Anda di halaman 1dari 1

ASAL USUL AIR TERJUN HANGA-HANGA

(Dikarang oleh Suparman Tampuyak)


Pada zaman dahulu, dikerajaan Banggai banyak terdapat sumber air jatuh atau air
terjun, sehingga tanah menjadi subur, menjadikan rakyat Banggai hidup makmur. Apalagi
kerajaan Banggai waktu itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana bernama Raja
Adi Cokro.

Namun, suatu hari kebahagiaan dan ketentraman rakyat Banggai menjadi terganggu.
Mereka tidak bisa lagi menuai hasil panen, karena lahan pertanian mereka kekurangan dan
kekeringan air.

“Ah .. .. ..panen kali ini gagal. Aku tidak bisa menghasilkan satu karung beras pun.
Bagaimana nasib keluargaku ya?”, kata seorang petani.

“Sama, tanaman sayurku pun layu dan mati. Tidak ada air untuk menyiramnya,” kata
petani yang lain.

Raja Adi Cokro pun mencari tahu penyebab kenapa dinegerinya terjadi kekeringan dan
kesulitan air. Rupanya ada seorang wanita sakti yang bernama Putri Langi yang telah mengusir
sumber mata air jatuh yang ada di Banggai ke tempat yang lain. Raja pun berkata kepada
pengawalnya, “Pengawal, tolong cari seorang wanita sakti yang bernama Putri Langi, dan
antarkan ia kehadapanku. Katakan padanya aku mengundang ia untuk datang di istana
kerajaan”.

Tibalah saatnya Putri Langi tiba di istana kerajaan. Raja Adi Cokro memperlakukan Putri
Langi dengan sangat baik bahkan dijamu dengan makanan yang enak-enak. “Ampun Baginda
Raja, hal apa kiranya yang telah hamba perbuat, sehingga Baginda Raja mau mengundang
hamba untuk datang ke istana kerajaan?”. Raja Adi Cokro tersenyum sambil berkata dengan
lembut, ”Wahai, Putri Langi kenapa sumber air jatuh bisa hilang dari Banggai?”. Mendengar
pertanyaan Raja Adi Cokro, Putri Langi tertunduk malu dan berkata, ”Mohon maaf Baginda
Raja, sumber air jatuh tersebut telah hamba usir dari Banggai, karena air jatuh tersebut
suaranya sangat berisik sehingga mengganggu tidur anak hamba yang masih bayi”.

“Tindakanmu tersebut telah mendatangkan kesulitan bagi rakyat Banggai, air jatuh
tersebut harus engkau kembalikan lagi ke Banggai agar rakyat Banggai bisa hidup normal
kembali”, kata Raja. “Namun, bagaimana nasib anak hamba yang akan terganggu tidurnya dan
lama kelamaan bisa jatuh sakit? Ampun Baginda Raja, jika Baginda Raja berkenan, bagaimana
kalau air jatuh tersebut hamba isi dalam tempayan, nantinya air dalam tempayan itu akan
mengalir terus menerus sehingga mampu memenuhi kebutuhan rakyat Banggai. Kemudian
sumber air jatuh tersebut nantinya hamba akan pindahkan ke Luwuk”, kata Putri Langi. “Wahai,
Putri Langi, sumber air jatuh tersebut boleh saja dipindahkan ke Luwuk, namun harus
diletakkan disebuah bukit yang agak tinggi, agar dapat terlihat dari istana kerajaan Banggai,
kata Raja Adi Cokro.

Demikianlah Putri Langi memindahkan sumber air jatuh tersebut ke Luwuk dan
menepati janjinya untuk memberikan air kepada rakyat Banggai dalam tempayan. Sehingganya,
di daerah Banggai, banyak ditemukan sumber-sumber air yang letaknya seperti tempayan.
Begitulah akhir cerita Asal Usul Air Terjun Hanga-Hanga.

Pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita di atas adalah ketika menyelesaikan
persolan, hendaklah berlaku seperti Raja Adi Cokro yang tidak langsung menghukum Putri Langi
karena kesalahannya, melainkan ia menyelesaikan persoalan dengan tenang dan bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai