Anggota Kelompok
- Christi Alexandra (07)
- Dean Maulidi Yani (08)
- Pandu Pramana (25)
- Rifky Arvianto (30)
- Tegar Maulana (34)
Teks Sejarah
Paragraf 2:
Mau tidak mau, Dayang Sumbi harus memenuhi janjinya sendiri untuk menikahi
Tumang, yang dulunya pernah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor anjing
Alasan: Terdapat kejadian yang tidak logis dimana Dayang Sumbi yang seorang
manusia atau dewi menikahi seekor anjing bernama Tumang.
Paragraf 3:
Secara kebetulan Dayang Sumbi melahirkan seorang bayi laki-laki dan
menamakannya Sangkuriang.
Alasan: Situasi yang ada pada kalimat di paragraf ini hanya berasal dari imajinasi
saja, dimana Dayang Sumbi dapat melahirkan seorang bayi laki – laki hasil dari
hubungan pernikahan dari seorang anjing bernama Tumang. Tidak logis
dikarenakan tidak ada atau tidak dapatnya manusia dan juga binatang
menghasilkan keturunan.
Paragraf 5: Anehnya, Tumang tidak membunuh babi hutan karena babi hutan
tersebut adalah ibu Dayang Sumbi.
Alasan : Pada paragraf ini dituliskan bahwa babi hutan merupakan Ibu dari
Dayang Sumbi, hal ini dikatakan tidak logis dikarenakan tidak ada satupun
manusia yang dilahirkan melalui rahim binatang. Dapat dilihat bahwa ini
merupakan imajinasi semata.
Paragraf 11 :
- Dayang Sumbi memintanya untuk membuat danau dan perahu dalam satu
malam sebagai hadiah pernikahan untuknya.
Alasan : Permintaan Dayang Sumbi akan Sangkuriang untuk membuatkan
danau dan perahu dalam satu malam terdengar sangat mustahil untuk
dilakukan seorang manusia dalam satu malam, sehingga kalimat ini
terdengar sangat tidak logis.
- Mengetahui hal tersebut, Sangkuriang sangat marah sehingga dia
menendang perahu dan perahu itu terbalik. Ini menjadi gunung Tangkuban
Perahu di Jawa Barat.
Alasan: Pada paragraf ini tertulis bahwa Sangkuriang menendang perahu
yang ia buat sehingga terbalik dan menjadi gunung Tangkuban Perahu, hal
ini sangat tidak logis dikarenakan gunung terbentuk dikarenakan faktor
alam, bukan dikarenakan kemarahan Sangkuriang yang menerbalikkan
perahu buatannya sehingga terbentuklah Gunung Tangkuban Perahu. Jelas
sekali bahwa hal ini merupakan fiktif belaka.
KESIMPULAN
Teks Sejarah merupakan teks yang benar – benar terjadi dan telah
dikaji oleh para ahli dan juga kebenarannya dapat dibuktikan, serta terdapat
fakta konkrit mengenai apa, siapa, kapan, dan dimana peristiwa sejarah
terjadi, situasi maupun keadaan yang dijelaskan juga sesuai dengan
kenyataan sesungguhnya. Sedangkan Teks Cerita Sejarah merupakan teks
berupa imajinasi dan sesuatu yang tidak pernah ada. Cerita ini memiliki
kalimat tidak logis dan tidak masuk akal, serta tidak mesti terakit dengan
fakta sejarah dan tidak memerlukan bukti atau saksi, situasi, dan kondisinya
hanya imajinasi dari si penulis.