Modul Perawat
Modul Perawat
JABATAN
FUNGSIONAL
PERAWAT
Pengangkatan Pertama
Deskripsi Singkat
Hasil Belajar
Pendahuluan
Haiii...... Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang Pola karier, apa yang anda
ketahui tentang Pola karier Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional
Perawat?
Anda sebagai seorang pejabat fungsional Perawat, agar dapat mengetahui career path
seorang jabfung Perawat, maka anda perlu memahami Pola karier. Uraian berikut ini
bisa untuk menambah wawasan Anda tentang Kebijakan Pengembangan Jabatan
Fungsional Perawat. Dibaca sampai tuntas yaaa.....supaya tidak gagal paham ☺
a) pengangkatan pertama
b) mutasi; dan/ atau
c) promosi.
d) penugasan khusus
Tujuan Penyelenggaraan manajemen karier PNS adalah sebagai
berikut:
a) memberikan kejelasan dan kepastian karier kepada PNS;
b) menyeimbangkan antara pengembangan karier PNS dan
kebutuhan instansi;
c) meningkatkan kompetensi dan kinerja PNS; dan
d) mendorong peningkatan profesionalitas PNS.
Pola karier merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan dan/ atau
perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setiap jenis Jabatan secara
berkesinambungan. Pola karier PNS terdiri atas:
a) pola karier instansi; dan
b) pola karier nasional
Pola karier nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri. Setiap Instansi
Pemerintah menyusun pola karier instansi secara khusus sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.
Pendahuluan
A. Perencanaan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan jenis
Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai berikut :
1) Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan pejabat
fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan butir
kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan Fungsional Kesehatan
yang dapat dinilai dengan Angka Kredit yang menggambarkan dan
mendukung pencapaian tujuan instansi itu sendiri.
2) Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang diperlukan
untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi.
3) Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk memperoleh
data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan dan disajikan
untuk kepentingan program kelembagaan, ketatalaksanaan,
kepegawaian dan pengawasan. Dengan melaksanakan analisis
jabatan akan dihasilkan informasi jabatan. Informasi jabatan
diperoleh dengan melakukan kegiatan penyusunan;
a) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama jabatan,
kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja,
perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang,
korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, dan resiko bahaya.
b) Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan ruang,
pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman kerja, pengetahuan
kerja, keterampilan kerja, bakat kerja, temperamen kerja, minat
kerja, upaya fisik, kondisi fisik, dan fungsi pekerja.
2) Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan
bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan
kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang diharapkan
meliputi:
a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja
secara teknis;
b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan;
c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Uji
Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan adalah suatu proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim Penguji
dalam rangka memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang jabatan
atau perpindahan jabatan dan atau promosi untuk menjamin
kualitas pejabat fungsional Dikecualikan untuk pengangkatan
pertama tanpa Uji Kompetensi sebagaimana disebutkan pada PP
17 tahun 2020 bahwa Uji Kompetensi untuk pengangkatan
pertama dihapuskan
3) Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar kompetensi dan
jenjang karier dari pejabat fungsional. Pengembangan kompetensi
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi
Jabatan Fungsional Kesehatan.
1) Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam
bentuk pendidikan formal dapat dilaksanakan dalam bentuk
pemberian tugas belajar. Tugas belajar diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan standar kompetensi Jabatan dan
pengembangan karier.
2) Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan dapat
dilakukan melalui:
a) Jalur pelatihan klasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal
dilakukan melalui proses pembelajaran tatap muka di dalam
kelas, paling sedikit melalui pelatihan, seminar, kursus dan
penataran.
b) Jalur pelatihan nonklasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan nonklasikal
dilakukan paling sedikit melalui e-learning, bimbingan di tempat
kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antar PNS
dengan pegawai swasta.
3) Pembinaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dilaksanakan dalam
rangka pembinaan karier pejabat fungsional sebagai PNS yang
dilaksanakan melalui sistem merit, kriteria sistem merit yang
dimaksud meliputi:
a) Seluruh jabatan sudah memiliki standar kompetensi jabatan;
b) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja;
c) Pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara terbuka;
d) Memiliki manajemen karier yang terdiri dari perencanaan,
pengembangan, pola karier dan kelompok rencana suksesi yang
diperoleh dari manajemen talenta;
e) Memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi berdasarkan
pada penilaian kinerja yang objektif dan transparan;
f) Menerapkan kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
g) Merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan
kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja;
h) Memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari tindakan
penyalahgunaan wewenang dan Memiliki sistem informasi
berbasi kompetensi yang terintegrasi dan dapat diakses oleh
seluruh pegawai ASN.
D. Pemantauan dan Evaluasi
1) Pemantauan
Sistem pengawasan/ pemantauan dirancang untuk difokuskan pada
pencermatan atas pelaksanaan Rencana Aksi dan Rencana Induk
Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan. Komitmen dari unsur
unsur yang melaksanakan rencana sebagaimana tertuang dalam
Rencana Induk maupun Rencana Aksi Pengelolaan Jabatan
Fungsional Kesehatan, menjadi titik perhatian dalam pengawasan
pengelolaan ini. Penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam
pelaksanaan, akan dijadikan bahan evaluasi dalam penataan
pengelolaan kedepannya dan memecahkan permasalahan tersebut
melalui koordinasi dengan para pemangku kepentingan.
2) Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara terpadu, didukung dengan pemantauan
yang intensif, untuk mengetahui berbagai perkembangan kemajuan
dan permasalahan pelaksanaan kegiatan program terkait
sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Induk dan Rencana
Aksi, sesuai pedoman evaluasi yang ditetapkan. Evaluasi Jabatan
Fungsional Kesehatan dilakukan secara berkala, setiap tahun. Di
luar evaluasi berkala, dapat dilakukan evaluasi paruh waktu atau
evaluasi dengan tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan, yang
dilaksanakan sesuai dengan pedoman evaluasi khusus yang
ditetapkan.
Pendahuluan
1. Peningkatan Kualifikasi
2. Penilaian Kinerja
3. Uji Kompetensi
4. Kebutuhan Organisasi
Uraian Materi Pokok 3
A. Peningkatan Kualifikasi
Pejabat Fungsional Perawat dalam mengembangkan kariernya harus
memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan sesuai dengan persyaratan
jabatan. Sesuai dengan Permenpan 35 tahun 2019 tentang Jabatan
Fungsional Perawat untuk kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan
untuk pengangkatan dalam kategori keterampilan yaitu D3
Keperawatan dan untuk kategori keahlian yaitu Ners
B. Penilaian Kinerja
1. Penilaian kinerja Perawat bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
2. Penilaian kinerja Perawat dilakukan berdasarkan perencanaan
kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi,
dengan memperhatikan target, capaian, hasil dan manfaat yang
dicapai, serta perilaku PNS.
3. Penilaian kinerja Perawat dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif, dan transparan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
C. Uji Kompetensi
Uji kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap
kompetensi teknis, manajerial dan/atau sosial kultutural dari Perawat
dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam jabatan. Kompetensi
manajerial diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan. Kompetensi Teknis,
diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis. Kompetensi Sosial
Kultural, diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan. Uji Kompetensi sesuai standar kompetensi
yang telah disusun oleh Instansi Pembina baik untuk, perpindahan dari
jabatan lain maupun promosi (kenaikan jenjang satu tingkat lebih tinggi)
serta alih kategori.
D. Kebutuhan Organisasi
Dalam mengembangkan karier Perawat selain harus memenuhi
persyaratan kualifikasi, kinerja bernilai baik dan lulus uji kompetensi,
juga harus sesuai dengan kebutuhan organisasi, yaitu tersedianya
formasi jabatan yang akan dituju. .Setiap Instansi Pemerintah wajib
menyusun kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS berdasarkan
analisis Jabatan dan analisis beban kerja. Penetapan kebutuhan PNS
dalam JF dihitung berdasarkan beban kerja yang ditentukan dari
indikator kebutuhan JF. Instansi Pusat dan Instansi Daerah wajib
melaksanakan anjab dan abk sbg prasyarat utk menyusun peta jabatan,
uraian jabatan serta jumlah kebutuhan ASN. Pengangkatan PNS ke
dalam jabatan fungsional harus disesuaikan dengan formasi kebutuhan
jabatan pada organisasi instansi Pemerintah.
SEKARANG SAYA TAHU
Seiring dengan hal ini, pembangunan lima tahun ke depan yang tertuang di
Rencana Pembangunan Jangka Menengah IV (2020-2025) mengarah
kepada kondisi masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur
melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.
Hasil Belajar
Pengembangan Kompetensi
dalam Pencapaian Kompetensi ASN
Pendahuluan
A. Kompetensi ASN
Anda pasti sering mendengar istilah ASN. Apakah ASN sama dengan
PNS? Apa yang Anda ketahui tentang Kompetensi ASN? Pelajarilah materi
berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!
A. Kompetensi ASN
a. Komunikasi,
c. Mengelola perubahan,
d. Pengambilan keputusan,
e. Integritas,
f. Kerjasama,
h. Pelayanan publik
1) Penyelenggara
Penyelenggara analisis kebutuhan pengembangan
kompetensi adalah masing-masing Satuan Kerja (Satker) di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
2) Sasaran
3) Waktu
4) Metode
Tahapannya adalah:
a) Persiapan
b) Pelaksanaan
Pendahuluan
A. Pelatihan klasikal
A. Pelatihan Klasikal
2. Pelatihan manajerial,
3. Pelatihan teknis,
4. Pelatihan fungsional,
6. Seminar,
8. Kursus,
9. Penataran,
11. Sosialisasi.
B. Pelatihan Non Klasikal
1. Coaching,
2. Mentoring,
3. E-learning,
5. Detasering (secondment),
Pendahuluan
Penjabaran peran ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
Pusat Pelatihan SDM Kesehatan bertugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
A. Regulator.
D. Pembinaan
Uraian Materi Pokok 3
A. Regulator
Itulah peran regulator oleh Puslat SDM Kesehatan. Selanjutnya Anda akan
mempelajari tentang akreditasi pelatihan kesehatan. Selamat belajar!
B. Akreditasi Pelatihan Kesehatan
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus:
1. Peserta
2. Pelatih/Fasilitator
3. Kurikulum
Keterangan:
D. Pembinaan
Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPD 2 Kebijakan Pengembangan Kompetensi
SDM Kesehatan. Jika Anda belum sepenuhnya memahami materi, silakan
pelajari Kembali modul dari awal ya!
REFERENSI
Deskripsi Singkat
Hasil Belajar
Pendahuluan
2. Kedudukan
3. Tanggung Jawab
Anda sebagai seorang pejabat fungsional Perawat, agar dapat mengetahui peran,
fungsi, kedudukan dan tanggungjawab jabatan fungsional Perawat, maka anda
perlu memahami materi ini. Uraian berikut ini bisa menambah wawasan
kedudukan, tanggungjawab, wewenang, peran dan fungsi Jabatan Fungsional
Perawat. Dibaca sampai tuntas yaaa ☺.....
B. Kedudukan
C. Tanggung jawab
Pendahuluan
Setelah kita memahami tentang kedudukan, tanggung jawab, wewenang,
peran dan fungsi, serta pelantikan dan pengambilan sumpah/janji Pejabat
Fungsional Perawat, sekarang Anda akan mempelajari materi selanjutnya
yaitu materi tentang kategori, jenjang, dan tunjangan Jabatan Fungsional
Perawat.
Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang kategori dan jenjang jabatan
fungsional Perawat. Apa yang Anda ketahui tentang kategori dan jenjang jabatan
fungsional Perawat ?
A. Kategori
Jabatan Fungsional Perawat merupakan jabatan fungsional
kategori keterampilan dan kategori keahlian
B. Jenjang jabatan
1. Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori keterampilan dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang tertinggi terdiri atas:
a. Perawat Terampil;
b. Perawat Mahir; dan
c. Perawat Penyelia.
2. Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori keahlian dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang tertinggi, yaitu:
a. Perawat Ahli Pertama;
b. Perawat Ahli Muda;
c. Perawat Ahli Madya; dan
d. Perawat Ahli Utama.
Pendahuluan
Setelah Anda mengetahui dan memahami tentang kategori, jenjang,
dan tunjangan Jabatan Fungsional Perawat, selanjutnya Anda harus
mempelajari mekanisme pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
Perawat. Pada materi pokok ini, Anda akan mempelajari tentang
mekanisme pengangkatan pertama, perpindahan dari jabatan lain, dan
promosi. Materi ini sejalan dengan materi yang sebelumnya telah Anda
simak ☺.
C. Promosi
1. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi dilaksanakan dalam hal:
a. PNS yang belum menduduki Jabatan Fungsional
Perawat; atau
b. kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Perawat satu
tingkat lebih tinggi dalam satu kategori Jabatan
Fungsional Perawat.
2. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai
Standar Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina;
b. memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat;
c. nilai kinerja/prestasi paling rendah bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir;
d. memiliki rekam jejak yang baik;
e. tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan
profesi PNS; dan
f. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.
b. Pengangkatan dalam jabatan fungsional Perawat melalui
promosi harus mempertimbangkan ketersediaan lowongan
jenjang Jabatan Fungsional Perawat yang akan diduduki.
c. Angka Kredit untuk pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
Perawat melalui promosi dinilai dan ditetapkan dari tugas
jabatan.
d. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi ditetapkan berdasarkan kriteria:
1) termasuk dalam kelompok rencana suksesi;
2) menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan
kepentingan nasional, dan diakui oleh lembaga
pemerintah terkait bidang inovasinya; dan
3) memenuhi standar kompetensi jenjang jabatan yang akan
diduduki.
SEKARANG SAYA TAHU
Penilaian Kinerja
Pendahuluan
Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang penilaian kinerja. Apa yang Anda
ketahui tentang penilaian kinerja?
Mari kita mulai mempelajarinya ya, apakah Anda yakin bisa ? Saya yakin
Anda pasti bisa. Tetap fokus ya
A. SKP
Pada awal tahun, Perawat wajib menyusun SKP, yang merupakan
target kinerja Perawat berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang
bersangkutan. SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari
uraian kegiatan tugas jabatan sebagai turunan dari penetapan kinerja
unit kerja.
1. Target kinerja terdiri dari kinerja utama berupa target Angka
Kredit dan/ atau kinerja tambahan berupa tugas tambahan.
2. Target Angka Kredit, diuraikan dalam bentuk butir kegiatan
tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri no 35 tahun
2019.
3. Tugas tambahan ditetapkan oleh pimpinan unit kerja
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
4. Target Angka Kredit dan tugas tambahan sebagai dasar untuk
penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP.
5. SKP yang disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung
6. Penilaian SKP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Hasil penilaian SKP Perawat ditetapkan sebagai capaian SKP.
B. Perilaku Kerja
Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja dalam
Jabatan Fungsional Perawat dan dinilai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami
aspek etik dan legal keperawatan.
Ada beberapa hal yang tidak bisa dilupakan seorang perawat dimanapun ia berada
untuk dapat menunjukkan identitasnya sebagai perawat, baik di rumah, di tempat
kerja atau di lingkungan masyarakat
Prinsip Etik
a. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati
atau menghargai pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus
menghargai hak-hak pasien/klien seperti
hak untuk pencegahan bahaya dan
mendapatkan penjelasan secara benar.
https://www.dcmedical.org/
b. Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan
dengan hak seseorang untuk memilih
bagi diri mereka sendiri, apa yang
menurut pemikiran dan pertimbangannya merupakan hal yang
terbaik. Dengan demikian akan melibatkan konsep diri dalam
menentukan nasib atau mempertanggung jawabkan dirinya
sendiri.
e. Konfidensialitas/Kerahasiaan
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap
semua informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya.
Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang
diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai
dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara
tidak tepat.
f. Keadilan/Justice
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada
semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau
tidak berat sebelah
g. Kesetiaan
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap
tenaga keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan
keperawatan kepada individu, pemberi kerja, pemerintah dan
masyarakat.
Nilai-nilai Etik
a. Kesehatan dan kesejahteraan
Perawat peduli terhadap kesehatan dan
kesejahteraan serta membantu orang lain
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam rentang situasi
sehat normal, sakit, cedera atau dalam proses
menghadapikematian.
b. Pilihan
Perawat mendukung dan menghargai otonomi klien serta
membantunya mengekspresikan kebutuhan dan nilai kesehatan
serta mendapatkan informasi pelayanan yangtepat.
Sepertinya anda
c. Martabat
Perawat menghargai dan mengadvokasi martabat dan
kehormatan diri manusia.
Perawat dalam melaksanakan asuhan bertanggung jawab
terhadap kebutuhan, nilai-nilai dan pilihan klien. Perawat juga
mempunyai perhatian terhadap kelompok resiko serta
mengadvokasi martabat klien dalam penggunaan teknologi di
tatanan pelayanan kesehatan. Perawat mengobservasi kondisi
kesehatan dan social yang memungkinkan seseorang hidup
bermartabat sepanjang hidupnya dan selama proseskematian.
d. Akuntabilitas
Perawat bertindak secara konsisten sesuai dengan standar
praktik dan tanggung jawab profesi.
2) Kumpulkan fakta-fakta
• Apakah fakta-fakta yang relevan untuk masalah tsb? Apa
fakta- fakta yang tidak diketahui?
• Apakah individu-individu dan kelompok-kelompok memiliki
andil penting terhadap hasil (keputusan yang dibuat)? Apakah
sebagian dari mereka punya andil lebih besar karena
kebutuhan tertentu atau karena kita memiliki kewajiban untuk
mereka?
• Apa opsi-opsi tindakan yang dibuat? Apakah semua pihak
yang relevan telah dikonsultasikan? Jika Saudara
memperlihatkan daftar opsi pada seseorang yang Saudara
hormati, apa yang akan dia katakan?
Pendahuluan
Dasar dari munculnya masalah legal adalah diawali dengan masalah etik,
ketika masalah etik tidak dapat dikelola dengan baik dan tidak
terselesaikan akan berisiko masuk kedalam masalah legal atau hukum,
oleh karena itu sebagai seorang perawat tidak boleh buta akan hukum
yang mengatur atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
khususnya yang mengatur masalah keperawatan
Informed consent
Dokter:
Berperan sebagai pemberi penjelasan/informasi jika berhalangaan
dapat diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengetahuannya
2.1. Hak Klien
Beberapa hak pasien secara umum adalah : mempunyai hak
untuk dinformasikan (to be informed) , mempunyai hak untuk
didengarkan (to be heard), mempuyai hak untuk memilih (to be
choice) dan mempunyai hak untuk diselamatkan (to be safety).
Hasil Belajar
MATERI POKOK
Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
Tugas jabatan fungsional perawat terdiri dari unsur utama dan penunjang.
Unsur utama terdiri dari kegiatan pelayanan keperawatan dan
pengembangan profesi sedangkan unsur penunjang merupakan rangkaian
kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas perawat di bidang pelayanan
keperawatan.
A. Unsur utama
B. Unsur penunjang
Uraian Materi Pokok 1
Salam semangat……………..
Selamat datang dalam modul kegiatan Jabatan Fungsional Perawat. Sebelum kita
membahas lebih lanjut tentang unsur utama dan unsur penunjang, apa yang Anda
ketahui tentang kedua unsur tersebut?
Anda sebagai pemangku jabatan fungsional perawat agar dapat menjalankan peran,
fungsi dan tugasnya sebagai seorang perawat yang profesional wajib memahami kegiatan
jabatan fungsional perawat. Uraian berikut ini dapat menambah wawasan Anda tentang
kegiatan jabatan fungsional perawat, oleh karenanya wajib di baca sampai tuntas ya agar
tidak gagal paham, agar dapat lebih memahami topik ini, silakan anda mengunduh dan
membacanya langsung Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi nomor 35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat.
A. Unsur utama
1. Pelayanan keperawatan
Unsur pelayanan keperawatan adalah kegiatan perawat yang
berkaitan dengan pelayanan kepada klien, keluarga, kelompok
dan masyarakat, pelayanan keperawatan meliputi sub unsur
kegiatan asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan
secara rinci sub unsur akan dibahas berikut. serta sub unsur
a. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan rangkaian interaksi dan
tindakan keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada klien dan lingkungannya untuk memenuhi
kebutuhan dan mendukung kemandirian klien dalam
merawat dirinya. Asuhan keperawatan dilakukan melalui
tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan . hasil asuhan
keperawatan dicata, dilaporkan dan didokumentasikan
dalam bentuk dokumentasi keperawatan.
Kegiatan asuhan keperawatan berlaku untuk setiap
kategori perawat di setiap jenjang jabatan dengan butir-
butir kegiatannya berbeda baik kategori ketrampilan dan
kategori keahlian.
b. Pengelolaan Keperawatan
Pengelolaan keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk menunjang asuhan keperawatan. mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengendalian dan pemantauan baik di level
ruang rawat (first line manager), unit layanan/ instalasi
(middle manager) dan bidang/ bagian (top manager).
Kegiatan pengelolaan keperawatan hanya berlaku untuk
jenjang kategori keahlian.
Uraian tugas pengelolaan keperawatan sebanyak 28 butir
kegiatan, hanya berlaku untuk perawat keahlian di setiap
jenjang jabatan.
Jumlah butir kegiatan asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan
pada setiap jenjang tergambar pada tabel dibawag ini.
Jenjang
Kategori Butir Kegiatan Jumlah
Jabatan
Terampil 18
Ketrampilan Mahir 28 73
Penyelia 27
Ahli Pertama 51
Ahli Muda 44
Keahlian 163
Ahli Madya 43
Ahli Utama 25
2. Pengembangan profesi
Pengembangan profesi merupakan kegiatan yang dilakukan
perawat untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas
kompetensi perawat sehingga menjamin kualitas asuhan yang
dilakukan tetap optimal.
Tugas kegiatan pengembangan profesi diberlakukan untuk
semua kategori pemangku jabatan fungsional perawat di semua
jenjang jabatan, meliputi:
a) Perolehan ijazah/ gelar pendidikan formal sesuai dengan
bidang tugas perawat,
b) Pembuatan karya tulis / karya ilmiah di bidang pelayanan
keperawatan,
c) Penerjemahan/ penyaduran buku dan bahan-bahan lain di
bidang pelayanan keperawatan, pembuatan buku
pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis di bidang
pelayanan keperawatan,
d) Pengembangan kompetensi di bidang pelayanan
keperawatan dan
e) Kegiatan lain yang mendukung pengembangan profesi
yang ditetapkan oleh Instansi Pembina di bidang
pelayanan keperawataan.
B. Unsur Penunjang
Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan
tugas perawat, yang meliputi kegiatan:
a. Pengajar / pelatih di bidang pelayanan keperawatan sertifikat;
b. Keanggotaan dalam tim penilai/ tim uji kompetensi;
c. Tugas lain yang mendukung pelaksanaan tugas Jabatan
fungsional perawat;
d. Perolehan penghargaan:
e. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya yang tidak sesuai dengan
tugas bidang jabatan fungsional perawat:
◼ Tugas kegiatan jabatan fungsional perawat terdiri dari unsur utama dan
unsur penunjang.
Pada pembahasan kali ini yang akan dibahas hanya uraian kegiatan jenjang jabatan
Perawat Terampil dan Perawat Ahli Pertama saja sebagai contoh. Untuk jenjang
jabatan lainnya Anda dapat mempelajari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Petunjuk Teknisnya yang bisa di unduh pada LMS.
Uraian Materi Pokok 2
Sebelum anda mempelajari materi ini, silahkan ingat-ingat kembali kegiatan yang telah
Anda lakukan dalam melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan, pengelolaan
keperawatan, pengembangan profesi dan penunjang di unit kerja Anda
Untuk memperjelas pemahaman butir kegiatan ahli pertama, masri kita simak video
asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan berikut (tindakan penanganan
kondisi gawat daruat, pengelolaan klien di ruangan)
Tentunya senang ya……. karena bertambah pengetahuan dan pemahaman kita dan siap
menjalankan kegiatan sebagai pejabat fungsional perawat…
REFERENSI
BELUM ADA
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT
Deskripsi Singkat
Daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) Perawat merupakan
dokumen yang wajib disusun oleh Pejabat Fungsional Perawat yang
mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Permenpan RB RI)
Nomor 35 tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat. Materi
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) Jabatan Fungsional
Perawat membahas tentang mekanisme pengusulan kenaikan
jabatan dan pangkat jabatan fungsional perawat, identifikasi bukti
fisik, dan penghitungan angka kredit. Strategi pembelajaran secara
team teaching. Metode pembelajaran dilakukan dengan cara
ceramah interaktif dan latihan membuat DUPAK, yang dilakukan
secara individu. Lama waktu proses pembelajaran 10 jam
pembelajaran (jp).
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK).
Pendahuluan
Daftar usulan penetapan angka kredit dibuat oleh pejabat fungsional (JF)
Perawat berasal dari kegiatan harian yang direkap dalam formulir harian
(P1). Form harian dibuat setiap kali melakukan kegiatan, serta setiap
bulannya diverifikasi serta ditandatangani oleh yang bersangkutan dan
atasan langsung. Kegiatan harian setiap bulannya direkap kedalam
kegiatan bulanan. Rekap kegiatan bulanan dilaporkan dalam kegiatan
semesteran, untuk selanjutnya diajukan sebagai daftar usulan penetapan
angka kredit (DUPAK).
1.2.1. Pengertian
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas
prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap
Negara.
Tata cara pengajuan DUPAK adalah teknik/cara mengajukan
angka kredit yang telah disusun dalam bentuk DUPAK yang telah
dilakukan oleh pejabatan fungsional kesehatan tertentu. Kenaikan
jabatan fungsional sangat ditentukan oleh seberapa banyak jumlah
kumulatif angka kredit yang berhasil dikumpulkan. Pengumpulan
angka kredit yang dilakukan setiap hari dituliskan dalam format
laporan harian, bulanan dan semesteran.
1.2.2. Mekanisme Pengajuan DUPAK
Pengusulan penetapan angka kredit (PAK) Perawat berdasarkan
Permenpan RB Nomor 35 tahun 2019 tentang Pejabat Fungsiona
Perawat dapat diajukan oleh:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi pelayanan
keperawatan atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan Instansi
Pembina kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang
membidangi pelayanan keperawatan atau Pejabat Pimpinan
Tinggi Madya lain yang ditunjuk pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di Perawat kesehataan
untuk Angka Kredit bagi Perawat Ahli Utama di lingkungan
Instansi Pemerintah.
b. Pimpinan Unit Kerja/ Unit Pelaksana Teknis atau Pejabat lain yang
membidangi kepegawaian atau Pelayanan Keperawatan atau
Pejabat yang ditunjuk pada Instansi Pemerintah paling rendah
Pejabat Administrator, kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama
yang membidangi kesekretariatan atau Pelayanan Keperawatan
atau Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang ditunjuk pada
Instansi Pemerintah untuk Angka Kredit bagi Perawat Ahli Madya
di lingkungan Instansi Pemerintah
c. Pimpinan Unit Kerja/ Unit Pelaksanan Teknis Pejabat lain yang
membidangi kepegawaian atau Pelayanan Keperawatan atau
Pejabat yang ditunjuk pada Instansi Pemerintah, paling rendah
Pejabat Administrator, kepada Pejabat Tinggi Pratama yang
membidangi Pelayanan Keperawatan atau Pejabat Tinggi
Pratama yang ditunjuk pada Instansi Pemerintah untuk Angka
Kredit bagi Perawat Ahi Pertama, Perawat Ahli Muda, dan
Perawat Kategori Keterampilan di lingkungan Instansi
Pemerintah.
A. Tata cara kenaikan jabatan dan pangkat
a. Kementerian Kesehatan
1) Kenaikan Jabatan
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
untuk pengusulan kenaikan Pejabat Fungsional
Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
yang bersangkutan mengusulkan kepada unit Eselon I
yang membawahi unit kerja/UPT yang bersangkutan
melalui unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian pada unit
Eselon I yang membawahi unit kerja/UPT yang
bersangkutan memeriksa persyaratan dan
kelengkapan berkas yang diperlukan dan disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal melalui Biro Kepegawaian
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.
d) Biro Kepegawaian memeriksa kembali berkas
pengusulan kenaikan jabatan untuk selanjutnya
memproses surat keputusan kenaikan jabatan.
e) Surat keputusan kenaikan jabatan Pejabat Fungsional
Perawat ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri.
f) Surat keputusan kenaikan jabatan asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Kepala KPPN,
pimpinan unit Eselon I yang membawahi unit
kerja/UPT yang bersangkutan, pimpinan unit
kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.
2) Kenaikan Pangkat
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
untuk pengusulan kenaikan pangkat Pejabat
Fungsional Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
yang bersangkutan mengusulkan kepada unit Eselon I
yang membawahi unit kerja/UPT yang bersangkutan
melalui unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian pada unit
Eselon I yang membawahi unit kerja/UPT yang
bersangkutan memeriksa persyaratan dan
kelengkapan berkas yang diperlukan dan disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal melalui Biro Kepegawaian
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.
d) Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan mengusulkan nota persetujuan ke Badan
Kepegawaian Negara.
e) Surat keputusan kenaikan pangkat asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Kepala KPPN,
pimpinan unit Eselon I yang membawahi unit
kerja/UPT yang bersangkutan, pimpinan unit
kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.
2) Kenaikan Pangkat
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja untuk pengusulan kenaikan
pangkat Pejabat Fungsional Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja yang bersangkutan mengusulkan
kenaikan pangkat kepada Pimpinan Instansi melalui
unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit Kerja yang membidangi kepegawaian Instansi,
memeriksa berkas usulan kenaikan pangkat dan
berkas yang memenuhi persyaratan disampaikan
kepada Pimpinan Instansi.
d) Unit Kerja yang membidangi kepegawaian Instansi
mengusulkan nota persetujuan ke Badan
Kepegawaian Negara.
e) Surat keputusan kenaikan pangkat asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, Kepala KPPN,
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, pimpinan
unit kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.
2) Kenaikan Pangkat
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan UPTD/LTD untuk pengusulan kenaikan
pangkat Pejabat Fungsional Perawat.
b) Pimpinan UPTD/LTD yang bersangkutan
mengusulkan kenaikan pangkat kepada Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota melalui unit kerja yang
membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian di Dinas
yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota memeriksa berkas usulan
kenaikan pangkat dan berkas yang memenuhi
persyaratan disampaikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
d) Surat keputusan kenaikan pangkat asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala Kantor Regional BKN,
Kepala BKD Provinsi/Kabupaten/Kota, Unit Kerja
yang membidangi Kepegawaian di
Provinsi/Kabupaten/Kota, Pejabat yang berwenang
menetapkan Angka Kredit, Kepala KPPN setempat,
Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Daerah,
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan,
Pimpinan UPTD/LTD dan pembuat daftar gaji PNS
yang bersangkutan.
Kenaikan pangkat Perawat dapat dipertimbangkan apabila:
1) Paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir
2) Memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih inggi
3) Setiap unsur penilaian kinerja paling rendah bernilai baik
dalam 2 (dua tahun terakhir
Langkah-langkah :
P.B.A.K
Pim. UPT Kemkes
1) Instansi Pusat
Daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) adalah formulir yang berisi
keterangan perorangan Perawat dan butir kegiatan yang dinilai dan harus
diisi oleh Perawat dalam rangka penetapan angka kredit (PAK). DUPAK,
PAK dan dokumen pendukung merupakan persayaratan yang wajib
dipenuhi oleh seorang Perawat sebagai dasar untuk pengusulan kenaikan
jabatan dan pangkat jabatan fungsional Perawat.
Peregangan dulu yoook…… biar ga jenuh (silahkan buka link dibawah ini)
https://www.youtube.com/watch?v=dexpMeQVpFk
Materi Pokok 2
Pendahuluan
Bukti fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan kegiatan
pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat fungsional Pearwat,
sebagai data dukung. Bukti fisik merupakan kelengkapan dokumen dalam
pengajuan daftar usulan penetapan angka kredit. Unsur-unsur yang harus
dipenuhi pada bukti fisik meliputi kecukupan, validitas, keaslian dan
kekinian.
Bukti fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan kegiatan
pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat fungsional Perawat,
sebagai data pendukung dokumen. Data pendukung dokumen yang
disajikan harus memenuhi unsur validitas, keaslian dan kekinian
a. Validitas
Validitas berarti dapat menunjukkan bukti-bukti dokumen yang
sah dan tepat. Dokumen yang disajikan sebagai bukti data dukung
telah diverifikasi oleh atasan langsung, ditandai dengan tanda
tangan atasan langsung (Pejabat yang berwenang) dan dicap
basah Instansi/Unit kerjanya. Jika dokumen dalam bentuk
fotocopy diberi legalisir dan dibubuhi stempel basah.
Menyatakan bahwa:
Nama :
NIP :
Pangkat/golongan ruang/TMT :
Jabatan :
Unit kerja :
Jumla
Jumlah Angk
Uraian Satua h Keteranga
N Tangg Volume a
Kegiata n Angka n/
o al Kegiata Kredi
n Hasil Kredi bukti fisik
n t
t
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
4.
5.
ds
t
Menyatakan bahwa:
Nama :
NIP :
Pangkat/golongan ruang/TMT :
Jabatan :
Unit kerja :
Jumla
Jumlah Angk
Uraian Satua h Keteranga
N Tangg Volume a
Kegiata n Angka n/
o al Kegiata Kredi
n Hasil Kredi bukti fisik
n t
t
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
4.
5.
ds
t
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
..........., ........................
Atasan Langsung
NIP......................
SEKARANG SAYA TAHU
Pendahuluan
Angka kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan dan merupakan
akumulasi nilai dari uraian kegiatan yang harus dicaai oleh Perawat dalam
rangka pembinaan karier. Penghitungan angka kredit diawali dari
pengisian form laporan kegiatan harian, bulanan, semesteran hingga
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK). DUPAK sebagai dasar
penetapan angka kredit (PAK), yang selanjutnya digunakan dalam proses
pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat pejabat fungsional Perawat.
Penghitungan angka kredit diawali dari log book, mulai dari pengisian
laporan harian, laporan bulanan, sampai dengan laporan enam (6) bulanan
(semester). Untuk mengurangi kesalahan dalam memasukkan data
kelaporan harian, bulanan dan enam bulanan (semesteran) sebaiknya
menggunakan excel dengan penghitungannya menggunakan rumus.
Dibuat terhubung (link) antara laporan harian ke laporan bulanan, hingga
ke laporan enam bulanan (semesteran).
Tutorial Penyusunan
DUPAK.mp4
Praktik penyusunan daftar usulan angka kredit (DUPAK) dapat dilihat pada
panduan praktik (terlampir).
REFERENSI
Hasil Belajar
Pendahuluan
Dalam UU Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
disebutkan bahwa setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan
dan analisis beban kerja yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun yang diperinci 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Penyusunan kebutuhan formasi pejabat fungsional menjadi dasar dan
kunci utama dalam pengembangan karir PNS. Sehubungan dengan
hal tersebut di atas, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan PMK
No 43 Tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional
Kesehatan, PMK tersebut mengatur mengenai tata cara penyusunan
formasi bagi Jabatan Fungsional Kesehatan yang dapat digunakan
oleh setiap instansi baik tingkat Pusat maupun Daerah yang dalam
menjalankan tugas dan fungsinya membutuhkan kinerja pejabat
fungsional.
Halo JF Perawat......
Yuk kita bahas dulu tentang prinsip perhitungan formasi jabatan fungsional Perawat
ya....
Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas tanggung jawab yang
dijabarkan kedalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan tertulis untuk semua
tingkatan jabatan dalam satu unit yang mencerminkan fungsi, tanggung
jawab, dan kualitas yang dibutuhkan. Dalam pengertian lain diartikan
bahwa Uraian Tugas adalah paparan semua tugas dan jabatan yang
merupakan upaya pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan
kerja menjadi hasil kerja menggunakan perangkat kerja dalam kondisi
tertentu
Apakah Saudara sudah memahami tentang identifikasi uraian tugas? Kalo belum
paham, silahkan membaca ulang kembali ya.....
Setelah sahabat memahami penentuan volume kegiatan, penting juga kita untuk
memahami penentuan waktu penyelesaian kegiatan. Yuk kita sama sama simak
penjelasan berikut ini .....
Waktu kerja adalah waktu kerja efektif yang digunakan untuk bekerja.
Waktu kerja efektif terdiri atas
a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari
minggu, hari libur nasional dan daerah serta cuti.
b. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan
waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance).
Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30% dari jumlah jam kerja
formal.
c. Jumlah jam kerja formal dalam 1 minggu dihitung 37,5 jam.
Untuk dapat melakukan analisis beban kerja secara baik dan benar,
terlebih dahulu perlu ditetapkan alat ukurnya, sehingga pelaksanaannya
dapat dilakukan secara transparan. Keterbukaan/transparansi ini sebagai
suatu syarat agar pelaksanaan analisis beban kerja dapat dilaksanakan
secara obyektif, sehingga laporan hasil analisis beban kerja benar-benar
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria suatu alat ukur yaitu :
a. Valid, artinya alat ukur yang akan dipergunakan mengukur
beban kerja sesuai dengan material yang akan diukur;
b. Konsisten, artinya dalam melakukan analisis beban kerja
harus konsisten dari waktu ke waktu;
c. Universal, artinya alat ukur harus dapat dipergunakan untuk
mengukur berbagai unit kerja maupun hasil kerja, sehingga tidak
ada alat ukur yang lain atau khusus untuk suatu unit kerja atau
hasil kerja.
Sesuai dengan kriteria alat ukur, maka dalam pelaksanaan analisis beban
kerja yang dipergunakan sebagai alat ukur adalah jam kerja efektif yang
harus diisi dengan tindak kerja untuk menghasilkan berbagai produk baik
yang bersifat konkrit (benda) atau abstrak (jasa). Dalam Keputusan
Presiden Nomor 68 Tahun 1995 telah ditentukan jam kerja instansi
pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik untuk yang 5 (lima) hari kerja
ataupun yang 6 (enam) hari kerja.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat dihitung Hari kerja dan jam kerja
efektif yang akan digunakan sebagai alat ukur dalam melakukan analisis
beban kerja. Contoh penghitungan 1:
a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi
hari libur dan cuti.
1) Untuk 5 hari kerja : - Jumlah hari per tahun 365 - Libur Sabtu-
Minggu 104 hari - Libur Resmi 14 hari - Cuti 12 Hari - Jumlah
Hari Libur 130 hari - Hari kerja efektif 365 hari di kurangi
jumlah hari libur 130 Hari = 235 hari
2) Untuk 6 hari kerja : - Jumlah hari per tahun 365 - Libur Minggu
52 hari - Libur Resmi 14 hari - Cuti 12 hari - Jumlah Hari Libur
= 78 hari - Hari kerja efektif 365 hari dikurangi hari libur 78
hari = 287 hari 287 hari
D. Membaca formasi/peta jabatan
Keterangan :
• LFJFK adalah Lowongan Formasi yang dihitung dalam jenjang
jabatan tertentu yang dapat diisi dalam tahun yang dihitung;
• TFJFK adalah Total formasi yang dihitung menurut jenis dan jenjang
jabatan tertentu yang diperlukan pada tahun yang dihitung;
• JFK adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang ada pada saat tahun yang dihitung;
• JFKM adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang akan masuk ke jenjang dan jenis jabatan fungsional
kesehatan pada saat tahun yang dihitung;
• JFKN adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang akan naik ke jenjang jabatan berikutnya pada saat tahun
yang dihitung;
• JFKB adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang akan berhenti (karena pindah, pensiun, dll) pada saat
tahun yang dihitung.
Peta jabatan yang jelas, merupakan refleksi komposisi
jabatan menggambarkan secara jelas, secara vertikal
menggambarkan struktur kewenangan tugas dan
tanggungjawab jabatan dari para ASN, secara horizontal
menggambarkan pengelompokan jenis dan spesifikasi tugas
dalam organisasi. Peta jabatan dibuat sesuai dengan
struktur organisasi dari setiap unit kerja. Peta jabatan terdiri
atas susunan narna dan tingkat jabatan struktural dan
fungsional yang tergarnbar dalarn struktur unit organisasi
dari tingkat yang paling rendah sarnpai dengan yang paling
tinggi. Peta jabatan rnenggarnbarkan seluruh jabatan yang
ada dan kedudukan dalarn unit organisasi serta rnernuat
jurnlah pegawai, pangka/lgolongan ruang, kualifikasi
pendidikan, dan beban kerja unit organisasi.
E. E-Formasi
E-Formasi merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk keperluan
penyusunan formasi jabatan fungsional kesehatan. Aplikasi ini dapat
digunakan untuk menghitung formasi jabatan fungsional kesehatan serta
digunakan untuk mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan
formasi dari Instansi Pembina.
Tetap semangat………
SEKARANG SAYA TAHU
Pendahuluan
Karier adalah urutan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan
pekerjaan serta yang menciptakan sikap dan perilaku tertentu pada diri
seseorang (Gibson, Ivancevich & Donelly, 2000). Simamora (1995)
menyatakan bahwa karier bukanlah sesuatu yang harus diserahkan pada
pegawai saja, melainkan karier haruslah dikelola oleh organisasi untuk
memastikan alokasi sumber daya manusia dan modal yang efisien. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Greenhaus, Callanan & Godshalk (2000) bahwa
karier dapat dilihat dari perspektif individu dan organisasional karena karier
individu dan organisasional tidaklah terpisah dan berbeda.
Baik…bagaimana rasanya? Sudah lebih rileks yaa…. Sekarang kita lanjut ke materi
yaa…
A. Kualifikasi
B. Kompetensi
C. Penilaian Kinerja
1. objektif;
2. terukur;
3. akuntabel;
4. partisipatif; dan
5. transparan.
D. Kebutuhan
1) Ketentuan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
pejabat fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub
unsur dan butir kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan
Fungsional Kesehatan yang dapat dinilai dengan Angka
Kredit yang menggambarkan dan mendukung pencapaian
tujuan instansi itu sendiri.
b. Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan
untuk menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi
organisasi.
c. Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk
memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi
jabatan dan disajikan untuk kepentingan program
kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian dan
pengawasan. Dengan melaksanakan analisis jabatan akan
dihasilkan informasi jabatan. Informasi jabatan diperoleh
dengan melakukan kegiatan penyusunan;
1) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama
jabatan, kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas,
bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, tanggung
jawab, wewenang, korelasi jabatan, kondisi
lingkungan kerja, dan resiko bahaya.
2) Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan
ruang, pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman
kerja, pengetahuan kerja, keterampilan kerja, bakat
kerja, temperamen kerja, minat kerja, upaya fisik,
kondisi fisik, dan fungsi pekerja.
d. Menetapkan Peta Jabatan (formasi)
Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan
secara vertikal maupun horizontal menurut struktur
kewenangan, tugas, dan tanggung jawab jabatan serta
persyaratan jabatan. Peta jabatan menggambarkan seluruh
jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja.Dalam
menetapkan peta jabatan, maka instansi melakukan :
1) Menyusun nama dan tingkat jabatan dari jenjang
jabatan yang paling rendah sampai dengan yang
paling tinggi.
2) Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang
ada dan kedudukan dalam unit organisasi serta
memuat jumlah pegawai, pangkat/golongan ruang,
kualifikasi pendidikan, dan beban kerja unit
organisasi.
e. Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan
melalui regulasi oleh pimpinan instansi.
Pendahuluan
Untuk menjelaskan lebih dalam maka pada modul ini akan dilakukan
pembahasan secara tuntas tentang rencana karir individu JF Perawat yang
terdiri dari prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional
Perawat, rencana pengembangan karir Jabatan Fungsional Perawat, dan
rencana karir individu Perawat.
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat menyusun rencana karir
individu pejabat fungsional Perawat
Uraian Materi Pokok 3
karya ilmiah merupakan tugas yang tak dapat ditinggalkan oleh seorang
pejabat fungisonal perawat. Membuat karya ilmiah bagi pejabat
fungisonal perawat merupakan salah satu kegiatan pokok yang
mempunyai nilai kredit yang relatif tinggi. Karya ilmiah yang diciptakan
selain dalam bentuk suatu model juga harus dituangkan dalam bentuk
tulisan atau disebut juga karya tulis.
Materi pelatihan ini akan membahas tentang konsep karya tulis / ilmiah,
prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ilmiah serta sistematika
rancangan karya tulis/ ilmiah di bidang pelayanan keperawatan serta ciri-
ciri berbagai jenis karya tulis/ilmiah, baik dalam bentuk buku atau majalah
ilmiah, makalah, resensi, jurnal, artikel, prosiding, essei, leaflet, brosur,
berita, laporan penelitian, pengkajian, survey, evaluasi, tinjauan atau
ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri, buku standar, pedoman, petunjuk
teknis, petunjuk pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan, dan
laporan kasus (RCA, PDCA/PDSA).
Nah berikut ini adalah hasil belajar dan indikator hasil belajar yang akan
kita capai setelah kita mengikuti pembelajaran ini
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun
rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan.
Pendahuluan
Pengetahuan yang baik tentang konsep karya tulis/ ilmiah akan membantu
memudahkan dalam menyusun rancangan karya tulis/ karya ilmiah.
A. Pengertian
Karya tulis/ ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi
serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya, suatu karangan yang disusun berdasarkan penelitian,
pengamatan ataupun peninjauan, membahas masalah secara
obyektif sesuai fakta dengan menggunakan metode ilmiah dengan
bahasa yang benar, jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir.
Karya tulis/ karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut
aturan atau kaidah tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas
proses dan hasil berpikir ilmiah melalui penelitian. Proses berpikir
ilmiah menempuh langkah tertentu yang disusun oleh 3 unsur pokok
yakni pengajuan masalah, perumusan hipothesis dan verifikasi data
dan hasilnya ditulis secara sistematis menurut aturan metode ilmiah
(Nana Sujana).
Itu tadi beberapa pengertian dari karya tulis/ karya ilmiah yang
pastinya dapat menambah dan melengkapi informasi tentang
karya tulis/ karya ilmiah yang sudah saudara ketahui sebelumnya.
1. Tujuan Penulisan
Bagaimana apakah saudara sudah mengerti tentang tujuan penulisan diatas, jika
telah mengerti marilah kita lanjutkan untuk mencermati tentang manfaat karya
tulis/ ilmiah berikut ini. Tapi sebelum lanjut ke manfaat ada baiknya kita relaksasi
terlebih dahulu, ikuti gerakan di bawah ini bergantian kaki kanan dan kiri masing-
masing sepuluh hitungan
Bagaimana perasaan saudara setelah melakukan relaksasi? Mudah mudahan
terasa lebih segar dan semangat untuk melanjutkan pembelajaran. Kita lanjutkan
ke manfaat karya tulis/ karya ilmiah
Apakah materi tentang manfaat karya tulis/ karya ilmiah diatas dapat dipahami?
sekarang mari kita lanjutkan pada materi fungsi penulisan karya Tulis / karya
Ilmiah
C. Karakteristik Penulisan
2. Data yang diberikan jelas dan sesuai dengan fakta yang ada
9. Tidak ambigu
Sebelum dilanjutkan , apabila sudah mulai lelah atau mengantuk,
silahkan boleh keluar ruangan dulu selama 5 menit. kalau ada
tumbuhan berwarna hijau pandangi tumbuhan tersebut
Sebelumnya saya ingin tahu apa yang saudara ketahui tentang jenis jenis karya
tulis/karya ilmiah….tentu nya sudah tahu banyak kan?
Baik sekarang kita mulai ya belajar tentang materi jenis Karya Tulis/ Karya
Ilmiah agar pengertahuan saudara lebih luas tentang materi tersebut
1. Makalah
2. Prosiding
3. Artikel
6. Resensi
Adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau
buku. Tujuan resensi (Gorys Keraf) adalah menyampaikan
kepada para pembaca apakah sebuah buku atau karya tulis itu
patut mendapat sambutan dari masyarakat.
7. Kritik
11. Pedoman
16. Berita
3. Jenis karya tulis/ karya ilmiah ternyata sangat banyak dan bermacam
macam tidak hanya terbatas pada hasil penelitian, tetapi laporan dan
kritik pun masuk dalam jenis karya tulis/ karya ilmiah.
Materi Pokok 2
Pendahuluan
Mari kita lihat bersama ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan dari
gambar di atas, untuk bisa berjalan dan tidak saling bertabrakan perlu kita
pelajari prinsip dan cara berjalan yang baik, demikian juga agar bisa
membuat karya tulis/ karya ilmiah yang baik perlu kita pelajari prinsip dan
tehnik penulisan karya tulis/ karya ilmiah.
Baik kita mulai pembelajaran tentang prinsip dan tehnik penulisan karya
tulis/ karya ilmiah, semoga materi ini dapat memberikan panduan bagi
saudara saat menulis karya tulis/ karya ilmiah agar dapat menyusun karya
tulis/ karya ilmiah dengan baik dan benar.
Indikator Hasil Belajar
a. Berpikir deduktif
c. Berpikir ilmiah
1) Merumuskan masalah
Yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab. Pertanyaan yang diajukan hendaknya
mengandung banyak kemungkinan jawaban.
2) Mengajukan hipotesis
3) Verifikasi data
4) Menarik kesimpulan
3. Sikap Ilmiah
Itulah tadi tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki penulis karya tulis/ karya ilmiah,
kira-kira ada berapa yang sudah saudara miliki?
Selanjutnya kita akan mempelajari syarat karya ilmiah, menurut saudara apa saja syarat
yang harus dipenuhi hingga tulisan yang dibuat termasuk dalam penulisan karya tulis/
karya ilmiah?
Apakah saudara masih semangat untuk belajar. Sekarang kita akan mulai
mencermati tentang Teknik Penulisan Karya Ilmiah, semangat ya.
Ibarat kata menulis tanpa menguasai tehnik penulisan ibarat pohon tanpa ranting.
a. Tahap persiapan
c. Tahapan pengorganisasian
e. Tahap penyajian/pelaporan
Itu tadi tahapan penulisan karya tulis/ karya ilmiah, berikutnya kita
mempelajari bagaimana strategi pemilihan topik, pembahasan
topik dan judul karya tulis/ ilmiah
2. Pemilihan Topik
Sebelum dilanjutkan, bila sudah merasa lelah, silahkan relaksasi terlebih dahulu, bila
ada tanaman hijau silahkan pandangi sambil berjalan-jalan agar mata kembali segar,
selama 5 menit silahkan relaksasi terlebih dahulu.
Baik sudah lima menit, bagaimana apakah sudah merasa lebih segar, mudah-mudahan
sudah lebih segar, sekarang kita mulai belajar materi lagi ya!
3. Pembahasan Topik
b. Mencerminkan isi.
Kalau sudah tidak pegal lagi, kita lanjutkan kembali pembelajaran kita.
Ada satu materi terakhir yang harus dipelajari yaitu tentang sistematika
penulisan rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan
keperawatan.
Pendahuluan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata pengantar
Abstraksi
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan penulisan
Manfaat penulisan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kesimpulan Saran
SEKARANG SAYA TAHU
Deskripsi Singkat
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu mempersiapkan
diri untuk mengikuti uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.
Pendahuluan
Sebelum suatu instansi pemerintah menyelenggarakan uji kompetensi
Jabatan Fungsional Perawat, maka perlu diketahui proses
penyelenggaraan uji kompetensi tersebut.
B. Metode Uji
Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji lisan, dan uji
praktik. Uji portofolio merupakan metode wajib dalam pelaksanaan uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan.
1. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas seseorang
yang masing masing. Penilaian portofolio merupakan suatu metode
penilaian yang berkesinambungan dengan mengumpulkan informasi
atau data secara sistematik atas dilakukannya yang menunjukan
kecakapan pejabat fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil
pekerjaan seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi dan
standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan pejabat
fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk memperoleh
sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat dalam kenaikan
jenjang/level. Penilaian portofolio jabatan fungsional kesehatan
dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu:
a. Komponen Utama adalah Bukti Pelayanan/asuhan
Penilaian komponen pelayanan/asuhan ini mengacu dari butir
kegiatan jabatan fungsional dengan kriteria:
1) 75% - 80% komponen pelayanan/ asuhan berasal dari
kompetensi pada jenjang yang sedang dipangkunya; dan
2) 20% - 25% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi yang akan dipangkunya.
b. Komponen tambahan
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan bukan
menjadi persyaratan wajib bukti portofolio. Komponen tambahan
dapat berupa:
1) Sertifikat Pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang pernah
diikuti oleh pejabat fungsional dalam rangka pengembangan
dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan
tugas pelayanan kesehatan di seluruh instansi atau fasilitas
pelayanan kesehatan. Bukti fisik komponen pedidikan dan
pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam asli yang
dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan harus dilengkapi dengan laporan
singkat hasil diklat yang meliputi tujuan diklat, materi diklat dan
manfaat diklat untuk perbaikan pelayanan kesehatan.
Sertifikat/piagam pendidikan dan pelatihan dapat dinilai
apabila:
a) Materi diklat memiliki relevansi dengan jabatan
fungsional yang dipangkunya. Dapat dikategorikan
menjadi relevan (R) dan tidak relevan (TR). Relevan (R)
apabila materi diklat secara langsung dapat menunjang
peningkatan kompetensi teknis di jenjang yang akan
dipangkunya. Tidak Relevan (TR) apabila materi diklat
tidak menunjang peningkatan kinerja/kompetensi
jabatan fungsional kesehatan tertentu dan diklat tidak
relevan tidak akan dinilai.
b) Durasi diklat sekurang kurangnya 30 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak 3
(tiga) sertifikat /piagam per tahun
2) Karya Pengembangan Profesi
3) Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.
2. Uji Tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur pengetahuan
dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat menganalisis dan
memecahkan masalah terkait kompetensi. Metode uji tulis dalam uji
kompetensi yang digunakan dapat dalam bentuk pertanyaan dengan
pilihan ganda. Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk Untuk
mengukur kemampuan pengetahuan (cognitive) jabatan fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan pertanyaan
atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab setiap pertanyaan
atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk tes objektif atau tes uraian.
Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk soal benar-salah,
menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat
berupa pilihan ganda biasa, pilihan ganda analisis kasus, pilihan
ganda komplek, dan pilihan ganda membaca diagram/tabel.
3. Uji Lisan
Uji lisan merupakan metode uji yang dapat digunakan selain metode
uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara terstruktur dan dapat
dilakukan bersamaan dengan uji portofolio. Kompetensi yang
diujikan dalam uji lisan disesuaikan dengan standar kompetensi dan
level kompetensi sesuai dengan jenjang yang akan diampunya. Uji
Lisan/ Interview merupakan kegiatan uji kompetensi yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan lisan dari penguji kepada peserta
uji yang tujuannya untuk mengklarifikasi atau mengali kompetensi
peserta uji.
Uji lisan ialah salah satu uji kompetensi jabatan fungsional yang
menggunakan teknik wawancara dibuat secara sistematis untuk
mengukur kemampuan peserta terkait butir kegiatan sesuai jabatan
fungsional. Biasanya menggunakan wawancara terstruktur disusun
secara terperinci, menggunakan kuesioner standar (atau jadwal
wawancara) untuk menjamin se mua responden ditanyakan dengan
satu perangkat pertanyaan yang sama dalam urutan yang sama.
Jawaban pertanyaan tidak membuka kebebasan dan sudah terikat
pada pertanyaan yang telah disusun lebih dahulu.
4. Uji Praktik
Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur tindakan
dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-masing jabatan
fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan peserta uji dari
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
3. Sanksi
a. Peserta yang melanggar tata tertib diberi peringatan oleh tim
penguji, apabila peserta telah diberikan peringatan dan tidak
mengindahkan peringatan tersebut, maka tim penguji mencatat
dan mengusulkan peserta tersebut untuk dinyatakan gagal ujian
dan dibuatkan berita acara.
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis;
• Metode Uji Kompetensi terdiri dari portofolio, tulis, lisan dan praktik.
Saat ini hanya metode portofolio yang diwajibkan dalam uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan.
Pendahuluan
Sebelum melaksanakan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat,
Anda sebagai calon peserta uji perlu memahami apa yang menjadi hak
dan kewajiban sebelum, saat dan sesudah pelaksanaan uji kompetensi.
Sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat, tentunya memiliki hak
dan kewajiban. Apakah yang anda ketahui tentang hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi?
Agar kita mengetahui dan memahami hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi
Nah, supaya lebih memahami tentang hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi, Yuk mari simak video berikut ini. Semangat menyimak
videonya ya… (video presentasi tentang hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi)
Materi Pokok 3
Pendahuluan
Setelah memahami tentang hak dan kewajiban peserta uji kompetensi
Jabatan Fungsional Perawat, sekarang Anda akan mempelajari tentang
Persiapan sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.
Anda sebagai Pejabat Fungsional Perawat perlu untuk memahami kisi kisi
materi uji, penilaian dan aplikasi e-ukom untuk mempersiapkan diri anda
menghadapi uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.
Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang persiapan sebagai peserta uji
kompetensi Jabatan Fungsional Perawat, tuliskan apa yang anda ketahui mengenai
persiapan sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.
Apakah Anda sudah siap ? Yuk persiapkan diri, Anda akan mulai
mempelajari materi ini. Yuk, mari kita fokus mempelajari. Tetap semangat
ya…
Nah…
JF Utama 5- 4 Dominan 5
Jabatan
Mahir 4-3 Dominan 3
Fungsional
Terampil 3,2,1 Dominan 2
Keterampilan
Pemula 2 -1 Dominan 1
sekarang Anda tahu kompetensi level berapa yang harus anda kuasai
untuk menduduki jenjang jabatan saat ini dan level kompetensi yang harus
Anda miliki ketika Anda akan naik jenjang.
2. Penilaian
Dalam rangka menjamin kualitas dari bukti-bukti portofolio yang
dikumpulkan selama pelaksanaan asesmen maka alat bukti tersebut harus
memenuhi 4 prinsip aturan pengumpulan bukti, yaitu :
a. Memadai
Memadai berkaitan dengan apakah bukti yang dikumpulkan telah cukup
untuk dengan yakin menentukan bahwa hasil yang ditargetkan dalam
standar kompetensi telah dicapai
b. Valid
Valid pembuktian berhubungan dengan keterkaitan secara langsung
dan kesesuaian bukti dengan standar kompetensi (outcome) yang
ditargetkan, serta kriteria Kinerja yang spesifik.
c. Asli
Asli berkaitan dengan keyakinan bahwa bukti yang dikumpulkan oleh
peserta uji merupakan hasil yang dilakukan sendiri.
d. Terkini
Terkini menunjukkan kepada waktu terakhir dibuatnya/disediakannya
alat bukti tersebut.
Keterangan:
a. Home : menu halaman depan
b. About : menu halaman tentang Informasi aplikasi
c. Login
o Login Peserta : menu halaman masuk kedalam sistem
akun user peserta
o Login Admin : menu halaman masuk kedalam sistem akun
user admin
o Signup : menu halaman pendaftaran akun user peserta
2. Cara Login Akun User Peserta
Keterangan :
Gambar 5.
Memasukkan e-mail untuk reset password
Gambar 7.
Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar online, peserta dapat menekan Menu
Sign Up pada home peserta.
2. Isi semua data dengan benar
a. Nip: NIP Pegawai Terdaftar (18 karakter dan tanpa spasi)
b. Instansi: Nama Instansi peserta uji kompetensi
c. Unit : Unit atau Fasilitas Kesehatan
d. Provinsi : Nama Provinsi
e. Kabupaten / Kota : Nama Kabupaten /Kota
f. Username : Nama Lengkap
g. Email : Alamat Email
h. Password : Password minimal 6 digit
i. Password Repeat : Ulangi Password yang dimasukkan
j. Captcha : masukkan Kode Keamanan (pada gambar
captcha)
3. Tekan tombol Signup untuk mendaftar
Gambar 12.
Meng-entry Data Peserta
Keterangan :
1. Cara untuk meng-input data peserta, peserta dapat menekan link
(Input Data Peserta) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Input Data Peserta.
Isikan data dengan benar.
a. Nip : NIP Peserta (18 karakter dan tanpa spasi)
b. Nama Lengkap : Nama Lengkap Peserta
c. Instansi Kerja : Instansi Kerja Peserta
d. Nama Provinsi : Nama Provinsi Peserta
e. Nama Kabupaten/Kota : Nama Kabupaten/ Kota Peserta
f. Instansi Unit : Instansi Unit Peserta
g. Unit Fasilitas Layanan Kesehatan : Unit Fasilitas Kesehatan
Peserta
h. Unit Kerja : Unit Kerja Peserta
i. Kategori Uji Kompetensi : Kategori Uji Kompetensi Peserta
j. Jenis Jabatan Fungsional : Jenis Jabatan Fungsional Peserta
k. Jenjang Jabatan Fungsional : Jenjang Jabatan Fungsional
Peserta
l. Nomor Ijasah Terakhir : Nomor Ijasah Terakhir Peserta
m. Tahun Ijasah Terakhir : Tahun Ijasah Terakhir Peserta
n. No. Telp HP/Rumah/Fax : No. Telp HP/ Rumah/Fax Peserta
o. No SK Jabatan Fungsional : Nomor SK Jabatan Fungsional
Peserta
p. Tanggal SK Jabatan Fungsional : Tanggal SK Jabatan Fungsional
Peserta
Keterangan :
1. Cara untuk meng-upload file data, peserta dapat menekan link
(Upload File Data) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Upload Files.
Beberapa jenis file yang harus di upload antara lain :
a. SKP 1 tahun terakhir
b. Surat rekomendasi dari atasan untuk mengikuti uji
c. SK jafung jenjang terakhir
Peserta dapat memilih jenis file yang sesuai dan pilih file yang
ingin di upload dengan format gambar (.png, .jpg, .jpeg).
3. Tekan tombol (Submit) apabila ingin menyimpan data.
4. File yang sudah terupload dapat dilihat di kolom Data File Upload,
peserta juga dapat menghapus data apabila terdapat kekeliruan
dalam menguplaod file.
Gambar 14.
Mencetak Kartu Registrasi Online
Keterangan :
1. Admin Wilayah sudah melakukan verifikasi kepada Peserta tersebut
2. Cara untuk mencetak kartu registrasi online, peserta dapat menekan
Menu Data Registrasi pada home peserta.
3. Pilih kartu registrasi online yang akan dicetak berdasarkan periode uji
kompetensi. Kartu registrasi online harus dibawa oleh peserta selama
mengikuti uji kompetensi. Berikut ini tampilan dari kartu uji registrasi
online:
Gambar 15.
Bukti Pendaftaran Uji Kompetensi
Nahhh... Untuk lebih memahami tentang aplikasi e-ukom, mari kita simak
video-video di bawah ini (video pengenalan aplikasi e-ukom dan cara
penggunaan aplikasi e-ukom).
SEKARANG SAYA TAHU
• Kelengkapan Uji Kompetensi meliputi Materi uji dan penilaian hasil uji.
Materi Uji kompetensi disusun berdasarkan Standar Kompetensi yang
berisi pengetahuan, keterampilan dan perilaku seorang pejabat
fungsional yang mengindikasikan tingkat (level) penguasaan
kompetensi dari yang terendah, sampai yang tertinggi (level 1 sampai
level 5).
Kalau Anda ingin tahu lebih banyak lagi tentang penyelenggaraan uji
kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan, silahkan unduh Permenkes
Nomor 18 tahun 2019.
Hasil Belajar
Pendahuluan
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif,
berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya.
Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas
dengan apa yang telah dicapainya.
1. Pengertian
2. Tujuan
1) Memiliki mimpi
c) Terus belajar
- Penuh keyakinan
- Optimis
- Berkomitmen
- Disiplin
- Bertanggung jawab
- Orientasi FUTURISTIK
c. Memiliki inisiatif:
- Aktif
- Dapat dipercaya
- Penuh perhitungan
- Menyukai tantangan
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi
1. Tahap memulai
3. Mempertahankan usaha
4. Mengembangkan usaha
Pendahuluan
Bagi calon entrepreneur yang akan membuka usaha baru, perlu terlebih
dahulu melakukan observasi, survei lapangan, dan banyak bertanya
mengenai seluk beluk bisnis yang akan digelutinya. Secara sederhana
peluang usaha merupakan suatu kesempatan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang miliki.
1. Faktor Internal:
2. Faktor Eksternal:
1. PENCIPTAAN PELUANG
- Hobi
- Keahlian
- Pengetahuan dan
- Saran-saran konsumen
- Permintaan khusus konsumen atau calon konsumen
Tidak semua peluang yang ada dihadapan kita secara otomatis bisa
dikerjakan. Namun terlebih dahulu harus dilakukan analisis. Analisis
peluang usaha adalah suatu analisis untuk mengetahui berbagai
kemungkinan dari berbagai macam kesempatan usaha, mana yang
bisa dilakukan dan bisa memberikan keuntungan dengan berbagai
tingkat resiko yang akan dihadapi. Untuk dapat menggali dan
memanfaatkan peluang usaha, seorang wirausaha harus dapat berfikir
secara positif dan kreatif.
2) Bentuk usaha
2) Penyediaan modal
5) Menyiapkan sarana
7) Menetapkan lokasi
8) Menetapkan metodologi
a. Faktor manusia
1) Kepribadian
b. Keuangan
c. Perencanaan
d. Pemasaran
Pemasaran produk merupakan faktor sangat penting. Sebagus
apapun produk, bila tidak mampu memasarkannya, maka
produk tidak dapat menjangkau konsumen yang dituju. Oleh
sebab itu harus dipikirkan, misalnya: - Siapa yang akan
memasarkan produk - Siapa yang akan beli (pembeli potensial)
produk - Apa strategi yang digunakan Selain faktor diatas,
keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usaha
menurut Adyaksa Dault harus dilandasi dengan falsafah yang
dikenal dengan nama “ DORAEMON”, yaitu sebagai berikut:
Dream : memiliki impian Opportunity : mampu mencari
peluang usaha Reform : menyusun perencanaan dan
mengimplementasikan secara sistematis Action : melakukan
suatu tindakan Energy : memiliki semangat yang tinggi
Mapping : bisa melakukan pemetaan usaha dengan analisis
SWOT Organizing : bergabung dengan organisasi atau
perkumpulan Networking : memiliki jaringan atau relasi yang
luas.
Berwirausaha;
Sebagian besar pemasar pasti selalu tertarik dengan suatu konsep bisnis
yang menawarkan peluang yang sangat besar. Namun, peluang tersebut
tidak bisa dilihat sekilas karena peluang adalah sesuatu yang abstrak. Hanya
dengan melakukan analisa yang komprehensif, pemasar bisa menemukan
peluang atau potensi tertentu dari suatu bisnis.
Analisa pasar dilakukan untuk menemukan peluang bisnis dan potensi yang
bisa dimanfaatkan. Besarnya potensi tersebut bisa diukur dengan berbagai
faktor, terutama penerimaan suatu produk atau jasa di wilayah tertentu.
Bisnis bisa berjalan selama masih ada konsumen yang mau membeli produk
atau jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Produk atau jasa
keuangan disediakan oleh pebisnis untuk memenuhi kebutuhan ini. Analisa
pasar adalah faktor paling penting yang tidak boleh dilewatkan sebelum
melakukan usaha tertentu. Hasil dari analisa tersebut akan sangat berguna
untuk mengetahui seberapa besar potensi bisnis yang ada dan berapa lama
suatu bisnis bisa bertahan.
Struktur pasar adalah susunan suatu kekuatan yang terdapat pada penjual,
maupun pada pihak pembeli sendiri. Di dalam analisis pasar selalu
menyangkut masalah letak (lokasi) pasar, periklanan, luasnya pasar, sifat-
sifat pasar, dan karakteristik pasar.
2. Tujuan analisis
4. Organisasi pembelian
5. Kegiatan pembelian
6. Perkembangan pembelian
7. Saingan perusahaan
Pada kenyataanya jika hasil produk tidak sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan para konsumen, berarti perusahaan yang bersangkutan
mengalami kegagalan di dalam usahanya. Barang-barang yang dihasilkan
oleh perusahaan, bermanfaat dan berfungsi tidaknya ditentukan dan
diputuskan oleh para konsumen atau para pembeli. Berhasil tidaknya
barang yang dibuat oleh perusahaan, ditentukan oleh penilaian para
konsumen atau para pembeli yang membutuhkannya.
2. Pengertian Riset
Tetap semangat……
3. Pengertian Pasar
Pasar merupakan hal yang tidak asing bagi siapapun. Namun sebelum
memahami analisa dan riset pasar, sebaiknya peserta diklat memahami
hakekat pemasaran terlebih dahulu.
a. Pentingnya Pemasaran
• Pemasar
Adalah organisasi perusahaan atau perorangan yang mempunyai
tujuan tertentu bagi organisasi maupun pribadinya. Tujuan pemasar
tersebut misalnya keuntungan, survive, pangsa pasar, kesetiaan
pelanggan, kesejahteraan dan sebagainya yang harus dipenuhi.
Pemasar mempunyai kapasitas (sumberdaya, teknologi, dan
manajemen) tertentu yang mampu memproduksi barang dan jasa
sebagai pemenuhan permintaan pasar.
keuntungan)
4. Pasar
5. Kebutuhan, keinginan dan permintaan
d. Riset Pasar
Berangkat dari hasil riset ini pula kita menentukan strategi pemasaran,
yang kemudian kita bangun potitioning-nya atau lebih kita kenal sebagai
branding (Brand Building), dan kemudian disusul oleh rencana pemasaran
lainnya.
Berikut ini beberapa cara yang umum dilakukan dalam riset pasar:
1) Lakukan survey pasar
3. Pengumpulan Data
Riset sekunder:
Kita mengambil data yang sudah ada, misal dari perpustakaan
dan internet. Riset jenis ini lebih murah dan lebih cepat.
Kelemahannya, kita kesulitan mencari data dan seringkali tidak
aktual sehingga tidak relevan dengan kondisi saat ini.
Riset kualitatif
Sebuah produk akan terlihat bagus dan dapat dipercaya bila ada
yang merekomendasikannya. Untuk mendapat sebuah
rekomendasi atau testimoni dari konsumen yang telah memakai
produk tersebut, Anda harus memberi penghargaan berupa
insentif yang menarik. Insentif sebuah testimoni tidak harus
selalu berupa uang, namun dapat berupa hadiah produk atau
potongan harga. Dengan adanya insentif ini secara tidak
langsung perusahaan memenangkan dua pihak untuk sasaran
marketing, yaitu konsumen yang loyal dan calon konsumen.
Rekomendasi produk kini menjadi strategi pasar yang
digunakan hampir semua produk.
6. Menjalin Hubungan Baik dengan Konsumen
7. Mulut ke Mulut
b) Spesifik
7) Program Pay-For-Performance
3) Aftermarketing
1) Kesesuaian harapan
3) Kesediaan merekomendasikan
b. Peramalan Permintaan
1. Ide usaha harus memenuhi aspek kreativitas dan inovasi yang bersifat
solusi atau penyelesaian masalah atau kesulitan yang ada.
2. Sumber potensi peluang usaha dalam keperawatan berasal dari diri
sendiri, lingkungan, konsumen, dan informasi yang diperoleh
3. Pemasaran produk merupakan faktor sangat penting, harus
mengetahui target pasar, menawarkan produk secara gratis, memilih
tempat strategis, memberi insentif untuk rekomendasi, dan menjalin
hubungan baik dengan konsumen.
4. Evaluasi merupakan bagian paling penting, apakah produk yang kita
berikan berhasil atau tidak. Jika berhasil lakukan peningkatan, namun
jika tidak berhasil harus dilakukan perubahan rencana atau strategi.
REFERENSI
Joseph T.C (2009). Nursing Now : Today’s Issues, Tomorrow’s Trends 5th
edition, Chapter 22 Developments in Current Nursing Practise ;
Nurse Enterpreneur F.A. Davis Company; Philadelphia.
Taylor, Lilis & Le Mone (2000). Fundamental of Nursing ; The Art and
Science of Person-Centered Nursing Care. Wolters Kluwer.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu membangun Sikap Anti Korupsi.
MATERI POKOK
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
A. Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
1. Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
2. Belajar kepada Negara-negara yang IPK Tinggi
3. Corruption Perception Index
4. 10 Potensi Indonesia Bisa Makmur
B. Dampak Korupsi
1. Dampak Korupsi
2. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
3. Kerugian Negara VS Hukuman Koruptor
4. Biaya Sosial Korupsi
5. Hubungan Antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
C. Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah Korupsi
1. Pengertian Korupsi
2. Jenis Tindak Pidana Korupsi
3. Gratifikasi
4. Perbedaan Gratifikasi dengan Suap
D. Sikap Anti Korupsi
1. Sikap Anti Korupsi
2. Integritas
3. Indikator Seseorang Berintegritas
PETA KONSEP MODUL ANTI KORUPSI
B Kegiatan Belajar
Pendahuluan
Dilakukan beberapa upaya yang salah satunya melalui pelatihan, diharapkan
semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah setiap generasi dan
tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga, pekerjaan membangun
bangsa yang terseok-seok karena adanya korupsi dimasa depan tidak akan
terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir, maka setiap pekerjaan
membangun bangsa akan maksimal.
Menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab
lembaga penegak hukum seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung,
melainkan menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa.
7. Indonesia memiliki sekitar 300 ribu atau 17% dari total jumlah satwa liar
dunia. Diantaranya adalah 1.539 jenis burung dan 515 jenis mamalia.
Indonesia menjadi habitat satwa endemic yang sangat banyak.
Tercatat 259 jenis mamalia, 384 jenis burung dan 173 jenis amfibi
hanya hidup di negeri ini.
Segala sesuatu yang diperbuat pasti memiliki dampak. Begitu halnya dengan
korupsi. Silakan Anda pelajari materi di bawah ini ya!
Dampak Korupsi
Semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi
harus terus-menerus dibangkitkan, salah satunya dengan cara menyadarkan
masyarakat akan bahaya dan dampak korupsi.
1) Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adannya investasi,
membuat produktifitas menurun. Hal ini menghambat
perkembangan sektor industri untuk lebih baik terjadi seiring
dengan terhambatnya sector industri dan produksi untuk bissa
berkembang lebih baik.
7) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hokum bahkan antar
masyarakat sendiri.
11) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hukum bahkan antar
masyarakat sendiri.
2) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan menghasilkan
konsekuensi menguatnya plutokrasi (system politik yang dikuasai
pemilik modal/kapitalis). Faktany perusahaan-perusahaan besar
punya hubungan dengan partai-partai yang ada di kancah
perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar menjadi
ketua sebuah partai politik. Seringkali kepentingan partai
bercampur dengan kepentingan perusahaan.
KERUGIAN
NEGARA (T)
TERPIDANA PRESENTASE
NO UNSUR HARGA
KORUPSI (5 %)
KONSTAN
2015
1 PNS 1.115 26,9 13,22
2 BUMN/D 149 8,7 4,27
3 Lembaga 62 81,8 40,14
Independen
4 Legislatif 480 2,0 0,97
5 Kepala Daerah 75 1,8 0,88
6 Swasta/Lainnya 670 82,6 40,53
TOTAL 2.551 203,9 100%
3. Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor
Dampak Korupsi :
1. Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar
(Depken and Lafountan, 2006)
2. Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
3. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan pendapatan
dan kemiskinan (Gupta, avoodi, and Alonso-Terme, 2002)
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995) dan karenanya
menurunkan pertumbuhan ekonomi
5. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap
arus investasi asing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif
rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara rentan
korupsi (Campos dan Pradhan, ADB)
Namun, perlu diketahui bahwa mulai 2014, KPK melakukan kajian yang lebih
mendalam tentang dampak yang ditimbulkan oleh korupsi sehingga sekarang
kalau membahas tentang dampak korupsi, dikenal istilah Social Cost
Corruption atau Biaya Sosial Korupsi. Nah berbicara tentang Biaya Sosial
Korupsi, maka kita akan membahas mengenai:
• Kerugian Keuangan Negara Akibat Korupsi di Indonesia
• Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan Hukuman
finansial Koruptor
• Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
• Konsep Dasar Biaya Sosial Korupsi
• Ilustrasi Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk Pembangunan
Ada banyak cara agar kita dapat memberantas korupsi. Salah satunya dengan
cara berpikir kritis terhadap masalah korupsi. Silakan Anda pelajari materi di
bawah ini. Selamat belajar!
1. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”
(Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Kata “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin
yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan,
keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang
buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”.
a. Faktor Individu
1) Sifat tamak,
Korupsi, bukan kejahatan biasa dari mereka yang membutuhkan
makan, tetapi kejahatan profesional orang yang sudah
berkecukupan yang berhasrat besar untuk memperkaya diri dengan
sifat rakus atau serakah.
b. Faktor Lingkungan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan lingkungan. Lingkungan
kerja yang korup akan memarjinalkan orang yang baik, ketahanan
mental dan harga diri adalah aspek yang menjadi pertaruhan. Faktor
lingkungan pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar
diri pelaku, yaitu:
1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi
diantaranya:
a) Masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya dibarengi dengan sikap tidak kritis dari mana
kekayaan itu didapatkan.
b) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi.
Anggapan umum, korban korupsi adalah kerugian negara.
Padahal bila Negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah
masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa
berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat.
Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada
kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun
tidak disadari.
d) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas dengan peran aktif masyarakat. Pada
umumnya berpandangan bahwa masalah korupsi adalah
tanggung jawab pemerintah semata.
4) Aspek Organisasi
a) Sikap keteladanan pimpinan mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya, misalnya pimpinan berbuat korupsi, maka
kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan
yang sama dengan atasannya.
b) Kultur organisasi punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan
menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif dan membuka
peluang terjadinya korupsi.
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi, belum
dirumuskan visi dan misi dengan jelas, dan belum dirumuskan
tujuan dan sasaran yang harus dicapai berakibat instansi
tersebut sulit dilakukan penilaian keberhasilan mencapai
sasaranya. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada
efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik
korupsi.
d) Kelemahan sistim pengendalian dan pengawasan baik
pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
(pengawasan dari legislatif dan masyarakat) membuka peluang
terjadinya tindak korupsi.
Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah; a. Pasal 12 dan Pasal 13 UU No 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; b. Pasal 12 B dan
Pasal 12 C UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atau UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan c. Pasal
16, Pasal 17, dan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan
Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut, baik yang diterima di dalam maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.
Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas dan tidak termasuk
“janji”.
SEKARANG SAYA TAHU
a. Inti
1) Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan. Jujur berarti
mengetahui apa yang benar, mengatakan dan melakukan yang
benar. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya,
lurus hati, tidak berbohong dan tidak melakukan kecurangan.
2) Disiplin
3) Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Disiplin berarti
patuh pada aturan.
4) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara maupun agama.
b. Etos Kerja
1) Kerja Keras
Sungguh-sungguh berusaha ketika menyelesaikan berbagai
tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-lain dengan sebaik-
baiknya. Kerja keras berarti pantang menyerah, terus berjuang
dan berusaha.
2) Mandiri
Dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak bergantung pada
orang lain. Mandiri juga berarti kemampuan menyelesaikan,
mencari dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.
3) Sederhana
Bersahaja. Sederhana berarti menggunakan sesuatu
secukupnya, tidak berlebih-lebihan.
c. Sikap
1) Adil
Berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu. Adil
juga berarti perlakuan yang sama untuk semua tanpa
membeda-bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
2) Berani
Hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya
dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar.
3) Peduli
Sikap dan tindakan memperhatikan dan menghiraukan orang
lain, masyarakat yang membutuhkan dan lingkungan sekitar.
2. Integritas
1. Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu Inti (Jujur, Disiplin,
Tanggung Jawab); Etos Kerja (Kerja Keras, Mandiri, Sederhana);
Sikap (Adil, Berani, Peduli)
2. Integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang
dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut
(nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja,
nilai masyarakat atau nilai moral pribadi).
Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPP Anti Korupsi. Jika Anda belum sepenuhnya
memahami materi, silakan pelajari Kembali modul dari awal ya!
REFERENSI
Hasil Belajar
Materi Pokok
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
1. Perkenalan
2. Harapan
3. Pengurus Kelas
MATERI POKOK
1. Nilai
2. Norma kelas
3. Kontrol kolektif
PETA MODUL
BUILDING LEARNING COMMITMENT
Perkenalan Nilai
PENCAIRAN SUASANA
Pendahuluan
Suatu langkah yang cukup krusial dalam tahap awal pelatihan adalah
melihat apa harapan-harapan peserta serta tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan ini adalah apa yang ingin dicapai peserta setelah pelatihan ini.
Langkah ini didasarkan pada prinsip pembelajaran orang dewasa di mana
mereka akan belajar dengan baik jika mereka dapat melihat menfaat dan
relevansi pembelajaran yang akan didapat bagi kehidupannya.
A. Perkenalan
B. Harapan
C. Pengurus Kelas
A. Perkenalan
B. Harapan
C. Pengurus Kelas
Uraian Materi Pokok 1
A. Perkenalan
Anda pasti sering mendengar istilah “tak kenal maka tak sayang”. Istilah
tersebut merujuk pada pentingnya perkenalan. Dengan saling mengenal
sesama peserta pelatihan, Anda akan dengan mudah mengikuti proses
pelatihan. Apa Anda tahu hubungan antara perkenalan dan proses
pelatihan? Simak materi berikut!
a. Menjelaskan Diri
Tujuan:
Proses:
b. Kartu Berpasangan
Tujuan:
Proses:
Catatan: Buatlah cukup besar pada kertas yang cukup tebal dan
gunting pada sisinya. Bisa menggunakan bahasa lokal, atau
peribahasa yang berpasangan. Bisa menggunakan potongan bentuk
yang berpasangan.
● Dari 3 orang tersebut kita minta satu orang menjadi tupai yang
akan jongkok/merunduk, berada di antara 2 rekan lainnya yang
membentuk pohon dengan cara berpegangan tangan saling
berhadapan, seperti pada permainan “ular naga panjangnya”.
B. Harapan
Cara yang baik dalam menyusun daftar tujuan ini adalah: pelatih
menanyakan pada peserta untuk menulis satu atau dua tujuan
yang ingin mereka capai dalam program pelatihan ini. Tema
utamanya adalah ”bagaimana saya akan berbeda setelah
pelatihan ini berakhir”. Pelatih seharusnya menanyakan peserta
untuk memberikan kontribusinya, satu persatu sampai semua
tujuan sudah dicatat.
C. Pengurus Kelas
Anda akan mempelajari materi pokok 2 yaitu nilai, norma, dan control
kolektif kelas. Selamat belajar!
A. Nilai-nilai Kelas
B. Norma Kelas
C. Kontrol Kolektif
Sub Materi Pokok
A. Nilai-nilai Kelas
B. Norma Kelas
C. Kontrol Kolektif
Uraian Materi Pokok 2
Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang nilai-nilai, norma, dan
kolektif kelas. Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat belajar!
1. Nilai-nilai Kelas
Nilai bisa diartikan sebagai suatu gagasan terkait apa yang dianggap
baik, indah, layak, dan juga dikehendaki oleh seluruh peserta dalam
proses pembelajaran. Nilai merupakan hal yang diyakini oleh suatu
kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta
dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari
selama pelatihan.
2. Norma kelas
● Waktu-waktu istirahat
● Masalah berpakaian
--------------------
Selamat!!!
Anda sudah berada di penghujung modul. Apakah Anda telah mempelajari
seluruh materi? Atau hanya setengah? Jika Anda belum paham, silakan
pelajari kembali materi modul ini ya!
REFERENSI
Daftar Isi………………………………………………............ i
Tujuan Pembelajaran……………………………..…... iv
Materi Pokok…………………………………………… v
Peta Modul……………………………………………... vi
B. Kegiatan Belajar………………………………………... 1
Referensi…………………………………………………….... 11
i
A Tentang Modul Ini
ii
DESKRIPSI SINGKAT
Modul pelatihan jarak jauh rencana tindak lanjut disusun sebagai acuan
peserta latih dalam menyusun rencana tindak lanjut di institusi tempat
mereka bekerja sebagai bahan untuk melakukan monitoring dan evaluasi
pasca pelatihan. Dengan demikian, penyusunan rencana tindak lanjut ini,
harus dibuat secara realistis dan mengakomodir pengetahuan yang telah
diperoleh selama mengikuti pelatihan jarak jauh jabatan fungsional
perawat.
iii
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
iv
MATERI POKOK
Materi Pokok
v
B Kegiatan Belajar
1
Materi Pokok 1
Pendahuluan
2
Uraian Materi Pokok 1
Setelah mengikuti materi pelatihan inti yang telah Anda pelajari, Anda perlu
menyusun Rencana Tindak Lanjut pelatihan. Untuk dapat menyusun
rencana tindak lanjut, Anda perlu mengetahui pengertian dan ruang
lingkup dari rencana tindak lanjut pelatihan.
b. Tujuan kegiatan
3
Adalah segala sesuatu yang akan dicapai (dituju) atau dihasilkan
melalui kegiatan yang akan dilakukan pasca pelatihan.
c. Sasaran kegiatan
e. Waktu pelaksanaan
4
SEKARANG SAYA TAHU
2. Tujuan kegiatan
3. Sasaran kegiatan
5. Waktu pelaksanaan
5
Materi Pokok 2
Langkah-langkah Penyusunan
Pendahuluan
6
Uraian Materi Pokok 2
7
SEKARANG SAYA TAHU
8
Materi Pokok 3
Pendahuluan
9
Uraian Materi Pokok 1
Jenis
No. Tujuan Sasaran PJ Waktu
Kegiatan
10
REFERENSI
11