Anda di halaman 1dari 4

BABAD PEKALONGAN

Di Kerajaan Mataram Islam pada sekitar tahun (1613-1645) dikisahkan tentang negeri mataram
yang damai dan sejahtera pada masa kepemimpinan raja SULTAN AGUNG HANYONGKRO
KUSUMO yang kekuasaannya mencakup seluruh pulau Jawa, Sumatra, Bali dan Pulau Pulau
lain.

Di suatu hari,di sekitar daerah pesisir utara kerajaan Mataram dilanda musim kemarau panjang,
sehingga para Rakyat menderita kelaparan karena lahan pertanian kering tidak bisa di tanami
tumbuhan pokok makanan sehari-hari, sehingga para petani kebingungan cara mengatasi
kekeringan yang menimpa lahan pertaniannya terutama sawah-sawah yang kering tidak ada air
sehingga tidak bisa ditanami padi. SANG RAJA SULTAN AGUNG HANYONGKRO
KUSUMO pun tidak tinggal diam, sang SULTAN AGUNG pun memikirkan cara agar bisa
mengatasi kekeringan kemarau sekitaran daerah utara Mataram dan menangani masalah
penderitaan Rakyat yang dilanda kelaparan karena lahan-lahan pertanian, kebun, sawah milik
rakyat kering sehingga tidak bisa ditanami apapun yang menjadi tumbuhan pokok makanan
sehari-hari rakyat.

Akhirnya sang RAJA SULTAN AGUNG menemukan solusi dan segera memerintahkan Patih
dan senopatinya untuk melaksanakan perintahnya untuk membuka Gudang dan Lumbung
makanan kraton Mataram dan membagikan bantuan bahan pokok makanan untuk segera
dibagikan kepada rakyat yang dilanda bencana kelaparan berupa Jagung, beras, tebu,dll.
Diharapkan bisa mengatasi masalah kelaparan yang melanda rakyat Mataram. Dan
memerintahkan membendung salah satu sungai yang bernama sungai sambong, sungai tersebut
sangat besar dan tidak pernah surut airnya meskipun pada musim kemarau panjang yang terletak
tidak jauh dengan daerah sekitar daerah pesisir utara kerajaan Mataram yang sedang kekeringan,
berada dipedalaman alas roban. Dengan harapan dibendungnya sungai sambong agar bisa
ditambak dan bisa dialiri ke sungai sungai rakyat agar bisa mengairi lahan lahan pertanian dan
sawah sawah rakyat yang kering,serta bisa meningkatkan kesejahterakan Rakyat Mataram.

SULTAN AGUNG memerintahkan Patihnya, Patih Sindorejo siap menerima dhawuhnya

SULTAN AGUNG:”Wahai sang patih Sindorejo, aku memerintahkanmu untuk membuka


Gudang dan lumbung Makanan Kraton Mataram untuk membagikan bahan pokok Makanan
untuk membantu rakyat kawula kita yang sedang dilanda bencana kelaparan, dan bagikan bahan
pokok makanan tersebut secara merata dan pastikan semua rakyat menerimanya.”

Patih Sindorejo:”Baik Sinuwun, Sendiko Ngestoaken Dhawuh”

SULTAN AGUNG:”Dan Ingsun dan para Abdi dalem Kerajaan Mataram telah menemukan
solusi mengatasi bencana kekeringan di daerah sekitar pesisir utara kerajaan Mataram dalam
musim kemarau ini maka ingsun memerintahkanmu paman patih sindorejo dan prajurit mataram
untuk membendung sungai dan airnya dialiri ke sungai sungai dan aliran irigasi yang kering,
dengan harapan rakyat mataram yang menderita kekeringan bisa menanam dan memanen hasil
bumi 3 kali dalam setahun,dan Tidak Jauh dari daerah pesisir Utara kerajaan Mataram Ada
sebuah Sungai yang besar dan tidak pernah surut airnya meskipun musim kemarau sekalipun.
Bendunglah sungai tersebut dan tambaklah demi kesejahteraan Rakyat Mataram!”

Patih Sindorejo:”Ya, aku bisa melaksanakannya Sinuwun, kami para Prajurit mataram siap
berangkat hari ini Juga”

Sang Patih pun segera berangkat ke sungai Sambong bersama prajurit Mataram yang sakti
Mandraguna, senopati dan para Tumenggung Kerajaan Mataram membagikan bantuan makanan
di daerah yang dilanda kelaparan.

Akhirnya Patih Sindorejo dan para prajurit mataram sampai di Alas Roban, dari mulai masuk
hutan ini hal aneh mulai terjadi, para prajurit merasakan hawa yang tidak enak. Patih Sindorejo
bersama prajurit mataram telah sampai di sungai sambong dan dengan sigap para prajurit
mataram membendung sungai tersebut dengan menebang kayu dan membangun bendungan yang
sangat kokoh.

Hal aneh pun Terjadi, sudah 3 hari sungai tersebut dibendung para prajurit mataram namun
selalu saja bendungan tersebut jebol dan menggagalkan usaha prajurit mataram.

Sang Patih pun curiga ini adalah ulah para mahkluk halus penunggu sungai Sambong,dengan
kesaktiannya sang patih Menantang para Mahkluk halus tersebut untuk keluar dan menunjukan
diri

Patih Sindorejo:”Hmmm…,aneh mengapa sudah 3 hari ini sungai sambong selalu saja gagal
untuk dibendung, bendung pagi, siangnya jebol, bendung sore, malamnya jebol lagi. Pasti ini
ulah Mahkluk halus penunggu sungai ini, WAHAI PARA PENUNGGU SUNGAI SAMBONG
KELUARLAH DAN TUNJUKAN WUJUDMU!!!”

Dan muncullah sebuah kerajaan Ghaib siluman belut/uling penunggu sungai sambong, Sang Raja
siluman belut dan para siluman belut lainnya bersama siluman naga sengari pun menampakan
wujudnya. Raja siluman menghapiri sang Patih Sindorejo.

Raja Siluman:”Wahai manusia tamak mengapa kalian mencoba membendung sungai sambong
ini dan mengapa kalian menebang Pohon sembarangan tanpa permisi dan izin dariku?, asal
kalian tau ini adalah daerah kekuasaan kerajaan para siluman belut!”

Patih Sindorejo:”Mohon maaf Raja Siluman kami begitu lancang dan kami tidak tahu ini adalah
daerah kekuasaanmu, namun saya diutus oleh SULTAN AGUNG HANYONGKROKUSUMO
raja kraton Mataram untuk membendung sungai ini untuk kepentingan kesejahteraan dan
kemakmuran Rakyat mataram, nantinya air sungai sambong akan ditambak dan dialiri ke sungai
dan aliran irigasi sawah para rakyat yang tanahnya saat ini dilanda bencana kekeringan akibat
musim kemarau panjang saat ini”

Raja Siluman:”TIDAK BISA!, jika kalian membendung aliran sungai dan pohon pohon disini
ditebang maka Kami para siluman belut penunggu disini tidak bisa hidup karena aliran sungai
sambong merupakan sumber kehidupan Siluman belut jika dibiarkan maka kami Akan MATI!.
Lagi pula manusia sering tidak bisa dipercaya dan tamak, pulanglah wahai kisanak sebelum kami
akan melakukan perlawanan mengusir kalian!”

Sang Patih Sindorejo pun tidak ada pilihan, demi perintah sang SULTAN AGUNG Patih
Sindorejo dan pasukan Mataram melawan para Siluman penunggu sungai sambong. Peperangan
pun terjadi antara Prajurit kraton Mataram melawan Siluman Belut penunggu Sungai Sambong.
Perang tersebut membuat Patih Sindorejo dan prajurit mataram kewalahan dan kesulitan
menghadapi Para siluman belut. Alhasil Pasukan Kraton Mataram yang dipimpin oleh Patih
Sindorejo mengalami kekalahan dan memutuskan untuk mundur meninggalkan alas roban dan
kembali ke Kraton Mataram Menghadap SULTAN AGUNG untuk melaporkan atas kegagalan
membendung sungai sambong.

Setelah mendengar laporan Paman Patih Sindorejo yang pulang gagal membendung sungai
Sambong tersebut SULTAN AGUNG HANYONGKROKUSUMO pun mengadakan sayembara,
barang siapa pun yang bisa membendung sungai sambong akan diangkat menjadi Adipati Kendal
dan akan diberi Ganjaran besar dari SULTAN AGUNG kraton Mataram. Patih Sindorejo dan
Para Prajurit Mataram menyebarkan dan memberitahui berita sayembara membendung sungai
sambong ke seluruh Rakyat yang berada di Wilayah kerajaan Mataram Hingga ke pelosok-
pelosok desa.

Di Suatu tempat di desa yang kecil bernama kesesi atau asal dari kata “kasisian” yang artinya
“pengasingan”, Hiduplah Seorang tokoh Sakti Ki Ageng Cempaluk yang mendirikan padepokan
di daerah Kesesi bandungan, dan memiliki banyak murid. Ki Ageng Cempaluk hidup bersama
Putranya bernama Joko Bahurekso, Mereka tinggal di Gubug yang sangat sederhana.

Suatu hari Raden Joko Bahurekso dan para murid Ki Ageng Cempaluk mendengar ada
Sayembara membendung Sungai Sambong dari orang-orang di pasar yang sedang geger menjadi
perbincangan. Raden Bahurekso pun ingin mengikuti Sayembara tersebut, Raden Bahurekso
bersama temannya Murid Ki Ageng Cempaluk pun menemui Ki Ageng Cempaluk untuk
meminta izin dan doa restu.

Pada esok subuh Raden Bahurekso bersama Temannya Sulansari dan Oreg hendak berangkat ke
Sungai Sambong dan meminta izin kepada Ki Ageng Cempaluk

Joko Bahurekso:”Assalamualaikum,Romo”
Ki Ageng Cempaluk:”Waalaikumsalam, ngger Anakku duduklah kemari anakku lup, kalian juga
kemarilah duduk”

Joko Bahurekso:”Baik Romo”

Sulansari dan Oreg:”Baik Guru, terimakasih”

Ki Ageng Cempaluk:”Ada Apa ngger, Putraku Lup?”

Joko Bahurekso:”Romo, Aku ingin meminta izin darimu, aku bersama temanku Sulansari dan
Oreg ingin mengikuti Sayembara Membendung Sungai Sambong yang diadakan SULTAN
AGENG HANYONGKROKUSUMO Kraton Mataram. Dan kami meminta Doa Restumu
Romo”

Ki Ageng Cempaluk:”Hati-Hati Putraku Lup,saat kalian pergi ke Alas Roban Sana berhati-
hatilah disana daerahnya Angker.Semua Jurus dan ilmu ajianku sudah kalian pelajari gunakanlah
untuk membela diri jangan kalian pergunakan untuk melukai orang lain. Berangkat lah ke Sungai
Sambong,romo merestui perjalanan kalian.

Joko Bahurekso:”Baik Romo terimakasih, kami mohon diri Pamit berangkat Romo”

Raden Bahurekso bersama Raden Sulansari dan Oreg pun berangkat menuju Alas Roban dan tiba
di Sungai Sambong

Anda mungkin juga menyukai