannya di antara kami,

paman". Ujar bujang sambil memandangi bayangannya.


"Kalian mungkin tidak mempunyai perbedaan dari gambaran fisik.Tetapi,kalian berbeda dalam
sifat keberadaan kalian".Ujar pedagang itu dengan tenangnya.

"Apa maksud pama?"

"Maksudku,sifat keberadaan dirimu itu nyata.Sedangkan, sifat bayanganmu itu semu.

Bayanganmu itu ada karena keberadaan dirimu dan air.Jika kau pergi dan air itu
kering,bayanganmu pun akan lenyap dengan sendirinya". Jelas pedagang itu sambil
mempersiapkan sapinya.

"Begitupun dengan hartaku,paman"

"Harta,apa hubungan bayanganmu dengan hartamu?"tanya pedagang itu keheranan.

"Harta yang kusedekahkan dan harta yang kusimpan memang sama-sama harta.Tetapi,sifat
keberadaan mereka yang berbeda. Harta yang kusedekahkan itu sifatnya nyata.Sedangkan harta
yang kusimpan sifatnya semu. Harta yang kusimpan itu menjadi milikku karena aku masih
hidup.Jika aku wafat,harta yang kusimpan itu akan menjadi waris dengan sendirinya.Bukankah
begitu,paman?"tanya Bujang sambil tersenyum,lalu ia segera menaiki pedati.

Pedagang itu menggaruk kepalanya sambil tersenyum mendengar perkataan Bujang tadi.

Ia menaiki pedati lalu memecut sapinya agar segera berjalan.

Dalam perjalanan,ia mencoba mengingat-ingat apa yang telah ia katakan dan apa yang telah
Bujang katakan.Akhirnya,ia bisa tesenyum seorang diri

Lumajang, 22 November 2023

Anda mungkin juga menyukai