Anda di halaman 1dari 561

MODUL PELATIHAN

JABATAN
FUNGSIONAL
PERAWAT
Pengangkatan Pertama

PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN


Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membahas arah kebijakan jabatan fungsional Perawat,


pengelolaan jabatan fungsional Perawat dan arah pengembangan karir
pejabat fungsional Perawat. Kebijakan jabatan fungsional Perawat
diperlukan bagi seorang pejabat fungsional Perawat untuk dapat
mengetahui regulasi terkait kebijakan jabatan fungsional Perawat mulai
dari perencanaan karier, mekanisme pengangkatan jabatan fungsional
Perawat, pengembangan dengan melaksanakan uji kompetensi serta
pemantauan dan evaluasi, selain itu pejabat fungsional Perawat juga harus
mengikuti dan meng update pengetahuan terkait sistem informasi terkait
jabatan fungsional yang terus berkembang.

Pada modul Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional Perawat ini


menguraikan tiga materi pokok yaitu Arah kebijakan pengembangan
jabfung Perawat, Pengelolaan jabfung Perawat dan Arah pengembangan
karir pejabat fungsional Perawat
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu peserta mampu


memahami kebijakan pengembangan jabatan fungsional Perawat

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat menjelaskan:

1. Arah kebijakan pengembangan jabfung Perawat


2. Pengelolaan jabfung Perawat
3. Arah pengembangan karir pejabat fungsional Perawat
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional Perawat


2. Pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat
3. Arah Pengembangan Karir Jabatan Fungsional Perawat
Peta Modul

Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional Perawat


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan


Fungsional Perawat

Pendahuluan

Kebijakan pengembangan Jabatan Fungsional Perawat merupakan


pembelajaran yang penting bagi Pejabat Fungsional Perawat, dengan
mengetahui arah kebijakan pengembangan jabatan fungsional Perawat
seorang pejabat fungsional dapat mengetahui career path yang dapat
diduduki selama menjadi seorang pejabat fungsional Perawat.

Agar mampu mengetahui pola karier jabatan fungsional Perawat seorang


pejabat fungsional Perawat harus mampu mengetahi apa saja mekanisme
pengangkatan kedalam jabatan fungsional, persyaratan serta mengetahui
pola karier instansi dan pola karier Nasional

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan mengenai


Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional Perawat

Sub Materi Pokok

Pola Karir Jabatan Fungsional Perawat


Uraian Materi Pokok 1

Haiii...... Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang Pola karier, apa yang anda
ketahui tentang Pola karier Kebijakan Pengembangan Jabatan Fungsional
Perawat?

Anda sebagai seorang pejabat fungsional Perawat, agar dapat mengetahui career path
seorang jabfung Perawat, maka anda perlu memahami Pola karier. Uraian berikut ini
bisa untuk menambah wawasan Anda tentang Kebijakan Pengembangan Jabatan
Fungsional Perawat. Dibaca sampai tuntas yaaa.....supaya tidak gagal paham ☺

Pola Karir Jabatan Fungsional Perawat


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
Pengembangan karier dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan
karier dilakukan melalui manajemen pengembangan karier dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas dalam rangka penyesuaian
kebutuhan organisasi, kompetensi dan pola karier PNS. Manajemen
pengembangan melalui:

a) pengangkatan pertama
b) mutasi; dan/ atau
c) promosi.
d) penugasan khusus
Tujuan Penyelenggaraan manajemen karier PNS adalah sebagai
berikut:
a) memberikan kejelasan dan kepastian karier kepada PNS;
b) menyeimbangkan antara pengembangan karier PNS dan
kebutuhan instansi;
c) meningkatkan kompetensi dan kinerja PNS; dan
d) mendorong peningkatan profesionalitas PNS.

Sasaran penyelenggaraan manajemen karier PNS yaitu:


a) tersedianya pola karier nasional dan panduan penyusunan pola
karier Instansi Pemerintah; dan
b) meningkatkan kinerja Instansi Pemerintah.

Pola karier merupakan pola dasar mengenai urutan penempatan dan/ atau
perpindahan PNS dalam dan antar posisi di setiap jenis Jabatan secara
berkesinambungan. Pola karier PNS terdiri atas:
a) pola karier instansi; dan
b) pola karier nasional

Pola karier nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri. Setiap Instansi
Pemerintah menyusun pola karier instansi secara khusus sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan pola karier nasional.

Gambar 1. Pola Karier Pegawai ASN

Pengembangan karier, pengembangan kompetensi, pola karier, mutasi,


dan promosi merupakan manajemen karier PNS yang harus dilakukan
dengan menerapkan prinsip Sistem Merit. Sistem Merit adalah kebijakan
dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecacatan. Sistem Merit sebagaimana dimaksud
meliputi kriteria:
a) seluruh Jabatan sudah memiliki standar kompetensi Jabatan;
b) perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja;
c) pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara terbuka;
d) memiliki manajemen karier yang terdiri dari perencanaan,
pengembangan, pola karier, dan kelompok rencana suksesi yang
diperoleh dari manajemen talenta;
e) memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi berdasarkan
pada penilaian kinerja yang objektif dan transparan;
f) menerapkan kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
g) merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan
kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja;
h) memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari tindakan
penyalahgunaan wewenang; dan
i) memiliki sistem informasi berbasis kompetensi yang terintegrasi
dan dapat diakses oleh seluruh Pegawai ASN.
Gambar 2. Sistem Merit ASN
SEKARANG SAYA TAHU

• Pengembangan karier dilakukan berdasarkan kualifikasi,


kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan
• Manajemen pengembangan karier dapat dilakukan melalui
pengangkatan pertama, mutasi dan/atau promosi dan penugasan
khusus
• Pola karier ASN terdiri dari Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan
Administrasi dan Jabatan Fungsional
• Sistem Merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil
dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan,
umur, atau kondisi kecacatan
Materi Pokok 2

Pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat

Pendahuluan

Setelah memahami tentang Arah Kebijakan Pengembangan Jabatan


Fungsional Perawat, sekarang anda akan mempelajari tentang
Pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat, untuk mengatahui dari mulai
perencanaan untuk mengetahui lowongan kebutuhan, mekanisme
pengangkatan kedalam Jabatan Fungsional Perawat, Pengembangan
karier selama menjadi jabatan fungsional Perawat, pemantauan dan
evaluasi dan mengetahui sistem informasi apa saja yang dapat digunakan
dan diaplikasikan selama menjadi pejabat fungsional Perawat
Semangat ya.....

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan mengenai
Pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat

Sub Materi Pokok


1. Perencanaan
2. Pengangkatan
3. Pengembangan
4. Pemantauan dan Evaluasi
5. Sistem Informasi
Uraian Materi Pokok 2

Apakah Anda bisa ??? yakin, pasti Anda bisa.

Pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat


Rancang Bangun (Grand Design) Pengelolaan Jabatan Fungsional
Kesehatan 2019-2025 merupakan acuan bagi Kementerian/ Lembaga/
Pemerintah Daerah dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan
Jabatan Fungsional Kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing. Ruang lingkung Rancang Bangun (Grand Design) Pengelolaan
Jabatan Fungsional Kesehatan Kementerian Kesehatan 2019-2025,
meliputi :

a) Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan di Instansi Pembina; dan


b) Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan di Instansi Pengguna
(Kementerian Kesehatan, Kementerian/ Lembaga, dan Pemerintah
Daerah)

Gambar 3. Kerangka Pikir Grand Design Pengelolaan Jabatan


Fungsional Kesehatan
Dalam rangka pengembangan profesionalisme dan pembinaan karier ASN
yang menduduki Jabatan Fungsional Kesehatan, diperlukan kesesuaian
antara kompetensi dan kualifikasi jabatan. Kesesuaian tersebut harus
dimulai sejak proses perencanaan, pengangkatan dan pengembangan.
Untuk mewujudkan hal tersebut pengelolaan Jabatan Fungsional sangat
diperlukan. Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan meliputi beberapa
tahapan kegiatan, yaitu :

A. Perencanaan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan jenis
Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai berikut :
1) Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan pejabat
fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan butir
kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan Fungsional Kesehatan
yang dapat dinilai dengan Angka Kredit yang menggambarkan dan
mendukung pencapaian tujuan instansi itu sendiri.
2) Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang diperlukan
untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi.
3) Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk memperoleh
data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan dan disajikan
untuk kepentingan program kelembagaan, ketatalaksanaan,
kepegawaian dan pengawasan. Dengan melaksanakan analisis
jabatan akan dihasilkan informasi jabatan. Informasi jabatan
diperoleh dengan melakukan kegiatan penyusunan;
a) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama jabatan,
kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja,
perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang,
korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, dan resiko bahaya.
b) Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan ruang,
pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman kerja, pengetahuan
kerja, keterampilan kerja, bakat kerja, temperamen kerja, minat
kerja, upaya fisik, kondisi fisik, dan fungsi pekerja.

4) Menetapkan Peta Jabatan


Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan secara
vertikal maupun horizontal menurut struktur kewenangan, tugas, dan
tanggung jawab jabatan serta persyaratan jabatan. Peta jabatan
menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan kedudukannya
dalam unit kerja. Dalam menetapkan peta jabatan, maka instansi
melakukan:
a) Menyusun nama dan tingkat jabatan dari jenjang jabatan yang
paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.
b) Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang ada dan
kedudukan dalam unit organisasi serta memuat jumlah pegawai,
pangkat/golongan ruang, kualifikasi pendidikan, dan beban kerja
unit organisasi.
5) Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan melalui
regulasi oleh pimpinan instansi.

Setelah anda tahu tentang Perencanaan, selanjutnya anda harus tahu


pula strategi bagaimana mekanisme pengangkatan Jabatan Fungsional
Perawat, sehingga pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat dapat
berjalan dengan baik.
B. Pengangkatan
Pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan dilakukan berdasarkan
peta jabatan (formasi) untuk mengisi kebutuhan Jabatan Fungsional
Kesehatan baik kategori Keterampilan maupun kategori Keahlian.
Adapun Mekanisme pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan
dapat melalui:
1) Pengangkatan pertama
2) perpindahan jabatan
3) promosi
Setelah diangkat ke dalam Jabatan Fungsional Kesehatan, para
pejabat fungsional melaksanakan tiap butir-butir kegiatan yang harus
dicapai untuk mendapatkan angka kredit dan penilaian kinerja. Butir
butir kegiatan yang dimaksud adalah tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh setiap pejabat fungsional yang terdiri atas unsur utama (tugas
pokok) dan unsur penunjang. Dalam melaksanakan tugas serta
fungsinya pejabat fungsional mendapatkan tunjangan dan untuk
pengangkatan pertama, perpindahan jabatan, promosi, pejabat
fungsional dipersyaratkan untuk uji kompetensi.
Berdasarkan PP 11 Tahun 2017 Pengembangan karier,
pengembangan kompetensi pola karier, mutasi, dan promosi
merupakan manajemen karier PNS yang harus dilakukan dengan
menerapkan prinsip Sistem Merit. Berdasarkan Permenpan 13 tahun
2019 dalam pengangkatan mensyaratkan mengikuti dan lulus uji
Kompetensi Teknis, Kompetensi Manajerial, dan Kompetensi Sosial,
Kultural sesuai standar kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina baik untuk, perpindahan dari jabatan lain, promosi (kenaikan
jenjang satu tingkat lebih tinggi) serta alih kategori. Dikecualikan untuk
pengangkatan pertama tanpa Uji Kompetensi sebagaimana disebutkan
pada PP 17 tahun 2020 bahwa Uji Kompetensi untuk pengangkatan
pertama dihapuskan.
C. Pengembangan

Pengembangan Jabatan Fungsional Kesehatan sesuai dengan jenjang


karier meliputi beberapa aspek yaitu:

1) Pemenuhan Angka Kredit


Dalam pelaksanaan tugas utama/pokok seorang pejabat Fungsional
harus mengumpulkan sekurang-kurangnya 80% dari angka kredit
yang ditetapkan, sedang pelaksanaan tugas penunjang tugas pokok
sebanyak-banyaknya hanya 20%. Ketentuan tersebut diatur untuk
menjamin agar Pejabat Fungsional mengutamakan pelaksanaan
tugas pokoknya dibandingkan dengan tugas-tugas penunjang.
Pemenuhan angka kredit pejabat fungsional diatur dalam peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi
Birokrasi. Untuk selanjutnya diharapkan pemenuhan angka kredit ini
akan terintegrasi dengan penilaian kinerja pejabat fungsional
kesehatan.

2) Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan
bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan
kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang diharapkan
meliputi:
a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja
secara teknis;
b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan;
c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Uji
Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan adalah suatu proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim Penguji
dalam rangka memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang jabatan
atau perpindahan jabatan dan atau promosi untuk menjamin
kualitas pejabat fungsional Dikecualikan untuk pengangkatan
pertama tanpa Uji Kompetensi sebagaimana disebutkan pada PP
17 tahun 2020 bahwa Uji Kompetensi untuk pengangkatan
pertama dihapuskan
3) Pengembangan Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar kompetensi dan
jenjang karier dari pejabat fungsional. Pengembangan kompetensi
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi
Jabatan Fungsional Kesehatan.

Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk pendidikan


dan/atau pelatihan.

1) Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam
bentuk pendidikan formal dapat dilaksanakan dalam bentuk
pemberian tugas belajar. Tugas belajar diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan standar kompetensi Jabatan dan
pengembangan karier.
2) Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan dapat
dilakukan melalui:
a) Jalur pelatihan klasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal
dilakukan melalui proses pembelajaran tatap muka di dalam
kelas, paling sedikit melalui pelatihan, seminar, kursus dan
penataran.
b) Jalur pelatihan nonklasikal
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan nonklasikal
dilakukan paling sedikit melalui e-learning, bimbingan di tempat
kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antar PNS
dengan pegawai swasta.

3) Pembinaan
Pembinaan Jabatan Fungsional Kesehatan dilaksanakan dalam
rangka pembinaan karier pejabat fungsional sebagai PNS yang
dilaksanakan melalui sistem merit, kriteria sistem merit yang
dimaksud meliputi:
a) Seluruh jabatan sudah memiliki standar kompetensi jabatan;
b) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan beban kerja;
c) Pelaksanaan seleksi dan promosi dilakukan secara terbuka;
d) Memiliki manajemen karier yang terdiri dari perencanaan,
pengembangan, pola karier dan kelompok rencana suksesi yang
diperoleh dari manajemen talenta;
e) Memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi berdasarkan
pada penilaian kinerja yang objektif dan transparan;
f) Menerapkan kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
g) Merencanakan dan memberikan kesempatan pengembangan
kompetensi sesuai hasil penilaian kinerja;
h) Memberikan perlindungan kepada Pegawai ASN dari tindakan
penyalahgunaan wewenang dan Memiliki sistem informasi
berbasi kompetensi yang terintegrasi dan dapat diakses oleh
seluruh pegawai ASN.
D. Pemantauan dan Evaluasi
1) Pemantauan
Sistem pengawasan/ pemantauan dirancang untuk difokuskan pada
pencermatan atas pelaksanaan Rencana Aksi dan Rencana Induk
Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan. Komitmen dari unsur
unsur yang melaksanakan rencana sebagaimana tertuang dalam
Rencana Induk maupun Rencana Aksi Pengelolaan Jabatan
Fungsional Kesehatan, menjadi titik perhatian dalam pengawasan
pengelolaan ini. Penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam
pelaksanaan, akan dijadikan bahan evaluasi dalam penataan
pengelolaan kedepannya dan memecahkan permasalahan tersebut
melalui koordinasi dengan para pemangku kepentingan.
2) Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara terpadu, didukung dengan pemantauan
yang intensif, untuk mengetahui berbagai perkembangan kemajuan
dan permasalahan pelaksanaan kegiatan program terkait
sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Induk dan Rencana
Aksi, sesuai pedoman evaluasi yang ditetapkan. Evaluasi Jabatan
Fungsional Kesehatan dilakukan secara berkala, setiap tahun. Di
luar evaluasi berkala, dapat dilakukan evaluasi paruh waktu atau
evaluasi dengan tujuan khusus sesuai dengan kebutuhan, yang
dilaksanakan sesuai dengan pedoman evaluasi khusus yang
ditetapkan.

Yang terakhirr nihhhh, kenapa penting pelajari sisfo?karena ternyata


semakin berkembangnya teknologi saat ini mampu memudahkan
kita dalam pengelolaan jabatan fungsional kesehatan juga lohhh.
Yuk simak materi di bawah ini.
E. Sistem Informasi
Sistem Informasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
dikembangkan dalam rangka menjamin ketersediaaan data dasar yang
lengkap dan akses sistem teknologi yang memungkinkan pengolahan
data secara akurat, tepat, dan cepat sebagai basis pengambilan
keputusan. Selain hal tersebut, dengan adanya sistem informasi
pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi baik yang dilaksanakan
secara berkala maupun secara khusus dapat mempermudah proses
pemantauan perencanaan, pengangkatan, pengembangan, dan
evaluasi serta pelaporan.
SEKARANG SAYA TAHU

• Perencanaan Jabatan Fungsional Perawat dilakukan dengan


melakukan Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja sampai
ditetapkan Peta Jabatan
• Mekanise pengangkatan kedalam Jabatan Fungsional Perawat
dapat dilakukan melalui Pengangkatan Pertama, Perpindahan
Jabatan dan Promosi
• Pengembangan Jabatan Fungsional Perawat dapat dilakukan
dengan pemenuhan angka kredit, mengikuti uji kompetensi
(teknis, manajerial dan sosio kultural), peningkatan kualifikasi
pendidikan dan mengikuti pelatihan.
Materi Pokok 3

Arah Pengembangan Karir Jabatan Fungsional


Perawat

Pendahuluan

Setelah memahami tentang Pengelolaan Jabatan Fungsional Perawat,


selanjutnya Anda harus mempelajari Arah Pengembangan Karir Jabatan
Fungsional Perawat.
Pada materi pokok ini Anda akan mempelajari tentang Peningkatan
Kualifikasi, Penilaian Kinerja, Uji Kompetensi, dan Kebutuhan Organisasi.
Hal ini sejalan dengan materi yang sebelumnya diberikan, dalam materi ini
akan dikupas secara detail apa saja yang harus dilakukan untuk dapat
meningkatkan karier pejabat fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan mengenai


Arah Pengembangan Karir Jabatan Fungsional Perawat

Sub Materi Pokok

1. Peningkatan Kualifikasi
2. Penilaian Kinerja
3. Uji Kompetensi
4. Kebutuhan Organisasi
Uraian Materi Pokok 3

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang Arah Pengembangan Karir


Jabatan Fungsional Perawat, apa yang ada tahu tentang Arah Pengembangan
Karir Jabatan Fungsional Perawat.

A. Peningkatan Kualifikasi
Pejabat Fungsional Perawat dalam mengembangkan kariernya harus
memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan sesuai dengan persyaratan
jabatan. Sesuai dengan Permenpan 35 tahun 2019 tentang Jabatan
Fungsional Perawat untuk kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan
untuk pengangkatan dalam kategori keterampilan yaitu D3
Keperawatan dan untuk kategori keahlian yaitu Ners

B. Penilaian Kinerja
1. Penilaian kinerja Perawat bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
2. Penilaian kinerja Perawat dilakukan berdasarkan perencanaan
kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi,
dengan memperhatikan target, capaian, hasil dan manfaat yang
dicapai, serta perilaku PNS.
3. Penilaian kinerja Perawat dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif, dan transparan sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.

C. Uji Kompetensi
Uji kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap
kompetensi teknis, manajerial dan/atau sosial kultutural dari Perawat
dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam jabatan. Kompetensi
manajerial diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan. Kompetensi Teknis,
diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis. Kompetensi Sosial
Kultural, diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan. Uji Kompetensi sesuai standar kompetensi
yang telah disusun oleh Instansi Pembina baik untuk, perpindahan dari
jabatan lain maupun promosi (kenaikan jenjang satu tingkat lebih tinggi)
serta alih kategori.

D. Kebutuhan Organisasi
Dalam mengembangkan karier Perawat selain harus memenuhi
persyaratan kualifikasi, kinerja bernilai baik dan lulus uji kompetensi,
juga harus sesuai dengan kebutuhan organisasi, yaitu tersedianya
formasi jabatan yang akan dituju. .Setiap Instansi Pemerintah wajib
menyusun kebutuhan jumlah dan jenis Jabatan PNS berdasarkan
analisis Jabatan dan analisis beban kerja. Penetapan kebutuhan PNS
dalam JF dihitung berdasarkan beban kerja yang ditentukan dari
indikator kebutuhan JF. Instansi Pusat dan Instansi Daerah wajib
melaksanakan anjab dan abk sbg prasyarat utk menyusun peta jabatan,
uraian jabatan serta jumlah kebutuhan ASN. Pengangkatan PNS ke
dalam jabatan fungsional harus disesuaikan dengan formasi kebutuhan
jabatan pada organisasi instansi Pemerintah.
SEKARANG SAYA TAHU

• Pejabat Fungsional Perawat dalam mengembangkan kariernya


harus memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan sesuai dengan
persyaratan jabatan
• Uji kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap
kompetensi teknis, manajerial dan/atau sosial kultutural dari
Perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam jabatan
• Dalam mengembangkan karier Perawat selain harus memenuhi
persyaratan kualifikasi, kinerja bernilai baik dan lulus uji
kompetensi, juga harus sesuai dengan kebutuhan organisasi,
yaitu tersedianya formasi jabatan yang akan dituju
REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN


2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
5. Permenpan 35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana


oleh masing-masing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah
suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan
akuntabel, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
dan masyarakat secara berkelanjutan.

Seiring dengan hal ini, pembangunan lima tahun ke depan yang tertuang di
Rencana Pembangunan Jangka Menengah IV (2020-2025) mengarah
kepada kondisi masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur
melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.

Sumber daya manusia (SDM) memegang peran kunci dalam peningkatan


kinerja organisasi. Oleh karena itu SDM khususnya Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang merupakan aset organisasi dan di akhir 2025 diarahkan
menjadi human capital perlu ditingkatkan kompetensinya secara terus
menerus sehingga dapat memberikan layanan terbaik kepada masyarakat
dan pemangku kepentingan lainnya.
ASN HUMAN
CAPITAL
SMART ASN
Reformasi
Birokrasi &
Good UU ASN
Governance

Gambar 1. RPJMN Ke IV dalam RPJPN 2005-2025 Pembangunan ASN

Pengembangan kompetensi yang ditetapkan di dalam Undang-Undang


Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dijabarkan di
dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2020 sebagai pengganti
PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS),
dijelaskan bahwa pengembangan kompetensi merupakan upaya untuk
pemenuhan kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi
jabatan dan rencana pengembangan karier. Setiap Satuan Kerja (Satker)
mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi hak PNS dalam
pengembangan kompetensi dengan memperhatikan hasil penilaian kinerja
dan penilaian kompetensi. Jumlah jam pengembangan kompetensi untuk
setiap PNS minimal 20 jam pelajaran per tahun. Jumlah jam pelajaran
minimal ini telah diatur di dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara
(LAN) Nomor 10 tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi PNS.

Mata pelatihan ini membahas tentang pengembangan kebutuhan


kompetensi ASN, jenis pengembangan kompetensi ASN, peran Puslat
SDM Kesehatan dalam pengembangan kompetensi ASN Bidang
Kesehatan.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami


kebijakan pengembangan kompetensi SDM Kesehatan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:

1. Menjelaskan pengembangan kebutuhan kompetensi ASN;

2. Menjelaskan jenis pengembangan kompetensi ASN;

3. Menjelaskan peran Puslat SDM Kesehatan dalam pengembangan


kompetensi ASN Bidang Kesehatan.
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Pengembangan Kebutuhan Kompetensi ASN

2. Jenis Pengembangan Kompetensi ASN

3. Peran Puslat SDM Kesehatan dalam Pengembangan Kompetensi


ASN Bidang Kesehatan
Peta Modul

Kebijakan Pengembangan Kompetensi SDM Kesehatan


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Pengembangan Kompetensi
dalam Pencapaian Kompetensi ASN

Pendahuluan

Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(ASN) mengamanatkan bahwa pengembangan karier PNS dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan
Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi ASN didasarkan pada
adanya kesenjangan kompetensi dan kesenjangan kinerja yang
dibutuhkan oleh organisasi.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan


pengembangan kebutuhan kompetensi ASN.

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 1:

A. Kompetensi ASN

B. Pemetaan kebutuhan kompetensi ASN


Uraian Materi Pokok 1

Anda pasti sering mendengar istilah ASN. Apakah ASN sama dengan
PNS? Apa yang Anda ketahui tentang Kompetensi ASN? Pelajarilah materi
berikut ini dengan semangat belajar yang tinggi ya!

A. Kompetensi ASN

Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara (ASN) mengamanatkan bahwa pengembangan karier PNS
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan
kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi ASN
didasarkan pada adanya kesenjangan kompetensi dan kesenjangan
kinerja yang dibutuhkan oleh organisasi.

Berdasarkan UU ASN tersebut dan penjabaran dalam Peraturan LAN


Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi PNS,
dinyatakan bahwa ada 3 kompetensi yang harus dimiliki oleh ASN yaitu:

1. Kompetensi teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan


sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
berkaitan dengan bidang teknis Jabatan. Kompetensi teknis ini diukur
dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional
dan pengalaman bekerja secara teknis.

2. Kompetensi teknis ini menjadi tugas dan tanggungjawab Instansi


Teknis/ Pembina Jabatan Fungsional (Kementerian dan Lembaga
Pemerintahan Non Kementerian/LPNK).

3. Kompetensi manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan


sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk
memimpin dan/atau mengelola unit organisasi. Kompetensi ini diukur
dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan
pengalaman kepemimpinan.

Kompetensi manajerial terdiri dari 8 kompetensi yaitu:

a. Komunikasi,

b. Pengembangan diri dan orang lain,

c. Mengelola perubahan,

d. Pengambilan keputusan,

e. Integritas,

f. Kerjasama,

g. Orientasi pada hasil, dan

h. Pelayanan publik

Kompetensi manajerial ini menjadi tugas dan tanggungjawab Lembaga


Administrasi Negara (LAN). Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), LAN disebutkan memiliki
fungsi pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial
pegawai ASN dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
kompetensi manajerial pegawai ASN baik secara sendiri maupun
bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya.

4. Kompetensi sosial kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan


sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait
dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam
hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap
pemegang jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan
peran, fungsi dan Jabatan. Kompetensi ini diukur dari pengalaman
kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Nah, sekarang Anda telah mengetahui 3 kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang ASN. Lalu, apa yang dimaksud dengan
kompetensi manajerial dan kompetensi social kultural? Yuk pelajari
materi berikut.

Kompetensi sosial kultural ini menjadi tugas dan tanggungjawab LAN.


Pada peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018
tentang Pengembangan kompetensi PNS dinyatakan bahwa
Pengembangan Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Sosial
Kultural tingkat nasional dilaksanakan oleh LAN.

Pegawai Negeri Sipil wajib membangun integritas moral, kejujuran,


semangat, motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter
kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, serta memperkuat
profesionalisme kompetensi di bidang tugasnya. Dengan demikian
setiap ASN dituntut agar dapat memenuhi standar kompetensi
jabatannya sehingga mampu melaksanakan tugas jabatannya
dengan profesional secara efektif dan efisien sebagai pelayan
masyarakat.

Pejabat Fungsional Bidan yang selanjutnya disebut Bidan adalah PNS


yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan asuhan
kebidanan pada Fasyankes atau Fasilitas Kesehatan lainnya di
lingkungan Instansi Pemerintah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya berdasarkan peraturan yang berlaku. Pejabat
Fungsional Bidan dituntut harus memenuhi standar kompetensinya
yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
diperlukan untuk dalam melaksanakan tugas jabatan Bidan yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2019
tentang Jabatan Fungsional Bidan.
Anda telah mempelajari kompetensi ASN. Materi selanjutnya akan
membahas tentang pemetaan kebutuhan kompetensi ASN. Silahkan
Anda pelajari materi berikutnya. Selamat belajar!

B. Pemetaan Kebutuhan Kompetensi ASN

Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang pemetaan kebutuhan


Kompetensi ASN. Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat
belajar!

Pengembangan kompetensi di bidang kesehatan merujuk pada Surat


Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Peberdayaan SDM
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Nomor. HK.02.03/I/0515/2020
tentang Pedoman Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

Perencanaan pengembangan kompetensi PNS di lingkungan


Kementerian Kesehatan dilakukan berdasarkan hasil pemetaan
kompetensi melalui pengukuran gap kompetensi dengan menggunakan
Sistim Informasi Kebutuhan Pelatihan (SIBULAT).

Tahapan pemetaan kebutuhan kompetensi SDM Kesehatan adalah


sebagai berikut:

1. Tahapan Penyusunan Perencanaan Pengembangan Kompetensi

a. Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi

Mekanisme Analisis Kebutuhan Pengembangan Kompetensi


PNS:

1) Penyelenggara
Penyelenggara analisis kebutuhan pengembangan
kompetensi adalah masing-masing Satuan Kerja (Satker) di
lingkungan Kementerian Kesehatan.

2) Sasaran

Sasaran analisis pengembangan kompetensi mencakup


seluruh PNS di Satker tersebut.

3) Waktu

Analisis kebutuhan pengembangan kompetensi PNS


dilakukan setiap bulan Maret setelah pengisian Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP).

4) Metode

Analisis kebutuhan pengembangan kompetensi PNS


dilaksanakan dengan menggunakan metode diskrepansi, yaitu
menganalisis kesenjangan antara standar/kompetensi yang
diharapkan atau uraian tugas dengan kompetensi saat ini.

5) Tahapan pelaksanaan analisis kebutuhan pengembangan


kompetensi

Hasil dari pelaksanaan analisis kebutuhan pengembangan


kompetensi PNS adalah peta kebutuhan pengembangan
kompetensi yang sudah ditentukan metode pengembangan
kompetensinya dan sudah diverifikasi atasan.

Tahapannya adalah:

a) Persiapan

(1) Biro Kepegawaian dan Pusat Pelatihan SDM


Kesehatan melakukan sosialisasi:

(a) Aturan berkaitan dengan kewajiban Satker dalam


memenuhi hak PNS untuk melakukan
pengembangan kompetensi,

(b) Pedoman pengembangan kompetensi ke Unit


Eselon I,

(c) Tahapan dalam mengisi SIBULAT.

(2) Unit Eselon I memberikan instruksi ke seluruh Satker


agar PNS di masing-masing Satker melakukan
analisis kebutuhan pengembangan kompetensi
melalui Sibulat berdasarkan jabatannya masing-
masing. Selain itu menginstruksikan para atasan
untuk melakukan verifikasi usulan dari masing-
masing stafnya.

b) Pelaksanaan

(1) Satker memfasilitasi PNS di lingkungannya untuk


mengisi Sibulat dengan mengacu pada info/uraian
jabatan dan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ).

(2) PNS pada Satker masing-masing melakukan analisis


kebutuhan pengembangan kompetensi melalui
Sibulat. Aplikasi Sibulat serta buku manual aplikasi
dapat diakses pada
http://www.bppsdmk.kemkes.go.id/web/.

(3) Hal-hal yang perlu diiisi oleh masing-masing PNS


adalah:

(a) Profil PNS serta uraian jabatan sesuai data pada


Sistem Informasi Managemen Kepegawaian
(SIMKA),

(b) Pengajuan kebutuhan kompetensi yang diisi oleh


masing-masing PNS dengan cara
mengidentifikasi kompetensi yang telah dimiliki,
pengembangan kompetensi yang dibutuhkan
beserta metode yang akan digunakan.

(4) Atasan langsung memverifikasi data kebutuhan


pengembangan kompetensi yang diusulkan stafnya.
Keputusannya dapat diterima, ditunda atau ditolak
sesuai hasil pengamatan atasan terhadap kinerja
masing-masing staf. Pertimbangan keputusan
dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan
susunan dan kedudukan satuan kerja dalam instansi.

(5) Bagian Kepegawaian masing-masing Satker


mengkompilasi pemetaan kebutuhan
pengembangan.

2. Tahapan Perencanaan Pengembangan Kompetensi PNS

Perencanaan pengembangan kompetensi PNS Kementerian


Kesehatan disusun berdasarkan hasil analisis pemetaan kebutuhan
pelatihan yang sudah disyahkan oleh masing-masing Kepala Satker.

Tahapan perencanaan pengembangan kompetensi adalah sebagai


berikut:

a. Verifikasi rencana pengembangan kompetensi

Verifikasi rencana pengembangan kompetensi dilakukan oleh


Bagian Kepegawaian masing-masing Satker dengan
memperhatikan dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan instansi
dan Standar Kompetensi Jabatan.

1) Isi dokumen perencanaan pengembangan kompetensi,


mencakup:

a) Nama dan nomor induk pegawai yang akan


dikembangkan,

b) Jabatan yang akan dikembangkan,

c) Jenis kompetensi yang perlu dikembangkan,

d) Bentuk dan jalur pengembangan kompetensi,

e) Penyelenggara pengembangan kompetensi,

f) Jadwal atau waktu pelaksanaan,

g) Kesesuaian pengembangan kompetensi dengan standar


kurikulum dari instansi pembina kompetensi,

h) Kebutuhan anggaran, dan

i) Jumlah jam pelajaran (JP).

2) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam verifikasi adalah


sebagai berikut:

a) Kesesuaian jenis kompetensi yang akan dikembangkan,

b) Kesesuaian jalur pengembangan Kompetensi,

c) Pemenuhan Jam Pelajaran (JP) pengembangan


kompetensi pertahun,

d) Ketersediaan anggaran, dan

e) Rencana pelaksanaan pengembangan kompetensi.

b. Validasi rencana pengembangan kompetensi

Validasi perencanaan pengembangan kompetensi PNS yang


sudah diverifikasi dilakukan oleh pejabat yang menangani
kepegawaian dimasing-masing Satker.

c. Penetapan Rencana Pengembangan Kompetensi PNS Tahapan


penetapan rencana pengembangan kompetensi:

1) Bagian Kepegawaian dimasing-masing Satker Esselon I


menerima, mengkompilasi dan menetapkan rencana
pengembangan kompetensi yang sudah divalidasi oleh
masing-masing Satker.

2) Biro Kepegawaian mengkompilasi rencana pengembangan


kompetensi dari masing-masing Satker Eselon I.

3) Menteri Kesehatan menetapkan rencana pengembangan


kompetensi PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan.

4) Masing-masing Satker merencanakan penganggaran untuk


pelaksanaan pengembangan kompetensi yang telah
ditetapkan.

5) Pusat Pelatihan SDM Kesehatan memfasilitasi penyusunan


pelaksaan perencanaan pengembangan kompetensi.

Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1. Bagaimana dengan materinya?


Menarik bukan? Seorang ASN harus memiliki berbagai kompetensi yang
telah diatur oleh Undang-Undang dan peraturan lainnya. Yuk istirahat
sejenak untuk memulihkan konsentrasi, kemudian Anda dapat melanjutkan
kegiatan belajar 2 ya!
SEKARANG SAYA TAHU

A. Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara (ASN) mengamanatkan bahwa pengembangan karier PNS
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja,
dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi
ASN didasarkan pada adanya kesenjangan kompetensi dan
kesenjangan kinerja yang dibutuhkan oleh organisasi.

B. Pengembangan kompetensi di bidang kesehatan merujuk pada


Surat Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Peberdayaan
SDM Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Nomor.
HK.02.03/I/0515/2020 tentang Pedoman Pengembangan
Kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan
Kementerian Kesehatan.
Materi Pokok 2

Jenis Pengembangan Kompetensi ASN

Pendahuluan

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi


mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja (attitude)
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar
performa yang ditetapkan (Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia/SKKNI).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


menyatakan bahwa setiap PNS memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan


pengembangan kebutuhan kompetensi ASN.

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 2:

A. Pelatihan klasikal

B. Pelatihan non klasikal


Uraian Materi Pokok 2

Anda akan mempelajari materi pokok 2 yaitu jenis pengembangan kompetensi


ASN. Menurut Anda, apa saja jenis pengembangan kompetensi ASN? Yuk
pelajari materi berikut.

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi


mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja (attitude) dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performa
yang ditetapkan (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia/SKKNI).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


menyatakan bahwa setiap PNS memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi.

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018 tentang


Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil, menyatakan bahwa
pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk pendidikan
dan/atau pelatihan. Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian PNS melalui
pendidikan formal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
sedangkan pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan adalah
proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme
dan/atau menunjang pengembangan karier tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilaksanakan minimal 20 jam
pembelajaran.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725 Tahun 2003 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelatihan Bidang Kesehatan menyatakan bahwa pelatihan
adalah proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kinerja,
profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karier tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2020 sebagai


pengganti PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil dan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2018
tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil, pengembangan
kompetensi dalam bentuk pelatihan dilakukan melalui jalur pelatihan klasikal
dan non klasikal.

A. Pelatihan Klasikal

Pelatihan klasikal adalah bentuk pengembangan kompetensi yang


dilakukan melalui kegiatan yang menekankan pada proses pembelajaran
tatap muka di dalam kelas.

Metode pengembangan kompetensi melalui pelatihan klasikal adalah:

1. Pelatihan struktural kepemimpinan,

2. Pelatihan manajerial,

3. Pelatihan teknis,

4. Pelatihan fungsional,

5. Pelatihan sosial kultural,

6. Seminar,

7. Workshop atau lokakarya,

8. Kursus,

9. Penataran,

10. Bimbingan teknis, dan/atau

11. Sosialisasi.
B. Pelatihan Non Klasikal

Pelatihan non klasikal adalah bentuk pengembangan kompetensi yang


dilakukan melalui kegiatan yang menekankan pada proses pembelajaran
praktik kerja dan/atau pembelajaran di luar kelas. Pelatihan non klasikal
dilakukan melalui proses pembelajaran yang aktifitasnya dilakukan tidak
di dalam ruangan tertentu.

Metode pengembangan kompetensi melalui pelatihan non klasikal,


adalah:

1. Coaching,

2. Mentoring,

3. E-learning,

4. Pelatihan jarak jauh,

5. Detasering (secondment),

6. Pembelajaran alam terbuka (outbond),

7. Patok banding (benchmarking),

8. Pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta/badan usaha milik


negara/ badan usaha milik daerah,

9. Belajar mandiri (self development),

10. Komunitas belajar (community of practices),

11. Bimbingan di tempat kerja,

12. Magang/praktik kerja, dan

13. Jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk pelatihan


nonklasikal lainnya.
Nah itulah jenis pengembangan kompetensi ASN. Apakah Anda tertarik
dengan pelatihan klasikal, atau pelatihan non klasikal? Keduanya sama-sama
baik, hanya saja ada kelebihan dan kekurangan pada setiap jenis pelatihan.
Silahkan istirahat sejenak sebelum melanjutkan ke materi pokok berikutnya ya!
SEKARANG SAYA TAHU

Pelatihan klasikal adalah bentuk pengembangan kompetensi yang


dilakukan melalui kegiatan yang menekankan pada proses pembelajaran
tatap muka di dalam kelas.

Pelatihan non klasikal adalah bentuk pengembangan kompetensi yang


dilakukan melalui kegiatan yang menekankan pada proses pembelajaran
praktik kerja dan/atau pembelajaran di luar kelas.
Materi Pokok 3

Peran Puslat SDMK dalam Pengembangan


Kompetensi ASN Perawat Kesehatan

Pendahuluan
Penjabaran peran ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan,
Pusat Pelatihan SDM Kesehatan bertugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan


pengembangan kebutuhan kompetensi ASN.

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 3:

A. Regulator.

B. Akreditasi Pelatihan Kesehatan.

C. Monitoring dan Evaluasi.

D. Pembinaan
Uraian Materi Pokok 3

Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan bertindak


sebagai regulator yang berwenang menyusun kebijakan dan norma,
standar, prosedur, kriteria (NSPK) serta mengatur pengembangan
kompetensi SDM Kesehatan. Apa saja peran Puslat SDM Kesehatan dalam
pengembangan kompetensi ASN bidang kesehatan? Yuk pelajari materi
berikut.

A. Regulator

Penjabaran peran ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor: 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Pusat Pelatihan SDM Kesehatan bertugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi,
dan pelaporan di bidang pelatihan sumber daya manusia kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Pusat Pelatihan SDM Kesehatan


menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis kompetensi dan


kebutuhan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan pengendalian
mutu pelatihan sumber daya manusia kesehatan (SDMK),

2. Pelaksanaan di bidang analisis kompetensi dan kebutuhan


pelatihan, pengembangan pelatihan, dan pengendalian mutu
pelatihan sumber daya manusia kesehatan,

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis kompetensi


dan kebutuhan pelatihan, pengembangan pelatihan, dan
pengendalian mutu pelatihan sumber daya manusia kesehatan, dan
4. Pelaksanaan administrasi pusat.

Pusat Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri atas:

1. Bidang Analisis Kompetensi dan Kebutuhan Pelatihan.

Bidang Analisis Kompetensi dan Kebutuhan Pelatihan mempunyai


tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan
di bidang analisis kompetensi dan pemetaan kebutuhan pelatihan
sumber daya manusia Kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Analisis Kompetensi dan


Kebutuhan Pelatihan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis


kompetensi dan pemetaan kebutuhan pelatihan sumber daya
manusia Kesehatan, dan

b. Penyiapan pelaksanaan di bidang analisis kompetensi dan


pemetaan kebutuhan pelatihan sumber daya manusia
kesehatan.

Bidang Analisis Kompetensi dan Kebutuhan Pelatihan terdiri atas:

a. Subbidang Analisis Kompetensi.

Subbidang Analisis Kompetensi mempunyai tugas melakukan


penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang analisis kompetensi sumber daya
manusia Kesehatan.

b. Subbidang Pemetaan Kebutuhan Pelatihan.

Subbidang Pemetaan Kebutuhan Pelatihan mempunyai tugas


melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang pemetaan kebutuhan pelatihan dan
peningkatan kompetensi sumber daya manusia kesehatan
lainnya termasuk diklat kepemimpinan dan prajabatan.

2. Bidang Pengembangan Pelatihan.

Bidang Pengembangan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan


penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang
pengembangan pelatihan sumber daya manusia kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Pelatihan


menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang


pengembangan pelatihan teknis dan fungsional sumber daya
manusia Kesehatan, dan

b. Penyiapan pelaksanaan di bidang pengembangan pelatihan


teknis dan fungsional sumber daya manusia Kesehatan.

Bidang Pengembangan Pelatihan terdiri atas:

a. Subbidang Pengembangan Pelatihan Teknis.

Subbidang Pengembangan Pelatihan Teknis mempunyai tugas


melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang pengembangan pelatihan teknis sumber
daya manusia kesehatan termasuk manajemen, upaya, teknis
penunjang fungsional dan profesi

b. Subbidang Pengembangan Pelatihan Fungsional.

Subbidang Pengembangan Pelatihan Fungsional mempunyai


tugas melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang pengembangan pelatihan jabatan
fungsional tertentu dan umum.

3. Bidang Pengendalian Mutu Pelatihan.

Bidang Pengendalian Mutu Pelatihan mempunyai tugas


melaksanakan penyusunan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang
pengendalian mutu pelatihan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengendalian Mutu Pelatihan


menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang akreditasi


pelatihan dan institusi pelatihan.

b. Penyiapan pelaksanaan di bidang akreditasi pelatihan dan


institusi pelatihan.

Bidang Pengendalian Mutu Pelatihan terdiri atas:

a. Subbidang Akreditasi Pelatihan.

Subbidang Akreditasi Pelatihan mempunyai tugas melakukan


penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di
bidang akreditasi pelatihan sumber daya manusia kesehatan

b. Subbidang Akreditasi Institusi Pelatihan.

Subbidang Akreditasi Institusi Pelatihan mempunyai tugas


melakukan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan
pelaksanaan di bidang akreditasi institusi pelatihan sumber daya
manusia Kesehatan

4. Subbagian Tata Usaha.

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi


penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan
keuangan dan barang milik negara, evaluasi dan pelaporan, urusan
kepegawaian, tata laksana, kearsipan, dan tata persuratan, serta
kerumahtanggaan Pusat Pelatihan SDMK Kesehatan.

Itulah peran regulator oleh Puslat SDM Kesehatan. Selanjutnya Anda akan
mempelajari tentang akreditasi pelatihan kesehatan. Selamat belajar!
B. Akreditasi Pelatihan Kesehatan

Materi ini akan membahas tentang akreditasi pelatihan kesehatan. Anda


juga akan mempelajari Undang-Undang yang mengatur tentang tenaga
kesehatan. Selamat belajar!

Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk:

1. Meningkatkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan


di bidang kesehatan.

2. Meningkatkan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan


serta kewenangan di bidang teknis kesehatan.

Pelatihan pada hakekatnya adalah suatu sistem pembelajaran. Sebagai


suatu sistem, mutu pelatihan sangat tergantung pada mutu komponen-
komponennya, kaitan dan ketergantungan serta kerja sama diantara
komponen tersebut sehingga menimbulkan efek sinergis.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal


31: (1) Pelatihan tenaga kesehatan dapat diselenggarakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan atau Masyarakat, (2) Pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi program
pelatihan dan tenaga pelatih yang sesuai dengan standar profesi dan
standar kompetensi serta diselenggarakan oleh institusi penyelenggara
pelatihan yang terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Akreditasi pelatihan pada hakikatnya merupakan
tahapan rencana dalam menyelenggarakan suatu pelatihan untuk
mewujudkan pelatihan yang bermutu.

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/
1820 /2019 tentang Pedoman Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan
dinyatakan bahwa akreditasi pelatihan kesehatan adalah pengakuan
yang diberikan oleh pemerintah atau Badan Akreditasi yang berwenang
kepada penyelenggara pelatihan yang telah memenuhi standar yang
telah ditetapkan berdasarkan hasil penilaian terhadap komponen yang
diakreditasi.

Sasaran akreditasi pelatihan meliputi semua pelatihan kesehatan


(fungsional dan teknis) yang dilaksanakan baik di tingkat pusat maupun
di daerah.

Tujuan akreditasi pelatihan:

1. Tujuan Umum:

Terselenggaranya pelatihan bidang kesehatan sesuai dengan


standar.

2. Tujuan Khusus:

a. Terkendalinya mutu pembelajaran.

b. Terkendalinya mutu peserta.

c. Terkendalinya mutu pelatih.

d. Terkendalinya mutu penyelenggara pelatihan.

e. Terkendalinya mutu tempat penyelenggaraan termasuk sarana


dan prasarana pelatihan.

Manfaat akreditasi pelatihan:

1. Bagi Pusat Pelatihan SDM Kesehatan

Sebagai bahan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelatihan


bidang kesehatan.

2. Bagi Penyelenggara Pelatihan

a. Adanya jaminan dalam persiapan penyelenggaraan pelatihan


bidang kesehatan.

b. Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki rancangan pelatihan


agar memenuhi standar.

Komponen akreditasi pelatihan saat ini meliputi 4 komponen yaitu:

1. Peserta

Komponen peserta terdiri atas 2 sub komponen dengan 2 variabel


yaitu:

a. Sub komponen kriteria dengan 1 variabel

• Persyaratan peserta, yaitu kriteria yang ditetapkan untuk


setiap jenis pelatihan.

b. Sub komponen efektivitas pelatihan dengan 1 variabel

• Jumlah peserta, yaitu banyaknya peserta dalam 1 kelas

2. Pelatih/Fasilitator

Komponen pelatih/fasilitator terdiri dari 2 sub komponen dengan 3


variabel

a. Sub komponen kriteria dengan 2 variabel

• Memiliki kemampuan kediklatan, yaitu telah mengikuti


pelatihan Widyaiswara dasar atau Akta atau Training of
Trainer.

• Kesesuaian tingkat pendidikan pelatih dengan calon peserta


latih, yaitu keahlian/keterampilan minimal satu tingkat lebih
tinggi dari peserta latih.

b. Sub komponen profesionalisme dengan 1 variabel

• Kesesuaian keahlian dengan materi yang diberikan


(kualifikasi tenaga), yaitu latar belakang pendidikan/keahlian
termasuk pelatihan tambahan dan pengalaman dalam bidang
tugasnya sesuai dengan materi yang diberikan. Khusus
untuk pelatihan yang bertujuan meningkatkan keterampilan
dan kompetensi, dianjurkan komposisi pelatih dengan
peserta 1:5.

3. Kurikulum

Komponen kurikulum terdiri dari 5 sub komponen, dengan 8 variabel


yaitu

a. Sub komponen Tujuan dengan 1 variabel

• Kejelasan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap yang


ingin dicapai.

b. Sub komponen Materi dengan 3 variabel

• Kesesuaian materi pembelajaran dengan tujuan pelatihan

• Garis-garis Besar Program Pembelajarn (GBPP)/Rancang


Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan (RBPMP)

• Struktur Program/ struktur kurikulum, yaitu proporsi waktu


antara teori dan praktik (penugasan dan praktik lapangan)

c. Sub komponen metoda dengan 1 variabel

• Kesesuaian variasi metoda yang digunakan dengan tujuan


pembelajaran tiap substansi.

d. Sub komponen alat bantu pelatihan dengan 1 variabel

• Kesesuaian alat bantu dengan metoda yang digunakan

e. Sub komponen Evaluasi dengan 2 variabel

• Adanya instrumen evaluasi untuk peserta,


pelatih/fasilitator dan penyelenggara.

• Kesesuaian instrumen evaluasi peserta dengan kompetensi


yang ingin dicapai.
4. Penyelenggara Pelatihan

Komponen penyelenggara pelatihan terdiri dari 2 sub komponen

a. Sub komponen landasan hukum dengan 1 variabel, yaitu


adanya kewenangan hukum yang dimiliki institusi tersebut

b. Sub komponen penyelenggara dengan 1 variabel Tersedianya


tenaga pengelola pelatihan yang sesuai standar.Mekanisme
pengajuan, penilaian akreditasi pelatihan dan sertifikasi

Gambar2. Mekanisme Akreditasi Pelatihan

Keterangan:

1. Penyelenggara pelatihan mengajukan rencana pelatihan untuk


diakreditasi dengan mengisi formulir Akreditasi Pelatihan yang telah
disampaikan pada waktu sosialisasi. Formulir akreditasi memuat data
setiap komponen akreditasi yang akan dinilai oleh Tim.

Pengajuan rencana pelatihan tersebut disertai surat usulan akreditasi,


sebaiknya 1 bulan sebelum pelatihan, agar cukup waktu bagi Tim untuk
melakukan penilaian dan memberikan umpan balik, serta bagi
penyelenggara untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan.
Akreditasi diajukan kepada Tim Akreditasi pelatihan tingkat provinsi,
untuk pelatihan yang diselenggarakan di tingkat provinsi dan
kabupaten/ kota. Tim Akreditasi pelatihan tingkat Pusat, untuk pelatihan
yang diselenggarakan di tingkat pusat, atau penyelenggaraannya
bersifat nasional.

2. Tim Akreditasi selanjutnya melakukan penilaian terhadap data rencana


pelatihan yang diajukan dan penilaian diusahakan selesai dalam waktu
1 minggu setelah berkas diterima oleh Tim.

Apabila dalam waktu bersamaan, ada rencana pelatihan lain yang


diusulkan untuk diakreditasi, maka Tim Akreditasi membagi tugas.
Pada keadaan yang membutuhkan anggota tim tidak tetap, maka
anggota tim tersebut segera ditetapkan dan dihubungi sehingga
penilaian tidak tertunda.

3. Setelah penilaian selesai, paling lambat 2 minggu setelah berkas


diterima oleh tim, hasilnya harus sudah diumpan balikkan kepada
penyelenggara disertai saran perbaikan sesuai dengan hasil penilaian.

4. Hasil perbaikan dari penyelenggara dikirimkan kembali kepada Tim


Akreditasi, untuk dinilai ulang.

5. Tim Akreditasi menetapkan Keputusan Akreditasi.

6. Tim Akreditasi membuat Surat Keterangan Pelatihan Terakreditasi


yang ditandatangani Kapuslat/Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau
Pejabat yang ditunjuk atas nama Kapuslat/ Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.

Pelatihan-pelatihan yang terakreditasi ini selanjutnya akan diupload ke


Sistem Akreditasi Pelatihan (SIAKPEL). Pelatihan diselenggarakan
setelah terakreditasi oleh Kementerian Kesehatan cq Pusat Pelatihan
SDM Kesehatan.
C. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memastikan program


pengembangan kompetensi yang diikuti oleh ASN berjalan sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Apa tujuan monitoring dan evaluasi
pengembangan kompetensi? Yuk pelajari materi ini dengan semangat!

Tujuan monitoring dan evaluasi pengembangan kompetensi:

1. Mendapatkan informasi terkait pelaksanaan program


pengembangan kompetensi PNS.

2. Mengetahui capaian hasil pengembangan kompetensi PNS.

3. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi permasalahan yang muncul


dalam pelaksanaan pengembangan kompetensi PNS.

4. Merumuskan rekomendasi perbaikan rencana pengembangan


kompetensi PNS tahun berikutnya.

Monitoring dan evaluasi pengembangan kompetensi dilaksanakan untuk


menilai kesesuaian antara kebutuhan kompetensi dengan standar
kompetensi jabatan dan pengembangan karir. Monitoring dan evaluasi
dapat dilakukan dengan cara kunjungan lapangan, audiensi, supervisi
dan kegiatan lain dalam rangka monitoring.

Monitoring dan evaluasi dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1


(satu) tahun. Monitoring dan evaluasi pengembangan kompetensi
dilakukan oleh satker pada saat pelaksanaan pengembangan
kompetensi berlangsung berkoordinasi dengan Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan.

Evaluasi Pengembangan Kompetensi dilaksanakan untuk menilai


kesesuaian antara kebutuhan Kompetensi dengan Standar Kompetensi
Jabatan dan pengembangan karier. Evaluasi Pengembangan
Kompetensi Teknis tingkat nasional dilakukan oleh Instansi Teknis dan
Instansi Pembina JF.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari monitoring dan


evaluasi.

2. Pelaksanaan dilakukan secara objektif.

3. Dilakukan oleh petugas yang memahami konsep, teori dan proses


serta berpengalaman dalam melaksanakan pemantauan dan
evaluasi agar hasilnya sahih dan handal.

4. Pelaksanaan dilakukan secara terbuka.

5. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang perlu dan


berkepentingan secara proaktif.

6. Pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara internal dan


eksternal.

7. Mencakup seluruh objek agar dapat menggambarkan secara utuh


kondisi dan situasi sasaran pemantauan dan evaluasi.

8. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

9. Dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan.

10. Berbasis indikator kinerja.

11. Efektif dan efisien.

D. Pembinaan

Sumber daya manusia dalam setiap organisasi, meskipun telah melalui


tahap seleksi yang baik namun dalam pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya masih selalu menghadapi persoalan yang tidak dapat di
selesaikannya sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan
sumber daya manusia.
Pembinaan adalah usaha dan kegiatan untuk meningkatkan efisien,
efektifitas, derajat proporsionalisme, serta peningkatan kualitas kinerja.

Dengan demikian, pembinaan terhadap sumber daya manusia sangat


dibutuhkan dalam peningkatan kualitas kinerja, demikian halnya dengan
para Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kinerja, pembinaan terhadap pegawai juga bertujuan untuk
meningkatkan disiplin, etika pegawai dan mengembangkan karir.

Pembinaan SDM Kesehatan adalah merupakan salah satu strategi


pengembangan SDM Kesehatan. Sesuai dengan arah pembangunan
Kesehatan, bahwa RPJMN IV (2020-2025) akan mewujudkan kesehatan
masyarakat dengan layanan kesehatan yang berkualitas yang
menjangkau dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Seiring dengan hal
ini diharapkan setiap penduduk akan memperoleh akses terhadap
tenaga kesehatan yang berkualitas.

Tenaga-tenaga kesehatan yang kompeten dalam melakukan tugas dan


fungsinya, baik di instansi pemerintahan maupun layanan kesehatan
perlu dijamin ketersediaannya. Sejalan dengan hal ini, kegiatan yang
dilakukan Puslat SDM Kesehatan dalam pembinaan SDM Kesehatan
adalah:

1. Memberikan kesempatan pengembangan karier para pejabat


fungsional Kesehatan.

a. Mengidentifikasi kompetensi pejabat fungsional kesehatan

b. Menyusun kurikulum jabatan fungsional kesehatan dengan


melibatkan Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan, Tim
Pembina Jabfung, Organisasi Profesi, dan Lembaga/Instansi
Diklat.
2. Menyusun kurikulum pelatihan teknis sesuai dengan gap kompetensi
dan kebutuhan organisasi dengan melibatkan pengguna lulusan,
penyelenggara pelatihan, alumni pelatihan dan unsur ahli lainnya.

3. Melakukan akreditasi pelatihan untuk menjamin pelatihan


terstandar.

4. Melakukan akreditasi Lembaga/Institusi Diklat Kesehatan untuk


menjamin penyelenggaraan pelatihan sesuai standar.

5. Melakukan pelatihan (teknis dan fungsional) yang


terakreditasi/terstandar secara berjenjang dan berkelanjutan sesuai
kebutuhan organisasi.

a. Pelatihan diselenggarakan oleh Lembaga/Institusi Diklat yang


terakreditasi,

b. Pelatihan difasilitasi oleh tenaga pelatih yang tersertifikasi Pusat


Pelatihan SDM Kesehatan,

c. Untuk memastikan mutu pelatihan SDM Kesehatan juga


dilakukan quality control.

6. Melakukan monitoring dan evaluasi pelatihan untuk mengetahui


proses kegiatan pelatihan yang dilakukan, apakah sesuai dengan
standar atau ketentuan yang telah ditetapkan.

7. Melakukan evaluasi pasca pelatihan untuk memastikan kompetensi


mantan peserta latih apakah masih sesuai dengan kebutuhan
organisasinya.

8. Melakukan kajian-kajian terkait pengembangan kompetensi SDM


Kesehatan.

Dari penjelasan di atas, artinya adalah pembinaan merupakan suatu proses


yang di lakukan untuk merubah tingkah laku individu serta membentuk
kepribadiannya, sehingga apa yang di cita-citakan dapat tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
SEKARANG SAYA TAHU

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 64 tahun 2015 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Pelatihan SDM Kesehatan
bertugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelatihan sumber daya
manusia kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan


Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/
1820 /2019 tentang Pedoman Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan
dinyatakan bahwa akreditasi pelatihan kesehatan adalah pengakuan yang
diberikan oleh pemerintah atau Badan Akreditasi yang berwenang kepada
penyelenggara pelatihan yang telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil penilaian terhadap komponen yang
diakreditasi.

Monitoring dan evaluasi pengembangan kompetensi dilaksanakan untuk


menilai kesesuaian antara kebutuhan kompetensi dengan standar
kompetensi jabatan dan pengembangan karir. Monitoring dan evaluasi
dapat dilakukan dengan cara kunjungan lapangan, audiensi, supervisi dan
kegiatan lain dalam rangka monitoring.

Pembinaan SDM Kesehatan adalah merupakan salah satu strategi


pengembangan SDM Kesehatan. Sesuai dengan arah pembangunan
Kesehatan, bahwa RPJMN IV (2020-2025) akan mewujudkan kesehatan
masyarakat dengan layanan kesehatan yang berkualitas yang
menjangkau dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Seiring dengan hal
ini diharapkan setiap penduduk akan memperoleh akses terhadap tenaga
kesehatan yang berkualitas.
Anda sudah berada di penghujung modul. Apakah Anda telah mempelajari
seluruh materi? Atau hanya setengah? Jika Anda belum paham, silakan
pelajari kembali materi modul ini ya!

Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPD 2 Kebijakan Pengembangan Kompetensi
SDM Kesehatan. Jika Anda belum sepenuhnya memahami materi, silakan
pelajari Kembali modul dari awal ya!
REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nsional 2015-2019

3. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2019 tentang Pengelolaan


Tenaga Kesehatan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen


PPPK

5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 sebagai pengganti PP


Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS

6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan

7. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Th 2018 tentang


Pengembangan Kompetensi PNS

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Th 2018 tentang Sistem


Pengembangan SDM Aparatur Berbasis Kompetensi di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 39 Tahun 2018 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Pelatihan
Kesehatan di Lingkungan Badan Penngembangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kementerian Kesehatan

10. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 25 Tahun 2020 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan

11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 725 Tahun 2003 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Bidang Kesehatan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 278 Tahun 2016 tentang
Roadmap Reformasi Birokrasi Kemenkes 2015 – 2019

13. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan


Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/ 1820 /2019
tentang Pedoman Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan.

14. Kementerian Kesehatan RI., Badan PPSDM Kesehatan, Puslat SDM


Kesehatan, 2020. Pedoman Akreditasi Pelatihan Bidang Kesehatan,
Jakarta.

15. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Peberdayaan SDM


Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Nomor. HK.02.03/I/0515/2020
tentang Pedoman Pengembangan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Lingkungan Kementerian Kesehatan.

16. Kementerian Kesehatan RI., Badan PPSDM Kesehatan, Puslat SDM


Kesehatan, 2020. Pedoman Pengembangan Kompetensi PNS di
Lingkungan Kementerian Kesehatan, Jakarta

17. Kementerian Kesehatan RI., Badan PPSDM Kesehatan, Puslat SDM


Kesehatan, 2020. Pedoman Audit Mutu Internal, Jakarta.
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membahas tentang peran dan fungsi, kedudukan,


tanggung jawab jabatan fungsional Perawat, kategori dan jenjang jabatan
fungsional Perawat, tunjangan jabatan, mekanisme pengangkatan dalam
jabatan fungsional Perawat, dan penilaian kinerja. Regulasi jabatan
fungsional Perawat merupakan dasar bagi pejabat fungsional Perawat
untuk dapat mengetahui dimana saja Perawat dapat melaksanakan tugas
serta dasar regulasi yang mengatur terkait jabatan fungsional Perawat.
Seorang pejabat fungsional Perawat harus mengetahui tugas, fungsi dan
kewajibannya sebagai seorang pejabat fungsional untuk dapat
diimplementasikan dalam menjalankan kegiatannya sebagai pejabat
fungsional Perawat dengan berpedoman dengan regulasi yang berlaku.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu memahami tentang


regulasi jabatan fungsional Perawat dalam menjalankan tugas jabatan
sebagai pejabat fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:

1. Menjelaskan peran, fungsi, kedudukan dan tanggung jawab jabatan


fungsional Perawat

2. Menjelaskan kategori, jenjang dan tunjangan jabatan fungsional


Perawat

3. Menjelaskan mekanisme pengangkatan dalam jabatan fungsional


Perawat

4. Menjelaskan penilaian kinerja jabatan fungsional Perawat


MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

A. Peran, fungsi, kedudukan dan tanggung jawab jabatan fungsional


Perawat

B. Kategori, jenjang dan tunjangan jabatan fungsional Perawat

C. Mekanisme pengangkatan dalam jabatan fungsional Perawat

D. Penilaian kinerja jabatan fungsional Perawat


Peta Modul

Regulasi Jabatan Fungsional Perawat


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Peran dan Fungsi, Kedudukan, Tanggung


Jawab, Jabatan Fungsional Perawat

Pendahuluan

Peran dan Fungsi, kedudukan, tanggung jawab, Jabatan Fungsional


Perawat merupakan pembelajaran yang penting bagi Pejabat Fungsional
Perawat. Agar mampu mengetahui dan memahami terkait pelaksanaan
kegiatan dari Pejabat Fungsional Perawat maka materi peran & fungsi,
kedudukan dan tanggung jawab Jabatan Fungsional Perawat perlu kita
pelajari Bersama

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu Menjelaskan peran,


fungsi, kedudukan dan tanggung jawab jabatan fungsional Perawat

Sub Materi Pokok

1. Peran & Fungsi

2. Kedudukan

3. Tanggung Jawab

4. Pelantikan dan Pengambilan sumpah/janji


Uraian Materi Pokok 1

Haii...Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang kedudukan dan tanggung


jawab jabatan fungsional Perawat, apa yang anda ketahui tentang peran, fungsi,
kedudukan dan tanggung jawab seorang pejabat fungsional Perawat?

Anda sebagai seorang pejabat fungsional Perawat, agar dapat mengetahui peran,
fungsi, kedudukan dan tanggungjawab jabatan fungsional Perawat, maka anda
perlu memahami materi ini. Uraian berikut ini bisa menambah wawasan
kedudukan, tanggungjawab, wewenang, peran dan fungsi Jabatan Fungsional
Perawat. Dibaca sampai tuntas yaaa ☺.....

A. Peran dan Fungsi

Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi


dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Jabatan
Fungsional Perawat adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan keperawatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pejabat Fungsional Perawat yang
selanjutnya disebut Perawat adalah PNS yang diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan.
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan
klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan dan kemandirian klien dalam merawat dirinya.
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat
baik sehat maupun sakit.

B. Kedudukan

1. Perawat berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di


bidang keperawatan pada Fasyankes di lingkungan Instansi
Pemerintah, atau Instansi Pemerintah yang tugas dan
fungsinya terkait dengan pelayanan keperawatan.

2. Jabatan Fungsional Perawat merupakan jabatan karier PNS.

C. Tanggung jawab

1. Perawat berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara


langsung kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, atau Pejabat
Pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas
Jabatan Fungsional Perawat.
2. Kedudukan Perawat ditetapkan dalam peta jabatan berdasarkan
analisis tugas dan fungsi unit kerja, analisis jabatan, dan analisis
beban kerja dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan

D. Pelantikan dan pengambilan sumpah/ janji


Setiap PNS yang diangkat menjadi pejabat fungsional wajib
dilantik dan diambil sumpah/janji menurut agama atau
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah/janji
Jabatan sebagaimana dimaksud berbunyi sebagai berikut:
"Demi Allah, saya bersumpah:
bahwa saya, akan setia dan taat kepada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta akan menjalankan
segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-
lurusnya, demi dharma bakti saya kepada bangsa dan negara;
bahwa saya dalam menjalankan tugas Jabatan, akan
menjunjung etika Jabatan, bekerja dengan sebaik-baiknya, dan
dengan penuh rasa tanggung jawab;
“bahwa saya, akan menjaga integritas, tidak menyalahgunakan
kewenangan, serta menghindarkan diri dari perbuatan tercela”.
Dalam hal PNS berkeberatan untuk mengucapkan sumpah
karena keyakinan tentang agama atau kepercayaanya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, PNS yang bersangkutan mengucapkan
janji Jabatan diganti dengan kalimat: “Demi Tuhan Yang Maha
Esa, saya menyatakan dan berjanji dengan sungguh-sungguh”.
Bagi PNS yang beragama Kristen, pada akhir sumpah/janji
Jabatan ditambahkan kalimat: “Kiranya Tuhan menolong saya”.
Bagi PNS yang beragama Hindu, maka frasa “Demi Allah” diganti
dengan “Om Atah Paramawisesa”. Bagi PNS yang beragama
Budha, maka frasa “Demi Allah” diganti dengan “Demi Sang
Hyang Adi Budha”. Bagi PNS yang beragama Khonghucu maka
frasa “Demi Allah” diganti dengan “Kehadirat Tian di tempat yang
Maha tinggi dengan bimbingan rohani Nabi Kong Zi,
Dipermuliakanlah”. Bagi PNS yang berkepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa selain beragama Islam, Kristen, Hindu,
Budha, dan Khonghucu maka frasa “Demi Allah” diganti dengan
kalimat lain yang sesuai dengan kepercayaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Sumpah/janji Jabatan diambil oleh PPK
di lingkungannya masing-masing. PPK dapat menunjuk pejabat
lain di lingkungannya untuk mengambil sumpah/janji Jabatan.
Pengambilan sumpah/janji Jabatan dilakukan dalam suatu
upacara khidmat. PNS yang mengangkat sumpah/janji Jabatan
didampingi oleh seorang rohaniwan. Pengambilan sumpah/janji
Jabatan disaksikan oleh dua orang PNS yang Jabatannya
serendah rendahnya sama dengan Jabatan PNS yang
mengangkat sumpah/janji Jabatan. Pejabat yang mengambil
sumpah/janji Jabatan, mengucapkan susunan kata-kata
sumpah/janji Jabatan kalimat demi kalimat dan diikuti oleh PNS
yang mengangkat sumpah/janji Jabatan. Pejabat yang
mengambil sumpah/janji Jabatan membuat berita acara tentang
pengambilan sumpah/ janji Jabatan tersebut. Berita acara
tersebut ditandatangani oleh pejabat yang mengambil
sumpah/janji Jabatan, PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan, dan saksi. Berita acara dibuat rangkap 3 (tiga), yaitu
satu rangkap untuk PNS yang mengangkat sumpah/janji
Jabatan, satu rangkap untuk Instansi Pemerintah yang
bersangkutan, dan satu rangkap untuk BKN. Ketentuan lebih
lanjut mengenai tata cara pelantikan dan pengambilan
sumpah/janji JF diatur dengan Peraturan Kepala BKN.
SEKARANG SAYA TAHU

• Peran dan Fungsi Pejabat Fungsional Perawat sebagai


pelaksana teknis fungsional.
• Pejabat Fungsional Perawat berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional di bidang keperawatan pada Fasyankes di
lingkungan Instansi Pemerintah, atau Instansi Pemerintah
yang tugas dan fungsinya terkait dengan pelayanan
keperawatan
• Pejabat Fungsional Perawat bertanggung jawab secara
langsung kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, atau Pejabat
Pengawas yang berkaitan dengan tugas Jabatan Fungsional
Perawat.
• Setiap PNS yang diangkat menjadi Pejabat Fungsional Perawat
wajib dilantik dan diambil sumpah sesuai peraturan perundang-
undangan.
Materi Pokok 2

Kategori, Jenjang, dan Tunjangan Jabatan


Fungsional Perawat

Pendahuluan
Setelah kita memahami tentang kedudukan, tanggung jawab, wewenang,
peran dan fungsi, serta pelantikan dan pengambilan sumpah/janji Pejabat
Fungsional Perawat, sekarang Anda akan mempelajari materi selanjutnya
yaitu materi tentang kategori, jenjang, dan tunjangan Jabatan Fungsional
Perawat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
Kategori, jenjang dan tunjangan jabatan fungsional Perawat

Sub Materi Pokok


1. Kategori
2. Jenjang jabatan
3. Tunjangan jabatan fungsional Perawat
Uraian Materi Pokok 2

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang kategori dan jenjang jabatan
fungsional Perawat. Apa yang Anda ketahui tentang kategori dan jenjang jabatan
fungsional Perawat ?

A. Kategori
Jabatan Fungsional Perawat merupakan jabatan fungsional
kategori keterampilan dan kategori keahlian
B. Jenjang jabatan
1. Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori keterampilan dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang tertinggi terdiri atas:
a. Perawat Terampil;
b. Perawat Mahir; dan
c. Perawat Penyelia.
2. Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori keahlian dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang tertinggi, yaitu:
a. Perawat Ahli Pertama;
b. Perawat Ahli Muda;
c. Perawat Ahli Madya; dan
d. Perawat Ahli Utama.

Selanjutnya kita akan mempelajari mengenai tunjangan Jabatan


Fungsional Perawat. Saya yakin Anda masih semangat. Mari kita
pelajari sampai tuntas ya

C. Tunjangan jabatan fungsional Perawat


Tunjangan fungsional merupakan faktor penting dalam suatu
jabatan fungsional. Langkah awal untuk mendapatkan tunjangan
fungsional adalah penetapan tunjangan jabatan fungsional harus
dilakukan secara cermat dan mempertimbangkan berbagai aspek
terkait untuk memperoleh besaran tunjangan jabatan fungsional
yang dianggap adil dan layak. Dalam penetapan tunjangan jabatan
fungsional Perawat proses evaluasi jabatan dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan yang berlaku.

Berdasarkan ketentuan, terdapat 9 kriteria yang digunakan untuk


menilai jabatan fungsional Perawat yaitu :
1. Pengetahuan yang dibutuhkan jabatan, faktor ini mengukur sifat
dan tingkat informasi atau fakta yang harus diketahui pegawai
untuk melaksanakan pekerjaan, antara lain: langkah-langkah
prosedur, praktek, peraturan, kebijakan, teori, prinsip, konsep,
sifat dan keahlian yang dibutuhkan untuk menerapkan
pengetahuan tersebut.
2. Pengawasan Penyelia, faktor ini untuk mengukur sifat dan
tingkat pengawasan penyelia secara langsung atau tidak
langsung, tanggungjawab jabatan, dan evaluasi hasil pekerjaan.
3. Pedoman, faktor ini mencakup sifat pedoman dan pertimbangan
yang dibutuhkan untuk menerapkan pedoman tersebut. Oleh
karena itu yang dilihat dari faktor ini antara lain adalah seberapa
jelas, tegas, rinci dan ketatkah panduan (S.O.P) yang
disediakan, dan apakah pemegang jabatan harus berpegang
pada panduan atau justru harus ber-inisiatif
mengembangkannya sendiri.
4. Kompleksitas, faktor ini mencakup sifat, jumlah, variasi, dan
seluk-beluk tugas, langkah, proses, atau metode dalam
pekerjaan yang dilaksanakan; dan kesulitan mengidentifikasi
apa yang harus dilakukan; serta kesulitan dasar pelaksanaan
pekerjaan jabatan. Dengan kata lain faktor ini melihat seberapa
rumitkah tugas-tugas dalam jabatan yang dievaluasi, atau
apakah tugas-tugas bersifat sederhana, sama saja tiap hari,
dan/atau apakah harus banyak berpikir dan membuat
pertimbangan.
5. Ruang lingkup dan Dampak, faktor ini mencakup hubungan
antara cakupan pekerjaan, antara lain: tujuan, keluasan, dan
kedalaman tugas, dan dampak dari hasil kerja atau jasa di dalam
dan di luar organisasi.
6. Hubungan personal, faktor ini meliputi pertemuan langsung,
melalui telepon dan dialog melalui radio dengan orang yang
tidak berada dalam rantai penyeliaan dengan melihat dengan
siapa, tingkat apa/jabatan apa, dan di lingkungan mana
pemegang jabatan ini harus melakukan hubungan kerja.
7. Tujuan hubungan, faktor ini untuk menilai apa tujuan dari
hubungan kerja dari suatu jabatan. Tujuan hubungan ini
mencakup pertukaran informasi, pembahasan isu yang
signifikan atau kontroversial dan berbeda pandangan, tujuan,
dan sasaran.
8. Tuntutan fisik, faktor ini mencakup persyaratan dan tuntutan fisik
yang diperlukan pegawai untuk melaksanakan tugas jabatan,
termasuk kemampuan dan karakteristik fisik; dan
9. Kondisi lingkungan kerja, faktor ini mempertimbangkan resiko
dan ketidaknyamanan dalam lingkungan pekerjaan atau sifat
dari pekerjaan dan peraturan keamanan yang dibutuhkan

Saat ini Tunjangan Jabatan Fungsional Perawat berpedoman pada


Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2007 tentang Tunjangan
Jabatan Fungsional Perawat:
No Jenjang Besaran Tunjangan

1 Perawat Terampil 240.000

2 Perawat Mahir 265.000

3 Perawat Penyelia 500.000

4 Perawat Pertama 300.000

5 Perawat Muda 600.000

6 Perawat Madya 850.000

Apabila keluar peraturan baru, maka tunjangan JF Perawat akan


mengikuti peraturan yang terbaru ya..
SEKARANG SAYA TAHU

• Jenjang Jabatan Fungsional Perawat kategori keterampilan terdiri dari


Perawat Terampil, Perawat Mahir, Perawat Penyelia.
• Perawat kategori keahlian dari jenjang terendah sampai tertinggi yaitu
Perawat Ahli Pertama, Perawat Ahli Muda, Perawat Ahli Madya dan
Perawat Ahli Utama.
• Penetapan tunjangan jabatan fungsional harus dilakukan secara cermat
dan mempertimbangkan berbagai aspek terkait untuk memperoleh
besaran tunjangan jabatan fungsional yang dianggap adil dan layak.
Materi Pokok 3

Mekanisme Pengangkatan dalam Jabatan


Fungsional Perawat

Pendahuluan
Setelah Anda mengetahui dan memahami tentang kategori, jenjang,
dan tunjangan Jabatan Fungsional Perawat, selanjutnya Anda harus
mempelajari mekanisme pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
Perawat. Pada materi pokok ini, Anda akan mempelajari tentang
mekanisme pengangkatan pertama, perpindahan dari jabatan lain, dan
promosi. Materi ini sejalan dengan materi yang sebelumnya telah Anda
simak ☺.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
mekanisme pengangkatan dalam jabatan fungsional Perawat.

Sub Materi Pokok


1. Pengangkatan Pertama
2. Perpindahan dari jabatan lain
3. Promosi
Uraian Materi Pokok 3

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang mekanisme pengangkatan dalam


jabatan fungsional Perawat. Apa yang Anda ketahui tentang mekanisme
pengangkatan dalam jabatan fungsional Perawat ?

Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Perawat dilakukan melalui:


A. Pengangkatan Pertama
1. Pengangkatan dalam jabatan Fungsional Perawat melalui
pengangkatan pertama harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Berstatus PNS;
b. Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Berijazah Diploma III Keperawatan bagi Jabatan Fungsional
Perawat kategori keterampilan;
e. Berijazah Ners bagi Jabatan Fungsional Perawat kategori
keahlian;
f. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat;
g. Mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai Standar
Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi Pembina; dan
h. Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu)
tahun terakhir.
3. Pengangkatan pertama merupakan pengangkatan untuk mengisi
lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional Perawat dari calon PNS.
4. Calon PNS setelah diangkat sebagai PNS dan telah mengikuti dan
lulus uji kompetensi, paling lama 1 (satu) tahun harus diangkat
dalam Jabatan Fungsional Perawat.
5. PNS yang telah diangkat dalam Jabatan Fungsional Perawat
paling lama 3 (tiga) tahun wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan
pelatihan fungsional Perawat.
6. Perawat yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus pendidikan dan
pelatihan fungsional tidak diberikan kenaikan jenjang satu tingkat
diatas.
7. Perawat dengan kualifikasi pendidikan diberikan kenaikan
pangkat/jenjang sampai dengan jenjang ahli muda.
8. Angka Kredit untuk pengangkatan pertama dalam Jabatan
Fungsional Perawat dinilai dan ditetapkan pada saat mulai
melaksanakan tugas Jabatan Fungsional Perawat.

Terkait persyaratan pengangkatan pertama pada huruf (g)


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa Uji Kompetensi
untuk pengangkatan pertama dihapuskan.
Setelah Anda mempelajari tentang mekanisme pengangkatan
pertama, sekarang Anda akan mempelajari tentang mekanisme
perpindahan dari jabatan lain. Saya yakin Anda pasti bisa.

B. Perpindahan dari jabatan lain;


1. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
perpindahan dari jabatan lain, harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Berstatus PNS;
b. Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. Sehat jasmani dan rohani;
d. Berijazah paling rendah Diploma III Keperawatan bagi
Jabatan Fungsional Perawat kategori keterampilan;
e. Berijazah pendidikan Ners bagi Jabatan Fungsional
Perawat kategori keahlian;
f. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat;
g. Mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai dengan
Standar Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina;
h. Memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
pelayanan Keperawatan paling singkat 2 (dua) tahun;
i. Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
j. Berusia paling tinggi:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Perawat kategori keterampilan,
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Pertama, dan Jabatan
Fungsional Perawat Ahli Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Madya; dan
3) 60 (enam puluh tahun) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Utama bagi PNS yang
telah menduduki jabatan pimpinan tinggi.
k. Pengangkatan Jabatan Fungsional harus
mempertimbangkan ketersediaan lowongan jenjang
jabatan fungsional yang akan diduduki.
l. Pangkat yang ditetapkan bagi PNS yaitu sama dengan
pangkat yang dimilikinya, dan jenjang jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan jumlah Angka Kredit yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan
Angka Kredit.
m. Angka Kredit dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan
dengan mempertimbangkan pengalaman dalam
pelaksanaan tugas di bidang pelayanan Keperawatan.
Perawat kategori keterampilan dapat diangkat dalam Jabatan
Fungsional Perawat kategori keahlian, apabila memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Tersedia kebutuhan untuk Jabatan Fungsional Perawat
kategori keahlian;
b. Memperoleh ijazah pendidikan Ners;
c. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat;
d. Mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai Standar
Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi Pembina;
e. Memiliki pangkat paling rendah sesuai dengan ketentuan
pangkat Jabatan Fungsional Perawat kategori keahlian;
dan
f. Berusia paling tinggi sesuai ketentuan:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Perawat kategori keterampilan,
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Pertama, dan
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Perawat Ahli Madya; dan
3) 60 (enam puluh tahun) tahun bagi yang akan
menduduki Jabatan Fungsional Perawat Ahli Utama
bagi PNS yang telah menduduki jabatan pimpinan
tinggi.

C. Promosi
1. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi dilaksanakan dalam hal:
a. PNS yang belum menduduki Jabatan Fungsional
Perawat; atau
b. kenaikan jenjang Jabatan Fungsional Perawat satu
tingkat lebih tinggi dalam satu kategori Jabatan
Fungsional Perawat.
2. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. mengikuti dan lulus uji kompetensi teknis, kompetensi
manajerial, dan kompetensi sosial kultural sesuai
Standar Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi
Pembina;
b. memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat;
c. nilai kinerja/prestasi paling rendah bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir;
d. memiliki rekam jejak yang baik;
e. tidak pernah melakukan pelanggaran kode etik dan
profesi PNS; dan
f. tidak pernah dikenakan hukuman disiplin PNS.
b. Pengangkatan dalam jabatan fungsional Perawat melalui
promosi harus mempertimbangkan ketersediaan lowongan
jenjang Jabatan Fungsional Perawat yang akan diduduki.
c. Angka Kredit untuk pengangkatan dalam Jabatan Fungsional
Perawat melalui promosi dinilai dan ditetapkan dari tugas
jabatan.
d. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e. Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Perawat melalui
promosi ditetapkan berdasarkan kriteria:
1) termasuk dalam kelompok rencana suksesi;
2) menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi dan
kepentingan nasional, dan diakui oleh lembaga
pemerintah terkait bidang inovasinya; dan
3) memenuhi standar kompetensi jenjang jabatan yang akan
diduduki.
SEKARANG SAYA TAHU

• Pengangkatan pertama diperuntukan untuk mengisi lowongan


kebutuhan Jabatan Fungsional Perawat dari Calon PNS paling lama
1 tahun.
• Pengangkatan Jabatan Fungsional melalui perpindahan dari jabatan
lain harus mempertimbangkan ketersediaan lowongan jenjang
jabatan fungsional yang akan diduduki.
• Pengangkatan melalui promosi harus mempertimbangkan
ketersediaan lowongan jenjang Jabatan Fungsional Perawat yang
akan diduduki dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Materi Pokok 4

Penilaian Kinerja

Pendahuluan

Penilaian kinerja Perawat bertujuan untuk menjamin objektivitas


pembinaan yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
Penilaian kinerja Perawat dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja
pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
memperhatikan target, capaian, hasil dan manfaat yang dicapai, serta
perilaku PNS. Penilaian kinerja Perawat dilakukan secara objektif,
terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
mengenai penilaian kinerja

Sub Materi Pokok


1. SKP
2. Perilaku Kerja
3. Target angka kredit
4. Angka kredit pemeliharaan
Uraian Materi Pokok 4

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang penilaian kinerja. Apa yang Anda
ketahui tentang penilaian kinerja?

Mari kita mulai mempelajarinya ya, apakah Anda yakin bisa ? Saya yakin
Anda pasti bisa. Tetap fokus ya
A. SKP
Pada awal tahun, Perawat wajib menyusun SKP, yang merupakan
target kinerja Perawat berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang
bersangkutan. SKP untuk masing-masing jenjang jabatan diambil dari
uraian kegiatan tugas jabatan sebagai turunan dari penetapan kinerja
unit kerja.
1. Target kinerja terdiri dari kinerja utama berupa target Angka
Kredit dan/ atau kinerja tambahan berupa tugas tambahan.
2. Target Angka Kredit, diuraikan dalam bentuk butir kegiatan
tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri no 35 tahun
2019.
3. Tugas tambahan ditetapkan oleh pimpinan unit kerja
berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang bersangkutan.
4. Target Angka Kredit dan tugas tambahan sebagai dasar untuk
penyusunan, penetapan, dan penilaian SKP.
5. SKP yang disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh atasan
langsung
6. Penilaian SKP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Hasil penilaian SKP Perawat ditetapkan sebagai capaian SKP.
B. Perilaku Kerja
Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja dalam
Jabatan Fungsional Perawat dan dinilai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

C. Target angka kredit


1. Target Angka kredit bagi Perawat kategori keterampilan setiap
tahun ditetapkan paling sedikit:
a. 5 (lima) untuk Perawat Terampil;
b. 12,5 (dua belas koma lima) untuk Perawat Mahir;
c. 25 (dua puluh lima) untuk Perawat Penyelia.
2. Target Angka Kredit, tidak berlaku bagi Perawat Penyelia, yang
memiliki pangkat tertinggi dalam jenjang jabatan yang
didudukinya.
3. Target Angka kredit bagi Perawat kategori keahlian setiap tahun
ditetapkan paling sedikit:
a. 12,5 (dua belas koma lima) untuk Perawat Ahli Pertama;
b. 25 (dua puluh lima) untuk Perawat Ahli Muda;
c. 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) untuk Perawat Ahli
Madya; dan
d. 50 (lima puluh) untuk Perawat Ahli Utama.
4. Target Angka Kredit, tidak berlaku bagi Perawat Ahli Utama
yang memiliki pangkat paling tinggi dalam jenjang jabatan yang
didudukinya.
Nah, yang terakhir Anda akan mempelajari angka kredit
pemeliharaan.
Apakah Anda sudah siap ? Yuk, mari kita fokus mempelajari ya.

D. Angka kredit pemeliharaan


1. Perawat kategori keterampilan yang telah memenuhi syarat untuk
kenaikan jenjang jabatan setingkat lebih tinggi tetapi belum
tersedia lowongan jabatan, setiap tahun wajib memenuhi Angka
Kredit yaitu:
a. 4 (empat) Angka Kredit untuk Perawat Terampil; dan
b. 10 (sepuluh) Angka Kredit untuk Perawat Mahir.
2. Perawat Penyelia yang menduduki pangkat tertinggi dari
jabatannya, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib
mengumpulkan paling sedikit 10 (sepuluh) Angka Kredit.
3. Perawat kategori keahlian yang telah memenuhi syarat untuk
kenaikan jenjang jabatan setingkat lebih tinggi tetapi belum
tersedia lowongan pada jenjang jabatan yang akan diduduki, setiap
tahun wajib memenuhi target Angka Kredit, paling sedikit:
a. 10 (sepuluh) untuk Perawat Ahli Pertama;
b. 20 (dua puluh) untuk Perawat Ahli Muda; dan
c. 30 (tiga puluh) untuk Perawat Ahli Madya.
4. Perawat Ahli Utama yang menduduki pangkat tertinggi dari
jabatannya, setiap tahun sejak menduduki pangkatnya wajib
mengumpulkan paling sedikit 25 (dua puluh lima) Angka Kredit.
SEKARANG SAYA TAHU

• Perawat wajib menyusun SKP, yang merupakan target kinerja


Perawat berdasarkan penetapan kinerja unit kerja yang
bersangkutan
• Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja dalam
Jabatan Fungsional Perawat
• Target angka kredit jabatan fungsional perawat baik
kategori keterampilan maupun keahlian ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangan
• Angka Kredit pemeliharaan fungsional perawat baik
kategori keterampilan maupun keahlian ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangan.
REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN


2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 35 tahun 2019 tentang Jabatan
Fungsional Perawat
5. Rancangan SKB Menkes dan BKN tentang Juklak Jabfung Perawat
6. Rancangan Juknis Jabfung Perawat
7. Rancangan Perpres Tunjangan Jabfung Perawat
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Pembahasan tentang etik dan legal dalam keperawatan


merupakan upaya membangun citra keperawatan sebagai profesi,
yang meliputi: prinsip dan nilai etik, “inform consent” dan isu dilema
etik dan penyelesaian masalah etik dan legal yang dapat di
aplikasikan dalam upaya peningkatan mutu asuhan dan praktik
keperawatan professional.

Dalam pembahasan prinsip, nilai etik dan legal dalam keperawatan


akan difokuskan untuk memahami kasus yang berkaitan dengan
masalah penerapan prinsip dan nilai etik keperawatan serta legal
dalam praktik keperawatan.

Pembahasan isu dilema etik dan penyelesaian masalah etik dalam


pemberian asuhan keperawatan akan ditekankan dalam pelatihan
ini. Modul ini bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri
sebagai perawat dalam menjalankan tugasnya sehingga
memberikan rasa aman bagi klien penerima asuhan keperawatan
dan bagi perawat yang memberikan pelayanan keperawatan.
Pada modul etik dan legal keperawatan ini menguraikan dua materi
pokok yaitu aspek etik dalam keperawatan dan aspek legal
keperawatan yang akan dilaksanakan dengan menggunakan
beberapa metode pembelajaran.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami
aspek etik dan legal keperawatan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan aspek etik dalam keperawatan
2. Menjelaskan aspek legal dalam keperawatan
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Aspek etik dalam keperawatan


2. Aspek Legal Bidang Keperawatan
Peta Modul

Etik dan Legal Profesi Keperawatan


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Aspek Etik dalam Keperawatan

Telah disepakati oleh para pakar keperawatan di Indonesia (2007)


tentang nilai “value” keperawatan. Konsep nilai keperawatan
berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan mengacu pada
Internasional Council of Nursing (ICN).

Setiap profesi memiliki Kode Etik, kode etik profesi merupakan


pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan pelayanan dari
profesi dalam menjalankan tugas profesinya, dan memberi tuntunan bagi
anggota dalam melaksanakan praktek dibidang profesinya, baik yang
berhubungan dengan klien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat,
profesi, diri sendiri.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan aspek etik
dalam keperawatan.

Sub Materi Pokok


1. Pengertian nilai (value) keperawatan
2. Pengertian etik keperawatan
3. Prinsip dan nilai etik keperawatan
4. Penanganan dilemma etik
5. Analisis dilemma etik
Uraian Materi Pokok 1

Ketika saudara menyelesaikan pendidikan keperawatan, saudara melakukan angkat


sumpah profesi, apakah saudara ingat lapaz sumpah profesi yang pernah anda
ucapkan ?..…… Bagaimana dengan Anda sebagai perawat dalam menjalankan
aktifitas sehari-hari mengemban tugas memberikan pelayanan keperawatan, tentu
anda akan memiliki keyakinan bahwa anda adalah seorang yang memiliki kewajiban
untuk memberikan pelayanan keperawatan terbaik. Tidak hanya keyakinan yang
anda miliki namun hal – hal yang prinsip dalam menjalankan peran anda sebagai
perawat tidak dapat dipisahkan dari diri anda.

Ada beberapa hal yang tidak bisa dilupakan seorang perawat dimanapun ia berada
untuk dapat menunjukkan identitasnya sebagai perawat, baik di rumah, di tempat
kerja atau di lingkungan masyarakat

A. Pengertian nilai (value) keperawatan


Value atau nilai-nilai keperawatan merupakan beliefs tentang suatu
ide yang berarti, sikap, objek, prilaku dan yang lainnya yang menjadi
standar dan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjalankan
peran dan fungsinya dalam praktik keperawatan. Dengan perkataan
lain value menggambarkan cita-cita dan harapan-harapan ideal dalam
praktik keperawatan.

Setiap kegiatan yang lakukan dalam merawat pasien, seorang perawat


akan menampilkan yang terbaik sehingga apa yang dikerjakannya akan
mempengaruhi pasien

Selain keyakinan atau nilai keperawatan dalam menjalankan tugas


keperawatan, anda juga perlu memahami bagaimana nilai-nilai yang
kita yakini itu dapat terlaksana dengan baik dengan landasan etika
keperawatan.

B. Pengertian etika keperawatan


Etika merupakan pengetahuan tentang moral dan susila, sistem
nilai, kesepakatan, penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang
salah, apa yang merupakan kebaikan dan apa yang merupakan
keburukan, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang
merupakan kejahatan, apa yang dikendaki dan apa yang ditolak.

Foto dari berbagai sumber online

Gambar diatas merupakan contoh perilaku yang tidak beretika


sehingga sangat berpengaruh terhadap citra profesi.

“Semoga saudara tidak pernah menunjukkan perilaku yang tidak


beretika”.

Keperawatan memiliki Kode Etik sebagai ciri profesi, didalam kode


etik keperawatan diatur hubungan perawat terhadap dirinya dengan
kilen, praktiknya, masyarakat, teman sejawat dan profesinya. Dalam
menjalin hubungan ke lima komponen tersebut seorang perawat
harus menerapkan prinsip-prinsip etik dalam keperawatan.
C. Prinsip dan nilai etik keperawatan

Prinsip Etik
a. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati
atau menghargai pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus
menghargai hak-hak pasien/klien seperti
hak untuk pencegahan bahaya dan
mendapatkan penjelasan secara benar.
https://www.dcmedical.org/

Pada penerapan “informed concent” secara tidak langsung


menyatakan suatu trilogi hak pasien yaitu; hak untuk dihargai, hak
untuk menerima dan hak untuk menolak penanganan.
Perawat juga harus menghargai rekan-rekan kerjanya seperti
dokter, ahli gizi, petugas kesehatan lainnya.

Perawat adalah tenaga yang mempunyai kontak paling lama


dengan pasien, dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan
dengan cara yang relevan, tepat, empati dan mudah dimengerti.

b. Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan
dengan hak seseorang untuk memilih
bagi diri mereka sendiri, apa yang
menurut pemikiran dan pertimbangannya merupakan hal yang
terbaik. Dengan demikian akan melibatkan konsep diri dalam
menentukan nasib atau mempertanggung jawabkan dirinya
sendiri.

c. Beneficence (kemurahan hati)


Kemurahan hati berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan
hal yang baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan
muncul pada waktu menentukan siapa yang harus memutuskan
hal yang terbaik untuk seseorang. Permasalahan lain yang
muncul berpusat pada apa yang disebut baik dan apa yang
disebut tidak baik.

Apakah saudara pernah mengalami situasi ini ?

Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang harus diambil,


apakah lebih baik, menopang dan memperpanjang hidup dalam
menghadapi semua ketidakmampuan atau lebih baik
memperbolehkan seseorang untuk meninggal atau mengakhiri
penderitaannya.

d. Non-Maleficence (tidak mencederai)


Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak
dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Kerugian
atau cedera dapat diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri,
kecacatan, kematian atau adanya gangguan emosi antara lain
adalah perasaan tidak berdaya, merasa terisolasi dan adanya
kesalahan. Kerugian juga dapat berkaitan dengan ketidak adilan,
pelanggaran atau berbuat kesalahan.

Prinsip non maleficience antara lain adalah: jangan membunuh,


menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkan nyeri
atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain
berdaya dan melukai perasaaan orang lain.

e. Konfidensialitas/Kerahasiaan
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap
semua informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya.
Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang
diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai
dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara
tidak tepat.

Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien


dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien
tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama
informasi tersebut relevan dengan kasus yangditangani.

f. Keadilan/Justice
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada
semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau
tidak berat sebelah

Azas ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam transaksi


dan pelayanan/perlakuan antar individu pasien/klien, berarti
setiap orang harus
mendapatkan perlakuan yang
sama sesuai dengan
kebutuhannya

g. Kesetiaan
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap
tenaga keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan
keperawatan kepada individu, pemberi kerja, pemerintah dan
masyarakat.

Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka


diperlukan penentuan prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada

Penerapan prinsip etik dalam mebina hubungan dengan orang lain


sebagaimana yang tercantum dalam kode etik keperawatan akan
menciptakan pribadi perawat yang memiliki nilai –
nilai etik.

Nilai-nilai Etik
a. Kesehatan dan kesejahteraan
Perawat peduli terhadap kesehatan dan
kesejahteraan serta membantu orang lain
mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam rentang situasi
sehat normal, sakit, cedera atau dalam proses
menghadapikematian.

Apakah saudara memiliki nilai etik ini ?


Perawat selalu peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat umum. Dalam perilaku kehidupan sehari-harinya
selalu berupaya untuk mencegah terjadinya kondisi
penyimpangan kesehatan dan kesejahteraan melalui upaya
pendidikan kesehatan, memanfaatkan sumber daya yang ada di
masyarakat. Perawat membantu memenuhi kebutuhan dasar
klien apabila dirawat dan apabila hidup tidak bisa dipertahankan
lagi, perawat berupaya untuk mengurangi penderitaannya dan
membimbing dalam menghadapi kematian dengan damai dan
bermartabat. Perawat berpartisipasi secara aktif dalam
penyelesaian masalah pelayanan kesehatan dan kegiatan-
kegiatan lain, khususnya dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi keperawatan melalui riset.

b. Pilihan
Perawat mendukung dan menghargai otonomi klien serta
membantunya mengekspresikan kebutuhan dan nilai kesehatan
serta mendapatkan informasi pelayanan yangtepat.

Perawat bertanggung jawab untuk mencarikan dan memberikan


informasi yang lengkap tentang resiko dan keuntungan dari
beberapa alternatif tindakan yang ditawarkan serta memberikan
kebebasan untuk menentukan pilihan. Apabila klien tetap
menolak semua alternatif yang ditawarkan, perawat tetap
berupaya agar menentukan pilihan yang mempunyai dampak
paling kecil.

Sepertinya anda

c. Martabat
Perawat menghargai dan mengadvokasi martabat dan
kehormatan diri manusia.
Perawat dalam melaksanakan asuhan bertanggung jawab
terhadap kebutuhan, nilai-nilai dan pilihan klien. Perawat juga
mempunyai perhatian terhadap kelompok resiko serta
mengadvokasi martabat klien dalam penggunaan teknologi di
tatanan pelayanan kesehatan. Perawat mengobservasi kondisi
kesehatan dan social yang memungkinkan seseorang hidup
bermartabat sepanjang hidupnya dan selama proseskematian.

d. Akuntabilitas
Perawat bertindak secara konsisten sesuai dengan standar
praktik dan tanggung jawab profesi.

Perawat baik perawat klinik, manajer, pendidik maupun peneliti,


harus menyadari tanggung jawab profesinya dan akuntabel
dalam mengawal mutu asuhan keperawatan. Walaupun tanggung
jawabnya berbeda namun semua berorientasi pada praktik
keperawatan yang aman, kompeten dan berlandaskan etik.
Menjalankan aktifitas pelayanan keperawatan yang bekualitas dengan
memperhatikan prinsip-prinsip etika dalam membina hubungan
selama pekerjaan tentu akan menghadapi kendala, kendala yang
paling sering dijumpai oleh sorang perawat adalah berada dalam
situasi dilemma dalam mengambil keputusan.

D. Penanganan dilemma etik


Dilema Etik : dilemma etik dapat diartikan dimana perawat
dihadapkan harus memilih diantara dua atau beberapa pilihan yang
tidak diinginkan

Karakteristik dilema etik


• Masalah tidak dapat diselesaikan hanya dengan menggunakan
data empiris
• Keraguan dalam menggunakan data atau fakta dalam membuat
keputusan
• Hasil keputusan harus berpengaruh terhadap keadaan saat ini

Penyelesaian Dilema Etik Keperawatan

Persiapan dan pencegahan

a. Menyempurnakan standar praktek, standar asuhan atau standar


khusus yang akan dilaksanakankan oleh perawat
b. Menyempurnakan dokumen yang terkait etik keperawatan: Kode etik,
penjabaran/penjelasan, prosedur penyelesaian kasus etik yang
dialami perawat
c. Menjamin agar semua dokumen, standar kode etik dan perangkatnya
tersedia disetiap tatanan pelayanan keperawatan
d. Mengedukasi calon perawat pada fase orientasi perawat baru yang
akan bekerja disuatu institusi pelayanan kesehatan/ keperawatan
e. Mempersiapkan perawat yang akan menjadi anggota tim etik, agar
memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
f. Menjamin agar semua perawat menjadi anggota organisasi profesi
(PPNI) untuk memfasilitasi yang bersangkutan agar memiliki
pemahaman tentang etik dan atau menyelesaikan masalah etik yang
mungkin dihadapinya
Pelaksanaan

a. Menerima pengaduan tertulis yang dikirimkan baik oleh atasan


langsung perawat, atau klien/keluarganya
b. Melakukan identifikasi tentang kasus yang diadukan, bahwa kasus
tersebut benar terjadi, dilengkapi dengan bukti lapangan dan bukti
pelaporan
c. Mempersiapkan persidangan yang meliputi:
• Mengundang Pelapor dan terlapor
• Mengundang saksi pelapor dan saksi terlapor
• Mengumpulkan bukti – bukti
• Mempersiapkan dokumen yang terkait dengan masalah yang
diadukan, termasuk surat pengaduan, standard, kode etik dan
perangkatnya serta dokumen medik/medical record bila
diperlukan
d. Memastikan 50% + 1 tim etik menghadiri persidangan

E. Analisis / pemecahan dilema etik

Berbagai masalah yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap prinsip


dan nilai etika dapat terjadi dalam melaksanakan praktik keperawatan
sehari-hari. Dengan demikian perawat harus memahami belief dari
dirinya sendiri selain belief dari pasien, keluarga dan masyarakat.

Kerangka pengambilan keputusan etik dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Identifikasi masalah etik
• Adakah sesuatu yang salah secara personal, interpersonal,
atau sosial? Akankah konflik, situasi, atau keputusan yang
diambil merusak/ mengganggu orang lain atau masyarakat?
• Apakah masalahnya memasuki/ melewati masalah hukum
atau institusi? Apa dampaknya terhadap orang yang memiliki
martabat, hak-hak dan harapan untuk kehidupan bersama
yang lebih baik?

2) Kumpulkan fakta-fakta
• Apakah fakta-fakta yang relevan untuk masalah tsb? Apa
fakta- fakta yang tidak diketahui?
• Apakah individu-individu dan kelompok-kelompok memiliki
andil penting terhadap hasil (keputusan yang dibuat)? Apakah
sebagian dari mereka punya andil lebih besar karena
kebutuhan tertentu atau karena kita memiliki kewajiban untuk
mereka?
• Apa opsi-opsi tindakan yang dibuat? Apakah semua pihak
yang relevan telah dikonsultasikan? Jika Saudara
memperlihatkan daftar opsi pada seseorang yang Saudara
hormati, apa yang akan dia katakan?

3) Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektifetik.


• Opsi mana yang akan menghasilkan paling banyak manfaat
dan paling sedikit bahaya?
Pendekatan utilitarian: Tindakan etik adalah tindakan yang
akan menghasilkan keseimbangan paling besar pada manfaat
daripada bahaya.
• Meskipun tidak seorangpun memperoleh yang mereka mau,
Akankah hak-hak dan martabat setiap orang tetap dihormati?
Pendekatan Hak: tindakan etik adalah tindakan seseorang
yang paling menghargai hak-hak semua pihak yang terlibat.
• Opsi mana yang paling adil untuk semua pemangku
kepentingan?
• Pendekatan keadilan dan kejujuran : tindakan etik dimana
seseorang memperlakukan orang lain sama, atau jika tidak
sama, perlakukan secara proporsional dan jujur.
• Opsi mana yang dapat membantu semua pihak untuk
berpartisipasi lebih penuh dalam kehidupan sebagai bagian
dari sebuah keluarga, kelompok masyarakat, atau masyarakat
seluruhnya.
• Pendekatan umum yang lazim: Tindakan etik dimana
seseorang berkontribusi paling banyak terhadap pencapaian
kehidupan bersama yangberkualitas
• Akankah Saudara ingin menjadi seseorang yang bertindak
dengan cara seperti ini (misal; seseorang yang menjadi
sumber semangat atau kasih sayang)?
• Pendekatan by virtue: tindakan etik dimana seseorang
memiliki kebiasaan dan nilai-nilai kemanusiaan pada tingkat
terbaik.

4) Buat keputusan dan ujicobakan


• Pertimbangkan semua perspektif ini, mana opsi yang paling
benar atau terbaik untuk dilakukan?
• Jika Saudara menjelaskan pada seseorang yang Saudara
hormati mengapa Saudara memilih opsi ini, apa yang akan
dikatakan orang tsb? Jika Saudara harus menjelaskan
keputusan Saudara didepan TV, senangkah Saudara
melakukannya?

5) Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tersebut.


• Laksanakan keputusan yang diambil. Bagaimana keputusan
itu membawa semua pihak keluar dari masalah tsb? Jika
Saudara mengalami hal itu kembali, akankah bertindak
berbeda dari sekarang?

Pengambilan Keputusan Etik

Tujuan pengambilan keputusan etik:


1) Melakukan peninjauan terhadap kejadian
2) Memanggil saksi
3) Mengkaji dan mengidentifikasi pelanggaran etik yang dilakukan
4) Menetapkan sanksi terhadap pelanggaran atau memberikan
rehabilitasi
5) Melakukan pembinaan tentang etikkeperawatan

Pertimbangan Pengambilan Keputusan Etik

1) Isu kesehatan apa yang terkait?


2) Isu etik apa yang terkait?
3) Informasi lanjut apa yang dibutuhkan sebelum pengambilan
keputusan dilakukan?
4) Siapa yang akan dipengaruhi oleh keputusan ini? (termasuk
pembuat keputusan dan pemberi pelayanan kesehatan lain
jika mereka akan dipengaruhi secara emosional atau
profesional).
5) Apa nilai-nilai dan pendapat-pendapat dari orang-orang yang
terlibat?
6) Konflik apa yang muncul antara nilai dan standar etik dari
orang yang terlibat?
7) Sebuah keputusan harus dibuat dan siapa yang harus
memutuskannya?
8) Alternatif apa yang tersedia?
9) Setiap alternatif, apa justifikasi etiknya?
10) Setiap alternatif, apa kemungkinan hasil yang dicapainya?
SEKARANG SAYA TAHU

• Nilai atau velue keperawatan adalah suatu keyakinan dalam


individu perawat yang menjadi standar dalam menjalankan
perannya untuk dapat mempengaruhi orang lain dalam praktik
keperawatannya.
• Etika Keperawatan adalah pengetahuan tentang moral dalam
membina hubungan antara perawat dengan klien, praktiknya,
teman sejawat, masyarakat dan profesinya di kehidupan sehari-
hari.
• Prinsip etika dan nilai etik adalah prinsip yang digunakan dalam
membina hubungan antara perawat dengan orang lain sesuai
dengan kode etik keperawatan, sedangkan niilai etik adalah
perilaku yang terbentuk dari penerapan kode etik sesuai dengan
prinsip etik sehingga individu perawat memiliki nilai-nilai etik dalam
melaksanakan tugasnya
• Penanganan dilemma etik adalah penyelesaian masalah dalam
memilih keputusan dengan menggunakan standar atau regulasi
yang terkini
• Analisis dilemma etik adalah pengambilan keputusan etik dengan
menggunakan pendekatan
o Identifikasi masalah
o Mengumpulan fakta
o Mengevaluasi tindakan
o Mengambil keputusan
Materi Pokok 2

Aspek Legal dalam Keperawatan

Pendahuluan

Dasar dari munculnya masalah legal adalah diawali dengan masalah etik,
ketika masalah etik tidak dapat dikelola dengan baik dan tidak
terselesaikan akan berisiko masuk kedalam masalah legal atau hukum,
oleh karena itu sebagai seorang perawat tidak boleh buta akan hukum
yang mengatur atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
khususnya yang mengatur masalah keperawatan

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu memahami aspek
legal dalam keperawatan.

Sub Materi Pokok


Aspek Legal dalam Keperawatan
1. Pengertian hukum keperawatan
2. Hak klien
3. Kewenangan perawat
4. Legal issue dalam keperawatan
Uraian Materi Pokok 2

A. Pengertian hukum keperawatan


Pengertian aspek legal dalam praktik keperawatan

Aspek legal dalam praktik keperawatan tercantum dalam UU no 23


th 1992 yang telah disempurnakan menjadi UU No.36/ tahun 2009
tentang Kesehatan dan UU no.38 tahun 2014 tentang
Keperawatan. Peraturan Pemerintah No.32/ tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 148/1
/2010, tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat; dan
Permenkes RI no 17 tahun 2013 tentang Perubahan atas
Permenkes no 148 tahun 2010 dan kemudian Permenkes 26 tahun
2019 tentang Peraturan pelaksana UU no 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan. Permenkes no 161 / Menkes/ I / 2010 tentang
Registrasi Tenaga kesehatan. Kemudian Permenkes no 46 tahun
2013 tentang registrasi tenaga kesehatan dan diperbaharui pada
Permenkes no 83 tahun 2019 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.

Informed consent

Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian


persetujuan prosedur tindakan medik dan atau invasif, bertujuan
untuk perlindungan terhadap tenaga medik jika terjadi sesuatu yang
tidak diharapakan yang diakibatkan oleh tindakan tersebut. Selain itu
dapat melindungi pasien terhadap intervensi / tindakan yang akan
dilakukan kepadanya.
Tindakan medik adalah tindakan yang bersifat diagnostik –
teuraputik yang dilakukan terhadap pasien. Tindakan invasif adalah
tindakan medik langsung yang dapat mempengarui keutuhan
jaringantubuh
Dasar – dasar Informed consent UU N0 23 / 1992 tentang kesehatan
Pasal 53 ayat (2) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 585
tentang persetujuan tindakan medik.

Adapun tahapan dalam melakukan informed consent:

a) Dokter memberikan penjelasan mengenai


tindakan yang akan dilakukan meliputi:
• Manfaat / keuntungan terhadap tindakan yang akan
dilakukan
• Kemunginan kerugian
• Pemberian alternatif tindakan lain
b) Melakukan evaluasi apakah informasi yang
dijelaskan sudah dipahami atau belum
c) Individu / pasien tersebut membubuhkan tanda tangan pada
formulir khusus.

Ada beberapa peran dokter dan perawat dalam informed


consent. Perawat sebagai advokasi :
• Memastikan pasien sudah mengerti mengenai informasi yang
akan dilakukan
• Melidungi pasien terhadap kelalaian
• Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien

Dokter:
Berperan sebagai pemberi penjelasan/informasi jika berhalangaan
dapat diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengetahuannya
2.1. Hak Klien
Beberapa hak pasien secara umum adalah : mempunyai hak
untuk dinformasikan (to be informed) , mempunyai hak untuk
didengarkan (to be heard), mempuyai hak untuk memilih (to be
choice) dan mempunyai hak untuk diselamatkan (to be safety).

2.2. Kewenangan perawat


Saat ini kewenangan perawat diatur dalam peraturan berlaku
sebagai yang tercantum dalam Undang-Undang Keperawatan
nomor 38 tahun 2014 dan Permenkes nomor 26 tahun 2019 dan
peraturan lainnya yang mengatur tentang praktik keperawatan.

Praktik keperawatan didasarkan pada standar profesi perawat


Indonesia, meliputi 3 ranah meliputi yaitu:
1) Professional, etis, legal dan peka budaya
• Bertanggung gugat terhadap praktik profesional
• Melaksanakan praktik keperawatan secara etis dan peka
budaya
• Melaksanakan praktik secara legal
2) Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan
• Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam
pemberian dan manajemen asuhan
keperawatan
• Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam
pelayanan keperawatan
• Melakukan pengkajian keperawatan
• Menyusun rencana keperawatan
• Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
• Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan
• Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan
interpersonal dalam pemberian pelayanan
• Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
• Menggunakan hubungan interprofesional dalam
pelayanan keperawatan/ pelayanan kesehatan
• Menggunakan delegasi dan supervisi dalam
pelayanan asuhan keperawatan
3) Pengembanganprofessional
• Melaksanakan peningkatan professional
dalam praktik keperawatan
• Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan asuhan keperawatan
• Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud
tanggung jawab profesi

2.3. Legal Issue dalamKeperawatan


Legal issue dalam praktik keperawatan yang sering dijumpai
seperti: kelalaian dalam praktik keperawatan, dan DNR (Do Not
Resucitation)

Kelalaian dalam praktik keperawatan disebabkan beberapa


faktor seperti:
• kompetensi yang tidak memenuhi kualifikasi
• jumlah ketenagaan yang tidak memenuhi standard (pasien:
nurse ratio)
• fasilitas yang tidak lengkap
• kebijakan, guideline, standard praktik dan prosedur yang
tidak ada atau tidak diupdate
• lingkungan kerja yang tidak kondusif
DNR (Do Not Resucitation), adalah suatu pernyataan tertulis
langsung untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada
pasien dalam keadaan henti jantung.
SEKARANG SAYA TAHU

Aspek legal dalam praktik keperawatan tercantum dalam UU no 23 th


1992 yang telah disempurnakan menjadi UU No.36/ tahun 2009 tentang
Kesehatan dan UU no.38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Peraturan
Pemerintah No.32/ tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 148/1 /2010, tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat; dan Permenkes RI no 17 tahun 2013
tentang Perubahan atas Permenkes no 148 tahun 2010 dan kemudian
Permenkes 26 tahun 2019 tentang Peraturan pelaksana UU no 38 tahun
2014 tentang Keperawatan. Permenkes no 161 / Menkes/ I / 2010
tentang Registrasi Tenaga kesehatan. Kemudian Permenkes no 46
tahun 2013 tentang registrasi tenaga kesehatan dan diperbaharui pada
Permenkes no 83 tahun 2019 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
REFERENSI

1. Canadian Nurses Association (2002), Position Statement,


Code of Ehichs for Registered Nurses, website:www.cna-
alic.ca
2. Canadian Nurses Association (2004), Position Statement,
The value of nursing history today, website:www.cna-alic.ca
3. DPP PPNI (2016) Kode Etik Keperawatan
4. DPP PPNI (2017) Pedoman Perilaku sebagai Penjabaran
Kode Etik Keperawatan
5. DPP PPNI (2017) Pedoman Penyelesaian Sengketa Etik
Keperawatan
6. Euawas(1994), The actualized caring-healing moment : the
essense of caring nursingpractice
7. Ginger Schafer Wlody (2007), Legal and Etichal Aspects of
Critical Care Nursing, Philadephia, W.B Saunders Company
8. Ian E Thomson (2003). Nursing Ethics, UK, Churchill
Livingstone. International Council of Nursing (2006), The ICN
Code of Ethics for Nurses, Geneva, imprimerie Fonora
9. Nancy J. Brent (2001), Nurses and The Law A Guide to
Principle and Apllication, W.B Saunders Company
10. Undang-undang nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
11. Patria C (2007) , Legal issue in critical care
12. Wolter Kluwer (2008, Holistic care issue), Philadephia
Lippincott Williams &Wilkins
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Dalam Peraturan Menteri Pandayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi nomor 35 tahun 2019 disebutkan bahwa Jabatan Fungsional
Perawat merupakan jabatan karir PNS, dimana perawat berkedudukan
sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang pelayanan keperawatan di
fasilitas layanan kesehatan.

Sebagai seorang pemangku jabatan fungsional, seorang perawat melakukan


tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan tugas jabatan dan butir-butir
kegiatan yang tercantum dalam peratuan tersebut, yaitu melakukan kegiatan
pelayanan keperawatan, pengembangan profesi dan penunjang di bidang
keperawatan yang mendukung pelaksanaan tugas perawat berdasarkan
jenjang jabatan yang dimilikinya.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami kegiatan


Jabatan Fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:

1. Menjelaskan unsur dan sub unsur Jabatan Fungsional Perawat, dan

2. Menjelaskan uraian kegiatan Jabatan Fungsional Perawat.

MATERI POKOK

Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Unsur dan Sub Unsur Jabatan Fungsional Perawat

2. Uraian kegiatan Jabatan Fungsional Perawat (definisi operasional,


hasil kerja dan kualitas hasil kerja)
Peta Konsep Modul
B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1
Unsur dan Sub Unsur Jabatan Fungsional
Perawat
Pendahuluan

Tugas jabatan fungsional perawat terdiri dari unsur utama dan penunjang.
Unsur utama terdiri dari kegiatan pelayanan keperawatan dan
pengembangan profesi sedangkan unsur penunjang merupakan rangkaian
kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas perawat di bidang pelayanan
keperawatan.

Indikator Hasil Belajar

Menjelaskan unsur dan sub unsur kegiatan Jabatan Fungsional Perawat

Sub Materi Pokok

A. Unsur utama

B. Unsur penunjang
Uraian Materi Pokok 1

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…..

Selamat pagi/ siang/ sore/ malam Saudara sekalian…..

Salam semangat……………..

Selamat datang dalam modul kegiatan Jabatan Fungsional Perawat. Sebelum kita
membahas lebih lanjut tentang unsur utama dan unsur penunjang, apa yang Anda
ketahui tentang kedua unsur tersebut?

Anda sebagai pemangku jabatan fungsional perawat agar dapat menjalankan peran,
fungsi dan tugasnya sebagai seorang perawat yang profesional wajib memahami kegiatan
jabatan fungsional perawat. Uraian berikut ini dapat menambah wawasan Anda tentang
kegiatan jabatan fungsional perawat, oleh karenanya wajib di baca sampai tuntas ya agar
tidak gagal paham, agar dapat lebih memahami topik ini, silakan anda mengunduh dan
membacanya langsung Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi nomor 35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat.

A. Unsur utama
1. Pelayanan keperawatan
Unsur pelayanan keperawatan adalah kegiatan perawat yang
berkaitan dengan pelayanan kepada klien, keluarga, kelompok
dan masyarakat, pelayanan keperawatan meliputi sub unsur
kegiatan asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan
secara rinci sub unsur akan dibahas berikut. serta sub unsur
a. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan rangkaian interaksi dan
tindakan keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada klien dan lingkungannya untuk memenuhi
kebutuhan dan mendukung kemandirian klien dalam
merawat dirinya. Asuhan keperawatan dilakukan melalui
tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian
keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan . hasil asuhan
keperawatan dicata, dilaporkan dan didokumentasikan
dalam bentuk dokumentasi keperawatan.
Kegiatan asuhan keperawatan berlaku untuk setiap
kategori perawat di setiap jenjang jabatan dengan butir-
butir kegiatannya berbeda baik kategori ketrampilan dan
kategori keahlian.

b. Pengelolaan Keperawatan
Pengelolaan keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan perawat dalam mengelola pelayanan
keperawatan untuk menunjang asuhan keperawatan. mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengendalian dan pemantauan baik di level
ruang rawat (first line manager), unit layanan/ instalasi
(middle manager) dan bidang/ bagian (top manager).
Kegiatan pengelolaan keperawatan hanya berlaku untuk
jenjang kategori keahlian.
Uraian tugas pengelolaan keperawatan sebanyak 28 butir
kegiatan, hanya berlaku untuk perawat keahlian di setiap
jenjang jabatan.
Jumlah butir kegiatan asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan
pada setiap jenjang tergambar pada tabel dibawag ini.
Jenjang
Kategori Butir Kegiatan Jumlah
Jabatan
Terampil 18

Ketrampilan Mahir 28 73

Penyelia 27

Ahli Pertama 51

Ahli Muda 44
Keahlian 163
Ahli Madya 43

Ahli Utama 25

Jumlah total 236

Bagaimana saudara2…. Sudah faham ya….


Mari kita lanjutkan ke poin 2 tentang pengembangan profesi .
Yuk semangaat…..

2. Pengembangan profesi
Pengembangan profesi merupakan kegiatan yang dilakukan
perawat untuk mempertahankan dan meningkatkan kapasitas
kompetensi perawat sehingga menjamin kualitas asuhan yang
dilakukan tetap optimal.
Tugas kegiatan pengembangan profesi diberlakukan untuk
semua kategori pemangku jabatan fungsional perawat di semua
jenjang jabatan, meliputi:
a) Perolehan ijazah/ gelar pendidikan formal sesuai dengan
bidang tugas perawat,
b) Pembuatan karya tulis / karya ilmiah di bidang pelayanan
keperawatan,
c) Penerjemahan/ penyaduran buku dan bahan-bahan lain di
bidang pelayanan keperawatan, pembuatan buku
pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis di bidang
pelayanan keperawatan,
d) Pengembangan kompetensi di bidang pelayanan
keperawatan dan
e) Kegiatan lain yang mendukung pengembangan profesi
yang ditetapkan oleh Instansi Pembina di bidang
pelayanan keperawataan.

B. Unsur Penunjang
Unsur penunjang adalah kegiatan yang mendukung pelaksanaan
tugas perawat, yang meliputi kegiatan:
a. Pengajar / pelatih di bidang pelayanan keperawatan sertifikat;
b. Keanggotaan dalam tim penilai/ tim uji kompetensi;
c. Tugas lain yang mendukung pelaksanaan tugas Jabatan
fungsional perawat;
d. Perolehan penghargaan:
e. Perolehan gelar kesarjanaan lainnya yang tidak sesuai dengan
tugas bidang jabatan fungsional perawat:

Pelaksanaan tugas sebagai pemangku jabatan fungsional yang


dilakukan perawat adalah serangkaian kegiatan jabatan fungsional
perawat baik yang berada di jenjang yang diampu saat ini maupun di
jenjang diatasnya sesuai dengan kebutuhan dan penugasan dari
atasan anda di unit kerja. Perawat yang melaksanakan kegiatan
perawat satu tingkat di atas jenjang jabatannya, angka kredit yang
diperoleh ditetapkan sebesar 80% (delapan puluh persen) dari angka
kredit setiap butir kegiatan. Untuk perawat yang melaksanakan
kegiatan perawat satu atau dua tingkat di bawah jenjang jabatannya,
maka angka kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 100% (seratus
persen) dari angka kredit setiap butir kegiatan.

Proporsi jumlah penilaian angka kredit dari tugas kegiatan pelayanan


keperawatan dan pengembangan profesi sebanyak lebih atau sama
dengan 80% (delapan puluh persen) dari total angka kredit yang yang
dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat sedangkan proporsi jumlah
penilaian angka kredit dari tugas kegiatan penunjang di bidang
keperawatan sebanyak kurang atau paling tinggi 20% (dua puluh
persen) dari total angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan
pangkat.

Bagaimana Saudara sekalian……apakah sudah jelas dengan penjelasan yang diberikan?


Jika belum…… coba kita ulang bacanya ya…..…
SEKARANG SAYA TAHU

◼ Tugas kegiatan jabatan fungsional perawat terdiri dari unsur utama dan
unsur penunjang.

◼ Unsur utama terdiri dari kegiatan pelayanan keperawatan (asuhan


keperawatan dan pengelolaan keperawatan) dan pengembangan
profesi. Unsur penunjang merupakan kegiatan penunjang yang
mendukung pelaksanaan tugas perawat di bidang pelayanan
keperawatan.
Materi Pokok 2
Uraian kegiatan Jabatan Fungsional
Perawat
Pendahuluan

Setelah memahami unsur dan sub unsur kegiatan Jabatan Fungsional


Perawat, selanjutnya Anda akan mempelajari uraian kegiatan jabatan
fungsional perawat untuk pemangku jabatan fungsional kategori ketrampilan
dan keahlian baik kegiatan pelayanan keperawatan (asuhan keperawatan
dan pengelolaan keperawatan), pengembangan profesi dan penunjang di
bidang keperawatan yang mendukung pelaksanaan tugas perawat. Uraian
kegiatan jabatan fungsional meliputi; definisi operasional, bukti fisik dan
kualitas hasil kerja.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan uraian


kegiatan Jabatan Fungsional Perawat.

Sub Materi Pokok

A. Uraian kegiatan pelayanan keperawatan meliputi definisi operasional,


bukti fisik, kualitas hasil kerja dan besaran angka kredit) pada jenjang
Perawat Terampil dan Perawat Ahli Pertama).

B. Uraian kegiatan pengembangan profesi.

C. Uraian kegiatan penunjang di bidang keperawatan yang mendukung


pelaksanaan tugas perawat.

Pada pembahasan kali ini yang akan dibahas hanya uraian kegiatan jenjang jabatan
Perawat Terampil dan Perawat Ahli Pertama saja sebagai contoh. Untuk jenjang
jabatan lainnya Anda dapat mempelajari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional
Perawat dan Petunjuk Teknisnya yang bisa di unduh pada LMS.
Uraian Materi Pokok 2

Sebelum anda mempelajari materi ini, silahkan ingat-ingat kembali kegiatan yang telah
Anda lakukan dalam melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan, pengelolaan
keperawatan, pengembangan profesi dan penunjang di unit kerja Anda

A. Uraian kegiatan pelayanan keperawatan

• Perawat Jenjang Terampil


Butir-butir tugas kegiatan jabatan fungsional perawat pada jenjang
jabatan ini sebanyak 28 butir kegiatan yang meliputi:
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu adalah
melakukan pengumpulan data status kesehatan manusia melalui
kegiatan pemeriksaan fisik, psiko, sosial, spiritual, transkultural
dan mengkaji riwayat kesehatan dan perkembangan penyakit/
masalah kesehatan, norma, perilaku dan kebiasaan seseorang
Bukti Fisik: Logbook kegiatan pengkajian keperawatan pasien
Kualitas Hasil Kerja : Pengkajian Keperawatan dilakukan sesuai
SPO sehingga terkumpulnya data pengkajian keperawatan dasar
Keperawatan pasien.
Angka Kredit : 0,001

2. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan


keperawatan adalah kegiatan komunikasi dengan klien dan
keluarga yang memberikan efek terapi dan bertujuan memenuhi
kebutuhan klien mulai fase pra interaksi, fase orientasi, fase kerja
dan fase terminasi.

Bukti Fisik : Logbook kegiatan komunikasi terapeutik


Kualitas Hasil Kerja : Komunikasi terpeutik dilakukan sesuai
SPO sehingga Terjalin komunikasi yang baik antara klien dan
keluarga dengan perawat sehingga proses asuhan
keperawatan berjalan dengan baik.
Angka Kredit : 0,0008

2. Melaksanakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan


sehat dalam rangka melakukan upaya promotif adalah
melakukan edukasi berupa pemberian informasi, konsultasi
dan motivasi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam
pemberian asuhan keperawatan pasien
Bukti Fisik : Logbook kegiatan edukasi, media edukasi,
materi edukasi dan daftar hadir peserta edukasi.
Kualitas Hasil Kerja : Edukasi tentang perilaku hidup bersih
dan sehat dilakukan sesuai SPO sehingga pasien, keluarga,
kelompok dan masyarakat memahami informasi yang
diberikan pleh perawat.
Angka Kredit : 0,004

3. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan/ pelindung


fisik pada pasien untuk mencegah risiko cedera pada individu
dalam rangka upaya preventif adalah memfasilitasi
pasien/klien dengan menyediakan alat pengaman (Alat
Pelindung Diri, penghalang tempat tidur, gorden/ screen, dan
lain lain) sesuai dengan kebutuhan pasien untuk mencegah
cedera pada pasien/klien serta mencegah penularan/infeksi
silang di fasilitas pelayanan kesehatan
Bukti Fisik : Logbook penggunaan alat-alat pengamanan/
pelindung diri
Kulitas Hasil Kerja : Memfasilitasi penggunaan alat-alat
pengamanan/ pelindung fisik pada pasien dilakukan sesuai
SPO sehingga tidak terjadi cedera pada pasien.
Angka Kredit : 0,001

4. Memberikan oksigenasi sederhana adalah memberikan


asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan oksigen seperti pemberian oksigen
menggunakan nasal canule/ simple mask.
Bukti Fisik : Logbook tindakan pemberian oksigenasi
nasal/ simple mask
Kualitas Hasil Kerja : Memberikan oksigenasi sederhana
dilakukan sesuai SPO sehingga oksigen nasal canule/simple
mask terpasang dengan baik sesuai kebutuhan pasien.
Angka Kredit : 0,001

5. Memberikan tindakan keperawatan pada kondisi gawat


darurat/ bencana/ kritikal adalah melakukan tindakan
keperawatan/ pertolongan secara tepat, cepat dan akurat
pada pasien/klien kasus kegawatan daruratan dasar seperti
melakukan bantuan hidup dasar, triage yang tepat bagi pasien
kritis, dapat mengidentifikasi jalur SPGDT dan evakuasi
dalam penanganan bencana.
Bukti Fisik : logbook pemberian pertolongan
pertama dalam situasi gawatdaruratan dasar dan
bencana.
Kualitas Hasil Kerja : Memberikan tindakan
keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/
kritikal sesuai SPO sehingga pertolongan pertama pada
pasien atau korban bencana dapat diberikan dengan
cepat dan tepat.
Angka Kredit : 0,0043

6. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman


serta bebas risiko penularan infeksi adalah menyediakan
lingkungan yang kondusif; bersih, tenang, sirkulasi udara
lancar, peralatan yg digunakan bersih/steril, aman dan
berfungsi baik serta bebas risiko penularan infeksi
Bukti Fisik : logbook/daftar fasilitas yang
berfungsi baik/ laporan tentang suasana lingkungan
yang kondusif dan bebas risiko penularan
infeksi/laporan pengendalian kejadian infeksi.
Kualitas Hasil Kerja : memfasilitasi suasana
lingkungan yang tenang dan aman serta bebas risiko
penularan infeksi sesuia SPO sehingga lingkungan
tidak menyebabkan penularan infeksi.
Angka Kredit : 0, 0012

7. Melakukan perawatan luka adalah tindakan keperawatan


untuk penyembuhan luka dan/ atau mencegah terjadinya
komplikasi pada luka eviserasi ringan operasi bersih dan luka
trauma superfisial tanpa infeksi, luka bakar grade 1 dan 2 <
10% non area saluran pernapasan
Bukti Fisik : Logbook intervensi perawatan luka
sederhana
Kualitas Hasil Kerja : perawatan luka dilakukan sesuai
SPO sehingga tidak terjadi komplikasi pada luka
sederhana.
Angka Kredit : 0,0025
8. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana
pada area medikal bedah adalah melakukan tindakan
keperawatan spesifik yang sederhana (area medikal bedah),
seperti; memenuhi kebutuhan dasar klien dengan kasus
medikal bedah, seperti menghitung keseimbangan intake dan
output cairan, perawatan pada alat kesehatan yang terpasang
(infus, kateter, NGT, Slang WSD), monitoring tanda vital,
mengenal tanda kegawatan melalui Early Warning System
(EWS), serta menghindari terjadinya risiko cidera pada
pasien.
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan
spesifik yang sederhana pada area medikal bedah
Kualitas Hasil Kerja : intervensi keperawatan spesifik
sederhana area medikal bedah dilakukan sesuai SPO
sehingga terpenuhinya kebutuhan dasar klien dengan
kasus medikal bedah
Angka Kredit : 0,0019

9. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana


di area anak adalah melakukan tindakan keperawatan
spesifik yang sederhana (area anak), antara lain; melakukan
tatalaksana pemenuhan kebutuhan dasar anak pada kasus
anak sederhana; menyiapkan tindakan imunisasi sesuai
program, skrining perkembangan menggunakan KPSP dan
stimulasi perkembangan anak, memonitor tanda-tanda vital
pernafasan, nadi, tekanan darah, saturasi oksigen serta
mengukur intake dan output cairan/ mengenal tanda
kegawatan Early Warning System (EWS)
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan
spesifik yang sederhana di area anak
Kualitas Hasil Kerja : Intervensi keperawatan spesifik
yang sederhana area anak dilaksanakan sesuai SPO
sehingga terpenuhinya kebutuhan dasar anak pada
kasus sederhana
Angka Kredit : 0,0016

10. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana


di area maternitas adalah melakukan tindakan keperawatan
spesifik yang sederhana dalam pemenuhan kebutuhan dasar
(area maternitas) antara lain; memonitor tanda-tanda vital
pernafasan, nadi, tekanan darah, saturasi oksigen serta
mengukur intake dan output cairan/ mengenal tanda
kegawatan Early Warning System (EWS)
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan spesifik yang
sederhana di area maternitas
Kualitas Hasil Kerja : Intervensi keperawatan spesifik yang
sederhana di area maternitas dilakukan sesuai SPO sehingga
terpenuhinya kebutuhan dasar pasien area maternitas.
Angka Kredit : 0,0018

11. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana


di area komunitas adalah melakukan tindakan keperawatan
spesifik yang sederhana dalam pemenuhan kebutuhan dasar
(area komunitas), antara lain; melakukan edukasi kesehatan
sesuai dengan masalah dan sasaran, melaksanakan tindakan
Keperawatan pada individu sebagai anggota keluarga.
Bukti Fisik : Logbook intervensi keperawatan
spesifik yang sederhana di area komunitas
Kualitas Hasil Kerja : Intervensi keperawatan spesifik
yang sederhana di area komunitas dilakukan sesuai
SPO sehingga terpenuhinya kebutuhan dasar
sederhana area komunitas.
Angka Kredit : 0,0026

12. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana


di area jiwa adalah melakukan tindakan keperawatan spesifik
yang sederhana pada orang dewasa (area jiwa), antara lain;
mengobservasi perubahan perilaku pasien, mampu melatih
pasien mengenal masalah sosialisasi pada pasien isolasi
sosial, mampu mengenal aspek positif pada pasien harga diri
rendah, mampu melakukan perawatan pada pasien defisit
perawatan diri, mampu mengenal tanda gejala halusinasi,
mampu melatih pasien mengenal penyebab dan tanda gejala
pasien risiko perilaku kekerasan
Bukti Fisik : Logbook intervensi keperawatan
spesifik yang sederhana di area jiwa
Kualitas Hasil Kerja : Intervensi keperawatan spesifik
yang sedrehana area jiwa dilaksanakan sesuai SPO
sehingga terpenuhinya kebutuhan dasar pada orang
dewasa area jiwa
Angka Kredit : 0,0010

13. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistic adalah


melakukan tindakan terapi yang dilakukan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar klien dengan pendekatan secara
konvensional/ tradisional dalam lingkup kewenangan perawat
dan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya contoh
touching therapy, massage, dan lain lain.
Bukti Fisik :Logbook tindakan terapi
komplementer/ holistic
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan terapi komplementer
dilakukan sesuai SPO untuk memenuhi kebutuhan klien
sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang
dimiliki.
Angka Kredit : 0,0020

14. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan


intervensi pembedahan pada tahap pre/ intra/ post operasi
adalah melakukan kegiatan berupa mempersiapkan, memberi
dukungan psikologis, menjamin lingkungan aman dan
mencegah injuri, serta menghindari terjadinya komplikasi
pada saat pre/intra maupun post operasi dengan risiko ringan
sesuai kewenangannya
Contoh :
Pre-operasi: memastikan semua persiapan pre operasi telah
dilakukan seperti puasa, membersihkan area operasi dan lain-
lain
Intra-operasi: Monitoring tanda vital dan hemodinamik,
memfasilitasi kebutuhan instrumen selama operasi.
Post-operasi: memonitor tanda-tanda vital pasca operasi,
mengatur posisi dan lain-lain
Bukti Fisik : Logbook tindakan keperawatan pada pasien
dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/ intra/ post
operasi
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan pada
tahap pre/intra dan post operasi dilakukan sesuai SPO
supaya tidak terjadinya komplikasi pada pasien dengan
operasi ringan.
Angka Kredit : 0,0017
15. Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka
melakukan perawatan paliatif adalah kegiatan melakukan
asuhan keperawatan dan pendampingan pasien/klien untuk
meningkatkan kualitas hidup dengan memperhatikan
martabat dan harga diri pasien/klien
Bukti Fisik : Logbook pemberian perawatan pada
pasien dalam rangka melakukan perawatan paliatif
Kualitas Hasil Kerja : perawatan paliatif dilakukan
sesuai SPO sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidupnya dengan memperhatikan martabat dan harga
diri pasien/klien.
Angka Kredit : 0,0019

16. Memberikan dukungan/ fasilitasi kebutuhan spiritual pada


kondisi kehilangan, berduka atau menjelang ajal dalam
pelayanan keperawatan adalah memfasilitasi, mendampingi
pasien sakaratul maut (menjelang ajal) dan memberikan
dukungan pada keluarga dalam proses berduka, kehilangan.
Bukti Fisik : logbook pendampingan pada saat
pasien menjelang ajal dan pendampingan keluarga
yang berduka.
Kualitas Hasil Kerja : Memberikan dukungan/
memfasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan, berduka atau menjelang ajal dalam
pelayanan keperawatan sehingga pasien meninggal
dengan tenang dan keluarga dapat menerima
kehilangan dengan pendampingan yang diberikan.
Angka Kredit : 0,0020
17. Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan adalah
implementasi asuhan keperawatan untuk setiap pasien
pendokumentasian kegiatan implementasi asuhan
keperawatan pasien
Bukti Fisik : Logbook dokumentasi tindakan
keperawatan.
Kualitas Hasil Kerja : Dokumentasi Asuhan
keperawatan dilakukan sesuai SPO sehingga dokumen
keperawatan terisi lengkap sesuai dengan
kewenangannya.
Angka Kredit : 0,0008

Sebelum kita mempelajari lebih lanjut materi ini, mari kita


peregangan sejenak ya teman-teman sekitar 10 menit……..

Nah … baru saja kita mempelajari tentang butir kegiatan jenjang


terampil … selanjutnya bagi saudara yang saat ini memangku jabatan
kategori keahlian dilanjutkan dengan mempelajari butirkegiatan jenjang
ahli pertama.

• Jenjang Perawat Ahli Pertama


Sub Unsur Asuhan Keperawatan
1. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu
adalah kegiatan melakukan pengkajian keperawatan lanjutan
yang berfokus pada masalah kesehatan spesifik secara
berkelanjutan, lengkap, akurat, nyata dan relevan, dilakukan oleh
perawat pada individu yang menjadi kelolaan atau tanggung
jawabnya.
Bukti Fisik : Logbook pengkajian keperawatan lanjutan
pada individu
Kualitas Hasil Kerja : pengkajian keperawatan lanjutan
pada individu dilakukan sesuai SPO sehingga data
pengkajian keperawatan terkumpul secara komprehensif.
Angka Kredit : 0,0025

2. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga


adalah kegiatan melak ukan pengkajian keperawatan lanjutan
yang berfokus pada masalah kesehatan spesifik secara
berkelanjutan, lengkap, akurat, nyata dan relevan, dilakukan oleh
perawat dalam keluarga yang menjadi kelolaan atau tanggung
jawabnya.
Bukti Fisik : Logbook pengkajian keperawatan lanjutan
pada keluarga
Kualitas Hasil Kerja : Pengkajian keperawatan lanjutan
pada keluarga dilakukan sesuai SPO sehingga terkumpul
data pengkajian keperawatan secara komprehensif.
Angka Kredit : 0,0033

3. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat


adalah kegiatan melakukan pengumpulan data dasar kesehatan
masyarakat mencakup data demografi dan data dasar lain yang
relevan
Bukti Fisik : Logbook pengkajian keperawatan dasar pada
masyarakat
Kualitas Hasil Kerja : Pengkajian keperawatan dasar pada
masyarakat dilakukan sesuai dengan SPO sehingga
terkumpul data hasil pengkajian keperawatan dasar pada
masyarakat
Angka Kredit : 0,0007
4. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/
lanjut adalah kegiatan menerima konsultasi, mengklarifikasi atau
memeriksa, memberikan masukan terhadap hasil pengkajian
data dasar dari perawat jenjang dibawahnya
Bukti Fisik : logbook konsultasi data pengkajian
keperawatan dasar/ lanjut
Kualitas Hasil Kerja : Konsultasi data pengkajian
keperawatan dasar/lanjut dilakukan sesuai SPO sehingga
masalah berkaitan dengan data pengkajian keperawatan
dasar/ lanjut terselesaikan
Angka Kredit : 0,0018
5. Melaksanakan manajemen surveilans hais sebagai upaya
pengawasan risiko infeksi dalam upaya preventif dalam
pelayanan keperawatan adalah kegiatan mengidentifikasi,
memperbaiki, peningkatan kualitas pengendalian infeksi
terhadap pasien yang berisiko
Bukti Fisik : Laporan hasil kegiatan manajemen
surveilans Hais
Kualitas Hasil Kerja : Manajemen surveilans hais dilakukan
sesuai dengan SPO sehingga terlaksana upaya
pengawasan risiko infeksi dalam upaya preventif dalam
pelayanan keperawatan
Angka Kredit : 0,005

6. Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar


pada pasien/petugas/ pengunjung sebagai upaya pencegahan
infeksi adalah tindakan upaya peningkatan kepatuhan
kewaspadaan standar pada pasien, petugas, pengunjung sbg
upaya pencegahan infeksi melalui standar universal precaution,
seperti memberikan edukasi keperawatan dan pencegahan
penularan/penyakit, mengajarkan teknik kontrol infeksi,
mensimulasikan teknik pencegahan infeksi, dan lain lain
Bukti Fisik : logbook upaya peningkatan kepatuhan
kewaspadaan standar, media edukasi, laporan/catatan
fasilitas pendukungan perilaku kepatuhan
Kualitas Hasil Kerja : upaya peningkatan kepatuhan
kewaspadaan standar pada pasien/petugas/ pengunjung
dilaksanakan sesuai standar sehingga pasien/petugas/
pengunjung tidak mengalami infeksi
Angka Kredit : 0,001

7. Melakukan investigasi dan deteksi dini kejadian luar biasa yang


berdampak pada pelayanan kesehatan adalah kegiatan
mengidentifikasi, menelusuri faktor risiko, penyebab terjadinya
suatu kejadian luar biasa yang terkait dengan pengendalian
infeksi dan penularan penyakit/wabah
Bukti Fisik : logbook/Laporan kegiatan investigasi dan
deteksi dini kejadian luar biasa dampak pelayanan
kesehatan
Kualitas Hasil Kerja : Investigasi dan deteksi dini kejadian
luar biasa dilakukan sesuai dengan standar sehingga
kejadian luar biasa yang berdampak pada pelayanan dapat
teridentifikasi
Angka Kredit : 0,001

8. Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan


penyakit menular adalah kegiatan mengajarkan cara
pencegahan penularan penyakit infeksi antar anggota keluarga
pada keluarga dengan kemandirian keluarga (mampu mengenal
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota yang sakit,
memanfaatkan fasilitas kesehatan)
Bukti Fisik : Logbook pengajaran teknik kontrol infeksi
pada keluarga dengan penyakit menular
Kualitas Hasil Kerja : Pengajaran tehnik control infeksi
pada keluarga dengan penyakit menular dilakukan sesuai
SPO sehingga keluarga memahami tehnik control infeksi
dan tidak tertular penyakit menular
Angka Kredit : 0,002

9. Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu adalah


kegiatan menetapkan diagnosis keperawatan individu dengan
masalah aktual, risiko dan sejahtera berdasarkan data dukung
yang ada sesuai kondisi pasien/klien
Bukti Fisik : logbook hasil diagnosa keperawatan pada
individu
Kualitas Hasil Kerja : Perumusan diagnosis keperawatan
pada individu dilakukan sesuai dengan SPO sehingga
tersusun daftar diagnose keperawatan individu
Angka Kredit : 0,002

10. Membuat prioritas diagnosis keperawatan dan masalah


keperawatan adalah kegiatan menetapkan urutan rumusan
diagnosis yang membutuhkan perencanaan tindakan lebih
dahulu berdasarkan pada prinsip penyelamatan hidup,
kebutuhan yang mendesak atau menyangkut "live saving" dan
kondisi pasien/klien
Bukti Fisik : logbook hasil prioritas diagnosias
keperawatan
Kualitas Hasil Kerja : Pembuatan prioritas diagnosis
keperawatan dan masalah keperawatan dilakukan sesuai
dengan SPO sehingga dihasilkan diagnosa keperawatan
sesuai prioritas masalah
Angka Kredit : 0,0022

11. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu


(merumuskan, menetapkan tindakan) adalah kegiatan
menetapkan tujuan keperawatan individu, menetapkan indikator
pencapaian tujuan, menetapkan intervensi keperawatan mandiri
dan kolaborasi berdasarkan diagnosis keperawatan yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
kondisi kesehatannya yang disusun secara spesifik, terukur,
akurat, realistis, dan berbatas waktu
Bukti Fisik : logbook tujuan keperawatan pada keluarga
dalam rangka menyusun rencana tindakan keperawatan
pada individu
Kualitas Hasil Kerja : Penyusunan rencana tindakan
keperawatan dilakuakan sesuai dengan SPO sehingga
tersusun rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan
pasien.
Angka Kredit : 0,002

12. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga


(merumuskan, menetapkan tindakan) adalah kegiatan
menetapkan tujuan keperawatan keluarga, menetapkan indikator
pencapaian tujuan, menetapkan intervensi keperawatan mandiri
dan kolaborasi berdasarkan diagnosis keperawatan yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan
kondisi kesehatannya yang disusun secara spesifik, terukur,
akurat, realistis, dan berbatas waktu
Bukti Fisik : logbook tujuan keperawatan pada keluarga
dalam rangka menyusun rencana tindakan keperawatan
pada keluarga
Kualitas Hasil Kerja : Penyusunan rencana tindakan
keperawatan pada keluarga dilakukan sesuai dengan SPO
sehingga tersusun rencana tindakan keperawatan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sesuai dengan
masalah keperawatan yang ditetapkan.
Angka Kredit : 0,001

13. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat


darurat/bencana/ kritikal adalah melakukan tindakan
keperawatan/ pertolongan secara tepat, cepat dan akurat pada
pasien/ klien kasus kegawatan daruratan seperti
penatalaksanaan dalam pencegahan peningkatan tekanan
intrakranial, analisis hasil pemeriksaan penunjang sederhana
yang berfokus pada kegawatan, aktif dalam tim code blue,
berperan aktif dalam evakuasi dan mitigasi bencana.
Bukti Fisik : logbook tindakan keperawatan pada kondisi
gawat darurat/bencana/kritikal
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan pada kondisi
gawat darurat/bencana/kritikal dilakuakan sesuai dengan
SPO sehingga masalah keperawatan pada kondisi
darurat/bencana/kritikal dapat terselesaikan sesuai
kebutuhan
Angka Kredit : 0,0037
14. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistik adalah
melakukan pengobatan tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern dalam lingkup kewenangan perawat dan
sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya dan mampu
menganalisis dampak tindakan yang diberikan.
Bukti Fisik: log book tindakan terapi komplementer/ holistik
Kualitas Hasil Kerja: Tindakan terapi komplementer/holistik
dilakukan sesuai dengan SPO sehingga masalah pasien
dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan.
Angka Kredit : 0,0029

15. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi


pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi adalah
melakukan tindakan keperawatan sebelum dilakukan tindakan
operasi, saat dilakukan operasi dan sesudah operasi dengan
risiko sedang
Bukti Fisik : logbook tindakan keperawatan pada pasien
dengan intervensi pembedahan pada tahap pre/ intra/ post
operasi
Kualitas Hasil Kerja : tindakan keperawatan pada tahap
pre/intra/post operasi dengan risiko sedang dilakukan sesuai
dengan SPO sehingga masalah keperawatan pasien pada
tahap pre/intra/post operasi dapat diselesaikan.
Angka Kredit : 0,0029

16. Memberikan dukungan/ fasilitasi kebutuhan spiritual pada


kondisi kehilangan, berduka atau menjelang ajal dalam
pelayanan keperawatan adalah memfasilitasi, memberikan
dukungan, dan mendampingi pasien dan keluarga dalam proses
berduka, kehilangan atau menjelang ajal, membantu pasien
menjalankan ibadah dan menghadirkan pemuka agama sesuai
dengan agama dan keyakinan klien
Bukti Fisik : logbook pendampingan pada saat pasien
menjelang ajal dan pendampingan keluarga yang berduka
Kualitas Hasil Kerja : Pemberian dukungan, pendampingan
terkait kebutuhan spiritual dalam proses berduka,
kehilangan atau menjelang ajal dilakukan sesuai kebutuhan
pasien dan keluarga sehingga pasien dan keluarga
mendapatkan support secara spiritual.
Angka Kredit : 0,0029

17. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi


adalah melakukan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi,
memberikan makan dalam bentuk cairi dan minum melalui
selang atau pipa NGT , memberikan nutrisi berupa cairan infus
yang dimasukan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena
dan penatalaksanaan tindakan keperawatan pada pasien
dengan mual muntah
Bukti Fisik : logbook tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan
nutrisi dilakuakan sesuai SPO sehingga kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi sesuai kebutuhan.
Angka Kredit : 0,0018

18. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan


eliminasi adalah tindakan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dalam proses pembuangan sisa metabolisme tubuh
baik berupa urine atau feses
Bukti Fisik : logbook tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan eliminasi
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan
eliminasi dilakukan sesuai SPO sehingga pasien terpenuhi
kebutuhan eliminasinya.
Angka Kredit : 0,002

19. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan


mobilisasi adalah melakukan tindakan mobilisasi (mengatur
posisi pasien sesuai kebutuhan) dan melakukan fiksasi atau
immobilisasi dengan berbagai cara/alat, seperti, traksi, gips,
sling, bidai dan lainnya sesuai kebutuhan.
Bukti Fisik : logbook tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan mobilisasi
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan
mobilisasi dilakukan sesuai SPO sehingga kebutuhan
mobilisasi pasien terpenuhi dan tidak timbul masalah
mobilisasi.
Angka Kredit : 0,0015

20. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur


adalah memfasilitasi pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien
dengan memodifikasi lingkungan yang mendukung istirahat-
tidur, memberikan tindakan keperawatan yang membuat pasien
bisa tertidur (distraksi, relaksasi, dan lain lain)
Bukti Fisik : logbook tindakan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dilakukan sesuai SPO sehingga
kebutuhan istirahat dan tidur pasien terpenuhi.
Angka Kredit : 0,0013

21. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri


adalah melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan kebersihan
diri dengan membantu pasien yang mempunyai keterbatasan
untuk memakaikan baju dan berdandan, Membersihkan rambut
pasien (keramas), memandikan pasien, membersihkan mulut
pada pasien
Bukti Fisik : logbook tindakan pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri dilakukan sesuai SPO sehingga tidak timbul
masalah berkaitan dengan kebersihan diri kurang.
Angka Kredit : 0,001

22. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan


pengaturan suhu tubuh adalah tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan penurunan atau peningkatan suhu tubuh
dari nilai normal seperti; mengatur suhu ruang, menganjurkan
banyak minum, memakaikan selimut, menggunakan baju yang
tipis dan menyerap keringat
Bukti Fisik : logbook tindakan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan suhu tubuh
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman dan pengaturan suhu tubuh dilakukan sesuai
dengan SPO sehingga kebutuhan rasa nyaman dan
pengaturan suhu terpenuhi .
Angka Kredit : 0,0019
23. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu adalah
kegiatan melakukan stimulasi pada klien sesuai tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya untuk mencapai
kemampuan secara optimal dengan menggunakan media yang
sesuai
Bukti Fisik : logbook/dokumen stimulasi tumbuh kembang
pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif
Kualitas Hasil Kerja : kegiatan stimulasi tumbuh kembang
pada klien dilakukan sesuai dengan SPO sehingga tumbh
kembang individu dapat terstimulasi sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Angka Kredit : 0,0021

24. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu adalah


kegiatan membantu individu menyesuaikan diri selama proses
perawatan untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan yang
baru
Bukti Fisik : logbook/ dokumen fasilitasi adaptasi dalam
hospitalisasi pada individu dalam rangka melakukan upaya
promotif
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan adaptasi hospitalisasi pada
individu dilakukan sesuai kebutuhan sehingga individu dapat
beradaptasi secara adaptif dalam hospitalisasi.
Angka Kredit : 0,0018

25. Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru


pada individu adalah kegiatan mencari, mengidentifikasi,
mendeteksi dan menemukan kasus penyakit (lama/baru),
melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemeliharaan
kesehatan bagi individu sebagai upaya meningkatkan derajat
kesehatan
Bukti Fisik : logbook case finding/deteksi dini/ penemuan
kasus baru pada individu
Kualitas Hasil Kerja : case finding/ deteksi dini/penemuan
kasus baru pada individu dilakukan sesuai dengan SPO
sehingga kasus baru pada individu dapat teridentifikasi.
Angka Kredit : 0,0025

26. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan


pada individu adalah kegiatan memantau dan memotivasi klien
dalam melakukan tindakan sesuai dengan SPO pada kasus
tingkat ketergantungan minimal sampai parsial dengan risiko
sedang
Bukti Fisik : logbook support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan pada individu
Kualitas Hasil Kerja : kegiatan support kepatuhan terhadap
intervensi kesehatan pada individu dilakukan sesuai standar
sehingga support kepatuhan pada individu dapat diberikan
sesuai dengan kebutuhan individu.
Angka Kredit : 0,002

27. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu adalah kegiatan


memberikan edukasi kesehatan/ keperawatan pada individu
terkait upaya pencegahan (preventif) terhadap timbulnya
masalah kesehatan
Bukti Fisik : logbook edukasi kesehatan/ keperawatan
pada individu pasien
Kualitas Hasil Kerja : kegiatan pendidikan kesehatan pada
individu dilakukan sesuai dengan SPO sehingga individu
dapat menerima dan memahami informasi yang diberikan
Angka Kredit : 0,0025

28. Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok adalah


kegiatan memberikan edukasi kesehatan/ keperawatan pada
keluarga, kelompok terkait upaya pencegahan terhadap
timbulnya masalah kesehatan yang ada di keluarga dan
kelompok
Bukti Fisik : logbook pendidikan kesehatan pada
kelompok
Kualitas Hasil Kerja : kegiatan pendidikan kesehatan pada
kelompok dilakukan sesuai dengan SPO sehingga kelompok
dapat menerima dan memahami informasi yang diberikan
Angka Kredit : 0,0031

29. Melakukan peningkatan/penguatan kemampuan sukarelawan


dalam meningkatkan masalah kesehatan masyarakat adalah
kegiatan memberikan pelatihan, mentoring dan penyegaran
pada kader dan sukarelawan kesehatan mengenai berbagai hal
terkait peningkatan kesehatan kelompok, pencegahan penyakit
dan mempertahhankan perilaku hidup bersih dan sehat
Bukti Fisik : logbook/laporan peningkatan/ penguatan
kemampuan sukarelawan, daftar hadir kegiatan, dokumen
kegiatan pelatihan/mentoring
Kualitas Hasil Kerja : kegiatan peningkatan/ penguatan
kemampuan sukarelawan dilakukan sesuai prosedur/
standar sehingga kemampuan sukarelawan meningkat.
Angka Kredit : 0,001
30. Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat adalah
kegiatan memberikan edukasi kesehatan/ keperawatan pada
masyarakat terkait upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan (preventif) terhadap timbulnya masalah kesehatan.
Bukti Fisik : logbook pendidikan kesehatan pada
masyarakat
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan pendidikan kesehatan pada
masyarakat dilakukan sesuai dengan prosedur sehingga
pengetahuan masyarakat meningkat dan masyarakat dapat
memahami informasi yang diberikan.
Angka Kredit : 0,0035

31. Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenisasi kompleks


adalah memberikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan oksigen dengan kasus kompleks, berupa
pemberian oksigen konsentrasi tinggi (sungkup; Rebreathing
dan Non Rebreathing, CPAP dan Ventilasi mekanik)
Bukti Fisik : logbook tindakan keperawatan pemenuhan
kebutuhan oksigenisasi kompleks
Kualitas Hasil Kerja : tindakan pemenuhan kebutuhan
oksigenisasi kompleks dilakukan sesuai SPO sehingga
kebutuhan oksigenisasi pasien dengan kasus kompleks
dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pasien .
Angka Kredit : 0,003

32. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi


adalah kegiatan diskusi antara perawat dan pasien yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan
pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dengan
kelompok
Bukti Fisik : logbook terapi aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi
Kualitas Hasil Kerja : Terapi aktifitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi dilakukan sesuai dengan SPO sehingga
kebutuhan pasien akan TAK stimulasi sensori dapat
terpenuhi
Angka Kredit : 0,0021

33. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensorik


adalah kegiatan diskusi antara perawat dan pasien dengan
memberikan stimulus tertentu (stimulus suara, visual dan
gabungan (menonton televisi, video)
Bukti Fisik : logbook TAK stimulasi sensorik
Kualitas Hasil Kerja : Terapi aktifitas kelompok (TAK)
stimulasi sensorik dilakukan sesuai dengan SPO sehingga
kebutuhan pasien akan TAK stimulasi sensorik dapat
terpenuhi
Angka Kredit : 0,0039

34. Melakukan komunikasi dengan klien dengan hambatan


komunikasi adalah melakukan komunikasi pada klien yang
mengalami hambatan komunikasi baik fisik maupun psikologik
dengan menggunakan teknik dan strategi komunikasi yang tepat
sesuai kondisi pasien
Bukti Fisik : logbook komunikasi dengan klien dengan
hambatan komunikasi
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan komunikasi dilakukan
sesuai SPO sehingga tercipta hubungan saling percaya
dengan klien dengan hambatan komunikasi
Angka Kredit : 0,002

35. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada


area medikal bedah adalah melakukan tindakan keperawatan
yang spesifik dan kompleks pada orang dewasa (area medikal
bedah), seperti melakukan resusitasi, perawatan luka,
manajemen nyeri, pemantauan hemodinamik (pemantauan
Analisa gas darah, PO2/PCO2), persiapan pasien hemodialisa,
pemberian elektrolit kosentrasi tinggi, dan lain lain
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan spesifik yang
kompleks pada area medikal bedah
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan spesifik yang
kompleks pada area medikal bedah dilakukan sesuai SPO
sehingga masalah pasien dapat teratasi.
Angka Kredit : 0,0028

36. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di


area anak adalah melakukan tindakan keperawatan yang lebih
khusus dan kompleks pada area anak, seperti resusitasi bayi
baru lahir, perawatan bayi baru lahir, bayi dengan komplikasi,
melakukan pemeriksaanpertumbuhan dengan perkembangan
dengan Denver 2, melakukan stimulasi tumbuh kembang,
melakukan asuhan perkembangan pada neonatus, menyiapkan
tindakan hemodialisa pada anak, menyiapkan pemberian
kemoterapi, menyiapkan tindakan lumbal fungsi, melaksanakan
terapi bermain,dan lain lain
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan spesifik yang
kompleks di area anak
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan spesifik yang
kompleks pada area anak dilakukan sesuai SPO sehingga
masalah pasien dapat teratasi.
Angka Kredit : 0,002

37. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di


area maternitas adalah melakukan tindakan keperawatan yang
lebih spesifik dan kompleks pada area maternitas, seperti
perawatan prenatal, intranatal dan postnatal yang berisiko dan
komplikasi, masalah kesehatan perempuan kompleks
(onkoginekologi, kekerasan perempuan, kesehatan reproduksi
remaja, dan lain lain)
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan spesifik yang
kompleks di area maternitas
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan spesifik yang
kompleks pada area maternitas dilakukan sesuai SPO
sehingga masalah pasien dapat teratasi.
Angka Kredit : 0,0022

38. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di


area komunitas adalah melakukan tindakan keperawatan yang
lebih spesifik dan kompleks pada area komunitas seperti
pemberdayaan masyarakat, advokasi tingkat warga
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan spesifik yang
kompleks di area komunitas
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan spesifik yang
kompleks pada area komunitas dilakukan sesuai SPO
sehingga masalah pasien dapat teratasi.
Angka Kredit : 0,0025

39. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di


area jiwa adalah melakukan tindakan keperawatan yang lebih
spesifik dan kompleks pada area jiwa seperti, terapi aktifitas
kelompok, asuhan keperawatan pada korban kekerasan,
tindakan keparawatan pada waham, risiko bunuh diri, dan lain
lain
Bukti Fisik : logbook intervensi keperawatan spesifik yang
kompleks di area jiwa
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan keperawatan spesifik yang
kompleks pada area jiwa dilakukan sesuai SPO sehingga
masalah pasien dapat teratasi.
Angka Kredit : 0,0028

40. Melakukan perawatan luka adalah pengkajian luka dan tindakan


keperawatan untuk meningkatkan penyembuhan luka dan/atau
mencegah terjadinya komplikasi pada luka laerasi, luka full
thickness, luka kanker dengan risiko perdarahan, luka dehisen
dengan infeksi lokal, luka kaki diabetes grade 1, 2 dan 3 dengan
infeksi lokal, cedera tekan grade 3 dengan infeksi lokal, venous
ulcer, dan arterial ulcer dengan infeksi
Bukti Fisik : loogbook perawatan luka kompleks
Kualitas Hasil Kerja : tindakan perawatan luka dilakukan
sesuai prosedur sehingga proses penyembuhan luka pasien
dapat terjadi dengan baik.
Angka Kredit : 0,004

41. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama


dilakukan tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan
kondisi pasien adalah melakukan observasi, monitoring dan
evaluasi kondisi pasien terkait tindakan keperawatan spesifik
sesuai kasus
Bukti Fisik : logbook pemantauan atau penilaian kondisi
pasien selama dilakukan tindakan keperawatan spesifik
sesuai kasus dan kondisi pasien;
Kualitas Hasil Kerja : Tindakan pemantauan kondisi pasien
selama tindakan keperawatan spesifik dilakuakan sesuai
SPO sehingga kondisi pasien dapat termonitoring/
terpantau.
Angka Kredit : 0,0026

42. Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan


dokter adalah kegiatan menerima konsultasi sejawat perawat
tingkat dibawahnya berupa memberikan saran, arahan dan
rekomendasi dalam perawatan pasien dan koordinasi yang
dilakukan dengan perawat lainnya atau dengan tenaga
kesehatan lain/professional pemberi asuhan sesuai kebutuhan
Bukti Fisik logbook konsultasi keperawatan dan
kolaborasi dengan dokter
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan konsultasi keperawatan dan
kolaborasi dengan dokter dilakuakan sesuai dengan SPO
sehingga dapat mengatasi masalah yang ditemukan pada
pasien .
Angka Kredit : 0,0024

43. Melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu adalah


kegiatan membantu memulihkan dan mengembalikan kondisi
mental spiritual pasien dan membimbing pasien yang mengalami
masalah psikososial (KDRT, Bullying, dan lain lain) dan spiritual
(distress spiritual).
Bukti Fisik : logbook rehabilitasi mental spiritual
pada individu
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan rehabilitasi mental spiritual
pada individu dilakukan sesuai kebutuhan pasien sehingga
kebutuhan mental spiritual pasien terfasilitasi/ terpenuhi.
Angka Kredit : 0,002

44. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala adalah Kegiatan


melakukan tindakan keperawatan kepada pasien untuk
mengatasi gejala-gejala yang muncul sebagai respon terhadap
penyakit, terapi, prosedur diagnostik dan tindakan keperawatan
Bukti Fisik : logbook penatalaksanaan manajemen gejala
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan penatalaksanan
manajemen gejala dilakukan sesuai prosedur sehingga
gejala yang ditemukan pada pasien dapat teridentifikasi dan
diatasi.
Angka Kredit : 0,0027

45. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu adalah


kegiatan menilai hasil tindakan keperawatan dan memantau
perkembangan kesehatan individu
Bukti Fisik : logbook evaluasi tindakan keperawatan pada
individu
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan evaluasi tindakan
keperawatan pada individu dilakukan sesuai SPO sehingga
perkembangan kesehatan individu dapat dinilai
perkembangannya.
Angka Kredit : 0,0015
46. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan
keperawatan sebagai ketua tim/ perawat primer adalah kegiatan
memberikan arahan kepada anggota tim dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada beberapa pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
Bukti Fisik : Logbook pengarahan pelaksanaan
pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan pengarahan pelaksanaan
pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer
dilakukan sesuai prosedur sehingga pelaksanaan asuhan
keperawatan pada beberapa pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dapat dilakuakan sesuai prosedur
Angka Kredit : 0,0026

47. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah


mendokumentasikan seluruh rangkaian kegiatan asuhan
keperawatan dengan benar dan lengkap (pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi baik dalam
bentuk cacatan keperawatan, catatan perkembangan, dan lain
lain) sesuai dengan masalah dan diagnosis yang ditegakkan
yang ditunjukkan laporan dokumentasi asuhan keperawatan
untuk setiap pasien/klien atau keluarga
Bukti Fisik : logbook dokumentasi asuhan keperawatan
Kualitas Hasil Kerja : Pendokumentasian asuhan
keperawatan dilakukan sesuai dengan SPO sehingga
dokumentasi yang dilakukan lengkap.
Angka Kredit : 0,001

• Sub Unsur Pengelolaan Keperawatan


1. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar
shift/ unit/ fasilitas kesehatan adalah melakukan koordinasi dan
pengaturan sumber daya manusia, fasilitas dan segala hal yang
berkaitan dengan kegiatan pelayanan kesehatan dan
keperawatan
Bukti Fisik : Logbook hasil pengorganisasian
pelayanan keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan pengorganisasi pelayanan
keperawatan antar shift/unit/fasilitas kesehatan dilakukan
sesuai dengan SPO sehingga pengaturan sumber daya
manusia, fasilitas dan segala hal yang berkaitan dengan
kegiatan pelayanan kesehatan dan keperawatan dapat
terorganisir.
Angka Kredit : 0,002

2. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka


melakukan fungsi ketenagaan perawat adalah memberikan
penugasan klinik kepada setiap perawat sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang dia miliki
Bukti Fisik : Logbook pemberian penugasan perawat
dalam rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat
Kualitas Hasil Kerja : Pemberian penugasan perawat
dilakukan sesuai dengan prosedur sehingga penugasan
klinik kepada setiap perawat sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang dimiliki perawat.
Angka Kredit : 0,003

3. Melakukan preseptorship dan mentorship adalah kegiatan


memberikan bimbingan dan pendampingan kepada perawat
baru atau perawat yang lebih rendah jenjangnya atau mahasiswa
Keperawatan tentang asuhan dan pelayanan keperawatan
Bukti Fisik : Logbook preseptorship dan mentorship
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan preseptorship dan
mentorship dilakukan sesuai dengan SPO sehingga proses
pendampingan dan bimbingan dapat terlaksana dan
meningkatkan pengetahuan perawat.
Angka Kredit : 0,002

4. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan


keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer adalah kegiatan
memberikan arahan kepada anggota tim dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada beberapa pasien yang menjadi tanggung
jawabnya

Bukti Fisik: Logbook pengarahan pelaksanaan pelayanan


keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer
Kualitas Hasil Kerja: Kegiatan pengarahan pelaksanaan
pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer
dilakukan sesuai prosedur sehingga pelaksanaan asuhan
keperawatan pada beberapa pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dapat dilakuakan sesuai prosedur
Angka Kredit: 0.00026
5. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar
shift/unit/fasilitas Kesehatan adalah melakukan kegiatan
manajemen untuk mengelola pemberian asuhan keperawatan pada
pasien antar shift/ unit/ fasilitas kesehatan
Bukti Fisik: Logbook pengorganisasian pelayanan
keperawatan antar shift/unit/fasilitas Kesehatan
Kualitas Hasil Kerja: terlaksananya kegiatan
pengorganisasian pelayanan keperawatan sehinga kegiatan
asuhan keperawatan dapat dijalankan dengan optimal
Angka Kredit: 0.002
6. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan
fungsi ketenagaan perawat memberikan penugasan klinik kepada
setiap perawat sesuai dengan kompetensi yang dia miliki
Bukti Fisik: logbook pemberian penugasan perawat dalam
rangka melakukan fungsi ketenagaan perawat
Kualitas Hasil Kerja: kegiatan penugasan sesuai
penugasan terlaksana sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan professional.
Angka Kredit: 0.003

7. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala adalah Kegiatan


melakukan tindakan keperawatan kepada pasien untuk mengatasi
gejala-gejala yang muncul sebagai respon terhadap penyakit, terapi,
prosedur diagnostik dan tindakan keperawatan
Bukti Fisik : logbook penatalaksanaan manajemen gejala
Kualitas Hasil Kerja : Kegiatan penatalaksanan
manajemen gejala dilakukan sesuai prosedur sehingga
gejala yang ditemukan pada pasien dapat teridentifikasi dan
diatasi.
Angka Kredit : 0,0027
Sebelum kita mempelajari lebih lanjut materi ini, mari kita peregangan sejenak ya teman-
teman sekitar 10 menit……..

Untuk memperjelas pemahaman butir kegiatan ahli pertama, masri kita simak video
asuhan keperawatan dan pengelolaan keperawatan berikut (tindakan penanganan
kondisi gawat daruat, pengelolaan klien di ruangan)

B. Uraian kegiatan pengembangan profesi


Uraian tugas butir kegiatan pengembangan profesi sebanyak 10
kelompok butir kegiatan, meliputi:
1. Memperoleh ijazah sesuai dengan bidang tugas;
2. membuat karya tulis / karya ilmiah hasil penelitian / pengkajian /survei
/ evaluasi di bidang pelayanan keperawatan baik yang dipublikasikan
maupun yang tidak dipublikasikan;
3. Membuat karya tulis / karya ilmiah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah
hasil gagasan sendiri di bidang pelayanan keperawatan baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan;
4. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan dan atau ulasan
ilmiah dalam pertemuan ilmiah;
5. Membuat artikel di bidang pelayanan keperawatan; menerjemahkan
/ menyadur buku atau karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan
baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan;
6. Membuat buku standar/pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk
teknis di bidang pelayanan keperawatan;
7. Mengikuti pelatihan fungsional, seminar/ lokakarya/ konferensi/
simposium/ studi banding-lapangan;
8. Pelatihan teknis/ magang di bidang pelayanan keperawatan dan
memperoleh sertifikat;
9. Pelatihan manajerial/ sosial kultural terkait tugas Jabatan Fungsional
Perawat dan memperoleh sertifikat;
10. Maintain performance (pemeliharaan kinerja dan target kinerja) dan
kunjungan kerja serta melaksanakan kegiatan lain yang mendukung
pengembangan profesi yang ditetapkan oleh Instansi Pembina di
bidang pelayanan keperawatan.

C. Uraian kegiatan penunjang di bidang keperawatan yang mendukung


pelaksanaan tugas perawat

Uraian tugas kegiatan penunjang di bidang keperawatan yang


mendukung pelaksanaan tugas perawat sebanyak 6 kelompok butir
kegiatan, meliputi:
1. Mengajar / melatih / membimbing yang berkaitan dengan bidang
pelayanan keperawatan,
2. menjadi anggota Tim Penilai/ Tim Uji Kompetensi,
3. melakukan kegiatan yang mendukung pelaksanaan tugas
pelayanan keperawatan,
4. memperoleh penghargaan / tanda jasa satya lancana karya satya
(10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun),
5. penghargaan/ tanda jasa atas prestasi kerjanya (tingkat provinsi,
nasional dan internasional) dan
6. memperolehan gelar kesarjanaan lainnya yang tidak sesuai dengan
tugas bidang Jabatan Fungsional Perawat (untuk Perawat
Ketrampilan: Diploma dan Sarjana; untuk Perawat Keahlian:
Magister dan Doktor).

Untuk lebih memahami butir-butir kegiatan jabatan fungsional perawat, anda


bisa melihat video dalam laman berikut ini
https://drive.google.com/drive/folders/1aJZePpXUpIIVL17sV2YLgFUUpZJ0
ZZSn
SEKARANG SAYA TAHU

◼ Uraian tugas asuhan keperawatan di jenjang Perawat Terampil


sebanyak 18 butir kegiatan dan Perawat Ahli Pertama sebanyak 51
butir kegiatan. Uraian tugas pengelolan keperawatan diberlakukan
bagi Perawat Ahli, untuk Perawat AHLI Pertama sebanyak 4 butir
kegiatan.

◼ Uraian tugas pengembangan profesi keperawatan sebanyak 10


kelompok butir kegiatan, berlaku untuk setiap kategori perawat di
setiap jenjang jabatan.

◼ Uraian tugas penunjang di bidang pelayanan keperawatan sebanyak 6


kelompok butir kegiatan, berlaku untuk setiap kategori di setiap jenjang
jabatan.

Bagaiman saudara-saudara……pejabat fungsional perawat??


Apa yang anda rasakan setelah mempelajari topik ini?

Tentunya senang ya……. karena bertambah pengetahuan dan pemahaman kita dan siap
menjalankan kegiatan sebagai pejabat fungsional perawat…
REFERENSI

BELUM ADA
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Deskripsi Singkat
Daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) Perawat merupakan
dokumen yang wajib disusun oleh Pejabat Fungsional Perawat yang
mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Permenpan RB RI)
Nomor 35 tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat. Materi
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) Jabatan Fungsional
Perawat membahas tentang mekanisme pengusulan kenaikan
jabatan dan pangkat jabatan fungsional perawat, identifikasi bukti
fisik, dan penghitungan angka kredit. Strategi pembelajaran secara
team teaching. Metode pembelajaran dilakukan dengan cara
ceramah interaktif dan latihan membuat DUPAK, yang dilakukan
secara individu. Lama waktu proses pembelajaran 10 jam
pembelajaran (jp).
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK).

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan mekanisme pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat
jabatan fungsional perawat
2. Mengidentifikasi bukti fisik
3. Menghitung angka kredit
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Mekanisme pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat jabatan


fungsional perawat.
2. Identifikasi bukti fisik
3. Penghitungan angka kredit
Peta Modul

Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK)


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Mekanisme Pengusulan Kenaikan Jabatan dan


Pangkat Jabatan Fungsional Perawat

Pendahuluan

Daftar usulan penetapan angka kredit dibuat oleh pejabat fungsional (JF)
Perawat berasal dari kegiatan harian yang direkap dalam formulir harian
(P1). Form harian dibuat setiap kali melakukan kegiatan, serta setiap
bulannya diverifikasi serta ditandatangani oleh yang bersangkutan dan
atasan langsung. Kegiatan harian setiap bulannya direkap kedalam
kegiatan bulanan. Rekap kegiatan bulanan dilaporkan dalam kegiatan
semesteran, untuk selanjutnya diajukan sebagai daftar usulan penetapan
angka kredit (DUPAK).

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
Menjelaskan mekanisme pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat
jabatan fungsional Perawat

Sub Materi Pokok


Materi pokok pertama membahas tentang mekanisme penyusuan
kenaikan jabatan dan pangkat jabatan fungsional Perawat, dengan sub
materi pokok sebagai berikut:
1.1. Daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) dan penetapan
angka kredit (PAK)
1.2. Tata cara pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat
Uraian Materi Pokok 1

1.1. Daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) dan penetapan


angka kredit (PAK)

1) Angka kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan dan


/atau akumulasi nilai dari uraian kegiatan yang harus dicapai oleh
Perawat dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.

2) Daftar usul penetapan angka kredit (DUPAK) adalah


formulir yang berisi keterangan perorangan Perawat dan butir
kegiatan yang dinilai dan harus diisi oleh Perawat dalam rangka
penetapan angka kredit (PAK).

3) Penetapan angka kredit (PAK) adalah formulir yang berisi


keterangan perorangan Perawat dan satuan nilai dari hasil
penilaian butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butur-butir
kegiatan yang telah dicapai oleh Perawat yang telah ditetapkan
oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit.

4) Dokumen adalah surat keterangan yang merupakan hasil


kegiatan pelayanan/pekerjaan dari pejabat fungsional kesehatan
yang telah disahkan oleh atasan langsungnya atau pejabat yang
berwenang.

5) Bukti fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan


kegiatan pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat
fungsional kesehatan sebagai data pendukung dokumen.

6) Butir kegiatan adalah rincian kegiatan pelayanan dari pekerjaan


baik dari unsur utama maupun unsur penunjang yang mengacu
pada Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
jabatan fungsional tertentu.

7) Laporan harian adalah laporan yang dibuat setiap hari


berdasarkan kegiatan yang dilakukan setiap hari dan diketahui
oleh atasan langsungnya.

8) Laporan bulanan adalah laporan yang dibuat setiap bulan


berdasarkan akumulasi hasil kegiatan pelayanan/pekerjaan
sesuai dengan laporan harian, yang disahkan oleh atasan
langsung.

Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 35 tahun 2019 tentang Jabatan fungsional
Perawat dan Angka keditnya menetapkan ketentuan bahwa: Perawat
yang berijazah Ners diangkat ke dalam jabatan fungsional kategori
keahlian dengan jenjang jabatan perawat ahli pertama, menduduki
pangkat Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b. Bagi Perawat
yang berijazah D3 Keperawatan diangkat ke dalam jabatan fungsional
kategori keterampilan dengan jenjang jabatan perawat terampil,
menduduki pangkat Pengatur golongan ruang II/c.

Jenjang jabatan dan pangkat golongan ruang pada kategori


Keterampilan meliputi:
a. Jabatan Jungsional Perawat Terampil:
1) Pangkat Pengatur, ongan ruang II/c
2) Pangkat Pengatut Tingkat I, golongan ruang II/d
b. Jabatan Fungsional Perawat Mahir:
1) Pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a
2) Pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b
c. Jabatan Fungsional Perawat Penyelia:
1) Pangkat Penata, golongan ruang III/c
2) Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d

Jenjang jabatan dan pangkat golongan ruang pada kategori Keahlian


meliputi:
a. Jabatan Fungsional Perawat Ahli Pertama:
1) Pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b
b. Jabatan Fungsional Perawat Ahli Muda:
1) Pangkat Penata, golongan ruang III/c
2) Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d
c. Jabatan Fungsional Perawat Ahli Madya:
1) Pangkat Pembina, golongan ruang IV/a
2) Pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b
3) Pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/c
d. Jabatan Fungsional Perawat Ahli Utama:
1) Pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d
2) Pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e
Target angka kredit bagi Perawat kategori keteramilan setiap tahunnya
minimun:
a. 5 untuk Perawat Terampil
b. 12,5 untuk Perawat Mahir
c. 25 untuk Perawat Mahir

Target angka kredit bagi Perawat kategori keahlian setiap tahunnya


minimum:
a. 12.5 untuk Perawat Ahli Pertama
b. 25 untuk Perawat Ahli Muda
c. 37,5 untuk Perawat Ahli Madya
d. 50 untuk Perawat Ahli Utama

Capaian angka kredit yang dapat diusulkan ditetapkan maksimum


150% dari target angka kredit. Daftar usulan penetapan angka kredit
(DUPAK) dibuat oleh pejabat fungsional (JF) Perawat berasal dari
kegiatan harian yang direkap dalam formulir harian (P1). Form harian
dibuat setiap kali melakukan kegiatan, serta setiap bulannya
diverifikasi serta ditandatangani oleh yang bersangkutan dan atasan
langsung. Kegiatan harian setiap bulannya direkap kedalam kegiatan
bulanan. Rekap kegiatan bulanan dilaporkan dalam kegiatan
semesteran, untuk selanjutnya diajukan sebagai daftar usulan
penetapan angka kredit (DUPAK).
1.2. Tata cara pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat

1.2.1. Pengertian
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas
prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap
Negara.
Tata cara pengajuan DUPAK adalah teknik/cara mengajukan
angka kredit yang telah disusun dalam bentuk DUPAK yang telah
dilakukan oleh pejabatan fungsional kesehatan tertentu. Kenaikan
jabatan fungsional sangat ditentukan oleh seberapa banyak jumlah
kumulatif angka kredit yang berhasil dikumpulkan. Pengumpulan
angka kredit yang dilakukan setiap hari dituliskan dalam format
laporan harian, bulanan dan semesteran.
1.2.2. Mekanisme Pengajuan DUPAK
Pengusulan penetapan angka kredit (PAK) Perawat berdasarkan
Permenpan RB Nomor 35 tahun 2019 tentang Pejabat Fungsiona
Perawat dapat diajukan oleh:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi pelayanan
keperawatan atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan Instansi
Pembina kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang
membidangi pelayanan keperawatan atau Pejabat Pimpinan
Tinggi Madya lain yang ditunjuk pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di Perawat kesehataan
untuk Angka Kredit bagi Perawat Ahli Utama di lingkungan
Instansi Pemerintah.
b. Pimpinan Unit Kerja/ Unit Pelaksana Teknis atau Pejabat lain yang
membidangi kepegawaian atau Pelayanan Keperawatan atau
Pejabat yang ditunjuk pada Instansi Pemerintah paling rendah
Pejabat Administrator, kepada Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama
yang membidangi kesekretariatan atau Pelayanan Keperawatan
atau Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang ditunjuk pada
Instansi Pemerintah untuk Angka Kredit bagi Perawat Ahli Madya
di lingkungan Instansi Pemerintah
c. Pimpinan Unit Kerja/ Unit Pelaksanan Teknis Pejabat lain yang
membidangi kepegawaian atau Pelayanan Keperawatan atau
Pejabat yang ditunjuk pada Instansi Pemerintah, paling rendah
Pejabat Administrator, kepada Pejabat Tinggi Pratama yang
membidangi Pelayanan Keperawatan atau Pejabat Tinggi
Pratama yang ditunjuk pada Instansi Pemerintah untuk Angka
Kredit bagi Perawat Ahi Pertama, Perawat Ahli Muda, dan
Perawat Kategori Keterampilan di lingkungan Instansi
Pemerintah.
A. Tata cara kenaikan jabatan dan pangkat
a. Kementerian Kesehatan
1) Kenaikan Jabatan
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
untuk pengusulan kenaikan Pejabat Fungsional
Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
yang bersangkutan mengusulkan kepada unit Eselon I
yang membawahi unit kerja/UPT yang bersangkutan
melalui unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian pada unit
Eselon I yang membawahi unit kerja/UPT yang
bersangkutan memeriksa persyaratan dan
kelengkapan berkas yang diperlukan dan disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal melalui Biro Kepegawaian
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.
d) Biro Kepegawaian memeriksa kembali berkas
pengusulan kenaikan jabatan untuk selanjutnya
memproses surat keputusan kenaikan jabatan.
e) Surat keputusan kenaikan jabatan Pejabat Fungsional
Perawat ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
pejabat lain yang ditunjuk oleh Menteri.
f) Surat keputusan kenaikan jabatan asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Kepala KPPN,
pimpinan unit Eselon I yang membawahi unit
kerja/UPT yang bersangkutan, pimpinan unit
kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.
2) Kenaikan Pangkat
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
untuk pengusulan kenaikan pangkat Pejabat
Fungsional Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja/UPT Kementerian Kesehatan
yang bersangkutan mengusulkan kepada unit Eselon I
yang membawahi unit kerja/UPT yang bersangkutan
melalui unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian pada unit
Eselon I yang membawahi unit kerja/UPT yang
bersangkutan memeriksa persyaratan dan
kelengkapan berkas yang diperlukan dan disampaikan
kepada Sekretaris Jenderal melalui Biro Kepegawaian
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan.
d) Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan mengusulkan nota persetujuan ke Badan
Kepegawaian Negara.
e) Surat keputusan kenaikan pangkat asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Kepala KPPN,
pimpinan unit Eselon I yang membawahi unit
kerja/UPT yang bersangkutan, pimpinan unit
kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.

b. Kementerian/Lembaga selain Kementeraian Kesehatan


1) Kenaikan Jabatan
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja untuk pengusulan kenaikan
Jabatan Fungsional Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja yang bersangkutan mengusulkan
kenaikan jabatan kepada Pimpinan Instansi melalui
unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian Instansi,
memeriksa berkas usulan kenaikan jabatan dan
berkas yang memenuhi persyaratan disampaikan
kepada Pimpinan Instansi.
d) Surat keputusan kenaikan jabatan asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, Kepala KPPN,
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, pimpinan
unit kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.

2) Kenaikan Pangkat
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan Unit Kerja untuk pengusulan kenaikan
pangkat Pejabat Fungsional Perawat.
b) Pimpinan Unit Kerja yang bersangkutan mengusulkan
kenaikan pangkat kepada Pimpinan Instansi melalui
unit kerja yang membidangi kepegawaian.
c) Unit Kerja yang membidangi kepegawaian Instansi,
memeriksa berkas usulan kenaikan pangkat dan
berkas yang memenuhi persyaratan disampaikan
kepada Pimpinan Instansi.
d) Unit Kerja yang membidangi kepegawaian Instansi
mengusulkan nota persetujuan ke Badan
Kepegawaian Negara.
e) Surat keputusan kenaikan pangkat asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala BKN, Pejabat yang
berwenang menetapkan angka kredit, Kepala KPPN,
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, pimpinan
unit kerja/UPT dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.

c. Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota


1) Kenaikan Jabatan
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan UPTD/LTD untuk pengusulan kenaikan
jabatan Pejabat Fungsional Perawat.
b) Pimpinan UPTD/LTD yang bersangkutan
mengusulkan kenaikan jabatan kepada Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota melalui unit kerja yang
membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian di Dinas
yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota memeriksa berkas usulan
kenaikan jabatan dan berkas yang memenuhi
persyaratan disampaikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
d) Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Pejabat
Fungsional Perawat ditetapkan oleh Gubernur/
Bupati/Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk.
e) Surat keputusan kenaikan jabatan asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala Kantor Regional BKN,
Kepala BKD Provinsi/Kabupaten/Kota, Unit Kerja
yang membidangi Kepegawaian di
Provinsi/Kabupaten/Kota, Pejabat yang berwenang
menetapkan Angka Kredit, Kepala KPPN, Kepala
Biro/Kepala Bagian Keuangan Daerah, Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan, Pimpinan
UPTD/LTD dan pembuat daftar gaji PNS yang
bersangkutan.

2) Kenaikan Pangkat
a) Pejabat Fungsional Perawat melengkapi dan
menyerahkan berkas yang dipersyaratkan kepada
Pimpinan UPTD/LTD untuk pengusulan kenaikan
pangkat Pejabat Fungsional Perawat.
b) Pimpinan UPTD/LTD yang bersangkutan
mengusulkan kenaikan pangkat kepada Kepala Dinas
yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota melalui unit kerja yang
membidangi kepegawaian.
c) Unit kerja yang membidangi kepegawaian di Dinas
yang membidangi kesehatan di
Provinsi/Kabupaten/Kota memeriksa berkas usulan
kenaikan pangkat dan berkas yang memenuhi
persyaratan disampaikan kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
d) Surat keputusan kenaikan pangkat asli disampaikan
kepada PNS yang bersangkutan, tembusan
disampaikan kepada Kepala Kantor Regional BKN,
Kepala BKD Provinsi/Kabupaten/Kota, Unit Kerja
yang membidangi Kepegawaian di
Provinsi/Kabupaten/Kota, Pejabat yang berwenang
menetapkan Angka Kredit, Kepala KPPN setempat,
Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Daerah,
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan,
Pimpinan UPTD/LTD dan pembuat daftar gaji PNS
yang bersangkutan.
Kenaikan pangkat Perawat dapat dipertimbangkan apabila:
1) Paling singkat 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir
2) Memenuhi angka kredit kumulatif yang ditentukan untuk
kenaikan pangkat setingkat lebih inggi
3) Setiap unsur penilaian kinerja paling rendah bernilai baik
dalam 2 (dua tahun terakhir

Prosedur penilaian angka kredit jabatan fungsional Perawat


pangkat Pengatur II/c sampai dengan Pembina Utama IV/e
sebagai berikut:
Prosedur Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Perawat
Pangkat Pengatur II/c s.d. Pembina Utama Pangkat IV/e
Keterangan:
1) Perawat menyiapkan bahan/berkas dan menuangkan angka kredit ke
dalam DUPAK dilengkapi dengan bukti-bukti fisik untuk diverifikasi
oleh tim verifikasi yang ditunjuk oleh lembaga masing-masing.
Bahan/berkas dan DUPAK tersebut disampaikan kepada salah satu
Pimpinan Instansi berikut ini:
a) Unit Kerja di Kemenkes
b) UPT Kemenkes
c) Instansi pada Kementerian/Lembaga Pemerintah non
Kementerian selain Kementerian Kesehatan
d) Dinas Kesehatan Provinsi
e) Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
f) Unit Kerja di Provinsi
g) Unit Kerja di Kabupaten/Kota
2) Pimpinan menyampaikan bahan/berkas usulan kepada Sekretariat
Tim Penilai Angka Kredit (TPAK).
3) Sekretariat TPAK mendistribusikan bahan/berkas usulan yang sudah
lengkap kepada TPAK
Berkas usulan yang tidak lengkap diberitahukan kepada Perawat
melalui Pimpinan untuk dilengkapi.
4) TPAK menyerahkan kembali hasil penilaian angka kredit kepada
Sekretariat TPAK untuk dituangkan ke dalam format PAK.
5) Sekretariat TPAK menyampaikan PAK kepada Pimpinan bagi
Perawat yang memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan
setingkat lebih tinggi.
DUPAK yang belum memenuhi syarat dibuatkan surat keterangan
hasil penilaian angka kredit dan dikirim kepada Perawat yang
bersangkutan melalui Pimpinan.
6) Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit menetapkan PAK
Perawat yang memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat/jabatan
setingkat lebih tinggi. PAK Asli disampaikan kepada Kepala Badan
Kepegawaian Negara/Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian
Negara.
Tembusan disampaikan kepada: Perawat yang bersangkutan,
Pimpinan Unit Kerja, Kepala Biro Kepegawaian/Badan Kepegawaian
Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota, Sekretariat TPAK yang
bersangkutan dan pejabat lain yang dianggap perlu.

Mekanisme penetapan angka kredit akan dijabarka dalam skema pada


masing-masing tingkatan sebagai berikut:

Mekanisme penetapan angka kredit dan SK Jabatan Fungsional


Perawat yang PBak-nya di Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota
Langkah – langkah:

1) Dupak diusulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat Tim Penilai


Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
Februari/Agustus.

2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota melakukan


verifikasi untuk mengecek kelengkapan dokumen dan melakukan
Persiapan Sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
Februari/Agustus.

3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota menyelesaikan Penilaian


PAK selambat-lambatnya akhir bulan Februari/Agustus.

4) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota menyelesaikan


SK PAK dan mengusulkan pembuatan SK Jabatan Fungsional ke Biro
Kepegawaian/BKD selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
Maret/September.

5) Biro Kepegawaian/BKD menyelesaikan SK Jabatan Fungsional yang


telah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Maret/September.

6) Usul Kenaikan Pangkat ke Biro Kepegawaian/BKD selambat-


lambatnya akhir Maret/September.

7) Apabila DUPAK yang masuk ke Sekretariat Tim Penilai Dinas


Kesehatan Prop/Kab/Kota telah melampaui tanggal 20 Februari/
Agustus, maka DUPAK akan diproses untuk periode berikutnya.
Mekanisme Penetapan AK dan SK Jabatan Fungsional Perawat yang
PBAK-nya di Pusat sebagai Pembina Jabatan Fungsional Perawat
Jenjang Madya ke atas atau PNS DPK di Daerah, sebagai berikut:

Langkah-langkah :

1) Dupak diusulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat Tim Penilai


Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
Februari/Agustus.

2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota melakukan


verifikasi untuk mengecek kelengkapan dokumen dan melakukan
Persiapan Sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
Februari/Agustus.

3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota meneruskan DUPAK ke


Sekretariat Tim Pusat selambat-lambatnya akhir bulan Februari/
Agustus.

4) Sekretariat Tim Pusat melakukan verifikasi untuk mengecek


kelengkapan dokumen DUPAK dan melakukan Persiapan Sidang Tim
Penilai selambat-lambatnya tanggal 10 bulan Maret/September.
5) Tim Penilai Pusat melakukan Penilaian DUPAK yang telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-lambatnya
tanggal 20 bulan Maret/September.

6) Sekretariat Tim Pusat mengirim PAK yang telah selesai ke Biro


Kepegawaian/BKD Selambat-lambatnya akhir bulan
Maret/September untuk dibuatkan SK JF dan Proses KP.

7) Apabila DUPAK yang masuk ke Sekretariat Tim Pusat telah melampaui


bulan Februari/Agustus maka DUPAK akan diproses untuk periode
berikutnya.

Mekanisme Penilaian Angka Kredit & Sk JF yang PBAK-nya di UPT


Kementerian Kesehatan

P.B.A.K
Pim. UPT Kemkes

Atasan langsung Pejabat Set. Tim Tim


Penilai UPT Penilai

Biro Kepegawaian Tim


Yg terkait Teknis
SK Tunjab
Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit (sesuai kewenangan
yang tercantum dalam Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara masing-masing Jabatan Fungsional (JF) Kesehatan.

1) Instansi Pusat

Kementerian Kesehatan atau Pejabat lain yang ditunjuk selaku


Pembina JF Kesehatan, secara umum Menetapkan PAK JF baik bagi
PJF Pusat/Daerah/Instansi.

2) Instansi Daerah Propinsi

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atau Pejabat lain yang ditunjuk


untuk penetapan angka kredit (PAK) JF Jenjang Terampil (Pemula
sampai dengan Penyelia) dan Jenjang Ahli (Pertama dan Muda) yang
bekerja pada sarana kesehatan di Propinsi.

3) Instansi Daerah Kabupaten/Kota


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Pejabat lain yang ditunjuk bagi JF
Jenjang Terampil (Pelaksana Pemula sampai dengan Penyelia) dan Jenjang Ahli
(Pertama dan Muda) yang bekerja pada sarana kesehatan di Kab/Kota
Setelah memahami tata cara kenaikan jabatan dan pangkat,
mari kita lanjutkan mempelajarai tentang Tata Cara
Pengajuan Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK)

B. Tata Cara Pengajuan Usulan Penetapan Angka Kredit.


a. Pejabat Fungsional Perawat yang bersangkutan mencantumkan
perkiraan angka kredit prestasi kerja ke dalam formulir DUPAK
Jabatan Fungsional Perawat berikut kelengkapannya untuk
disampaikan kepada Kepala Unit Kerja yang bersangkutan.
b. Kepala Unit Kerja yang bersangkutan di bantu oleh Sekretariat Tim
Penilai untuk meneliti ulang kebenaran DUPAK berikut
kelengkapannya.
c. DUPAK diajukan dengan surat pengantar dari pejabat sebagai
berikut:
1) Pejabat paling rendah Administrator (pejabat eselon III) yang
membidangi kepegawaian kepada Direktur Rumah Sakit atau
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
2) Pejabat paling rendah Administrator (pejabat setara eselon III)
yang membidangi kepegawaian kepada Direktur Rumah Sakit atau
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya di lingkungan
Instansi Pusat selain Kementerian Kesehatan.
3) Direktur Rumah Sakit/Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau pejabat
yang ditunjuk oleh Gubernur di Provinsi.
4) Direktur Rumah Sakit/Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lainnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
pejabat yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota.
d. Pengajuan usulan penetapan angka kredit harus telah sampai kepada
pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit paling lambat:
1) Tanggal 15 Juni bagi Pejabat Fungsional Perawat yang akan naik
jabatan/pangkat pada periode Oktober tahun yang bersangkutan.
2) Tanggal 15 Desember bagi Pejabat Fungsional Perawat yang akan
naik jabatan/pangkat pada periode April tahun berikutnya.

e. DUPAK diajukan oleh Pejabat Fungsional Perawat yang


bersangkutan.
1) Penilaian dilakukan 2 (dua) kali dalam satu tahun yaitu pada bulan
Januari untuk usul kenaikan pangkat periode bulan April dan pada
bulan Juli untuk usul kenaikan pangkat periode bulan Oktober.
2) DUPAK yang diajukan harus dilengkapi dengan bukti fisik yang
diperlukan untuk penilaian seperti :
a) Fotokopi ijazah
b) Fotokopi Kartu Pegawai
c) Fotokopi STTPP/Sertifikat
d) Fotokopi SK Jabatan Fungsional Perawat terakhir
bagi yang telah menduduki Jabatan Fungsional
Perawat
e) Fotokopi SK kenaikan pangkat bagi PNS yang
pernah naik pangkat
f) Fotokopi SK CPNS
g) Fotokopi SK PNS
h) Fotokopi STR Perawat yang masih berlaku
i) Lobook harian, bulanan, dan laporan kegiatan
3) Bukti-bukti lainnya, misalnya karya tulis, sertifikat dan lain-lain.
4) Perbandingan jumlah angka kredit dari unsur utama dan unsur
penunjang adalah :
a) Paling kurang 80% (delapan puluh persen) angka kredit
berasal dari unsur utama. dan
b) Paling banyak 20% (dua puluh persen) angka kredit berasal
dari unsur penunjang
SEKARANG SAYA TAHU

Daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) adalah formulir yang berisi
keterangan perorangan Perawat dan butir kegiatan yang dinilai dan harus
diisi oleh Perawat dalam rangka penetapan angka kredit (PAK). DUPAK,
PAK dan dokumen pendukung merupakan persayaratan yang wajib
dipenuhi oleh seorang Perawat sebagai dasar untuk pengusulan kenaikan
jabatan dan pangkat jabatan fungsional Perawat.

Peregangan dulu yoook…… biar ga jenuh (silahkan buka link dibawah ini)

https://www.youtube.com/watch?v=dexpMeQVpFk
Materi Pokok 2

Identifikasi Bukti Fisik

Pendahuluan

Bukti fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan kegiatan
pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat fungsional Pearwat,
sebagai data dukung. Bukti fisik merupakan kelengkapan dokumen dalam
pengajuan daftar usulan penetapan angka kredit. Unsur-unsur yang harus
dipenuhi pada bukti fisik meliputi kecukupan, validitas, keaslian dan
kekinian.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat mengidentifikasi
bukti fisik.

Sub Materi Pokok


Materi pokok pertama membahas tentang identifikasi bukti fisik
dengan sub materi pokok sebagai berikut:
1.1. Kecukupan bukti fisik
1.2. Validitas, keaslian, dan kekinian bukti fisik
Uraian Materi Pokok 2

2.1. Kecukupan Bukti Fisik


Kelengkapan pengajuan usulan penilaian angka kredit harus dapat
memenuhi persyaratan kecukupan bukti fisik. Setiap Pejabat
Fungsional Perawat berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan yang
dituangkan dalam Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
wajib mengusulkan paling kurang satu kali dalam satu tahun dengan
melampirkan bukti-bukti sebagai berikut:
a. Salinan/fotokopi nilai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) tahun
terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
b. Salinan/fotokopi surat keputusan kenaikan jabatan dan pangkat
terakhir yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
c. Salinan/fotokopi surat keputusan terakhir tentang pengangkatan
pertama/pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional
Perawat yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
d. Salinan/fotokopi penetapan angka kredit (PAK) terakhir yang
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
e. Bukti fisik hasil pelaksanaan tugas sebagai Jabatan Fungsional
Perawat: logbook, laporan kegiatan, dll.

Lampiran – lampiran yang menyertai DUPAK sebagai persyaratan


merupakan hal penting dalam memberikan penilaian, seperti:
1) Lampiran DUPAK terkait administrasi :
a. Surat Keputusan (SK) Pengangkatan pertama sebagai pejabat
fungsional Perawat untuk tenaga fungsional yang baru
mengajukan DUPAK kenaikan jabatan atau pangkat.
b. SK jabatan atau pangkat terakhir.
2) Lampiran berkas terkait dengan penetapan angka kredit sebagai
bukti fisik yang meliputi:
a. Pendidikan, dokumen yang harus ada :
(1) Fotocopy surat izin mengikuti pendidikan di luar kedinasan
atau surat keputusan penugasan belajar bagi yang tugas
belajar.
(2) Fotocopy ijazah yang disahkan/dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang berdasarkan ketentuan pendidikan nasional.
(3) Fotocopy surat keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang
persamaan ijazah untuk ijazah yang diperoleh dari luar
negeri.

b. Pelatihan, dokumen yang harus ada :


Fotocopy dari STTPL/sertifikat yang disahkan oleh penyelenggara
diklat atau pejabat pengelola kepegawaian.
c. Kegiatan pelayanan keperawatan (perencanaan keperawatan,
pelaksanaan pelayanan keperawatan, pelaporan dan evaluasi
pelayanan keperawatan), dokumen yang harus ada:
(1) Laporan harian yang disahkan oleh atasan langsungnya
(2) Laporan bulanan yang disahkan oleh atasan
langsungnya.
(3) Dokumen pendukung lainnya.
(4) Bukti fisik hasil kegiatan: logbook, laporan kegiatan
d. Pengembangan profesi (pembuatan karya tulis/ karya ilmiah/
buku/ pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis/
terjemaahan/ saduran di bidang pelayanan keperawatan,
dokumen yang harus ada:
(1) Buku/ pedoman/ petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis/
terjemaahan/ saduran/ buku yang telah disahkan atau
ditandatangani oleh atasan langsung unit kerja.
(2) Karya tulis/ karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal,
mencantumkan URL.
e. Pengabdian masyarakat, dokumen yang harus ada:
(1) Surat penugasan yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang menugaskan dilokasi pengabdian.
(2) Log book/ laporan kegiatan
f. Kegiatan penunjang tugas meliputi :
(1) Pengajar/ pelatih/ penyuluh/ pembimbing di bidang
pelayanan keperawatan
• Fotocopy surat dari penyelenggara yang disertai jadwal
diklat.
(2) Peran serta dalam seminar/ lokakarya/ konferensi/
pertemuan ilmiah di bidang pelayanan keperawatan,
dokumen yang harus ada:
• Fotocopy sertifikat seminar, lokakarya, konferensi atau
kongres
(3) Keanggotaan dalam organisasi profesi Perawat, dokumen
yang harus ada :
• Fotocopy kartu anggota aktif;
• Surat keputusan dari organisasi profesi, jika pejabat
fungsional kesehatan yang bersangkutan merupakan
pengurus organisasi profesi tersebut.
(4) Keanggotaan dalam Tim Penilai Angka Kredit Jabatan
Fungsional Perawat, dokumen yang harus ada :
• Fotocopy SK Tim Penilai yang dilegalisir asli oleh
pejabat kepegawaian.
(5) Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya, dokumen yang
harus ada:
• Fotocopy surat izin mengikuti pendidikan di luar
kedinasan.
• Fotocopy ijazah yang disahkan/dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang berdasarkan ketentuan pendidikan
nasional.
• Fotocopy Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang
persamaan ijazah untuk ijazah yang diperoleh dari luar
negeri.
(6) Memperoleh penghargaan/tanda jasa, dokumen yang
diperlukan:
• Fotocopy piagam penghargaan/tanda jasa yang
disahkan oleh pejabat yang menangani kepegawaian.

2.2. Validitas, Keaslian, dan Kekinian Bukti Fisik

Bukti fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan kegiatan
pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat fungsional Perawat,
sebagai data pendukung dokumen. Data pendukung dokumen yang
disajikan harus memenuhi unsur validitas, keaslian dan kekinian
a. Validitas
Validitas berarti dapat menunjukkan bukti-bukti dokumen yang
sah dan tepat. Dokumen yang disajikan sebagai bukti data dukung
telah diverifikasi oleh atasan langsung, ditandai dengan tanda
tangan atasan langsung (Pejabat yang berwenang) dan dicap
basah Instansi/Unit kerjanya. Jika dokumen dalam bentuk
fotocopy diberi legalisir dan dibubuhi stempel basah.

b. Keaslian bukti fisik


Bukti fisik asli (otentik) merupakan dokumen yang dapat diketahui
apa isinya, kepemilikannya, serta dapat diketahui kapan
diterbitkan dan diciptakan oleh siapa. Untuk menjamin keaslian
dokumen, dapat dipastikan bahwa dokumen diciptakan oleh
pencipta yang sah dan teridentifikasi, serta dokumen tersebut
terlindungi dari penambahan-penambahan isi, penghapusan, dan
pengubahan secara tersembunyi (illegal) oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab (Kennedy, 1998).

c. Kekinian bukti fisik


Bukti fisik yang diajukan masih berlaku dan terkini sesuai
ketentuan.
Contoh dokumen yang memenuhi validitas, keaslian dan kekinian.

Fotocopy Ijazah S1 yang telah dilegalisir


Fotocopy Ijazah Profesi yang telah dilegalisir
Scan Surat Tanda Registrasi (STR) Perawat asli

Scan Sertifikat Pelatihan asli yang masih berlaku (kekinian)


LOGBOOK KEGIATAN KEPERAWATAN
SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN ASUHAN/PELAYANAN KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/golongan ruang/TMT :
Jabatan :
Unit kerja :

Menyatakan bahwa:

Nama :
NIP :
Pangkat/golongan ruang/TMT :
Jabatan :
Unit kerja :

Telah melakukan kegiatan Perawat, sebagai berikut:

Jumla
Jumlah Angk
Uraian Satua h Keteranga
N Tangg Volume a
Kegiata n Angka n/
o al Kegiata Kredi
n Hasil Kredi bukti fisik
n t
t
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
4.
5.
ds
t

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana


mestinya
..........., ........................
Atasan Langsung
NIP......................
SURAT PERNYATAAN
MELAKUKAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
NIP :
Pangkat/golongan ruang/TMT :
Jabatan :
Unit kerja :

Menyatakan bahwa:

Nama :
NIP :
Pangkat/golongan ruang/TMT :
Jabatan :
Unit kerja :

Telah melakukan kegiatan Perawat, sebagai berikut:

Jumla
Jumlah Angk
Uraian Satua h Keteranga
N Tangg Volume a
Kegiata n Angka n/
o al Kegiata Kredi
n Hasil Kredi bukti fisik
n t
t
1 2 3 4 5 6 7 8
1.
2.
3.
4.
5.
ds
t
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
..........., ........................
Atasan Langsung

NIP......................
SEKARANG SAYA TAHU

Dokumen bukti fisik harus memenuhi unsur kecukupan, vaiditas, dan


kekinian. Bukti fisik dikatakan telah memenuhi unsur kecukupan apa bila
jenis dokumen telah sesuai yang dipersyaratkan. Dikatakan valid apabila
dapat menunjukkan bukti-bukti dokumen yang sah dan tepat. Keaslian
bukti fisik dapat diketahui dari apa isinya, kepemilikan, serta diketahui
kapan diterbitkan, dan diciptakan oleh siapa.
Materi Pokok 3

Perhitungan Angka Kredit

Pendahuluan

Angka kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan dan merupakan
akumulasi nilai dari uraian kegiatan yang harus dicaai oleh Perawat dalam
rangka pembinaan karier. Penghitungan angka kredit diawali dari
pengisian form laporan kegiatan harian, bulanan, semesteran hingga
daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK). DUPAK sebagai dasar
penetapan angka kredit (PAK), yang selanjutnya digunakan dalam proses
pengusulan kenaikan jabatan dan pangkat pejabat fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta dapat menghitung angka
kredit.

Sub Materi Pokok


Materi pokok pertama membahas tentang penghitungan angka
kredit dengan sub materi pokok sebagai berikut:
3.1. Pengisian daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK)
3.2. Penghitungan angka kredit
Uraian Materi Pokok 3

3.1. Pengisian DUPAK


a. Pengisian Laporan Harian
Kegiatan pejabat fungsional Perawat yang dilakukan setiap hari
mencakup seluruh unsur utama dan penunjang. Pengisian format
harian berdasarkan logbook, dituliskan setiap hari sesuai kedalam
format. Pada akhir bulan jumlah kegiatan dijumlahkan secara
kumulatif dan dihitung angka kreditnya.
Form laporan harian terdiri dari 9 bagian meliputi: judul form sesuai
dengan kategori jabatan, identitas, nomor kegiatan, uraian
kegiatan tugas, bobot tangka kredit, tanggal dalam satu bulan,
jumlah kegiatan dalam 1 bulan, jumlah angka kredit dalam 1 bulan,
serta pengesahan berupa tanda tangan Perawat yang
bersangkutan dan atasan langsung. Contoh form laporan harian
ada pada penugasan MPI. 4
b. Pengisian Laporan Bulanan
Laporan bulanan merupakan rekapan kegiatan harian yang sudah
dijumlahkan dalam 1 (satu) bulan, dimasukkan ke dalam form
laporan bulan. Form laporan bulan terdiri dari 6 bulan (satu
semester); bulan Januari sampai dengan Juli, dan bulan Juli
sampai dengan Desember. Dalam form laporan bulanan terdiri dari:
1) judul form, 2) identitas yang meliputi: nama, NIP, jabatan,
pangkat/golongan, unit organisasi, Kabupaten/Kota, dan unit kerja,
3) kolom terdiri form terdiri dari: nomor, unsur, sub unsur, uraian
kegiatan/tugas, hasil kerja/output, angka kredit, pelaksana tugas
jabatan, jumlah prestasi kerja bulanan, jumlah kegiatan, dan jumlah
angka kredit.

Pengisian kolom form laporan bulanan kegiatan pelayanan


keperawatan pada unsur, sub unsur, dan uraian kegiatan/tugas
disesuaikan berdasarkan jenjang jabatan. Hasil kerja/output dan
angka kredit (bobot) sesuai ketentuan butir-butir kegiatan pada
Permen PAN RB Nomor 35 tahun 2019. Jumlah prestasi kerja
bulanan merupakan jumlah kegiatan perbulan, diisikan selama 6
bulan (1 semester). Jumlah kegiatan adalah rekap dari kegiatan
selama 6 bulan. Jumlah angka kredit merupakan hasil perkalian
jumlah kegiatan selama 6 bulan dikalikan angka kredit (bobot).
Sebagai pengesahan, form laporan bulanan ditandatangani oleh
atasan langsung (Kepala Ruangan/Head Nurse). Contoh form
laporan bulanan kegiatan pelayanan keperawatan ada pada form
penugasan MPI.4
c. Pengisian Laporan 6 Bulan (Semester)
Laporan semesteran merupakan rekap angka kredit dalam 6
bulan (satu semester) yaitu bulan Januari s/d Juni dan bulan Juli
s/d Desember, yang disebut dengan form daftar usulan penetapan
angka kredit. Dalam form daftar usulan angka kredit terdapat
keterangan perorangan yang wajib diisi meliputi: nama, NIP,
nomor seri kertu pegawai (Karpeg), tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, Pendidikan, pangkat/ golongan/ TMT, jabatan Perawat,
masa kerja golongan lama dan baru, serta unit kerja.

Terdapat 11 kolom terdiri dari; nomor, unsur yang dinilai (unsur,


sub unsur, dan butir kegiatan), satuan hasil, angka kredit,
pelaksana kegiatan, angka kredit menurut instansi pengusul:
lama, baru dan jumlah, serta angka kredit menurut tim penilai:
lama, baru dan jumlah. Pada kolom unsur yang dinilai meliputi
unsur: Pendidikan, pelayanan keperawatan, pengembangan
profesi, serta penunjang kegiatan analisis dan pelayan. Masing-
masing unsur terdiri dari bebrapa sub unsur dan butir-butir
kegiatan yang disesuaikan dengan capaian yang dilakukan oleh
pejabat fungsional dalam 6 bulan (1 semester).

Form daftar usulan penetapan angka kredit (DUPAK) ditandatangi


oleh Pejabat pengusul dan dua tim penilai yaitu Ketua Tim Penilai
dan Pejabat Penilai. Contoh form daftar usulan penetapan angka
kredit (DUPAK) ada pada form penugasan MPI.4
3.2. Penghitungan angka kredit
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengajuan DUPAK
adalah:
1) Pengumpulan angka kredit dari unsur utama minimal 80 % dari
total jumlah angka kredit kumulatif yang harus dikumpulkan
untuk naik ke jabatan setingkat di atasnya, dan angka kredit dari
unsur penunjang maksimal 20 % dari total jumlah angka kredit
yang harus dikumpulkan untuk naik ke jabatan setingkat di
atasnya.
2) Perawat yang melaksanakan kegiatan Perawat satu tingkat di
atas jenjang jabatannya, Angka Kredit yang diperoleh ditetapkan
sebesar 80% (delapan puluh persen) dari Angka Kredit setiap
butir kegiatan. Dan Perawat yang melaksanakan kegiatan
Perawat satu atau dua tingkat di bawah jenjang jabatannya,
Angka Kredit yang diperoleh ditetapkan sebesar 100% (sertaus
persen) dari Angka Kredit setiap butir kegiatan.
3) Telah memenuhi jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk
kenaikan jabatan/pangkat setingkat lebih tinggi.
4) Diterima sesuai jadwal yang ditetapkan, selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan sebelum periode kenaikan pangkat. Kenaikan
pangkat periode April, angka kreditnya ditetapkan selambat-
lambatnya pada bulan Januari tahun yang bersangkutan,
sedangkan kenaikan pangkat periode Oktober, angka kreditnya
ditetapkan selambat- lambatnya pada bulan Juli.
5) Dilengkapi bukti fisik antara lain : Fotokopi Ijazah, STTPL,
Pengembangan Profesi dan Kegiatan Penunjang.
6) DUPAK yang lengkap diverifikasi terlebih dahulu sebelum
diserahkan kepada Sekretariat Tim Penilai.
Silahkan buka link excelnya, perhatikan dengan baik laporan harian,
bulanan, dan semesterannya.
SEKARANG SAYA TAHU

Penghitungan angka kredit diawali dari log book, mulai dari pengisian
laporan harian, laporan bulanan, sampai dengan laporan enam (6) bulanan
(semester). Untuk mengurangi kesalahan dalam memasukkan data
kelaporan harian, bulanan dan enam bulanan (semesteran) sebaiknya
menggunakan excel dengan penghitungannya menggunakan rumus.
Dibuat terhubung (link) antara laporan harian ke laporan bulanan, hingga
ke laporan enam bulanan (semesteran).

Usulan angka kredit untuk kenaikan jabatan setinggat di atasnya,


pengumpulan angka kredit dari unsur utama minimal 80%, dan unsur
penunjang maksimal 20% dari total angka kredit kumulatif yang harus
dikumpulkan.

Perawat yang melaksanakan dkegiatan satu tingkat di atas jenjang


jabatannya, angka kredit yang diperoleh sebesar 80%. Bila mengerjakan
satu atau dua tingkat di bawah jenjang jabatannya, diperoleh 100%

Tutorial Penyusunan
DUPAK.mp4

Praktik penyusunan daftar usulan angka kredit (DUPAK) dapat dilihat pada
panduan praktik (terlampir).
REFERENSI

1. Peratuaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 35


Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat
2. Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor Tahun 2021 tentang
Petunjuk Teknis Jabfung Perawat
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Bapak/Ibu masih ingat tentang Perencanaan dan pengembangan


karier ASN ? Tentunya sudah dibahas secara singkat pada
materi sebelumnya. Berdasarkan Undang Undang nomor 5 tahun
2014 tentang ASN bahwa pengembangan karier ASN merupakan
bagian integral dari manajemen ASN. Dalam ilmu manajemen sumber
daya manusia diketahui bahwa karier adalah seluruh pekerjaan atau
jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja
seseorang. Karier merupakan suatu urutan promosi atau pemindahan
ke jabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab. Suatu karier
mencerminkan perkembangan pegawai secara individu dalam jenjang
jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja
dalam organisasi yang bersangkutan.

Perencanaan dan pengembangan karier sangat diperlukan bagi para


ASN untuk selalu siap mempergunakan kesempatan karier yang ada.
Dalam hubungan dengan pengembangan karier ASN, UU.No.5 Tahun
2014 (pasal 69) menegaskan bahwa (1) pengembangan karier ASN
dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan
kebutuhan instansi pemerintah; (2) pengembangan karier ASN
dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas; (3)
kompetensi meliputi : kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan
spesifikasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman
bekerja; kompetesi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan kompetensi sosial kultural yang diukur dari
pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal
agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
(4) Integritas diukur dari kejujuran, kepatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan, kemampuan bekerjasama, dan pengabdian
kepada masyarakat, bangsa dan Negara. (5) Moralitas diukur dari
penerapan dan pengalaman nilai etika agama, budaya, dan sosial
kemasyarakatan.

Karier seseorang JF Perawat dalam suatu organisasi kerja


adalah suatu kehidupan yang sangat pribadi dan sangat penting. Bagi
ASN karier sangat terkait dengan masa depan dan proses perjalanan
hidup dari segi perkembangan posisi atau jabatan. Oleh karena itu
pengembangan karier pegawai ASN khususnya JF Perawat harus
dilakukan dengan baik, obyektif, adil, dan efektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk menjelaskan lebih dalam maka pada modul ini akan


dilakukan pembahasan secara tuntas tentang perencanaan karir
pejabat fungsional Perawat, yang terdiri dari prinsip-prinsip
perhitungan formasi Jabatan Fungsional Perawat, rencana
pengembangan karir Jabatan Fungsional Perawat, dan rencana karir
individu Perawat.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan


perencanaan pengembangan karir jabatan fungsional Perawat

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:


1. Menjelaskan prinsip-prinsip perhitungan formasi jabatan
fungsional
2. Menjelaskan rencana pengembangan karir jabatan fungsional
Perawat
3. Menyusun rencana karir individu pejabat fungsional Perawat
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Prinsip-Prinsip perhitungan formasi jabatan fungsional


2. Rencana pengembangan karir jabatan fungsional Perawat
3. Rencana karir individu pejabat fungsional Perawat
Peta Modul
Perencanaan Pengembangan Karir Jabatan Fungsional Perawat
B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1
Prinsip-Prinsip Perhitungan Formasi Jabatan
Fungsional

Pendahuluan
Dalam UU Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
disebutkan bahwa setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan
dan analisis beban kerja yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima)
tahun yang diperinci 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan.
Penyusunan kebutuhan formasi pejabat fungsional menjadi dasar dan
kunci utama dalam pengembangan karir PNS. Sehubungan dengan
hal tersebut di atas, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan PMK
No 43 Tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional
Kesehatan, PMK tersebut mengatur mengenai tata cara penyusunan
formasi bagi Jabatan Fungsional Kesehatan yang dapat digunakan
oleh setiap instansi baik tingkat Pusat maupun Daerah yang dalam
menjalankan tugas dan fungsinya membutuhkan kinerja pejabat
fungsional.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan


prinsip prinsip perhitungan formasi jabatan fungsional Perawat
Sub Materi Pokok

1. Identifikasi uraian tugas jabatan fungsional Perawat di Instansi


2. Penentuan volume beban kerja
3. Penentuan waktu penyelesaian kegiatan
4. Membaca formasi/peta jabataban
5. E-Formasi
Uraian Materi Pokok 1

Halo JF Perawat......
Yuk kita bahas dulu tentang prinsip perhitungan formasi jabatan fungsional Perawat
ya....

Berdasarkan Permenkes 43 tahun 2017 tentang Penyusunan Formasi


Jabatan Fungsional Kesehatan. penyusunan formasi harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Formasi pada satuan organisasi disusun berdasarkan analisis
kebutuhan jabatan dengan menghitung rasio keseimbangan antara
beban kerja dengan jumlah jabatan fungsional kesehatan yang
dibutuhkan.
- Formasi harus disusun berdasarkan peta jabatan di masing-masing
organisasi.
- Komposisi jumlah pejabat fungsional tidak berubah selama beban
kerja organisasi tidak berubah.
- Setiap perpindahan dalam posisi jabatan fungsional kesehatan, baik
karena adanya mutasi, promosi atau kenaikan jenjang jabatan
sesuai dengan formasi yang tersedia.

Dalam menghitung formasi pegawai terdapat 3 (tiga) aspek pokok yang


harus diperhatikan yaitu beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan
waktu kerja efektif. Untuk perhitungan kebutuhan jabatan fungsional
kesehatan menurut jenis dan jenjang jabatannya, tetap memperhatikan
ketiga aspek tersebut. Cara menetapkan besaran masing-masing aspek
tersebut adalah:
1. Beban kerja/Volume kerja
Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk
perhitungan kebutuhan Formasi. Besaran beban kerja diperoleh
berdasarkan jumlah target kerja yang ditetapkan oleh unit/satuan
kerja untuk masing-masing jabatan fungsional kesehatan.
Adapun Jumlah beban kerja/volume kerja dapat berbeda untuk
setiap unit kerja.
2. Standar Kemampuan Rata-rata/Standar Waktu penyelesaian
butir kegiatan.
Standar kemampuan rata-rata di dalam rumus penghitungan
formasi, adalah sama dengan Waktu penyelesaian butir kegiatan
(Wpk). Penetapan Wpk dilakukan dengan:
a) Melakukan pengamatan atau wawancara dengan beberapa
pegawai dari unit/satuan kerja yang berbeda namun
mempunyai tugas pokok dan fungsi serta produk yang
homogen, sehingga hasil analisisnya lebih memadai.
b) Menggunakan besaran angka kredit (Akb) untuk masing-
masing butir kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi untuk masing-masing jenis jabatan fungsional
kesehatan dan angka kreditnya. Besaran angka kredit
mencerminkan standar efektif waktu penyelesaian yang
diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir kegiatan.
3. Waktu kerja
Waktu kerja adalah waktu kerja efektif yang digunakan untuk
bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas:
a) Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender
dikurangi hari minggu, hari libur nasional dan daerah serta
cuti.
b) Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi
dengan waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja
(allowance). Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30%
dari jumlah jam kerja formal.
c) Jumlah jam kerja formal dalam 1 minggu dihitung 37,5 jam.

Setelah Saudara memahami prinsip perhitungan formasi jabatan fungsional Perawat,


Kita lanjut tentang identifikasi uraian tugas ya...
Tetap Semangat..

A. Identifikasi Uraian Tugas

Uraian tugas adalah seperangkat fungsi dan tugas tanggung jawab yang
dijabarkan kedalam kegiatan pekerjaan. Pernyataan tertulis untuk semua
tingkatan jabatan dalam satu unit yang mencerminkan fungsi, tanggung
jawab, dan kualitas yang dibutuhkan. Dalam pengertian lain diartikan
bahwa Uraian Tugas adalah paparan semua tugas dan jabatan yang
merupakan upaya pokok pemangku jabatan dalam memproses bahan
kerja menjadi hasil kerja menggunakan perangkat kerja dalam kondisi
tertentu

Dalam Peraturan kepala BKN Nomor 12 Tahun 2011 ditegaskan


penyusunan Uraian Tugas harus memenuhi kriteria :

1. Apa yang dikerjakan dan sebutkan pula objek yang dikerjakan


2. Bagaimana cara mengerjakannya
3. Mengapa tugas ini harus dikerjakan.
Uraian Tugas yang baik harus memenuhi enam kualifikasi, meliputi :

1. Sistematis, yakni memenuhi aturan bentuk dan syarat tertentu


2. Jelas, yakni harus dapat memberi isi dan maksud yang jelas
dan dapat dipahami oleh pembacanya.
3. Ringkas, yakni perlu menggunakan kata-kata dan kalimat yang
singkat dan benar sehingga pembacanya tidak perlu untuk
memahaminya.
4. Tepat, yakni harus menyajikan uraian yang sesuai dan cocok
seperti apa yang dimaksudkan oleh isi jabatan.
5. Taat azas, yakni kata-kata dan kalimat tersebut isinya
menunjukkan maksud dan arah yang sama.
6. Akurat, yakni harus disusun secara teliti, tidak kurang dan tidak
lebih.

Inventarisasi tugas pokok yang dilaksanakan pejabat fungsional


kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan butir kegiatan masing-
masing jenis dan jabatan fungsional kesehatan yang dapat dinilai dengan
Angka Kredit sebagaimana diatur pada peraturan perundang-undangan
yang mengatur masing-masing jabatan fungsional kesehatan.

Menginventarisasi nilai angka kredit untuk masing-masing butir kegiatan


sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi untuk masing-masing jabatan fungsional kesehatan
dan Angka Kreditnya, yang besaran angka kredit tersebut telah
mencerminkan standar jam kerja efektif yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap butir kegiatan.
Jadi, identifikasi uraian tugas membandingkan antara pekerjaan berdasarkan uraian
tugas sehari hari dengan butir kegiatan yang bernilai angka kredit sesuai
PermenpanRB nomor 35 tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat.

Apakah Saudara sudah memahami tentang identifikasi uraian tugas? Kalo belum
paham, silahkan membaca ulang kembali ya.....

B. Penentuan Volume Beban Kerja

Beban kerja merupakan aspek pokok yang menjadi dasar untuk


perhitungan kebutuhan Formasi. Besaran beban kerja diperoleh
berdasarkan jumlah target kerja dalam 1 (satu) tahun/dalam satu satuan
waktu tertentu yang ditetapkan oleh unit/satuan kerja untuk masing-
masing jabatan fungsional kesehatan. Adapun Jumlah beban kerja/volume
kerja dapat berbeda untuk setiap unit kerja.

Besaran volume/beban kerja ditentukan berdasarkan target yang


ditetapkan oleh unit/satuan kerja dalam 1 (satu) tahun yang harus
diselesaikan oleh masing-masing jabatan fungsional kesehatan sesuai
dengan jenis dan jenjang jabatannya.

Volume kerja diperoleh dari target pelaksanaan tugas untuk memperoleh


hasil kerja/produk. Setiap volume kerja yang berbeda-beda antar
unit/jabatan merupakan variabel tidak tetap dalam pelaksanaan analisis
beban kerja. Contoh :

a. Salah satu tugas Kepala Seksi Inventarisasi Jabatan adalah


membuat laporan kegiatan Kepala Seksi Inventarisasi Jabatan.
Tugas ini adanya seminggu sekali. Misal Hari Kerja Efektif dalam 1
tahun untuk 5 hari kerja = 235 hari. Maka jumlah volume kerja untuk
tugas membuat laporan kegiatan dalam 1 tahun adalah 235 : 5 = 47,
satuannya frekuensi. b. Tugas membuat laporan bulanan, tugas ini
adanya 1 bulan sekali. Maka jumlah volume kerja untuk tugas
membuat laporan bulanan dalam 1 tahun adalah 235 : 20 = 11,75
dibulatkan menjadi 12, satuannya frekuensi.

Setelah sahabat memahami penentuan volume kegiatan, penting juga kita untuk
memahami penentuan waktu penyelesaian kegiatan. Yuk kita sama sama simak
penjelasan berikut ini .....

C. Penentuan waktu penyelesaian kegiatan

Standar kemampuan rata-rata pejabat fungsional kesehatan adalah


standar kemampuan yang menunjukkan ukuran energi rata-rata yang
diberikan seorang pegawai atau sekelompok pegawai untuk memperoleh
satu satuan hasil.

Waktu kerja adalah waktu kerja efektif yang digunakan untuk bekerja.
Waktu kerja efektif terdiri atas

a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi hari
minggu, hari libur nasional dan daerah serta cuti.
b. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan
waktu kerja yang hilang karena tidak bekerja (allowance).
Allowance diperkirakan rata-rata sekitar 30% dari jumlah jam kerja
formal.
c. Jumlah jam kerja formal dalam 1 minggu dihitung 37,5 jam.

Untuk dapat melakukan analisis beban kerja secara baik dan benar,
terlebih dahulu perlu ditetapkan alat ukurnya, sehingga pelaksanaannya
dapat dilakukan secara transparan. Keterbukaan/transparansi ini sebagai
suatu syarat agar pelaksanaan analisis beban kerja dapat dilaksanakan
secara obyektif, sehingga laporan hasil analisis beban kerja benar-benar
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria suatu alat ukur yaitu :
a. Valid, artinya alat ukur yang akan dipergunakan mengukur
beban kerja sesuai dengan material yang akan diukur;
b. Konsisten, artinya dalam melakukan analisis beban kerja
harus konsisten dari waktu ke waktu;
c. Universal, artinya alat ukur harus dapat dipergunakan untuk
mengukur berbagai unit kerja maupun hasil kerja, sehingga tidak
ada alat ukur yang lain atau khusus untuk suatu unit kerja atau
hasil kerja.

Sesuai dengan kriteria alat ukur, maka dalam pelaksanaan analisis beban
kerja yang dipergunakan sebagai alat ukur adalah jam kerja efektif yang
harus diisi dengan tindak kerja untuk menghasilkan berbagai produk baik
yang bersifat konkrit (benda) atau abstrak (jasa). Dalam Keputusan
Presiden Nomor 68 Tahun 1995 telah ditentukan jam kerja instansi
pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik untuk yang 5 (lima) hari kerja
ataupun yang 6 (enam) hari kerja.

Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat dihitung Hari kerja dan jam kerja
efektif yang akan digunakan sebagai alat ukur dalam melakukan analisis
beban kerja. Contoh penghitungan 1:
a. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi
hari libur dan cuti.
1) Untuk 5 hari kerja : - Jumlah hari per tahun 365 - Libur Sabtu-
Minggu 104 hari - Libur Resmi 14 hari - Cuti 12 Hari - Jumlah
Hari Libur 130 hari - Hari kerja efektif 365 hari di kurangi
jumlah hari libur 130 Hari = 235 hari
2) Untuk 6 hari kerja : - Jumlah hari per tahun 365 - Libur Minggu
52 hari - Libur Resmi 14 hari - Cuti 12 hari - Jumlah Hari Libur
= 78 hari - Hari kerja efektif 365 hari dikurangi hari libur 78
hari = 287 hari 287 hari
D. Membaca formasi/peta jabatan

Menentukan jumlah formasi apabila berdasarkan penghitungan yang


dilakukan terhadap Jabatan Fungsional Kesehatan menurut jenis dan
jenjang Jabatan memperoleh nilai dibelakang koma 0,50 atau lebih, maka
dapat ditetapkan 1 (satu) formasi. Apabila berdasarkan penghitungan yang
dilakukan terhadap jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan
jenjang jabatan memperoleh nilai kurang dari 0,50, maka tidak dapat
ditetapkan formasi untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional Kesehatan
tersebut. Menghitung lowongan formasi dihitung untuk jangka waktu 5
tahun. Penghitungan jumlah lowongan formasi untuk masing-masing jenis
dan jenjang jabatan fungsional kesehatan adalah sebagai berikut:

LFJFK = TFJFK – (JFK + JFKM- JFKN-JFKB)

Keterangan :
• LFJFK adalah Lowongan Formasi yang dihitung dalam jenjang
jabatan tertentu yang dapat diisi dalam tahun yang dihitung;
• TFJFK adalah Total formasi yang dihitung menurut jenis dan jenjang
jabatan tertentu yang diperlukan pada tahun yang dihitung;
• JFK adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang ada pada saat tahun yang dihitung;
• JFKM adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang akan masuk ke jenjang dan jenis jabatan fungsional
kesehatan pada saat tahun yang dihitung;
• JFKN adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang akan naik ke jenjang jabatan berikutnya pada saat tahun
yang dihitung;
• JFKB adalah jabatan fungsional kesehatan menurut jenis dan jenjang
jabatan yang akan berhenti (karena pindah, pensiun, dll) pada saat
tahun yang dihitung.
Peta jabatan yang jelas, merupakan refleksi komposisi
jabatan menggambarkan secara jelas, secara vertikal
menggambarkan struktur kewenangan tugas dan
tanggungjawab jabatan dari para ASN, secara horizontal
menggambarkan pengelompokan jenis dan spesifikasi tugas
dalam organisasi. Peta jabatan dibuat sesuai dengan
struktur organisasi dari setiap unit kerja. Peta jabatan terdiri
atas susunan narna dan tingkat jabatan struktural dan
fungsional yang tergarnbar dalarn struktur unit organisasi
dari tingkat yang paling rendah sarnpai dengan yang paling
tinggi. Peta jabatan rnenggarnbarkan seluruh jabatan yang
ada dan kedudukan dalarn unit organisasi serta rnernuat
jurnlah pegawai, pangka/lgolongan ruang, kualifikasi
pendidikan, dan beban kerja unit organisasi.

Apakah Saudara sudah memahami tentang membaca formasi/peta jabatan? Kalo


belum paham, silahkan membaca ulang kembali ya.....
Yakin pasti Saudara JF Perawat pasti bisa.....

E. E-Formasi
E-Formasi merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk keperluan
penyusunan formasi jabatan fungsional kesehatan. Aplikasi ini dapat
digunakan untuk menghitung formasi jabatan fungsional kesehatan serta
digunakan untuk mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan
formasi dari Instansi Pembina.

Aplikasi E-Formasi JFK merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk


menghitung formasi jabatan fungsional kesehatan serta digunakan untuk
mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan formasi dari Instansi
Pembina. Dengan dibentuknya aplikasi e-Formasi JFK ini diharapkan
dapat mempermudah mekanisme perhitungan formasi jabatan fungsional
kesehatan, di Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah Provinsi, dan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota.

Jika masih belum jelas, silakan pelajari ulang materinya ya.

Tetap semangat………
SEKARANG SAYA TAHU

Bahwa untuk mengetahui prinsip prinsip perhitungan formasi jabatan


fungsional Perawat, kita harus memahami
➢ identifikasi uraian tugas jabatan fungsional Perawat di Instansi
merupakan Identifikasi uraian tugas sehari hari dibandingkan dengan
PERMENPAN 35 tahun 2019 tentang JF Perawat
➢ penentuan volume beban kerja ditetapkan oleh unit/satuan kerja
dalam 1 (satu) tahun yang harus diselesaikan oleh masing-masing
jabatan fungsional kesehatan sesuai dengan jenis dan jenjang
jabatannya.
➢ penentuan waktu penyelesaian kegiatan menggambarkan standar
kemampuan yang menunjukkan ukuran energi rata-rata yang
diberikan seorang pegawai atau sekelompok pegawai untuk
memperoleh satu satuan hasil.
➢ Lowongan formasi jabatan fungsional yaitu lowongan Formasi yang
dihitung dalam jenjang jabatan tertentu yang dapat diisi dalam tahun
yang dihitung
➢ Aplikasi tentang formasi jabatan fungsional kesehatan yaitu E
Formasi merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk menghitung
formasi jabatan fungsional kesehatan serta digunakan untuk
mengajukan dan mendapatkan rekomendasi usulan formasi dari
Instansi Pembina. Dengan dibentuknya aplikasi e-Formasi JFK ini
diharapkan dapat mempermudah mekanisme perhitungan formasi
jabatan fungsional kesehatan, di Kementerian/Lembaga, pemerintah
daerah Provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Materi Pokok 2
Rencana Pengembangan Karir Jabatan
Fungsional Perawat

Pendahuluan
Karier adalah urutan pengalaman dan kegiatan yang berkaitan dengan
pekerjaan serta yang menciptakan sikap dan perilaku tertentu pada diri
seseorang (Gibson, Ivancevich & Donelly, 2000). Simamora (1995)
menyatakan bahwa karier bukanlah sesuatu yang harus diserahkan pada
pegawai saja, melainkan karier haruslah dikelola oleh organisasi untuk
memastikan alokasi sumber daya manusia dan modal yang efisien. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Greenhaus, Callanan & Godshalk (2000) bahwa
karier dapat dilihat dari perspektif individu dan organisasional karena karier
individu dan organisasional tidaklah terpisah dan berbeda.

Pengembangan karier ASN adalah sebagai peningkatan potensi diri yang


dilakukan seorang pegawai untuk mencapai rencana karier. Perencanaan
karier setiap ASN dikembangkan sesuai dengan pengembangan karier
organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan untuk mencapai
sasaransasaran kariernya. Idealnya pengembangan karier ASN dilakukan
berdasarkan dimensi kualifikasi, dimensi kompetensi, dimensi penilaian
kinerja, dan dimensi kebutuhan unit kerja untuk masa kini dan masa yang
akan datan Amanat UU ASN tersebut menunjukkan bahwa
pengembangan karier (career development) ASN merupakan bagian
integral dari Manajemen ASN, dilaksanakan secara berencana dan
berkelanjutan, adil dan transparan serta terintegrasi dengan kegiatan SDM
Aparatur lainnya. Pembinaan ASN yang menggambarkan alur
pengembangan karier yang menunjukkan keterkaitan dan keserasian
antara jabatan, pangkat, pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi
serta masa jabatan seorang pegawai sejak pengangkatan pertama dalam
jabatan sampai dengan pensiun.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu memahami rencana
pengembangan karir jabatan fungsional Perawat

Sub Materi Pokok


1. Kualifikasi
2. Kompetensi
3. Penilaian Kinerja
4. Kebutuhan
Uraian Materi Pokok 2

Sebelum mulai ke materi…supaya menjadi segar kembali mari kita praktekkan


gerakan peregangan ini (lihat gambar Gerakan yang ada)…

Baik…bagaimana rasanya? Sudah lebih rileks yaa…. Sekarang kita lanjut ke materi
yaa…
A. Kualifikasi

Pengembangan karier ASN tersebut adalah sebuah pergerakan vertikal


dari jabatan ASN, yakni naik atau turunnya seorang pegawai dalam
pangkat maupun jabatannya. Berkenaan dengan pengembangan karier
ini, UU ASN memberikan isyarat untuk diperhatikannya enam hal
sebagaimana tercantum dalam Pasal 69 Ayat 1 dan 2 yakni kualifikasi;
kompetensi; kinerja; kebutuhan organisasi; memertimbangkan integritas;
dan memertimbangkan moralitas. Kualifikasi yang dimaksud meskipun
tidak dijelaskan dalam ketentuan UU ini, hal ini sangat berkaitan erat
dengan pengklasifikasian yang diamanatkan dalam Pasal 68. Setelah
dilakukan pengklasifikasi jabatan, maka tentunya akan mengerucut pada
ketentuan jabatan tertentu yang hanya dapat diisi oleh pegawai dengan
kualifikasi tertentu. Pegawai yang tidak sesuai dengan kualifikasi jabatan
tersebut otomatis gugur dan tak dapat menempati jabatan tersebut.

Dimensi kualifikasi di sini, terkait dengan persyaratan yang dituntut untuk


dipenuhi bagi yang akan memangku jabatan, agar mendukung
pelaksanaan tugas dalam jabatannya secara profesional, khususnya
dalam upaya penerapan kerangka teori, analisis maupun metodologi
pelaksanaan tugas dalam jabatan.

Kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan untuk jabatan fungsional


perawat sesuai dengan PermenPAN-RB Nomor 35 tahun 2019
adalah:
1) Berijazah Diploma III Keperawatan bagi Jabatan Fungsional
Perawat kategori keterampilan
2) Berijazah paling rendah Ners bagi Jabatan Fungsional Perawat
kategori keahlian
Syarat jabatan merupakan kualifikasi yang harus dipenuhi oleh PNS untuk
dapat melakukan pekerjaan atau memangku jabatan. Syarat jabatan terdiri
atas pangkat/golongan ruang, pendidikan, kursus/diklat, pengalaman
kerja, pengetahuan kerja, keterampilan kerja, bakat kerja, temperamen
kerja, minat kerja, upaya fisik, kondisi fisik, dan fungsi pekerja.
1) Pangkat/Golongan Ruang Pangkat dan golongan ruang minimal
yang dipersyaratkan untuk menduduki suatu jabatan. Contoh
pangkatlgolongan ruang pada operator komputer : Pengatur
Muda/lllb.
2) Pendidikan Pendidikan formal minimal yang dipersyaratkan untuk
menduduki suatu jabatan. Contoh pendidikan pada operator
komputer : SLTA.
3) Kursus/Diklat mata Kejenuhan Pendidikan dan pelatihan yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan non
manajerial, seperti kemampuan di bidang manajerial, teknis
tertentu, dan pengetahuan lainnya sesuai dengan syarat
pekerjaan dengan memperhatikan fungsi pekerjaannya. Contoh
kursusl diklat pada operator komputer : Penjenjangan : - Teknis :
Komputer
4) Pengalaman Kerja Pengalaman kerja merupakan pengembangan
pengetahuan, keterampilan kerja, sikap mental, kebiasaan mental
dan fisik yang tidak diperoleh dari pelatihan, tetapi diperoleh dari
masa kerja sebelumnya dalam kurun waktu tertentu yang
berkaitan dengan pekerjaan jabatan saat ini. Contoh pengalaman
kerja pada operator komputer : 1 (satu) tahun di bidang
pengetikan.
5) Pengetahuan Kerja Pengetahuan merupakan akumulasi hasil
proses pendidikan formal atau informal yang dimanfaatkan oleh
PNS di dalam pemecahan masalah, daya cipta serta dalam
pelaksanaan tugas pekerjaan. Contoh pengetahuan kerja pada
operator komputer : pengetahuan mengenai program-program
komputer.
6) Keterampilan Kerja Keterampilan merupakan tingkat kemampuan
dan penguasaan teknis operasional PNS dalam suatu bidang
tugas pekerjaan tertentu. Contoh keterampilan kerja pada
operator komputer : keterampilan mengetik, keterampilan teknik
menyiapkan dan memelihara perangkat komputer, keterampilan
mencetak file.
7) Bakat Kerja Bakat kerja merupakan kapasitas khusus atau
kemampuan potensial yang disyaratkan bagi seseorang untuk
dapat mempelajari, memahami beberapa tugas atau pekerjaan.
Contoh bakat kerja pada operator komputer : G = lntelegensia V
= Verbal N = Numerik Q = Ketelitian F = Kecekatan Jari
8) Temperamen Kerja Temperamen kerja merupakan syarat
kemampuan penyesuaian diri yang harus dipenuhi PNS sesuai
dengan sifat pekerjaan. Contoh temperamen kerja pada operator
komputer : R = Rutinitas.
9) Minat Kerja Minat kerja rnerupakan kecenderungan rnemiliki
kemauan, keinginan, dan kernarnpuan untuk rnelaksanakan
tugas pekerjaan dengan baik berdasarkan pengalarnan dan
pengetahuan yang dirniliki. Contoh rninat kerja pada operator
kornputer : I b = Kornunikasi data 3a = Rutin konkrit dan teratur
4a = Baik untuk orang lain
10) Upaya Fisik Upaya fisik rnerupakan penggunaan organ fisik
rneliputi seluruh bagian anggota tubuh dalam pelaksanaan tugas
jabatan.
11) Kondisi Fisik Kondisi tertentu yang diperlukan oleh pernangku
jabatan agar dapat rnelakukan tugas jabatan dengan baik, syarat
kondisi fisik terdiri dari: a) Jenis kelarnin yang diperbolehkan
untuk rnernangku jabatan; b) Urnur tertentu yang disyaratkan; c)
Tinggi badan tertentu ; d) Berat badan tertentu; e) Postur tubuh f)
Penarnpilan, faktor lain seperti sikap rarnah, suara rnerdu, tegas,
lernah lembut, pendiarn dan lain lain. Contoh kondisi fisik pada
operator kornputer : a) Jenis Kelamin : Pria b) Urnur : 25 tahun c)
Tinggi badan : 160 crn d) Berat badan : 60 kg e) Postur badan :
Tegap f) Penampilan : Rapih
12) Fungsi Pekerja Fungsi pekerja adalah tingkat hubungan PNS
dengan data, orang, dan benda. Contoh fungsi pekerja pada
operator kornputer : D5 = Menyalin data 07 = Melayani orang B5
= Melayani rnesin

B. Kompetensi

Kompetensi terkait dengan kemampuan (capability), seseorang pegawai


yang kompeten adalah yang memiliki kemampuan, pengetahuan dan
keahlian untuk melakukan sesuatu pekerjaan atau jabatannya secara
efektif dan efisien. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seorang pegawai, berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya,
sehingga pegawai tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, efesien dan efektif. Pengembangan ASN berbasis
kompetensi, dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan dan
sasaran organisasi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan.

Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan


kompetensinya, misal dengan pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,
dll. Pengembangan kompetensi juga bisa dilakukan dengan praktik kerja
di instansi lain, baik di pusat maupun daerah dalam waktu tertentu.
Pengembangan kompetensi mengacu pada standar kompetensi dan
jenjang karir dari pejabat fungsional.Pengembangan kompetensi
merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan. Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan
dalam bentuk pendidikan dan/atau pelatihan.
1) Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan formal
dapat dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas belajar.
Tugas belajar diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
standar kompetensi Jabatan dan pengembangan karir.
2) Pelatihan Pengembangan kompetensi dalam bentuk pelatihan
dapat dilakukan melalui:
a) Jalur pelatihan klasikal. Pengembangan kompetensi dalam
bentuk pelatihan klasikal dilakukan melalui proses
pembelajaran tatap muka di dalam kelas, paling sedikit
melalui pelatihan, seminar, kursus dan penataran
b) Jalur pelatihan nonklasikal. Pengembangan kompetensi
dalam bentuk pelatihan nonklasikal dilakukan paling sedikit
melalui e-learning, bimbingan di tempat kerja, pelatihan
jarak jauh, magang, dan pertukaran antar PNS dengan
pegawai swasta.

Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara kompetensi meliputi: a.
Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan,
pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis; b.
Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan
struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan c.
Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya
sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Kesehatan adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja pejabat fungsional kesehatan yang
dilakukan oleh Tim Penguji dalam rangka memenuhi syarat kenaikan
jenjang jabatan atau perpindahan jabatan dan atau promosi untuk
menjamin kualitas pejabat fungsional. Dikecualikan untuk pengangkatan
pertama, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017
tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang menyebutkan bahwa Uji
Kompetensi untuk pengangkatan pertama dihapuskan.

C. Penilaian Kinerja

Dimensi penilaian kinerja, terkait dengan penilaian secara periodik


pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai. Penilaian kinerja di sini adalah
usaha mengevaluasi kinerja pegawai pada saat ini dan masa lalu dikaitkan
dengan standar kerjanya. Penilaian kinerja pegawai dilakukan
berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit
atau organisasi, dengan memerhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat
yang dicapai, serta perilaku pegawai, yang dilakukan secara objektif,
terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.

Penilaian Kinerja meliputi SKP dan Perilaku Kerja


1) Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karir.
2) Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja
pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi, dengan
memperhatikan target, capaian hasil, dan manfaat yang dicapai,
serta perilaku PNS
3) Penilaian Kinerja PNS dilakukan secara objektif, terukur,
akuntabel, partisipatif dan transparan
4) Penilaian Kinerja PNS dilakukan oleh atasan langsung dari PNS
atau pejabat yang ditentukan PyB.
Ada dua aspek penilaian kinerja PNS, yaitu hasil kerja yang dicapai pada
unit kerja sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), dan penilaian
terhadap perilaku kerja. SKP ini adalah rencana kinerja dan target yang
akan dicapai pada periode tertentu. PP No. 30 Tahun 2019 memberikan
kebebasan untuk menggunakan pengukuran kinerja setiap bulan, triwulan,
semesteran atau tahunan. Prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi. SKP itu pada dasarnya memuat kinerja utama yang harus
dicapai seorang PNS setiap tahun.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019 tentang


Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini, penilaian Kinerja PNS
dinyatakan dengan angka dan sebutan atau predikat sebagai berikut:

1. Sangat Baik, apabila PNS memiliki: 1) nilai dengan angka 110


(seratus sepuluh) – 120 (seratus dua puluh); dan 2) menciptakan
ide baru dan/atau cara baru dalam peningkatan kinerja yang
memberi manfaat bagi organisasi atau negara;
2. Baik, apabila PNS memiliki nilai dengan angka 90 (sembilan
puluh) – angka 120 (seratus dua puluh); c. Cukup, apabila PNS
memiliki nilai dengan angka 70 (tujuh puluh) <- angka 90
(sembilan puluh);
3. Kurang, apabila PNS memiliki nilai dengan angka 50 (lima puluh)
– angka 70 (tujuh puluh); dan
4. Sangat Kurang, apabila PNS memiliki nilai dengan angka < 50
(lima puluh).
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian
Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) berbunyi Penilaian Kinerja PNS
dilakukan berdasarkan prinsip:

1. objektif;
2. terukur;
3. akuntabel;
4. partisipatif; dan
5. transparan.

Proses penyusunan SKP yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah


(PP) Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri
Sipil (PNS), dilakukan dengan memperhatikan:

1. perencanaan strategis Instansi Pemerintah;


2. perjanjian kinerja;
3. organisasi dan tata kerja;
4. uraian jabatan; dan/atau
5. SKP atasan langsung.

D. Kebutuhan
1) Ketentuan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
pejabat fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub
unsur dan butir kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan
Fungsional Kesehatan yang dapat dinilai dengan Angka
Kredit yang menggambarkan dan mendukung pencapaian
tujuan instansi itu sendiri.
b. Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan
untuk menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi
organisasi.
c. Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk
memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi
jabatan dan disajikan untuk kepentingan program
kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian dan
pengawasan. Dengan melaksanakan analisis jabatan akan
dihasilkan informasi jabatan. Informasi jabatan diperoleh
dengan melakukan kegiatan penyusunan;
1) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama
jabatan, kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas,
bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, tanggung
jawab, wewenang, korelasi jabatan, kondisi
lingkungan kerja, dan resiko bahaya.
2) Syarat jabatan yang terdiri atas pangkat/golongan
ruang, pendidikan, kursus atau diklat, pengalaman
kerja, pengetahuan kerja, keterampilan kerja, bakat
kerja, temperamen kerja, minat kerja, upaya fisik,
kondisi fisik, dan fungsi pekerja.
d. Menetapkan Peta Jabatan (formasi)
Peta Jabatan adalah susunan jabatan yang digambarkan
secara vertikal maupun horizontal menurut struktur
kewenangan, tugas, dan tanggung jawab jabatan serta
persyaratan jabatan. Peta jabatan menggambarkan seluruh
jabatan yang ada dan kedudukannya dalam unit kerja.Dalam
menetapkan peta jabatan, maka instansi melakukan :
1) Menyusun nama dan tingkat jabatan dari jenjang
jabatan yang paling rendah sampai dengan yang
paling tinggi.
2) Peta jabatan menggambarkan seluruh jabatan yang
ada dan kedudukan dalam unit organisasi serta
memuat jumlah pegawai, pangkat/golongan ruang,
kualifikasi pendidikan, dan beban kerja unit
organisasi.
e. Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan
melalui regulasi oleh pimpinan instansi.

Jika masih belum jelas, silakan pelajari ulang materinya ya.


Tetap semangat………
SEKARANG SAYA TAHU

➢ kualifikasi terkait dengan persyaratan yang dituntut untuk dipenuhi


bagi yang akan memangku jabatan, agar mendukung pelaksanaan
tugas dalam jabatannya secara profesional, khususnya dalam upaya
penerapan kerangka teori, analisis maupun metodologi pelaksanaan
tugas dalam jabatan.
➢ Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seorang pegawai, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap
perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya,
sehingga pegawai tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, efesien dan efektif.
➢ Penilaian Kinerja Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin
objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan sistem prestasi dan
sistem karir. Penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau
organisasi, dengan memperhatikan target, capaian hasil, dan manfaat
yang dicapai, serta perilaku PNS
➢ Kebutuhan merupakan salah satu yang harus dipertimbagkan untuk
pengembangan karir seorang JF, apakah unit organisasi tempat JF
bekerja membutuhkan jenia atau jenjang JF yang seperti apa yang
disesuaikan dengan tugas dan fungsi organisasi masing - masing
Materi Pokok 3
Judul

Pendahuluan

Perencanaan karier berisi tentang kemungkinankemungkinan pegawai


sebagai anggota organisasi sebagai perorangan, untuk dapat meniti
proses kenaikan pangkat dan jabatan sesuai dengan persyaratan dan
kemampuannya. Dengan demikian, karier merupakan seluruh posisi kerja
yang dijabat ASN selama siklus kehidupan pekerjaan seorang ASN di
Instansinya. Adapun tujuan karier ASN adalah sebagai peningkatan
pribadi yang dilakukan oleh seseorang dalam mencapai rencana
kariernya. Selain itu, perencanaan karier juga berperan sebagai
benchmark sepanjang jenjang karier pegawai yang bersangkutan. dengan
adanya perencanaan karier sangat berguna dan penting bagi sumber
daya manusia (SDM) yang ada, maupun bagi kelangsungan hidup
organisasi itu sendiri. Bahwa perencanaan karier di sini membantu di
dalam penyediaan secara internal organisasi, atas bakatbakat ASN yang
dapat dipromosikan guna memenuhi lowongan yang disebabkan oleh
pegawai yang pensiun, pengunduran diri atau pertumbuhan organisasi.

Untuk menjelaskan lebih dalam maka pada modul ini akan dilakukan
pembahasan secara tuntas tentang rencana karir individu JF Perawat yang
terdiri dari prinsip-prinsip perhitungan formasi Jabatan Fungsional
Perawat, rencana pengembangan karir Jabatan Fungsional Perawat, dan
rencana karir individu Perawat.
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat menyusun rencana karir
individu pejabat fungsional Perawat
Uraian Materi Pokok 3

Pola karier pegawai, adalah pola pembinaan ASN yang


menggambarkan alur pengembangan karier yang menunjukkan
keterkaitan dan keserasian antara jabatan, pangkat, pendidikan dan
pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seseorang ASN
dapat diketahui sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu
sampai dengan pensiun.

Manfaat perencanaan karier dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Mengembangkan ASN yang dapat dipromosikan. Perencanaan


karier dapat membantu suplai ASN terutama pegawai yang
potensial.

b. Menurunkan perputaran ASN (turnover). Perhatian terhadap karier


individual dapat meningkatkan loyalitas pada organisasi tempat
mereka bekerja.

c. Mengungkap potensi ASN. Adanya perencanaan karier yang jelas


mendorong individu untuk menggali potensi masing-masing untuk
mencapai sasaran karier yang diinginkan.

d. Mendorong perubahan. Perencanaan karier yang baik mendorong


semangat kerja ASN dan motivasi kerja dapat dipelihara.

e. Mengurangi penimbunan. Perencanaan karier dapat membantu


ASN yang tidak berkualifikasi untuk maju.

f. Memuaskan kebutuhan ASN. Perencanaan karier berarti adanya


pengakuan dan penghargaan terhadap individu Pegawai ASN.
g. Membantu pelaksanaan kegiatan-kegiatan ASN yang telah
disetujui.

Perencanaan karier yang efektif dan realistis mendorong para ASN


dapat lebih proaktif dan dapat mengantisipasi setiap masalah dan
tantangan secara lebih baik. Salah satu kunci sukses dalam berkarier
adalah perencanaan yang matang.

Proses yang ditempuh untuk menyusun perencanaan karier terdiri


atas halhal berikut ini.

a. Menilai Diri Sendiri. Hal utama dalam memulai perencanaan karier


adalah bertanya atau memahami diri sendiri. Misalnya, orang
seperti apakah dirinya. Keterampilan apa yang dimilikinya. Apakah
dirinya menyukainya. Apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan
dan kelemahan atau kekurangan dirinya. Mengenali kesempatan-
kesempatan, keterampilan, bakat, dan nilai berhubungan pada
kesempatan karier. Kesempatan dalam suatu organisasi
dipengaruhi oleh pertumbuhan atau kepadatan dari kegiatan,
kebijakan organisasi tentang pengembangan dan promosi ASN dari
dalam dan kebijakan dari internal kantor.

b. Menetapkan Tujuan Karier. Setelah diri ASN dapat menilai


kekuatan, kelemahan, bakat, dan setelah mendapat pengetahuan
tentang arah dari kesempatan kerja, maka tujuan kerier dapat
dibentuk.

c. Menyiapkan Rencana-Rencana. Rencana tersebut mungkin dibuat


dari berbagai macam desain kegiatan untuk mencapai tujuan karier
ASN.
d. Melaksanakan Rencana-Rencana. Untuk mengimplementasikan
satu rencana kebanyakan diperlukan iklim organisasi yang
mendukung. Artinya bahwa manajemen tingkat atas harus
mengajak semua tingkatan menajemen untuk membantu bawahan
mereka dalam meningkatkan karier mereka.

Pengembangan karier yang efektif akan memperbaiki dan


meningkatkan efektifitas pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai, agar
semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam mewujudkan
tujuan organisasi dengan lingkungan yang selalu berubah.
Pelaksanaan pekerjaan yang semakin baik dan meningkat,
berpengaruh langsung pada peluang bagi seorang pegawai untuk
memperoleh posisi atau jabatan yang diharapkan atau dicita-
citakannya.

Jalur karier PNS meliputi:


1. Pola Karier Horizontal Pola karier horizontal yaitu perpindahan
dari satu posisi jabatan ke posisi jabatan lain yang setara, baik di
dalam satu kelompok maupun antarkelompok JA, JF, atau JPT
melalui Mutasi yang dilaksanakan dalam 1 (satu) instansi pusat,
antar-instansi pusat, 1 (satu) instansi daerah, antar-instansi
daerah, antar instansi pusat dan instansi daerah, dan ke
perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
Mutasi dilakukan paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun. Mutasi dilakukan atas dasar kesesuaian antara
kompetensi PNS dengan persyaratan jabatan, klasifikasi jabatan,
dan pola karier, dengan memperhatikan kebutuhan organisasi.
Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan
konflik kepentingan. Selain mutasi karena tugas dan/atau lokasi,
PNS dapat mengajukan mutasi tugas dan/atau lokasi atas
permintaan sendiri.
2. Pola Karier Vertikal Pola karier vertikal yaitu perpindahan dari
satu posisi jabatan ke posisi jabatan yang lain yang lebih tinggi,
di dalam satu kelompok JA, JF, atau JPT melalui Promosi.
Promosi dalam JA dilakukan sesuai dengan kelompok rencana
suksesi atau melalui seleksi internal. Promosi dalam kelompok JF
dilakukan dalam hal kenaikan jenjang JF, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Promosi ke dalam JPT
dilakukan sepanjang memenuhi persyaratan jabatan melalui
seleksi terbuka atau berdasarkan ketentuan sistem merit, sesuai
ketentuan perundang-undangan dengan memperhatikan
kebutuhan organisasi.
3. Pola Karier Diagonal Pola karier diagonal yaitu perpindahan dari
satu posisi jabatan ke posisi jabatan lain yang lebih tinggi
antarkelompok JA, JF, atau JPT melalui: a. Perpindahan karier
diagonal bagi JA ke JF melalui mekanisme perpindahan,
inpassing atau promosi dalam JF, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang JF. Dalam hal
kondisi tertentu perpindahan karier dapat dilakukan
MANAJEMEN KARIER 17 melalui mekenisme penyetaraan
jabatan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. b.
Perpindahan karier diagonal bagi JF ke JA melalui mekanisme
penugasan pada jabatan di luar JF, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang JF. c. Perpindahan
karier diagonal JA dan JF Ahli Madya ke dalam JPT dilaksanakan
melalui promosi secara seleksi terbuka, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan, dengan memperhatikan
kualifikasi, kompetensi, persyaratan jabatan, dan kebutuhan
organisasi. d. Perpindahan karier diagonal dari JPT ke JF
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kualifikasi,
kompetensi, dan angka kredit yang dipersyaratkan dan formasi,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang JF

Setiap pejabat fungsional perawat diharapkan dapat


merencanakan karir individu mereka. Perencanaan karir pejabat
fungsional perawat dapat berupa rencana kenaikan jenjang
jabatan, pengembangan kualifikasi pendidikan, rencana
pengembangan kompetensi, serta rencana rumah jabatan yang
akan dicapai. Berikut tabel angka kredit kumulatif yang wajib
dicapai oleh pejabat fungsional perawat untuk diangkat ke JF
perawat terampil,pertama serta kenaikan jenjang jabatan sesuai
Permenpan 35 tahun 2019:

Gambar II Angka Kredit Kumulatif untuk kenaikan pangkat


Perawat Kategori Keterampilan
Gambar III Angka Kredit Kumulatif untuk kenaikan
pangkat Perawat Kategori Keahlian
SEKARANG SAYA TAHU
Setiap pejabat fungsional perawat diharapkan dapat merencanakan karir
individu mereka. Perencanaan karir pejabat fungsional perawat dapat
berupa rencana kenaikan jenjang jabatan, pengembangan kualifikasi
pendidikan, rencana pengembangan kompetensi, serta rencana rumah
jabatan yang akan dicapai.

Saudara sudah dapat menyelesaikan pembelajaran mandiri untuk Mata


Pelatihan Inti 5 ini dengan baik,
Sebelum melanjutkan ke Mata Pelatihan berikutnya, silakan jawab soal-
soal test akhir Mata Pelatihan Inti 5 yang terdapat pada LMS.
Setelah selesai, silakan lanjutkan ke pembelajaran berikutnya dengan
tetep semangat!!!

ANDA PASTI BISA!!!


REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang Manajemen
PNS
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2019 tentang
Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil
5. Peraturan menteri PAN-RB Nomor 1 tahun 2020 tentang Pedoman
Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2017 tentang
Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Kesehatan
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Karya tulis/ ilmiah apa yang pernah saudara buat?

karya ilmiah merupakan tugas yang tak dapat ditinggalkan oleh seorang
pejabat fungisonal perawat. Membuat karya ilmiah bagi pejabat
fungisonal perawat merupakan salah satu kegiatan pokok yang
mempunyai nilai kredit yang relatif tinggi. Karya ilmiah yang diciptakan
selain dalam bentuk suatu model juga harus dituangkan dalam bentuk
tulisan atau disebut juga karya tulis.

Penyusunan karya tulis/ karya ilmiah memerlukan pengetahuan tentang


konsep, prinsip prinsip dan tehnik penulisan karya tulis/karya ilmiah, agar
hasil tulisan yang dihasilkan memenuhi kaidah kaidah penulisan ilmiah.
Kaidah penulisan karya tulis/ karya ilmiah harus dipahami oleh seorang
pemangku jabatan fungsional perawat sehingga kualitas karya tulis/
karya ilmiah yang dihasilkan menjadi baik.

Materi pelatihan ini akan membahas tentang konsep karya tulis / ilmiah,
prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ilmiah serta sistematika
rancangan karya tulis/ ilmiah di bidang pelayanan keperawatan serta ciri-
ciri berbagai jenis karya tulis/ilmiah, baik dalam bentuk buku atau majalah
ilmiah, makalah, resensi, jurnal, artikel, prosiding, essei, leaflet, brosur,
berita, laporan penelitian, pengkajian, survey, evaluasi, tinjauan atau
ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri, buku standar, pedoman, petunjuk
teknis, petunjuk pelaksanaan di bidang pelayanan keperawatan, dan
laporan kasus (RCA, PDCA/PDSA).
Nah berikut ini adalah hasil belajar dan indikator hasil belajar yang akan
kita capai setelah kita mengikuti pembelajaran ini
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun
rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan konsep karya tulis / karya ilmiah
2. Menjelaskan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ karya
ilmiah
3. Menyusun rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang
pelayanan keperawatan.
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Konsep Karya Tulis/ Karya Ilmiah


2. Prinsip-Prinsip dan Teknik Penulisan Karya Tulis/ Karya Ilmiah
3. Rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan
keperawatan

Demikian sekilas tentang modul ini, tak kenal maka tak


sayang, setelah kenal modul ini saudara lebih siap untuk
mempelajari seluruh isi modul ini.
Peta Modul

Karya Tulis/ Karya Ilmiah di Bidang Pelayanan Keperawatan


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Konsep Karya Tulis/Karya Ilmiah

Pendahuluan

Konsep karya tulis/ karya ilmiah


merupakan materi yang harus
dipahami oleh pejabat fungsional
perawat untuk mampu membuat
karya tulis/ karya ilmiah yang bermutu.
Materi pokok ini akan membahas
tentang pengertian, tujuan,
karakteristik dan jenis jenis karya tulis
dan karya ilmiah

Pengetahuan yang baik tentang konsep karya tulis/ ilmiah akan membantu
memudahkan dalam menyusun rancangan karya tulis/ karya ilmiah.

Indikator Hasil belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan konsep
karya tulis/ karya ilmiah

Sub Materi Pokok


Konsep Karya Tulis/ Karya Ilmiah
1. Pengertian
2. Tujuan, Manfaat, dan Fungsi Penulisan
3. Karakteristik
4. Jenis-jenis Karya Tulis/ Karya Ilmiah
Uraian Materi Pokok 1

Sebelum memulai pembelajaran, coba diingat kembali tentang karya


tulis/ karya ilmiah yang pernah saudara pelajari. kami berikan
kesempatan 5 menit untuk mengingat kembali. Baik kita mulai
pembelajaran, kita mulai dari pengertian.

A. Pengertian

Pengertian karya tulis / ilmiah:

Karya tulis/ ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang


menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik
dan benar. Fakta dapat berasal dari pengamatan, uji laboratorium,
studi pustaka, wawancara dan angket. (Rosidi).

Karya tulis/ ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi
serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya, suatu karangan yang disusun berdasarkan penelitian,
pengamatan ataupun peninjauan, membahas masalah secara
obyektif sesuai fakta dengan menggunakan metode ilmiah dengan
bahasa yang benar, jelas, ringkas dan kemungkinan kecil salah tafsir.

Bagaimana apakah saudara merasa cukup jelas setelah mendapatkan penjelasan


tentang pengertian karya tulis/ ilmiah diatas? Ataukah kurang jelas? jika demikian
saya akan menjelaskan lagi tentang pengertian karya tulis/ ilmiah menurut
beberapa sumber yang lain.
Karya tulis/ karya ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
berdasarkan pendekatan dan metode ilmiah yang
ditujukan untuk kelompok pembaca tertentu.

Dikatakan ilmiah karena memahami syarat sistematik, generalisasi,


eksplanasi dan terkontrol.

Karya tulis/ karya ilmiah ditulis dan disusun secara sistematis menurut
aturan atau kaidah tertentu. Karya ilmiah harus didasarkan atas
proses dan hasil berpikir ilmiah melalui penelitian. Proses berpikir
ilmiah menempuh langkah tertentu yang disusun oleh 3 unsur pokok
yakni pengajuan masalah, perumusan hipothesis dan verifikasi data
dan hasilnya ditulis secara sistematis menurut aturan metode ilmiah
(Nana Sujana).

Karya tulis/ ilmiah harus menggunakan ragam bahasa resmi,


sederhana dan lugas, serta selalu digunakan untuk mengacu hal yang
dibicarakan secara obyektif.

Itu tadi beberapa pengertian dari karya tulis/ karya ilmiah yang
pastinya dapat menambah dan melengkapi informasi tentang
karya tulis/ karya ilmiah yang sudah saudara ketahui sebelumnya.

Berikutnya akan disampaikan tentang tujuan, manfaat, fungsi dan


karekteristik penulisan karya tulis/ karya ilmiah.
B. Tujuan, Manfaat, Fungsi Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis / ilmiah antara lain sebagai berikut:

a. Transformasi pengetahuan penulis

b. Melatih keterampilan dasar untuk menjalankan penelitian


dengan benar dan teratur

c. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki penulis


dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah berupa karya
tulis/karya ilmiah setelah yang bersangkutan mendapatkan
pengetahuan dari keilmuannya

d. Menumbuhkan etos ilmiah

e. Sebagai wahana melatih pengungkapan pikiran atau hasil


penelitiannya berupa tulisan ilmiah yang sistematis

Bagaimana apakah saudara sudah mengerti tentang tujuan penulisan diatas, jika
telah mengerti marilah kita lanjutkan untuk mencermati tentang manfaat karya
tulis/ ilmiah berikut ini. Tapi sebelum lanjut ke manfaat ada baiknya kita relaksasi
terlebih dahulu, ikuti gerakan di bawah ini bergantian kaki kanan dan kiri masing-
masing sepuluh hitungan
Bagaimana perasaan saudara setelah melakukan relaksasi? Mudah mudahan
terasa lebih segar dan semangat untuk melanjutkan pembelajaran. Kita lanjutkan
ke manfaat karya tulis/ karya ilmiah

2. Manfaat Karya Tulis/ karya ilmiah

Manfaat dari penulisan karya tulis/ karya ilmiah antara lain


sebagai berikut:

a. Melatih pengembangan keterampilan membaca yang efektif.

b. Sebagai pengenalan dengan aktivitas kepustakaan

c. Mendapatkan kepuasan intelektual

d. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan

e. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk


peneliti selanjutnya

f. Sebagai peningkatan perorganisasian fakta dan data secara


sistematis

g. Dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari


berbagai sumber

Apakah materi tentang manfaat karya tulis/ karya ilmiah diatas dapat dipahami?
sekarang mari kita lanjutkan pada materi fungsi penulisan karya Tulis / karya
Ilmiah

Tahukah saudara tentang fungsi penulisan karya


tulis/ karya ilmiah……yukk kita pelajari
3. Fungsi Penulisan Karya Tulis / Ilmiah

Memberikan sebuah pengalaman dan pelajaran yang berharga


untuk penulis. Penulis akan mampu berfikir, menulis dan
mempertanggung jawabkan hasil dari karya tulis/ ilmiahnya.

Apakah bapak ibu masih semangat untuk melanjutkan


pembelajaran kita? Akan ada banyak hal menarik yang bisa kita
dapatkan di materi selanjutnya, yukk kita buka…..

Oh ternyata materi berikutnya tentang karakteristik penulisan. Ada apa sih di


karakteristik penulisan dan kenapa pula kita harus tahu tentang karakteristik
penulisan?? Baiklah kita simak saja materi nya di bawah ini

C. Karakteristik Penulisan

Karakteristik dari karya tulis/ karya ilmiah antara lain:

1. Logis (bisa diterima akal sehat)

2. Data yang diberikan jelas dan sesuai dengan fakta yang ada

3. Objektif (isinya benar sesuai fakta, tanpa ada rekayasa)

4. Sistematis (ditulis secara tersusun sesuai prosedur yang berlaku)

5. Pembahasannya tuntas dan menyeluruh

6. Memakai bahasa yang baku

7. Bisa diuji kebenarannya

8. Tidak emotif (melibatkan aspek perasaan penulis)

9. Tidak ambigu
Sebelum dilanjutkan , apabila sudah mulai lelah atau mengantuk,
silahkan boleh keluar ruangan dulu selama 5 menit. kalau ada
tumbuhan berwarna hijau pandangi tumbuhan tersebut

Baik apakah saudara sudah paham tentang materi diatas?

Baiklah sekarang kita akan lanjutkan ke materi berikutnya…

Sebelumnya saya ingin tahu apa yang saudara ketahui tentang jenis jenis karya
tulis/karya ilmiah….tentu nya sudah tahu banyak kan?

Baik sekarang kita mulai ya belajar tentang materi jenis Karya Tulis/ Karya
Ilmiah agar pengertahuan saudara lebih luas tentang materi tersebut

D. Jenis Karya Tulis/ Karya Ilmiah

Ada banyak sekali karya tulis/ karya ilmiah, antara lain:

1. Makalah

Makalah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan informasi,


data atau hasil penelitian yang ditujukan untuk kelompok tertentu
dalam suatu pertemuan ilmiah, misalnya disampaikan dalam suatu
seminar, symposium, lokakarya, konferensi atau kongres.

2. Prosiding

Prosiding merupakan kumpulan paper akademis hasil publikasi


dari seminar akademis atau konferensi. Prosiding berisi hasil-hasil
pemikiran para peneliti yang sudah diseminarkan dalam suatu
acara seminar akademis yang telah dipublikasikan baik yang
diselenggarakan pada tingkat nasional maupun internasional.
Terdapat paper yang merupakan hasil dari pemikiran para ahli di
dalam prosiding. Paper merupakan artikel ilmiah yang
penulisannya mengikuti format tertentu. Paper biasanya adalah
hasil dari penelitian baru dan dapat juga berbentuk ulasan kembali
dari penelitian-penelitian terdahulu. Karya tulis tersebut harus
sudah diseminarkan baik secara nasional maupun secara
internasional.

Prosiding memuat makalah dari pembicara kunci (makalah kunci),


makalah dari pembicara utama lain (makalah utama), dan makalah
dari peserta seminar atau konferensi atau simposium (makalah
pendamping).

3. Artikel

Artikel adalah semua tulisan disurat kabar atau majalah yang


bukan berbentuk berita, merupakan karangan faktual/ non fiksi
tentang suatu masalah secara lengkap yang biasanya tidak terlalu
panjang ditulis untuk pembaca tertentu, misalnya untuk dimuat
dalam majalah, buletin dan sebagainya. Artikel bertujuan untuk
menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik,
menawarkan pemecahan suatu masalah atau menghibur.

4. Laporan Kasus (RCA, PDCA/ PDSA)

Adalah laporan terperinci mengenai gejala, tanda, diagnosis,


pengobatan, dan tindak lanjut pasien individual, termasuk profil
demografis pasien dan menggambarkan kejadian yang tidak
biasa atau baru.
5. Komentar

Karya ilmiah berupa pendapat terhadap berbagai


kejadian/pernyataan, kebijakan atau fenomena yang terjadi di
masyarakat.

6. Resensi

Adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau
buku. Tujuan resensi (Gorys Keraf) adalah menyampaikan
kepada para pembaca apakah sebuah buku atau karya tulis itu
patut mendapat sambutan dari masyarakat.

7. Kritik

Adalah karya ilmiah berupa hasil telaah dijelaskan kelebihan dan


kekurangan dari karya tulis yang dikritik dan diikuti oleh pendapat
pengkritik. kritik tersebut berisi:

a. Pendahuluan (ringkasan karya tulis yang dikritik)

b. Pembahasan: kelemahan karya ilmiah yang dikritik dan


pendapat pengkritik.

c. Kesimpulan dan Saran

8. Studi kepustakaan (sesuaikan konten di atas)

Adalah penulisan karya ilmiah berdasarkan penelitian bibliografi


secara sistematis ilmiah meliputi pengumpulan bahan-bahan
yang berkaitan dengan sasaran penelitian, pengorganisasian
serta penyajian data.
9. Modul

Adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis


sedemikian rupa, sehingga pembaca diharapkan dapat menyerap
sendiri materi tersebut.

10. Laporan Penelitian

Adalah merupakan tahap akhir dari proses penelitian dimana


peneliti menyampaikan dan mengkomunikasikan kepada audiens
hasil akhir risetnya melalui tulisan.

11. Pedoman

Adalah hal atau ketentuan pokok dalam memberi arah yang


menjadi dasar, pegangan, acuan atau petunjuk untuk menentukan
atau melaksanakan sesuatu.

12. Petunjuk Teknis

Adalah Petunjuk rinci/ urutan langkah yang digunakan untuk


melaksanakan suatu pekerjaan.

13. Petunjuk Pelaksanaan

Adalah Petunjuk yang digunakan untuk mengarahkan kegiatan


14. Buku Standar

Adalah merupakan buku teks yang baku digunakan sebagai acuan,


berkualitas dan biasanya ada tanda pengesahan dari badan yang
berwenang.

15. Laporan Ilmiah

Laporan menjadi hal penting di perusahaan dan instansi


pemerintah, karena merupakan dasar bagi kegiatan selanjutnya.
Laporan ada yang ditulis dalam jangka waktu tertentu, disebut
sebagai laporan periodik dan ada yang dibuat berdasarkan
kebutuhan dan permintaan.

16. Berita

Berita adalah tulisan berdasarkan fakta atas kejadian atau


peristiwa. Dalam menulis berita sama sekali tidak diperbolehkan
memuat opini.
SEKARANG SAYA TAHU

1. Pengertian karya tulis/ilmiah adalah ilmu pengetahuan yang


menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik
dan benar

2. Tujuan, manfaat dan Fungsi karya tulis/ ilmiah adalah melatih


pengungkapan pikiran atau hasil penelitiannya berupa tulisan ilmiah
yang sistematis dan bertujuan untuk melatih menggabungkan hasil
bacaan dari berbagai sumber

3. Jenis karya tulis/ karya ilmiah ternyata sangat banyak dan bermacam
macam tidak hanya terbatas pada hasil penelitian, tetapi laporan dan
kritik pun masuk dalam jenis karya tulis/ karya ilmiah.
Materi Pokok 2

Prinsip dan Teknik Penulisan Karya Tulis/Karya


Ilmiah

Pendahuluan

Sebelum memulai pembelajaran, coba perhatikan dulu gambar berikut:

Apa yang saudara pikirkan terkait gambar diatas?

Mari kita lihat bersama ada beberapa hal yang bisa kita simpulkan dari
gambar di atas, untuk bisa berjalan dan tidak saling bertabrakan perlu kita
pelajari prinsip dan cara berjalan yang baik, demikian juga agar bisa
membuat karya tulis/ karya ilmiah yang baik perlu kita pelajari prinsip dan
tehnik penulisan karya tulis/ karya ilmiah.

Baik kita mulai pembelajaran tentang prinsip dan tehnik penulisan karya
tulis/ karya ilmiah, semoga materi ini dapat memberikan panduan bagi
saudara saat menulis karya tulis/ karya ilmiah agar dapat menyusun karya
tulis/ karya ilmiah dengan baik dan benar.
Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu menjelaskan

menjelaskan prinsip-prinsip dan teknik penulisan karya tulis/ karya ilmiah

Sub Materi Pokok

Prinsip dan Teknik Penulisan Karya Tulis/ Karya Ilmiah

a. Prinsip-prinsip penulisan karya tulis/karya ilmiah

b. Teknik penulisan karya tulis/karya ilmiah


Uraian Materi Pokok 2

A. Prinsip penulisan karya tulis/ karya ilmiah

Dalam penulisan karya tulis/ ilmiah beberapa prinsip yang perlu


saudara ketahui adalah sebagai berikut:

1. Etika dalam penulisan karya tulis/ ilmiah

Etika bagi seorang penulis ilmiah adalah memasukkan nilai-nilai


moral dan tanggung jawab ketika menggunakan komunikasi
ilmiah dengan tujuan mulia.

Beberapa landasan etika dalam penulisan karya tulis/ karya ilmiah


adalah sebagai berikut:

a. Penulis ilmiah harus akurat dalam menulis, penulis ilmiah


harus betul-betul seksama.

b. Penulis ilmiah harus jujur dalam menulis.

c. Penulis ilmiah harus menjunjung tinggi tanggung jawabnya;


bekerja sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

d. Penulis ilmiah tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan.

e. Penulis ilmiah tidak boleh menyembunyikan kebenaran


dengan menggunakan dwimakna (ambiguitas).

f. Penulis ilmiah tidak boleh menggunakan ide orang lain


tanpa memberi keterangan secara jelas. Penulis ilmiah
harus mencantumkan sumber informasi suatu gagasan.

g. Penulis ilmiah tidak boleh melanggar hak cipta.


h. Penulis ilmiah tidak boleh berbohong dengan mengacu data
statistik. Penulis ilmiah yang memanipulasi data atau grafik,
menggunakan uji statistic secara ceroboh dan tidak tepat
atau sengaja mengubah sampel dikatakan tidak etis.

i. Penulis ilmiah tidak boleh memasukkan dugaan pribadi


dalam laporannya. Penulis ilmiah yang kurang obyektif
dalam tulisannya disebut tidak etis.

Nah saudara sudah belajar tentang landasan etika dalam


penulisan karya tulis/ karya ilmiah, pengetahuan ini sangat
penting sekali diimplementasikan pada saat saudara
membuat karya tulis/ karya ilmiah

Prinsip penulisan karya tulis/ karya ilmiah selanjutnya adalah terkait


proses berpikir ilmiah, berikut penjelasannya:

2. Proses berpikir ilmiah

a. Berpikir deduktif

Berpikir deduktif merupakan sebagian dari berpikir ilmiah.


Logika deduktif merupakan salah satu unsur dari metode
logiko hipotetiko verifikatif, dimana kita menarik kesimpulan
dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan
khusus dengan menggunakan penalaran atas rasio. Hasil
dari berpikir deduktif dapat digunakan untuk menyusun
hipotesis, yakni jawaban sementara yang masih perlu diuji
atau dibuktikan melalui proses keilmuan selanjutnya.
b. Berpikir induktif

Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari berpikir


deduktif, yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari
pernyataan-pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju
kesimpulan yang bersifat umum.

Proses berpikir induktif dimulai dari fakta atau data khusus


berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman
empiris. Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun,
diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya dalam
bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum.
Menarik kesimpulan umum dari data khusus berdasarkan
pengamatan tidak menggunakan rasio atau penalaran
tetapi menggunakan cara lain, yakni menggeneralisasikan
fakta melalui statistik.

c. Berpikir ilmiah

Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan


berpikir induktif. Hipotesis diturunkan dari teori, kemudian
diuji melalui verifikasi data secara empiris. Pengujian
dengan jalan mengumpulkan dan menganalisa data yang
relevan untuk menarik kesimpulan apakah hipotesis benar
atau tidak. Cara berpikir seperti ini disebut metode logiko-
hipotetiko-verifikatif.

Berpikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah melalui


beberapa langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah
Yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab. Pertanyaan yang diajukan hendaknya
mengandung banyak kemungkinan jawaban.

2) Mengajukan hipotesis

yakni jawaban sementara atau dugaan jawaban dari


pertanyaan diatas. Dalam menetapkan hipotesis kita
harus melihat kepada khasanah pengetahuan, artinya
hipotesis diturunkan dari kajian teoritis penalaran
deduktif.

3) Verifikasi data

artinya mengumpulkan data secara empiris kemudian


mengolah dan menganalisis data untuk menguji benar
tidaknya hipotesis. Hipotesis yang telah teruji
merupakan jawaban definitive dari pertanyaan yang
diajukan.

4) Menarik kesimpulan

artinya menentukan jawaban-jawaban definitif dari


setiap masalah yang diajukan atas dasar pembuktian
atau pengujian secara empiris. Hipotesis yang tak teruji
kebenarannya tetap harus disimpulkan dengan
memberikan pertimbangan dan penjelasan faktor
penyebabnya.

Berikut ini akan dibahas tentang 2 faktor penyebab


utama hipotesis tak teruji yaitu

a) Kesalahan verifikasi: instrument kurang tepat,


sumber data keliru, teknik pengolahan data kurang
tepat.
b) Kekurang tajaman dalam menurunkan hipotesis
atau bersumber pada teori yang belum mapan.

Namun bila proses penurunan hipotesis telah terpenuhi


dan verifikasi data telah memenuhi syarat, hipotesis
tetap tidak terbukti kebenarannya maka dapat
disimpulkan: tidak terdapat bukti yang kuat bahwa teori
yang mendukung hipotesis dapat diaplikasikan dalam
kondisi di tempat penelitian itu dilaksanakan.

Selanjutnya kita akan membahas tentang sikap ilmiah yang perlu


dimiliki dalam penulisan karya tulis/ilmiah

Apa sajakah sikap itu….???

3. Sikap Ilmiah

Ada tujuh sikap ilmiah yang perlu saudara miliki yaitu :

a. Sikap ingin tahu yang diwujudkan dengan selalu bertanya


tentang berbagai hal, Apa? Mengapa? Bagaimana kalau
diganti dengan komponen yang lain?

b. Sikap kritis direalisasikan dengan selalu mencari informasi


sebanyak- banyaknya, baik bertanya pada narasumber yang
kompeten ataupun melalui membaca.

c. Sikap terbuka dinyatakan dengan selalu bersedia


mendengarkan pendapat dan argumentasi orang lain.

d. Sikap obyektif diperlihatkan dengan cara menyatakan apa


adanya tanpa diikuti oleh perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain yang diwujudkan
dengan mengikuti dan menyatakan terima kasih atas
karangan orang lain dan menganggapnya sebagai karya
orisinal milik pengarang aslinya.

f. Sikap berani mempertahankan kebenaran yang diwujudkan


dengan membela fakta atas hasil penelitiannya.

g. Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap


futuristic yaitu berpandangan jauh, mampu membuat
hipotesis dan membuktikannya, bahkan mampu menyusun
suatu teori baru.

Itulah tadi tujuh sikap ilmiah yang harus dimiliki penulis karya tulis/ karya ilmiah,
kira-kira ada berapa yang sudah saudara miliki?

Selanjutnya kita akan mempelajari syarat karya ilmiah, menurut saudara apa saja syarat
yang harus dipenuhi hingga tulisan yang dibuat termasuk dalam penulisan karya tulis/
karya ilmiah?

Baik sekarang kita lanjutkan menyimak materinya yah…..

4. Syarat-syarat karya ilmiah

Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi


serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya.

Suatu karangan dikatakan ilmiah bila memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:

a. Karangan ini berdasarkan hasil penelitian.


b. Pembahasan masalahnya obyektif sesuai dengan fakta.

c. Karangan itu mengandung\ masalah yang sedang


dicarikan pemecahannya.

d. Baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan


masalah digunakan metode tertentu. Bahasa yang
digunakan lengkap, terperinci, teratur dan cermat.

e. Bahasa yang digunakan hendaklah benar, jelas,


ringkas dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan
bagi pembaca untuk salah tafsir.

Melihat syarat-syarat di atas, seorang penulis karya ilmiah


hendaklah memiliki keterampilan dan pengetahuan dalam
bidang berikut ini:

a) Masalah yang sedang diteliti.

b) Metode penelitian yang digunakan.

c) Teknis menulis karangan ilmiah.

d) Penguasaan bahasa yang baik.

Apakah saudara masih semangat untuk belajar. Sekarang kita akan mulai
mencermati tentang Teknik Penulisan Karya Ilmiah, semangat ya.

Ibarat kata menulis tanpa menguasai tehnik penulisan ibarat pohon tanpa ranting.

Baiklah kita mulai ya


B. Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Dalam tehnik penulisan ilmiah terdapat tahapan penulisan sebagai


berikut

1. Tahap-tahap penulisan karya ilmiah:

a. Tahap persiapan

1) Pemilihan topik/masalah dan merumuskan masalah


penelitian yang didefinisikan dengan jelas keluasan
dan kedalamannya.

2) Studi pustaka untuk melihat apakah sudah ada


penelitian serupa yang pernah dilakukan.

3) Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan


sementara tentang suatu fenomena yang akan diteliti.

4) Pembuatan kerangka penulisan.

b. Tahap pengumpulan data

Langkah pertama yang harus ditempuh dalam pengumpulan


data adalah mencari informasi dari kepustakaan mengenai hal-
hal yang ada relevansinya dengan judul garapan. Di samping
itu penyusun juga dapat memulai terjun ke lapangan: tetapi
ingat sebelum terjun mintalah izin pada tuan rumah, baik
pemda ataupun perusahaan, bila anda akan meneliti di
perusahaan.

c. Tahapan pengorganisasian

Data yang sudah terkumpul diseleksi, diorganisir, dan


digolongkan menurut jenis, sifat dan bentuknya. Data diolah
dan dianalisis dengan teknik-teknik yang sudah ditentukan.
Jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis
dengan teknik statistik.
d. Tahap penyuntingan

Disini konsep diperiksa mencakup pemeriksaan isi karya


ilmiah, cara penyajian dan bahasa yang digunakan.

e. Tahap penyajian/pelaporan

Dalam mengetik naskah hendaknya diperhatikan segi


kerapihan dan kebersihan, perhatikan juga tata letak unsur-
unsur dalam karya ilmiah, baik di kulit luar maupun di dalam
(daftar isi, daftar puska, halaman, dll).

Itu tadi tahapan penulisan karya tulis/ karya ilmiah, berikutnya kita
mempelajari bagaimana strategi pemilihan topik, pembahasan
topik dan judul karya tulis/ ilmiah

Pada teknik penulisan karya tulis/ilmiah ini akan dibahas tentang


strategi pemilihan topik, pembahasan topik dan judul karya tulis/
ilmiah

2. Pemilihan Topik

Dalam pemilihan topik, Keraf menyatakan, penyusun karya


ilmiah lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian
dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik


adalah:

a. Topik yang dipilih berada disekitar kita, baik disekitar


pengalaman kita maupun pengetahuan yang kita kuasai.

b. Topik yang dipilih hendaknya yang paling menarik perhatian


kita.
c. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang
sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret
anda pada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.

d. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang obyektif.


Hindari topik yang bersifat subyektif, seperti kesenangan
atau angan-angan anda.

e. Topik yang dipilih harus saudara ketahui prinsip-prinsip


ilmiahnya walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih
jangan hal baru bagi saudara.

f. Topik yang dipilih harus memilih sumber acuan, memiliki


bahasa kepustakaan yang akan memberikan informasi
tentang pokok masalah yang akan ditulis. Sumber
kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar,
brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang.

Sebelum dilanjutkan, bila sudah merasa lelah, silahkan relaksasi terlebih dahulu, bila
ada tanaman hijau silahkan pandangi sambil berjalan-jalan agar mata kembali segar,
selama 5 menit silahkan relaksasi terlebih dahulu.

Baik sudah lima menit, bagaimana apakah sudah merasa lebih segar, mudah-mudahan
sudah lebih segar, sekarang kita mulai belajar materi lagi ya!

3. Pembahasan Topik

Pembahasan topik disini ditekankan pada pembatasan topik.


Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan
petunjuk, uji sekali lagi apakah topik itu sudah cukup sempit dan
terbatas atau masih terlalu umum dan mengambang. Teknik
membatasi topik dapat dilakukan dengan pembuatan bagan
pembatasan topik.
Berikut contoh narasi pembuatan bagan pembatasan topik

Topik yang anda pilih tempatkan pada puncak bagan, kemudian


tariklah cabang-cabang ke bawah untuk menempatkan nama
kota tempat masalah akan digarap, seperti Jakarta, Medan,
Bandung dst. Tariklah lagi ranting dari nama kota yang Anda
ketahui. Kalau pilihan Anda jatuh ke Bapelkes Cilandak, pikirkan
hal apa yang lebih menarik perhatian Anda, apakah segi kualitas
dan kuantitas kamar tidur atau resepsionis atau segi manajemen
pelatihannya atau lainnya? Tariklah lagi garis anak-anak ranting
ke bawah untuk menempatkan hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan Bapelkes Cilandak. Jika pilihan Anda difokuskan ke
masalah resepsionis, pikirkan kembali apakah hal itu sudah
cukup spesifik. Bila masih terlalu umum, rincilah lagi. Dengan
demikian anda mempunyai suatu topik yang betul-betul khusus,
spesifik dan sesuai dengan minat dan pengetahuan Anda.
Baik bapak dan ibu sekarang kita lanjutkan pada pembuatan judul ya

4. Judul Karya Ilmiah

Judul karya ilmiah yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat langsung, cakupannya terbatas.

b. Mencerminkan isi.

c. Mencakup permasalahan atau variable yang akan


diuraikan.

d. Dapat mempunyai sub judul (anak judul).

e. Singkat, menarik dan jelas.

f. Berbentuk frase, bukan berbentuk kalimat.

g. Ditulis dengan huruf capital seluruhnya atau capital di


setiap awal kata, kecuali kata depan dan tanpa tanda titik.
Sebelum memperoleh judul yang tepat, kita dapat
membuat beberapa judul tentative sampai kita
menemukan judul yang paling sesuai dengan topik yang
kita bahas. Contoh : Kesalahan Bahasa Penyiar di Stasiun
RCTI (judul) Bahasa Indonesia Penyiar di Stasiun RCTI
(judul) : Perlukah dibenahi? (sub judul) Penutup Seorang
pemangku jabatan fungsional kesehatan dituntut untuk
mahir menulis karya ilmiah. Tak dapat disangkal
kemahiran ini haruslah didasari oleh pengetahuan tentang
karya ilmiah itu sendiri dan kerajinannya berlatih menulis.
Dalam modul ini dijelaskan beberapa pengertian tentang
karya ilmiah, jenis karya ilmiah, prinsip penulisan dan
strategi pemilihan judul. Juga dijelaskan bagaimana
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan etika
penulisan. Pemilihan judul menjadi penting, karena judul
yang kurang greget menyebabkan tak seorangpun
berminat untuk membacanya. Modul ini masih jauh dari
sempurna, kritik dan saran sangat kami harapkan agar
modul ini dapat menjadi bahan belajar yang bermanfaat.
SEKARANG SAYA TAHU
1. Prinsip-prinsip karya tulis/ ilmiah adalah hal mendasar yang
harus kita pelajari agar kita dapat membuat tulisan yang baik

2. Pada tehnik penulisan terdapat tahapan penulisan dimulai dari


persiapan, tahap pengumpulan data, tahapan pengorganisasian
data, penyuntingan dan penyajian/pelaporan
Materi Pokok 3

Sistematika Penulisan Rancangan Karya


Tulis/Karya Ilmiah di Bidang Pelayanan
Keperawatan

Dua Materi pokok sudah selesai dipelajari, sebelum kita lanjutkan


silahkan peregangan dulu agar badan tidak pegal, ikuti gerakan pada
gambar di bawah ini, setiap gerakan dilakukan selama 10 detik

Bagaimana pegalnya sudah berkurang sekarang?

Kalau sudah tidak pegal lagi, kita lanjutkan kembali pembelajaran kita.

Ada satu materi terakhir yang harus dipelajari yaitu tentang sistematika
penulisan rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan
keperawatan.
Pendahuluan

Materi pokok 3 ini mempelajari tentang bagaimana sistematika rancangan


karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan, mulai dari judul
sampai dengan penutup.

Indikator Hasil Belajar

Menyusun rancangan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan


keperawatan

Sub Materi Pokok

Rancangan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelayanan keperawatan


Uraian Materi Pokok 3

Sistematika merupakan urutan dalam pembuatan karya tulis/ karya ilmiah


di bidang pelayanan keperawatann yang digunakan sebagai panduan
untuk memudahkan dalam penulisan karya tulis/ilmiah.

Sistematika penulisan karya tulis/karya ilmiah adalah sebagai berikut:

Halaman Judul

Lembar Pengesahan

Kata pengantar

Abstraksi

Daftar isi

Daftar tabel (bila ada)

Daftar lampiran (bila ada)

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan masalah

Tujuan penulisan

Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian studi kasus

Populasi dan Sampel Teknik Pengumpulan Data


Prosedur Penelitian pelaksanaan studi kasus

BAB IV PEMBAHASAN

(Sub bab disesuaikan dengan butir-butir pertanyaan dalam masalah)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan Saran
SEKARANG SAYA TAHU

Sistematika penulisan karya tulis/ karya ilmiah terdiri dari:

Pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, pembahasan dan


penutup
REFERENSI

1. Djunaidi (2017). Sumber rujukan sebagai referensi yang mendukung


karya tulis ilmiah bagi pustakawan. Jurnal kepustakawanan dan
masyarakat membaca. Vol.33 (2), 001-011.

2. Arifin, Z.E.(2006) Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. PT Grasindo,


Jakarta. 2.

3. Hariwijaya dan Triton P.B. (2007). Teknik Penulisan Skripsi dan


Tesis. Oryza, Yogyakarta. 3.

4. Hariwijaya, M. (2006). Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah.


Citra Pustaka, Yogyakarta
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Deskripsi Singkat

Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 5


Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan
bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan
Instansi Pemerintah, yang meliputi: 1) kompetensi teknis yang diukur
dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional,
dan pengalaman bekerja secara teknis; 2) kompetensi manajerial
yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan 3) kompetensi
sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga
memiliki wawasan kebangsaan.

Perlunya uji kompetensi jabatan fungsional adalah didasarkan pada


suatu kenyataan, bahwa lingkup pekerjaan Jabatan Fungsional
tersebut memiliki cakupan pekerjaan yang cukup luas, membutuhkan
penguasaan pengetahuan standar teoritis, serta memerlukan
penguasaan khusus secara substansial menurut tingkat keahlian pada
bidang tertentu. Disamping itu, tuntutan perkembangan jenis pekerjaan
atau bidang garapan profesi fungsional dimasa mendatang akan
menuntut ketajaman pemikiran yang terspesialisasikan menurut bidang
kompetensi masing-masing secara profesional.

Pada Modul Persiapan Uji Kompetensi ini menguraikan tiga materi


pokok yaitu Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat, Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi, dan Persiapan
sebagai peserta Ukom Jabatan Fungsional Perawat, sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menggunakan
beberapa metode pembelajaran.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu mempersiapkan
diri untuk mengikuti uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
1. Menjelaskan penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat;
2. Menjelaskan hak dan kewajiban peserta Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Perawat;
3. Menyusun persiapan sebagai peserta Uji Kompetensi Jabatan
Fungsional Perawat.
MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:


A. Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Perawat
B. Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat
C. Persiapan sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat
Peta Modul

Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Perawat


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Penyelenggaraan Uji Kompetensi

Pendahuluan
Sebelum suatu instansi pemerintah menyelenggarakan uji kompetensi
Jabatan Fungsional Perawat, maka perlu diketahui proses
penyelenggaraan uji kompetensi tersebut.

Sangat penting bagi peserta pelatihan untuk memahami proses


penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat, agar
dapat mengetahui tugas dan fungsi dari masing-masing instansi
pemerintah terkait. Dengan memahami proses penyelenggaraan
tersebut, maka akan mempermudah kita dalam melakukan tahapan
persiapan dan pelaksanaan uji kompetensi.

Sebelum melaksanakan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat,


ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh instansi
penyelenggara agar pelaksanaan uji kompetensi berjalan dengan
lancar. Selanjutnya agar mampu melaksanakan uji kompetensi Jabatan
Fungsional Perawat, maka perlu diketahui mekanisme pelaksanaan uji
kompetensi mulai dari penyiapan, pelaksanaan sampai penerbitan
sertifikat uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Perawat
Sub Materi Pokok
1. Penyelenggara
2. Metode
3. Mekanisme
Uraian Materi Pokok 1

Haii… Sebelum Anda mempelajari lebih lanjut tentang penyelenggaraan uji


kompetensi Jabatan Fungsional Perawat, apa yang Anda ketahui tentang
penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Perawat?

Anda sebagai seorang Pejabat Fungsional Perawat, agar dapat


melakukan persiapan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat
dengan baik, maka Anda perlu memahami penyelenggaraan uji
kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.

Uraian di bawah ini dapat memberikan wawasan tentang


penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat. Dibaca
sampai tuntas ya, agar tidak gagal paham.
A. Penyelenggara
Penyelenggara uji kompetensi adalah instansi pemerintah pengguna
Jabatan Fungsional Perawat di Pusat dan di Daerah yang dipimpin oleh
sekurang-kurangnya pejabat pimpinan tinggi pratama atau pejabat
yang setara dan mempunyai tugas, fungsi dan/atau wewenang dalam
merencanakan dan menyelenggarakan uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan di instansi masing-masing setelah mendapatkan
akreditasi penyelenggaraan uji dari Kementerian Kesehatan. Adapun
organisasi penyelenggara uji kompetensi Jabatan Fungsional
Kesehatan, dijelaskan dalam gambar 1.
Gambar 1. Organisasi Penyelenggara Uji Kompetensi
Tugas Organisasi penyelenggara uji kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat meliputi:

1. Pusat yang membidangi pengembangan jabatan fungsional


kesehatan adalah unit kerja yang membidangi pengembangan
jabatan fungsional kesehatan di Kementerian Kesehatan, yang
tugasnya meliputi:
a. menyusun regulasi uji kompetensi;
b. menyusun perencanaan penyelenggaraan uji kompetensi
secara nasional;
c. mengarahkan instansi penyelenggara dalam penyelenggaraan
uji kompetensi;
d. menjadi koordinator penyelenggaraan uji kompetensi secara
nasional;
e. mensosialisasikan kebijakan uji kompetensi secara
berkesinambungan;
f. memberikan rekomendasi pelaksanaan uji kompetensi kepada
instansi pelaksana uji;
g. melakukan akreditasi penyelenggaraan uji kompetensi jabatan
fungsional kesehatan;
h. memberikan sertifikat akreditasi;
i. memberikan nomor sertifikat kepada peserta yang telah
dinyatakan lulus;
j. membuat dan mengembangkan sistem informasi terkait uji
kompetensi; dan
k. melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan uji
kompetensi.

2. Unit Pembina adalah unit kerja yang membina Jabatan Fungsional


Perawat, dikaitkan dengan tugas pokok dan fungsinya sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pembinaan Jabatan
Fungsional di lingkungan Kementerian Kesehatan, yang tugasnya
meliputi :
a. bertanggung jawab dalam penyelenggaraan uji kompetensi
secara nasional terhadap jabatan fungsional yang menjadi
binaannya;
b. membentuk tim penguji dan tim pelaksana uji;
c. menunjuk dan menetapkan admin E-UKOM di masing-masing
Unit Pembina;
d. memfasilitasi penyelenggaraan uji;
e. menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat fungsional
yang diuji di tingkat unit pembina;
f. melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan uji
kompetensi;
g. berkoordinasi dengan pusat yang membidangi pengembangan
jabatan fungsional kesehatan.

3. Instansi pemerintah sebagai instansi pengguna Pejabat Fungsional


Perawat terdiri dari Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Kesehatan, Unit yang membidangi pembinaan Jabatan
Fungsional Perawat, kementerian/ lembaga pemerintah non
kementerian selain Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Instansi pemerintah
lainnya dan fasilitas pelayanan kesehatan yang dipimpin oleh
sekurang-kurangnya pejabat pimpinan tinggi pratama atau pejabat
yang setara.
Instansi pemerintah sebagai instansi pengguna Pejabat Fungsional
Perawat memiliki tugas :
a. identifikasi peserta uji kompetensi;
b. membentuk dan menetapkan tim penguji dan tim pelaksana uji;
c. menunjuk dan menetapkan admin E-UKOM;
d. membuat rencana penyelenggaraan uji kompetensi;
e. membuat surat pengajuan akreditasi penyelenggaraan uji
kompetensi;
f. melakukan persiapan penyelenggaraan uji kompetensi;
g. memfasilitasi penyelenggaraan uji kompetensi;
h. menerbitkan sertifikat uji kompetensi untuk pejabat fungsional
yang diuji sesuai dengan nomor sertifikat yang diberikan dari
Pusat yang membidangi Pengembangan Jabatan Fungsional
Kesehatan;
i. melakukan pencatatan dan pelaporan;
j. membuat berita acara pelaksanaan (BAP) seperti contoh
sebagaimana tercantum dalam formulir peraturan ini; dan
k. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan uji kompetensi.

B. Metode Uji
Metode uji kompetensi dapat berupa portofolio, uji tulis, uji lisan, dan uji
praktik. Uji portofolio merupakan metode wajib dalam pelaksanaan uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan.
1. Portofolio
Portofolio merupakan laporan lengkap segala aktifitas seseorang
yang masing masing. Penilaian portofolio merupakan suatu metode
penilaian yang berkesinambungan dengan mengumpulkan informasi
atau data secara sistematik atas dilakukannya yang menunjukan
kecakapan pejabat fungsional kesehatan dalam bidangnya hasil
pekerjaan seseorang. Portofolio digunakan sebagai salah satu cara
penilaian yang mampu mengungkap pencapaian kompetensi dan
standar kompetensi setiap pejabat fungsional kesehatan.
Pentingnya portofolio memungkinkan pejabat fungsional untuk
merefleksi pelayanan yang diberikan, dapat menunjukan
kemampuan, memberi gambaran atas apa yang dilakukan pejabat
fungsional kesehatan dan sebagai bukti otentik.
Penilaian portofolio dalam konteks sebagai salah satu metode uji
kompetensi jabatan fungsional kesehatan untuk memperoleh
sertifikat lulus uji kompetensi sebagai syarat dalam kenaikan
jenjang/level. Penilaian portofolio jabatan fungsional kesehatan
dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu:
a. Komponen Utama adalah Bukti Pelayanan/asuhan
Penilaian komponen pelayanan/asuhan ini mengacu dari butir
kegiatan jabatan fungsional dengan kriteria:
1) 75% - 80% komponen pelayanan/ asuhan berasal dari
kompetensi pada jenjang yang sedang dipangkunya; dan
2) 20% - 25% komponen pelayanan/asuhan berasal dari
kompetensi yang akan dipangkunya.
b. Komponen tambahan
Komponen tambahan menjadi suatu pilihan penilaian dan bukan
menjadi persyaratan wajib bukti portofolio. Komponen tambahan
dapat berupa:
1) Sertifikat Pelatihan
Adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang pernah
diikuti oleh pejabat fungsional dalam rangka pengembangan
dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan
tugas pelayanan kesehatan di seluruh instansi atau fasilitas
pelayanan kesehatan. Bukti fisik komponen pedidikan dan
pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam asli yang
dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan harus dilengkapi dengan laporan
singkat hasil diklat yang meliputi tujuan diklat, materi diklat dan
manfaat diklat untuk perbaikan pelayanan kesehatan.
Sertifikat/piagam pendidikan dan pelatihan dapat dinilai
apabila:
a) Materi diklat memiliki relevansi dengan jabatan
fungsional yang dipangkunya. Dapat dikategorikan
menjadi relevan (R) dan tidak relevan (TR). Relevan (R)
apabila materi diklat secara langsung dapat menunjang
peningkatan kompetensi teknis di jenjang yang akan
dipangkunya. Tidak Relevan (TR) apabila materi diklat
tidak menunjang peningkatan kinerja/kompetensi
jabatan fungsional kesehatan tertentu dan diklat tidak
relevan tidak akan dinilai.
b) Durasi diklat sekurang kurangnya 30 JPL. Jumlah
sertifikat/piagam diklat yang dapat dinilai sebanyak 3
(tiga) sertifikat /piagam per tahun
2) Karya Pengembangan Profesi
3) Penghargaan yang relevan di bidang kesehatan.
2. Uji Tulis
Uji tulis merupakan salah satu cara untuk mengukur pengetahuan
dan pemahaman pejabat fungsional untuk dapat menganalisis dan
memecahkan masalah terkait kompetensi. Metode uji tulis dalam uji
kompetensi yang digunakan dapat dalam bentuk pertanyaan dengan
pilihan ganda. Uji Kompetensi tertulis digunakan untuk Untuk
mengukur kemampuan pengetahuan (cognitive) jabatan fungsional
kesehatan. Tes tertulis dilakukan dengan memberikan pertanyaan
atau tugas secara tertulis dan peserta menjawab setiap pertanyaan
atau tugas. Tes tertulis dapat berbentuk tes objektif atau tes uraian.
Bentuk tes objektif terdiri dari bentuk soal benar-salah,
menjodohkan, dan pilihan ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat
berupa pilihan ganda biasa, pilihan ganda analisis kasus, pilihan
ganda komplek, dan pilihan ganda membaca diagram/tabel.
3. Uji Lisan
Uji lisan merupakan metode uji yang dapat digunakan selain metode
uji portofolio. Uji lisan dapat berupa wawancara terstruktur dan dapat
dilakukan bersamaan dengan uji portofolio. Kompetensi yang
diujikan dalam uji lisan disesuaikan dengan standar kompetensi dan
level kompetensi sesuai dengan jenjang yang akan diampunya. Uji
Lisan/ Interview merupakan kegiatan uji kompetensi yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan lisan dari penguji kepada peserta
uji yang tujuannya untuk mengklarifikasi atau mengali kompetensi
peserta uji.
Uji lisan ialah salah satu uji kompetensi jabatan fungsional yang
menggunakan teknik wawancara dibuat secara sistematis untuk
mengukur kemampuan peserta terkait butir kegiatan sesuai jabatan
fungsional. Biasanya menggunakan wawancara terstruktur disusun
secara terperinci, menggunakan kuesioner standar (atau jadwal
wawancara) untuk menjamin se mua responden ditanyakan dengan
satu perangkat pertanyaan yang sama dalam urutan yang sama.
Jawaban pertanyaan tidak membuka kebebasan dan sudah terikat
pada pertanyaan yang telah disusun lebih dahulu.
4. Uji Praktik
Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur tindakan
dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-masing jabatan
fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan peserta uji dari
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Ayooo tetap fokus dan semangat yaaa....


C. Mekanisme Uji
1. Mekanisme Uji Kompetensi
Mekanisme bagi penyelenggara uji kompetensi Jabatan Fungsional
Perawat adalah sebagai berikut:
a. Melakukan mapping terhadap Jabatan Fungsional Perawat
meliputi variabel nama pemangku, jenis jabatan fungsional,
kategori jabatan fungsional, jenjang jabatan fungsional, riwayat
pendidikan, riwayat pelatihan jabatan fungsional terkait dan
variabel lainnya yang diperlukan.
b. Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan uji kompetensi bagi
pejabat fungsional terutama yang akan naik jenjang.
c. Memeriksa kelengkapan dokumen administrasi calon peserta.
d. Menetapkan calon peserta uji yang telah memenuhi
persyaratan.
e. Menunjuk dan menetapkan tim penguji sesuai persyaratan.
f. Melakukan perencanaan dan mengalokasikan anggaran biaya
penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.
g. Melakukan penyiapan tempat uji kompetensi.
h. Melakukan penyiapan peralatan, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan untuk uji kompetensi.
i. Membuat dan menyampaikan proposal penyelenggaraan uji ke
pusat yang membidangi pengembangan jabatan fungsional
kesehatan.
j. Melaksanakan uji kompetensi.
k. Membuat dan menyampaikan Berita Acara Pelaksanaan Uji dan
meminta nomor sertifikat ke pusat yang membidangi
pengembangan jabatan fungsional kesehatan.
l. Mengeluarkan sertifikat kompetensi dan memberikan kepada
Pejabat Fungsional Perawat yang lulus, paling lambat satu
bulan setelah dinyatakan lulus.
m. Memberikan peningkatan pengetahuan dan kemampuan bagi
peserta uji yang tiga kali tidak lulus uji kompetensi.
2. Sertifikat Uji Kompetensi
Sertifikat uji kompetensi merupakan bukti pengakuan tertulis atas
penguasaan kompetensi kerja yang diberikan kepada Pejabat
Fungsional Bidan yang telah lulus uji kompetensi jabatan
fungsional.

Sertifikat Uji Kompetensi jabatan fungsional sebagaimana


dimaksud dicetak di atas kertas ukuran A4 dengan berat 120 g dan
ditandatangani oleh pimpinan instansi penyelenggara uji
kompetensi dan ketua tim penguji.

Setiap sertifikat akan mendapatkan nomor peserta terdiri dari 16


digit yang masing-masing digit mempunyai arti dengan rumusan
kode digit.

3. Sanksi
a. Peserta yang melanggar tata tertib diberi peringatan oleh tim
penguji, apabila peserta telah diberikan peringatan dan tidak
mengindahkan peringatan tersebut, maka tim penguji mencatat
dan mengusulkan peserta tersebut untuk dinyatakan gagal ujian
dan dibuatkan berita acara.

b. Penguji yang melanggar ketentuan sebagaimana dalam


pedoman ini maka akan diberikan sanksi. Proses pemberian
sanksi bagi penguji berdasarkan pada proses klarifikasi dan
koordinasi dengan pihak terkait termasuk penguji yang diduga
melanggar, sanksi tersebut diberikan oleh pejabat yang
menetapkan tim penguji tersebut sesuai tingkatannnya atas
rekomendasi tim pembinaan dan pengawasan. Pemberian
sanksi ini berdasarkan pada tingkat pelanggaran, dapat berupa
antara lain:

1) Teguran lisan;

2) Teguran tertulis;

3) Pembebastugasan dari keanggotaan tim penguji untuk


periode waktu tertentu; atau

4) Pembebas tugasan dari keanggotaan tim penguji dan tidak


dapat menjadi tim penguji lagi.

c. Penyelenggara uji tidak boleh melaksankan uji kompetensi


tanpa adanya surat rekomendasi penyelenggaraan uji
kompetensi dari pusat yang membidangi pengembangan
jabatan fungsional kesehatan dan akan dilaksanakan
akreditasi terkait penyelenggaraan uji kompetensi secara
berkala oleh pusat yang membidangi pengembangan jabatan
fungsional kesehatan.

d. Unit Pembina/Dinas Kesehatan Provinsi/Dinas Kesehatan


Kab/Kota dan instansi pengguna Pejabat Fungsional Bidan
yang telah memenuhi persyaratan dan telah mendapatkan
rekomendasi penyelenggaraan uji kompetensi dari pusat yang
membidangi pengembangan jabatan fungsional kesehatan
namun tidak bersedia menyelenggarakan uji tanpa alasan
yang kuat maka pejabat fungsional yang berasal dari
instansinya tidak dapat diuji di instansi lain.
SEKARANG SAYA TAHU

• Penyelenggaraan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat


melibatkan Pusat yang membidangi pengembangan jabatan fungsional
kesehatan, Unit Pembina Jabatan Fungsional Perawat, dan Instansi
Pemerintah sebagai instansi pengguna Jabatan Fungsional Perawat.

• Metode Uji Kompetensi terdiri dari portofolio, tulis, lisan dan praktik.
Saat ini hanya metode portofolio yang diwajibkan dalam uji kompetensi
jabatan fungsional kesehatan.

• Untuk menyelenggarakan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat,


maka perlu dilakukan tahapan-tahapan seperti mapping peserta dan
seleksi administrasi sebelum pelaksanaan uji, penerbitan sertifikat uji
kompetensi Jabatan Fungsional Perawat untuk peserta yang lulus uji,
serta pemberian sanksi untuk peserta dan penguji yang melanggar
aturan.

Anda sudah capeek…..? Yuk istirahat dulu, energizer sebentar 5 menit.

Nah, sekarang anda sudah segar kembali…. ayuuk kita lanjut


mempelajari materi pokok 2.
Materi Pokok 2

Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi


Jabatan Fungsional Perawat

Pendahuluan
Sebelum melaksanakan uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat,
Anda sebagai calon peserta uji perlu memahami apa yang menjadi hak
dan kewajiban sebelum, saat dan sesudah pelaksanaan uji kompetensi.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan
mengenai kewajiban dan hak peserta uji kompetensi jabatan fungsional
Perawat.

Sub Materi Pokok


1. Kewajiban
2. Hak
Uraian Materi Pokok 2

Sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat, tentunya memiliki hak
dan kewajiban. Apakah yang anda ketahui tentang hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi?

Agar kita mengetahui dan memahami hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi

Adapun kewajiban dan hak peserta uji adalah sebagai berikut:


A. Kewajiban Peserta Uji
1. Mempersiapkan berkas administrasi yang diperlukan
2. Mengajukan permohonan uji kompetensi ke pimpinan
instansi pengguna dengan diketahui atasan langsung.
3. Melakukan registrasi online uji kompetensi jabatan
fungsional. Seluruh Pejabat Fungsional Perawat yang akan
mengikuti uji kompetensi wajib melakukan pemutakhiran data
jabatan fungsional secara online melalui laman resmi Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan (Badan PPSDM Kesehatan). Setelah melakukan
pemutakhiran data jabatan fungsional, semua calon peserta
uji kompetensi harus mendaftar uji kompetensi secara online.
4. Mencetak buku registrasi online.
5. Mempersiapkan berkas portofolio dan data dukung yang
diperlukan.
6. Melakukan konsultasi dengan tim penguji sebelum
melakukan uji kompetensi (setelah ditetapkan menjadi calon
peserta uji).
7. Melaksanakan uji sesuai dengan tempat, waktu, metode
yang telah ditetapkan.

Ketika Anda menjadi peserta uji kompetensi, selain dituntut untuk


melaksanakan kewajiban-kewajiban diatas, Anda juga memiliki hak-
hak. Selanjutnya Anda akan mempelajari mengenai hak-hak peserta
uji kompetensi. Tetap fokus dan semangat ya…

B. Hak Peserta Uji Kompetensi


1. Mendapatkan feedback dan hasil kelulusan uji kompetensi.
2. Bila lulus, mendapat sertifikat uji kompetensi.
3. Bila tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan oleh pelaksana.
4. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang
yang kedua sesuai dengan jadwal yang tersedia
penyelenggara.
5. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan instansi
pengguna memberikan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kepada pejabat fungsional tersebut.

Gambar 2. Contoh Sertifikat Kompetensi


SEKARANG SAYA TAHU

• Selain wajib mempersiapkan semua dokumen administrasi, portofolio,


data dukung lainnya yang digunakan untuk uji kompetensi, peserta juga
diwajibkan untuk melakukan registrasi, berkonsultasi dengan tim
penguji dan melaksanakan uji kompetensi.

• Peserta uji kompetensi berhak mendapatkan feedback terhadap hasil


uji kompetensi, mendapatkan sertifikat apabila lulus uji dan
mendapatkan kesempatan untuk ikut uji kompetensi ulang maksimal 2
(dua) kali apabila tidak lulus uji.

Nah, supaya lebih memahami tentang hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi, Yuk mari simak video berikut ini. Semangat menyimak
videonya ya… (video presentasi tentang hak dan kewajiban peserta uji
kompetensi)
Materi Pokok 3

Persiapan sebagai Peserta Uji Kompetensi


Jabatan Fungsional Perawat

Pendahuluan
Setelah memahami tentang hak dan kewajiban peserta uji kompetensi
Jabatan Fungsional Perawat, sekarang Anda akan mempelajari tentang
Persiapan sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.

Anda sebagai Pejabat Fungsional Perawat perlu untuk memahami kisi kisi
materi uji, penilaian dan aplikasi e-ukom untuk mempersiapkan diri anda
menghadapi uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu menjelaskan mengenai
persiapan sebagai peseta uji kompetensi jabatan fungsional Perawat.

Sub Materi Pokok


1. Kelengkapan Uji Kompetensi
2. Aplikasi e-ukom
Uraian Materi Pokok 3

Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang persiapan sebagai peserta uji
kompetensi Jabatan Fungsional Perawat, tuliskan apa yang anda ketahui mengenai
persiapan sebagai peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat.

Apakah Anda sudah siap ? Yuk persiapkan diri, Anda akan mulai
mempelajari materi ini. Yuk, mari kita fokus mempelajari. Tetap semangat
ya…

A. Kelengkapan Uji Kompetensi


1. Kisi-kisi Materi Uji
Tahukah Anda bahwa materi uji kompetensi berbeda-beda untuk
setiap jenjang jabatan? Ternyata untuk membuat materi uji
kompetensi ada standar yang digunakan.
Disini Anda akan diberikan pengetahuan, bagaimana materi uji
disusun.

Materi uji kompetensi jabatan fungsional Perawat mengacu pada


kamus/standar kompetensi jabatan fungsional Perawat yang disusun
Instansi Pembina atau sesuai butir-butir kegiatan dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Materi uji kompetensi dalam rangka kenaikan jenjang jabatan setingkat
lebih tinggi meliputi :
1. materi uji meliputi kompetensi teknis, manajerial dan sosio kultural;
2. materi uji mengacu pada kompetensi jenjang yang akan diduduki
dan kompetensi jenjang yang sedang diduduki, meliputi 75 – 80%
kompetensi jenjang yang saat ini didudukidan 25-20% kompetensi
jenjang yang akan diduduki; dan
3. level kompetensi mengacu pada kompetensi jenjang jabatan yang
akan diduduki dan kompetensi jenjang yang sedang diduduki.

Materi uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat mengacu pada


Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Perawat atau sesuai butir-
butir kegiatan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Level kompetensi dalam Standar
Kompetensi Jabatan Fungsional Perawat menunjukkan tingkat
penguasaan kompetensi, dimana penguasaan kompetensi tersebut
digambarkan dalam suatu indikator perilaku yang terdiri dari 5 (lima)
tingkatan, yaitu dari Level 1 sampai dengan Level 5, dengan
penjelasan sebagai berikut:
1. Level 1 Paham/dalam pengembangan (awareness/being
developed), dengan kriteria: 1) mengindikasikan kemampuan
melaksanakan tugas/pekerjaan teknis sederhana dengan proses
dan aturan yang jelas, memerlukan pengawasan
langsung/bantuan dari orang lain; 2) mengindikasikan penguasan
pengetahuan dan keterampilan yang tidak memerlukan pelatihan
khusus; 3) mengindikasikan memiliki pemahaman dasar tentang
prinsip-prinsip teori dan praktek, namun masih memerlukan
pengawasan langsung dan/atau bantuan pihak lain; dan 4)
mengindikasikan kemampuan bertanggung jawab atas pekerjaan
sendiri.
2. Level 2, Dasar (basic), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan melakukan kegiatan/tugas teknis dengan alat,
prosedur dan metode kerja yang sudah baku; 2) mengindikasikan
pemahaman tentang prinsip-prinsip teori dan praktek, dalam
pelaksanaan tugas tanpa bantuan dan/atau pengawasan
langsung; 3) mengindikasikan penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang memerlukan pelatihan tingkat dasar; dan 4)
mengindikasikan kemampuan untuk bertanggungjawab atas
pekerjaan sendiri dan dapat diberi tangungjawab membantu
pekerjaan orang lain untuk tugas teknis yang sederhana.
3. Level 3 Menengah (intermediate), dengan kriteria: 1)
mengindikasikan kemampuan melakukan tugas teknis yang lebih
spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas dan pilihan
metode untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam
tugasnya; 2) mengindikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
teori dan praktek tanpa bantuan dan/atau pengawasan langsung,
dengan kecepatan yang tepat penyelesaian pekerjaan yang lebih
cepat; 3) mengindikasikan kepercayaan diri dan kemampuan dan
menunjukkan kelancaran dan ketangkasan dalam praktek
pelaksanaan pekerjaan teknis; 4) mengindikasikan penguasan
pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan pelatihan tingkat
menengah; dan 5) mengindikasikan kemampuan
bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tangungjawab atas pekerjaan kelompok/tim.
4. Level 4 Mumpuni (advance), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan/iptek,
konsep/teori dan praktek mampu mendapat pengakuan di tingkat
instansi; 2) mengindikasikan kemampuan menghasilkan perbaikan
dan pembaharuan teknis, metode kerja; 3) Mengindikasikan
kemampuan beradaptasi dengan berbagai situasi, peningkatan
kompleksitas dan resiko serta kemampuan memecahkan
permasalahan teknis yang timbul dalam pekerjaan; 4)
mengindikasikan kemampuan mengembangkan dan menerapkan
pendekatan mono disipliner/satu bidang keilmuan dan kemampuan
melakukan uji kompetensi serta memiliki kemampuan pengajaran
serta menjadi rujukan atau mentor tingkat instansi; dan 5)
mengindikasikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan
yang memerlukan pelatihan lanjutan.
5. Level 5 Ahli (expert), dengan kriteria: 1) mengindikasikan
kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan/iptek,
konsep/teori mampu mendapat pengakuan nasional atau
internasional; 2) mengindikasikan kemampuan menghasilkan
karya kreatif, original dan teruji; 3) menunjukkan inisiatif dan
kemampuan beradaptasi dengan situasi masalah khusus, dan
dapat memimpin orang lain dalam melakukan kegiatan teknis; 4)
mengindikasikan kemampuan mampu mengkoordinasikan,
memimpin dan menilai orang lain, kemampuan melakukan uji
kompetensi, dan kemampuan menjadi pembimbing/mentor; 5)
mengindikasikan kemampuan mengembangkan dan menerapkan
pendekatan inter, multi disipliner; dan 6) mengindikasikan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi rujukan
atau mentor tingkat nasional atau internasional
Tabel 1.
Pola Distribusi Required Competency Level (RCL) Kompetensi

Nah…
JF Utama 5- 4 Dominan 5

Jabatan Madya 5-4 Dominan 4


Fungsional
Muda 4 -3 fifty-fifty
Keahlian
Pertama 3-2 -1 Dominan 2

JF Penyelia 4-3 fifty-fifty

Jabatan
Mahir 4-3 Dominan 3
Fungsional
Terampil 3,2,1 Dominan 2
Keterampilan
Pemula 2 -1 Dominan 1
sekarang Anda tahu kompetensi level berapa yang harus anda kuasai
untuk menduduki jenjang jabatan saat ini dan level kompetensi yang harus
Anda miliki ketika Anda akan naik jenjang.
2. Penilaian
Dalam rangka menjamin kualitas dari bukti-bukti portofolio yang
dikumpulkan selama pelaksanaan asesmen maka alat bukti tersebut harus
memenuhi 4 prinsip aturan pengumpulan bukti, yaitu :
a. Memadai
Memadai berkaitan dengan apakah bukti yang dikumpulkan telah cukup
untuk dengan yakin menentukan bahwa hasil yang ditargetkan dalam
standar kompetensi telah dicapai
b. Valid
Valid pembuktian berhubungan dengan keterkaitan secara langsung
dan kesesuaian bukti dengan standar kompetensi (outcome) yang
ditargetkan, serta kriteria Kinerja yang spesifik.
c. Asli
Asli berkaitan dengan keyakinan bahwa bukti yang dikumpulkan oleh
peserta uji merupakan hasil yang dilakukan sendiri.

d. Terkini
Terkini menunjukkan kepada waktu terakhir dibuatnya/disediakannya
alat bukti tersebut.

2.1 Penilaian Hasil Uji Lisan


Penilaian uji lisan di tentukan dari kesesuaian jawaban peserta uji
dengan lembar jawab lisan yang telah di siapkan. Hasil penilaian uji
lisan di rekap untuk di laporkan dalam lampiran berita acara dan di
akumulasikan dengan metode uji lain dan di buat nilai rata-rata untuk
di rekomendasikan sesuai kesepakatan nilai batas lulus.

2.2 Hasil Uji Praktik


Uji praktik merupakan ujian praktik atas tindakan/ prosedur tindakan
dari butir-butir kegiatan jenjang jabatan dari masing-masing jabatan
fungsional kesehatan untuk melihat kemampuan peserta uji dari aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Tehnik pengumpulan bukti
dengan ceklis observasi sesuai dengan tahap-tahap tindakan yang
ada di standar prosedur operasional (SPO) fasilitas pelayanan
kesehatan peserta uji. Hasil penilaian uji praktik di rekap untuk di
laporkan dalam lampiran berita acara dan di akumulasikan dengan
metode uji lain dan dibuat nilai rata-rata untuk di rekomendasikan
sesuai kesepakatan nilai batas lulus. Pelaksanaan uji kompetensi
dengan 4 metode tersebut harus di tentukan nilai batas lulus sebelum
dilakukan ujian saat ini nilai batas lulus adalah 70 (tujuh puluh).
Penilaian dari 3 metode uji kompetensi : uji portofolio, uji tulis dan uji
lisan mempunyai nilai batas lulus: 70 (tujuh puluh). Penilaian praktik
hasilnya harus kompeten jika hasilnya belum kompetensi berarti
harus dilakukan uji praktik ulang.

Sekarang mari kita lanjut mempelajari aplikasi e-ukom. Tetap semangat


yaa ☺
B. Aplikasi E-Ukom
1. Cara Membuka Situs
Cara untuk memulai akses terhadap sistem informasi uji kompetensi
jabatan fungsional (E-Ukom) sebagai berikut:
a. Buka web browser (Google Chrome atau Mozilla Firefox atau
lainnya) dengan alamat url:
http://jabfung.bppsdmk.kemkes.go.id/eukom bisa melalui
desktop atau mobile.
b. Kemudian tekan Enter pada tombol keyboard atau klik tombol
Go pada browser.
c. Akan muncul tampilan halaman utama sebagai berikut :

Keterangan:
a. Home : menu halaman depan
b. About : menu halaman tentang Informasi aplikasi
c. Login
o Login Peserta : menu halaman masuk kedalam sistem
akun user peserta
o Login Admin : menu halaman masuk kedalam sistem akun
user admin
o Signup : menu halaman pendaftaran akun user peserta
2. Cara Login Akun User Peserta

Gambar 3. Login E-UKOM

Keterangan :

1. Masukkan NIP dan password yang sudah terdaftar


2. Tekan tombol Login

Bagaimana jika Anda lupa password? Nah silahkan ikuti langkah


berikut…

3. Mengembalikan Akun User Peserta (lupa password untuk login)


Pada Halaman Login pilih (Reset Password)
Gambar 4. Reset Password

Langkah mengembalikan akun user:


Masukkan email pendaftaran akun

Gambar 5.
Memasukkan e-mail untuk reset password

Apabila email yang dimasukkan benar maka akan mengarah


kehalaman depan dan muncul notifikasi instruksi pengecekan E-mail.
Gambar 6.
Notifikasi pengecekan e-mail pada reset password
Periksa email Pesan Masuk (INBOX) dan ikuti intruksi selanjutnya.

Gambar 7.

Alur Tugas Akun Peserta

Gambar diatas menjelaskan alur tugas akun peserta diantaranya :


1. Melakukan registrasi untuk mendapatkan Akun
2. Meng-entry Foto
3. Mendaftar Uji Kompetensi
4. Meng-entry Data Peserta Uji
5. Mengupload file yang dibutuhkan
6. Mencetak Kartu Registrasi Online
7. Memantau proses verifikasi dan mengikuti ujian sampai ujian
dinyatakan selesai

4. Akun User Peserta


1. Halaman Utama Akun Peserta

Gambar 8. Halaman Utama Akun Peserta


2. Cara mendaftar online.
Gambar 9. Sign up aplikasi E-UKOM

Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar online, peserta dapat menekan Menu
Sign Up pada home peserta.
2. Isi semua data dengan benar
a. Nip: NIP Pegawai Terdaftar (18 karakter dan tanpa spasi)
b. Instansi: Nama Instansi peserta uji kompetensi
c. Unit : Unit atau Fasilitas Kesehatan
d. Provinsi : Nama Provinsi
e. Kabupaten / Kota : Nama Kabupaten /Kota
f. Username : Nama Lengkap
g. Email : Alamat Email
h. Password : Password minimal 6 digit
i. Password Repeat : Ulangi Password yang dimasukkan
j. Captcha : masukkan Kode Keamanan (pada gambar
captcha)
3. Tekan tombol Signup untuk mendaftar

3. Cara Meng-entry Foto


Gambar 10. Meng-entry Foto

Peserta dapat mengganti foto dengan cara menekan link (Ganti


Foto) dan memilih foto formal yang ingin di upload dengan format
gambar (.png, .jpg, .jpeg).
4. Cara Mendaftar Uji Kompetensi

Gambar 11. Registrasi Uji Kompetensi


Keterangan :
1. Cara untuk mendaftar uji kompetensi, peserta dapat menekan
link (Daftar Uji Kompetensi) pada homepeserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman registrasi uji
kompetensi. Nip dan Pilih Periode Uji Kompetensi sudah muncul
otomatis sesuai dengan informasi peserta.
3. Tekan tombol (Ya Daftar) apabila yakin untuk melakukan
pendaftaran

5. Cara Meng-entry Data Peserta

Gambar 12.
Meng-entry Data Peserta
Keterangan :
1. Cara untuk meng-input data peserta, peserta dapat menekan link
(Input Data Peserta) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Input Data Peserta.
Isikan data dengan benar.
a. Nip : NIP Peserta (18 karakter dan tanpa spasi)
b. Nama Lengkap : Nama Lengkap Peserta
c. Instansi Kerja : Instansi Kerja Peserta
d. Nama Provinsi : Nama Provinsi Peserta
e. Nama Kabupaten/Kota : Nama Kabupaten/ Kota Peserta
f. Instansi Unit : Instansi Unit Peserta
g. Unit Fasilitas Layanan Kesehatan : Unit Fasilitas Kesehatan
Peserta
h. Unit Kerja : Unit Kerja Peserta
i. Kategori Uji Kompetensi : Kategori Uji Kompetensi Peserta
j. Jenis Jabatan Fungsional : Jenis Jabatan Fungsional Peserta
k. Jenjang Jabatan Fungsional : Jenjang Jabatan Fungsional
Peserta
l. Nomor Ijasah Terakhir : Nomor Ijasah Terakhir Peserta
m. Tahun Ijasah Terakhir : Tahun Ijasah Terakhir Peserta
n. No. Telp HP/Rumah/Fax : No. Telp HP/ Rumah/Fax Peserta
o. No SK Jabatan Fungsional : Nomor SK Jabatan Fungsional
Peserta
p. Tanggal SK Jabatan Fungsional : Tanggal SK Jabatan Fungsional
Peserta

3. Tekan tombol (Setuju) apabila yakin untuk menyimpan data peserta


atau tekan tombol (Tidak Setuju) apabila tidak yakin untuk menyimpan
datapeserta
6. Cara Meng-upload File

Gambar 13. Meng-upload File

Keterangan :
1. Cara untuk meng-upload file data, peserta dapat menekan link
(Upload File Data) pada home peserta.
2. Kemudian sistem akan mengarahkan ke halaman Upload Files.
Beberapa jenis file yang harus di upload antara lain :
a. SKP 1 tahun terakhir
b. Surat rekomendasi dari atasan untuk mengikuti uji
c. SK jafung jenjang terakhir
Peserta dapat memilih jenis file yang sesuai dan pilih file yang
ingin di upload dengan format gambar (.png, .jpg, .jpeg).
3. Tekan tombol (Submit) apabila ingin menyimpan data.
4. File yang sudah terupload dapat dilihat di kolom Data File Upload,
peserta juga dapat menghapus data apabila terdapat kekeliruan
dalam menguplaod file.

7. Cara Mencetak Kartu Registrasi Online

Gambar 14.
Mencetak Kartu Registrasi Online
Keterangan :
1. Admin Wilayah sudah melakukan verifikasi kepada Peserta tersebut
2. Cara untuk mencetak kartu registrasi online, peserta dapat menekan
Menu Data Registrasi pada home peserta.
3. Pilih kartu registrasi online yang akan dicetak berdasarkan periode uji
kompetensi. Kartu registrasi online harus dibawa oleh peserta selama
mengikuti uji kompetensi. Berikut ini tampilan dari kartu uji registrasi
online:
Gambar 15.
Bukti Pendaftaran Uji Kompetensi

8. Cara Keluar Dari Sistem


Pilih Menu (Logout) yang berada di pojok kanan atas

Gambar 16. Logout dari Sistem

Nahhh... Untuk lebih memahami tentang aplikasi e-ukom, mari kita simak
video-video di bawah ini (video pengenalan aplikasi e-ukom dan cara
penggunaan aplikasi e-ukom).
SEKARANG SAYA TAHU

• Kelengkapan Uji Kompetensi meliputi Materi uji dan penilaian hasil uji.
Materi Uji kompetensi disusun berdasarkan Standar Kompetensi yang
berisi pengetahuan, keterampilan dan perilaku seorang pejabat
fungsional yang mengindikasikan tingkat (level) penguasaan
kompetensi dari yang terendah, sampai yang tertinggi (level 1 sampai
level 5).

• Komponen utama yang dinilai dalam uji kompetensi portofolio adalah


bukti pelayanan/ asuhan keperawatan dengan kriteria: 75% - 80%
komponen pelayanan/asuhan berasal dari kompetensi pada jenjang
yang sedang dipangkunya, dan 20% - 25% komponen
pelayanan/asuhan berasal dari kompetensi yang akan dipangkunya.

• Peserta uji kompetensi Jabatan Fungsional Perawat dapat melakukan


registrasi online melalui aplikasi E-Ukom dengan cara membuat akun
pada aplikasi E-Ukom, mengentry foto, mengupload file yang
dibutuhkan dan di tahap akhir peserta dapat mencetak kartu ujian.

Selamat, Anda keren…

Akhirnya Anda telah menyelesaikan pembelajaran mandiri untuk Mata


Pelatihan Inti 7. Persiapan Uji Kompetensi dengan baik.

Kalau Anda ingin tahu lebih banyak lagi tentang penyelenggaraan uji
kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan, silahkan unduh Permenkes
Nomor 18 tahun 2019.

Silahkan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pembelajaran


berikutnya.

Sekali lagi Selamat dan Semangattt…


REFERENSI

1. Undang-undang Nomor 5 tahun 2014 tenang Aparatur Sipil Negera


2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil
3. Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi Jabatan ASN
4. Peraturan Menteri PAN-RB nomor 13 Tahun 2019 tentang tentang
Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
Cover
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk turut mewujudkan


pembangunan kesehatan perlu memiliki sikap dan mampu membangun
jiwa kewirausahaan yang ditandai dengan kesungguhan, kreativitas,
inovatif, pantang menyerah, cerdas dalam menciptakan peluang dan
bertanggung jawab dalam rangka terjaganya kesehatan masyarakat dan
menciptakan peluang usaha termasuk profesi perawat.

Nursepreneur adalah perawat pengusaha yang bekerja secara mandiri


dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung,
pendidikan, penelitian, administratif atau konsultasi dalam menciptakan
bisnis/ mewujudkan usahanya. Perawat dapat berperan sebagai pemilik
modal, penggagas ide, pemilik saham, atau owner yang mampu menggaji
karyawan, meskipun dalam pelaksanaan teknis melibatkan banyak profesi
lain. Hal ini sebagai upaya mewujudkan suatu usaha yang dapat
menghasilkan secara ekonomi dan menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat luas di tengah kondisi banyak orang saling berlomba
memperebutkan kesempatan kerja yang semakin sempit.

Disamping itu nilai-nilai enterpreneur dalam keperawatan juga dapat


mendukung upaya pengembangan pelayanan keperawatan profesional
yang diberikan kepada masyarakat dan memperkenalkan profesi
keperawatan kepada masyarakat luas sehingga mendapat pengakuan dan
tempat di masyarakat, profesi lain dan komunitas pada umumnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu membangun jiwa


entrepreneur dalam keperawatan

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:

1. Menjelaskan konsep entrepreneurship dalam keperawatan,

2. Membangun jiwa entrepreneur dalam keperawatan


MATERI POKOK

Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

1. Konsep Entrepreneurship dalam Keperawatan

2. Jiwa Entrepreneur dalam Keperawatan


Peta Modul

Enterpreneurship dalam Keperawatan


B Kegiatan Belajar
Materi Pokok 1

Entrepreneurship dalam Keperawatan

Pendahuluan

Kewirausahaan (entrepreneur) merupakan hal penting di dalam


perekonomian suatu bangsa yang sedang berkembang. Tingkat Kemajuan
atau kemunduran bidang ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh
keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan ini. Tidak ada satu
bangsa di dunia ini yang mampu menjadi negara maju tanpa ditopang oleh
peran masyarakat yang berwirausaha.

Perkembangan entrepreneur di Indonesia saat ini masih sangat rendah


jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Pernyataan ini dapat
dilihat dari jumlah entrepreneur yang ada, di Indonesia hanya 1,56% dari
jumlah penduduk yang ada. Sedangkan menurut Mc Clelland, suatu
negara bisa menjadi makmur apabila ada terdapat entrepreneur sedikitnya
2% dari jumlah penduduk yang ada.

Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif, kreatif,
berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam berusaha dalam rangka
meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya atau kiprahnya.
Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas
dengan apa yang telah dicapainya.

Nursepreneur adalah perawat pengusaha yang bekerja secara mandiri


dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung,
pendidikan, penelitian, administratif atau konsultasi dalam menciptakan
bisnis/mewujudkan usahanya yang bertujuan sebagai upaya mewujudkan
suatu usaha yang dapat menghasilkan nilai secara ekonomi dan
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat luas di tengah kondisi
banyak orang saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang
semakin sempit.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat menjelaskan konsep


entrepreneurship dalam keperawatan.

Sub Materi Pokok

1. Pengertian dan tujuan

2. Konsep berpikir kreatif

3. Prinsip membangun enterpreneur dalam keperawatan

4. Tahapan entrepreneur dalam keperawatan


Uraian Materi Pokok 1

Pernahkah Anda mendengar entrepreneurship dalam keperawatan? Sebelum


Anda mempelajari lebih jauh tentang Enterpreneurship dalam
keperawatan, apa yang Anda ketahui tentang Enterpreneurship?

Anda sebagai seorang Enterpreneur, agar dapat menjelaskan


dengan baik, maka anda perlu memahami konsep Enterpreneur.
Uraian berikut ini bisa untuk menambah wawasan Anda tentang
Enterpreneurship. Mohon dibaca sampai tuntas supaya tidak gagal
paham.

Konsep Entrepreneurship dalam Keperawatan

A. Pengertian dan tujuan

1. Pengertian

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang


artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta/ wirausaha berasal
dari kata: wira: utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri;
usaha: kegiatan produktif (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).
Menurut Zimmerer dkk (2008) wirausaha adalah seseorang yang
menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan
menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan.
Jadi, kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu
aktif, kreatif, berdaya, bercipta, berkarsa dan bersahaja dalam
berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan
usahanya atau kiprahnya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap
wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya.

Nursepreneurship adalah segala sesuatu mengenai aktifitas yang


dilakukan perawat pengusaha (nursepreneur) dalam menciptakan
usaha/bisnis untuk mencapai keuntungan dengan mengidentifikasi
peluang yang ada dibidang keperawatan serta mengintegrasikan
nilai nilai keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan langsung
kepada klien atas usaha/bisnis yang dijalankan.

Bagaimana dengan kita sebagai perawat???

Nursepreneur adalah perawat pengusaha yang bekerja secara


mandiri dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi
perawatan langsung, pendidikan, penelitian, administratif atau
konsultasi dalam menciptakan bisnis/mewujudkan usahanya.
Perawat dapat berperan sebagai pemilik modal, penggagas ide,
pemilik saham, atau owner yang mampu menggaji karyawan,
meskipun dalam pelaksanaan teknis melibatkan banyak profesi lain.
Hal ini bertujuan sebagai upaya mewujudkan suatu usaha yang
dapat menghasilkan secara ekonomi dan menciptakan lapangan
kerja bagi masyarakat luas di tengah kondisi banyak orang saling
berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang semakin sempit.
Definisi yang lain Nursepreneur adalah seorang perawat yang
biasanya memiliki pendidikan yang tinggi, mengelola klinik atau
usaha yang berkaitan dengan kesehatan, memimpin penelitian,
memberikan pendidikan atau sebagai konsultan institusi, lembaga
politik atau bisnis tertentu (Taylor, Lilis and Le Mone, 2000).

2. Tujuan

Tujuan Kewirausahaan bagi perawat adalah:

a) Meningkatkan jumlah perawat wirausaha yang berkualitas

b) Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para perawat


wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat

c) Membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan


kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat yang
mampu, andal, dan unggul.

d) Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi


kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap
masyarakat

Saudara semua, untuk menumbuhkan jiwa


entrepreneurship kita harus mampu berpikir
kreatif….bagaimana caranya??

Yuk kita simak penjelasan dibawah ini…

B. Konsep berpikir kreatif

Adalah kemampuan mengembangkan IDE dan cara-cara baru


dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (THINKING
NEW THINGS), sedangkan INOVASI adalah kemampuan
menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan masalah dan
menemukan peluang (DOING NEW THINGS).

Untuk mengembangkan cara berpikir kreatif, dapat dilakukan


dengan cara-cara :

1) Memiliki mimpi

2) Melatih diri untuk berpikir berbeda (out of the box)

a) Memiliki waktu untuk berpikir

b) Biasakan sering berdiskusi

c) Terus belajar

Inovasi adalah suatu proses yang mengubah ide baru menjadi


sesuatu yang baru dan berguna. Sedangkan kemampuan inovatif
seorang wirausaha merupakan proses mengubah ide menjadi
peluang usaha (suatu gagasan dan ide-ide yang dapat dijual).
Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah (Value
Added) yang menjadi sumber berkeunggulan untuk dijadikan
PELUANG.

C. Prinsip membangun enterpreneur dalam keperawatan

1. Prinsip membangun enterpreneur dalam keperawatan

a. Memiliki rasa penuh percaya diri

Indikator yang ditunjukan meliputi:

- Penuh keyakinan

- Optimis

- Berkomitmen

- Disiplin
- Bertanggung jawab

b. Memiliki Motif Berprestasi

Indikator yang ditunjukan:

- Orientasi FUTURISTIK

c. Memiliki inisiatif:

Indikator yang ditunjukan;

- Aktif

- Cekatan dalam bertindak

d. Memiliki jiwa kepemimpinan

Indikator yang ditunjukan:

- Berani tampil beda

- Dapat dipercaya

- Tangguh dalam bertindak

e. Berani mengambil RESIKO

Indikator yang ditunjukan:

- Penuh perhitungan

- Menyukai tantangan

Sebagai seorang perawat anda tentu tidak asing dengan 5


langkah proses keperawatan, mari kita terapkan 5
langkah tersebut ke dalam entrepreneurship……….
2. Langkah menjadi entrepreneur dalam keperawatan
(nursepreneur)

a. Pengkajian

Mengkaji keterampilan serta pengalaman perawat dalam


praktik klinis serta mengkaji kebutuhan masyarakat.

b. Diagnosa

Menetapkan diagnosa, setelah mengetahui kebutuhan


masyarakat (pangsa pasar) perlu memetakan potensi untuk
menjawab kebutuhan pasar (masyarakat).

c. Perencanaan

Menyusun rencana untuk bisa masuk kedalam pasar yang


sesungguhnya, dimana harus memiliki konsep usaha yang
jelas dan detail.

d. Implementasi

Langkah take action, yaitu tahap inti dari proses berbisnis.

e. Evaluasi

Evaluasi apakah implementasi berhasil atau tidak, jika


berhasil dilakukan peningkatan, bila sebaliknya perlu
dilakukan perubahan rencana dan strategi.

D. Tahapan enterpreneurship dalam keperawatan

Tahapan enterpreneur dalam keperawatan

1. Tahap memulai

Tahap dimana seseorang yang berniat untuk melakuan usaha


mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali
dengan melihat peluang usaha baru yang memungkinkan untuk
membuka usaha baru.
2. Tahap melaksanakan usaha

Tahap ini seorang enptrepreneur mengelola berbagai aspek


yang terkait dengan usahanya, mencangkup aspek-aspek:
SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi
bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan,
pemasaran, dan melakukan evaluasi.

3. Mempertahankan usaha

Tahap dimana entrepreneur berdasarkan hasil yang telah


dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

4. Mengembangkan usaha

Tahap dimana jika hasil yang diperoleh positif, mengalami


perkembangan, dan dapat bertahan maka perluasan usaha
menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
SEKARANG SAYA TAHU

• Nursepreneur adalah seorang perawat yang biasanya memiliki


pendidikan yang tinggi, mengelola klinik atau usaha yang
berkaitan dengan kesehatan, memimpin penelitian, memberikan
pendidikan atau sebagai konsultan institusi, lembaga politik atau
bisnis tertentu Tujuannya adalah mewujudkan kemampuan dan
kemantapan para perawat wirausaha untuk menghasilkan
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

• Berpikir kreatif adalah kemampuan mengembangkan ide dan


cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan
peluang (Thinking New Things), sedangkan Inovasi adalah
kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka
memecahkan masalah dan menemukan peluang (Doing New
Things).

• Prinsip membangun enterpreneur dalam keperawatan: Memiliki


rasa penuh percaya diri, memiliki motif berprestasi, memiliki
inisiatif, memiliki jiwa kepemimpinan dan berani mengambil
resiko.

• Tahapan enterpreneur dalam keperawatan: Tahap memulai,


Tahap melaksanakan usaha, Mempertahankan usaha dan
Mengembangkan usaha
Materi Pokok 2

Jiwa Entrepreneur dalam Keperawatan

Pendahuluan

Pentingnya Enterpreneur bagi seorang perawat akan menambah


nilai lebih bagi setiap perawat, disamping akan meningkatkan
kemampuan secara skill juga meningkatkan kesejahteran perawat
secara finansial. Berbagai peluang usaha sebenarnya di sekitar kita
sangat banyak, namun tidak semua peluang usaha atau bisnis tepat
dilakukan pada sembarang waktu dan tempat.

Bagi calon entrepreneur yang akan membuka usaha baru, perlu terlebih
dahulu melakukan observasi, survei lapangan, dan banyak bertanya
mengenai seluk beluk bisnis yang akan digelutinya. Secara sederhana
peluang usaha merupakan suatu kesempatan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan
sumber daya yang miliki.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat membangun jiwa


entrepreneur dalam keperawatan

Sub Materi Pokok

1. Ide usaha dalam keperawatan

2. Sumber potensi peluang usaha dalam keperawatan


3. Pemasaran hasil usaha

4. Evaluasi hasil usaha


Uraian Materi Pokok 2

A. IDE USAHA DALAM KEPERAWATAN

1. Faktor Internal:

- Pengetahuan yang dimiliki (sebagai nakes: perawat)

- Pengalaman (diri sendiri ataupun orang lain)

- Intuisi (pemikiran yang muncul dari individu itu sendiri)

- Faktor internal berfungsi sebagai subjek dan menjadi alat


untuk menciptakan sebuah inspirasi atas objek (faktor
eksternal) yang dihadapinya dengan kemampuan
kreativitasnya.

2. Faktor Eksternal:

- Masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan

- Kesulitan yang dihadapi sehari-hari

- Kebutuhan yang belum terpenuhi (sendiri maupun orang lain)

- Pemikiran besar untuk menciptakan sesuatu yang baru.


3. Ciri Ide Usaha

- Mampu memenuhi kebutuhan dari konsumen atau pasar

- Memiliki keunggulan bersaing dalam sebuah kompetisi

- Tidak bersifat sementara

- Ada nilai uang

- Memenuhi aspek kreativitas dan inovasi yang bersifat solusi


atau penyelesaian masalah atau kesulitan

Saudara sekalian….. ketika kita sudah memiliki ide dan usaha,


ada hal lain yang harus kita kaji….berikut pembahasannya

B. SUMBER POTENSI PELUANG USAHA

1. PENCIPTAAN PELUANG

Peluang usaha harus diakui bahwa sebenarnya peluang usaha di


sekitar kita sangat banyak, namun tidak semua peluang usaha atau
bisnis tepat dilakukan pada sembarang waktu dan tempat. Bagi calon
wirausaha yang akan membuka usaha baru, perlu terlebih dahulu
melakukan observasi, survei lapangan, dan banyak bertanya
mengenai seluk beluk bisnis yang akan digelutinya. Peluang usaha
terdiri dari dua kata, peluang dan usaha. Peluang berarti kesempatan,
dan usaha berarti upaya untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dengan berbagai daya atau sumber daya yang dimiliki. Secara
sederhana peluang usaha merupakan suatu kesempatan yang dimiliki
oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan
menggunakan sumber daya yang miliki. Tujuan yang hendak dicapai
bisa dalam keuntungan, uang, kekayaan, kepuasan batin, popularitas,
status sosial dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut seseorang
dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Sumber daya itu
dapat berupa uang/modal, pengetahuan, skill, relasi yang luas,
pengalaman dan lain-lain. Artinya sumber daya ini mencakup segala
sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan usaha.
Seorang wirausaha harus berfikir tentang seperti apa peluang usaha
yang baik itu.

Berikut adalah ciri-ciri peluang usaha yang baik:

a) Bersifat orisinil sumber internal inspirasi

b) Sumber eksternal memanfaatkan peluang-peluang usaha,


keberhasilan usaha dan kegagalan usaha kita harus dapat
mengantisipasi perubahan persaingan dan kebutuhan pasar.

c) Sesuai dengan minat

1) Tingkat kelayakan usaha teruji

2) Bersifat ide kreatif

3) Ada keyakinan untuk mewujudkan

4) Ada rasa senang saat menjalankan


Dalam kenyataannya peluang yang baik saja tidak cukup, tapi juga harus
potensial. Banyaknya peluang usaha di sekitar kita, mengharuskan
seorang wirausaha untuk cermat dalam mengkaji mana peluang usaha
yang potensial.

Setelah telah kita mengenali sumber peluang usaha…..Coba mana


diantara sumber berikut yang ada pada saudara sekalian……….

2. Sumber Peluang Usaha

a) Peluang diri sendiri:

- Hobi

- Keahlian

- Pengetahuan dan

- Latar belakang pendidikan

b) Peluang dari lingkungan:

- Peluang dari lingkungan usaha atau bisnis orang tua

- Lingkungan rumah: tetangga, teman sekolah, dll

- Saat berkunjung di berbagai tempat peluang dari perubahan


yang terjadi perubahan lingkungan, gaya hidup, tingkat
kebutuhan, teknologi dan komunikasi, musim dan lain-lain.

c) Sumber peluang usaha dari konsumen:

- Keluhan – keluhan konsumen

- Saran-saran konsumen
- Permintaan khusus konsumen atau calon konsumen

- Angan-angan yang diimpikan konsumen tentang produk atau


jasa tertentu

- Harapan dari konsumen terhadap produk atau jasa

- Peluang dari gagasan orang lain

- Gagasan orang lain yang bersifat orisinil akan memunculkan


sebuah peluang usaha baru pula.

d) Sumber peluang usaha dari informasi yang diperoleh:

- Lebih cepat menerima sebuah informasi tentang produk yang


sedang trend di masyarakat dan cara memperolehnya bisa
menjadi peluang usaha.

- Karena adanya kemampuan konektivitas (menghubungkan


antara kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan) sudah Anda miliki.

- Informasi tentang kebutuhan produk yang harganya lebih mahal


di tempat lain untuk produk yang sama. Ini juga sebuah peluang
karena adanya selisih harga.

- Informasi tentang kebutuhan produk tertentu dan Anda tahu


dimana bisa memperoleh produk tersebut.

Ciri-ciri peluang usaha yang potensial adalah sebagai berikut:

1. Memiliki nilai jual

2. Usaha bukan hanya ambisi pribadi semata, dan bersifat nyata

3. Usaha tersebut mampu bertahan lama di pasar

4. Tidak menghabiskan modal, karena terlalu besar investasinya


5. Bisa ditingkatkan skalanya menjadi industri

Peluang usaha yang bernilai jual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mampu memenuhi kebutuhan konsumen

2. Memiliki keunggulan bersaing

3. Tidak bersifat sementara

4. Ada nilai uang

5. Memenuhi aspek kreatif dan inovatif

Yuk kita cari tahu….apa aja siiih


peluang usaha di bidang
keperawatan????

e) Peluang usaha bidang keperawatan

1) Perawat dapat berperan sebagai penggagas ide, Pengelola,


Pemilik modal, Pemilik saham ataupun sebagai owner.

2) Jenis usaha: Home care, Konsultan keperawatan: konsultasi


dan konseling Terapi perawatan luka, Terapi modalitas,
Pelatihan perawatan lansia dan anak, Terapi komplementer:
Akupuntur medik Terapi herbal medik: harus memiliki
kompetensi dan persyaratan, sebagai berikut: dilakukan oleh
dokter, perawat yang tersertifikasi, bahkan sudah sesuai dengan
standar tempat pelayanan kesehatan: mendapat ijin dari Dinkes.

Bagaimana…apakah sudah tergambar, potensi diri apa yang


Anda miliki??

3. Analisis Peluang Usaha

Tidak semua peluang yang ada dihadapan kita secara otomatis bisa
dikerjakan. Namun terlebih dahulu harus dilakukan analisis. Analisis
peluang usaha adalah suatu analisis untuk mengetahui berbagai
kemungkinan dari berbagai macam kesempatan usaha, mana yang
bisa dilakukan dan bisa memberikan keuntungan dengan berbagai
tingkat resiko yang akan dihadapi. Untuk dapat menggali dan
memanfaatkan peluang usaha, seorang wirausaha harus dapat berfikir
secara positif dan kreatif.

Modal utama bagi seorang wirausaha antara lain:

1) Percaya dan yakin bahwa usaha tersebut dapat dilaksanakan

2) Mau menerima gagasan atau ide-ide baru

3) Memiliki semangat kerja yang tinggi

4) Mampu berkomunikasi dengan baik

5) Bertanya pada diri sendiri

6) Mau mendengarkan saran orang lain


4. Persiapan Peluang Usaha

Untuk melakukan analisis peluang usaha dibutuhkan persiapan


sebagai berikut:

1) Meneliti luas usaha yang dipilih

2) Bentuk usaha

3) Jenis usaha yang ditekuni

4) Mengenal informasi usaha yang diterima

5) Memiliki peta peluang usaha yang menguntungkan

Langkah-langkah analisis peluang usaha:

1) Membuat sketsa bidang usaha yang ditekuni

2) Penyediaan modal

3) Mengurus izin usaha

4) Menyiapkan tenaga kerja

5) Menyiapkan sarana

6) Menyiapkan bahan baku

7) Menetapkan lokasi

8) Menetapkan metodologi

9) Menetapkan teknologi usaha

10) Menetapkan Manajemen

11) Mencari Mitra Usaha


5. Tujuan Analisis Peluang Usaha

Secara umum tujuan analisis peluang usaha adalah untuk mengetahui


apakah usaha tersebut layak dikerjakan atau tidak. Oleh sebab itu
seorang wirausaha harus cermat, yakin dan berani.

Tujuan analisis peluang usaha:

▪ Untuk menemukan peluang usaha.

▪ Untuk menemukan potensi usaha.

▪ Untuk mengetahui besarnya potensi usaha yang tersedia.

Untuk mengetahui berapa lama usaha bertahan, keberhasilan dan


kegagalan wirausaha seorang wirausaha senantiasa dihadapkan
dalam dua kemungkinan, yakni keberhasilan dan kegagalan dalam
menjalankan usaha.

Saudara sekalian, seorang entrepreneur memiliki 2


kemungkinan dalam berwirausaha…..berhasil atau
gagal ??????

Coba kita simak tayangan video berikut ini…


Yuk kita cari tahu…..mengapa itu bisa terjadi…..

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan keberhasilan dan


kegagalan usaha.

1) Faktor-faktor penyebab keberhasilan wirausaha

Keberhasilan dan kegagalan dalam menjalankan suatu usaha


dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seorang wirausaha dalam mengelola
usaha:

a. Faktor manusia

1) Kepribadian

Kepribadian atau karakter seseorang sangat menunjang


keberhasilannya. Karakter bisa bawaan dari lahir namun bisa
juga dilatih secara terus-menerus. Kemauan keras untuk
berubah dan lingkungan sangat berpengaruh bagi
pembentukan karakter.
2) Ilmu Pengetahuan Ilmu, membantu kita dalam menghadapi
berbagai persoalan. Dalam mengelola usaha seorang
wirausaha dihadapkan dengan berbagai macam kondisi.

3) Pengalaman yang dimiliki seperti kata pepatah, pengalaman


adalah guru terbaik. Kita bisa belajar dari pengalaman diri
sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman orang
lain bisa kita amati secara langsung, bisa juga berupa kisah
inspiratif bisa didapatkan melalui buku, maupun media
elektronik seperti televisi, internet.

b. Keuangan

Faktor keuangan merupakan salah satu pendukung


keberhasilan dalam usaha. Tanpa adanya modal, usaha tidak
mungkin bisa berjalan. Modal tersebut digunakan untuk
membiayai pengeluaran, seperti pembelian bahan baku,
peralatan, perlengkapan kerja, gaji karyawan, promosi dan
kegiatan operasional lainnya. Uang memang bukan segalanya
tapi segalanya membutuhkan uang.

c. Perencanaan

Perencanaan yang matang sangat dibutuhkan untuk


menunjang keberhasilan usaha. Agar usaha yang mau
dijalankan bisa terarah, dan tidak asal berjalan maka
dibutuhkan planning yang matang. Perencanaan dapat dimulai
saat usaha itu mau didirikan, misal: - Produk apa yang mau
dibuat - Berapa modal yang dibutuhkan - Siapa calon
konsumen sasarannya - Dimana tempat usahanya - Siapa
yang terlibat dalam kegiatan usaha.

d. Pemasaran
Pemasaran produk merupakan faktor sangat penting. Sebagus
apapun produk, bila tidak mampu memasarkannya, maka
produk tidak dapat menjangkau konsumen yang dituju. Oleh
sebab itu harus dipikirkan, misalnya: - Siapa yang akan
memasarkan produk - Siapa yang akan beli (pembeli potensial)
produk - Apa strategi yang digunakan Selain faktor diatas,
keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usaha
menurut Adyaksa Dault harus dilandasi dengan falsafah yang
dikenal dengan nama “ DORAEMON”, yaitu sebagai berikut: 
Dream : memiliki impian  Opportunity : mampu mencari
peluang usaha  Reform : menyusun perencanaan dan
mengimplementasikan secara sistematis  Action : melakukan
suatu tindakan  Energy : memiliki semangat yang tinggi 
Mapping : bisa melakukan pemetaan usaha dengan analisis
SWOT  Organizing : bergabung dengan organisasi atau
perkumpulan  Networking : memiliki jaringan atau relasi yang
luas.

2) Faktor-faktor penyebab kegagalan wirausaha

Secara umum keberhasilan dan kegagalan wirausaha sebenarnya


lebih ditentukan oleh kemampuan individu wirausahawan itu
sendiri. 1.18 Kewirausahaan  Zimmerer (1996) dalam Suryana
(2001) menyatakan bahwa kegagalan wirausahawan dalam
mengelola bisnisnya dapat disebabkan hal-hal sebagai berikut.

a. Tidak kompeten dalam manajerial, yaitu dicirikan dengan


rendahnya kemampuan serta kinerja di dalam pengelolaan
usahanya.

b. Kurang memiliki pengalaman dalam berbagai segi, misalnya


dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan
usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan
mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mensinergikan operasionalisasi perusahaan.

c. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan


dapat berjalan dengan baik maka aspek keuangan harus betul-
betul diperhatikan, misalnya menjaga likuiditas perusahaan
melalui pengendalian arus kas. Mengendalikan setiap
pengeluaran biaya dan penerimaan baik dari pinjaman maupun
dari hasil penjualan produk.

d. Adanya kegagalan dalam perencanaan. Perencanaan


merupakan titik awal dari suatu kegiatan, apabila suatu rencana
gagal maka akan berdampak terhadap terhambatnya operasi
perusahaan.

e. Lokasi kurang memadai. Lokasi usaha merupakan faktor yang


strategis, apabila salah dalam memilih lokasi maka berakibat
terhadap terhambatnya operasi perusahaan.

f. Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat


kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak
efisien dan tidak efektif.

g. Sikap kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang


setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan
usaha yang dijalankan menjadi labil dan dapat mengakibatkan
kegagalan fatal.

h. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi


kewirausahaan.

Wirausahawan yang kurang siap menghadapi dan melakukan


perubahan, cepat atau lambat akan tergusur oleh zaman dan
mengalami kemunduran bahkan kebangkrutan usaha.
Keberhasilan usaha hanya dapat diperoleh apabila wirausahawan
memiliki keberanian mengadakan perubahan dan adaptif terhadap
peralihan waktu.

Memanfaatkan peluang secara kreatif dan inovatif salah satu faktor


keberhasilan seorang wirausaha adalah kemampuannya dalam
memanfaatkan peluang secara kreatif dan inovatif. Kreatifitas
merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan
orang yang kreatif adalah mereka yang memiliki daya cipta.

Berdasarkan penelitian kreatifitas dapat diidentifikasikan yaitu:

a. Menciptakan (to create) adalah proses berupa mencari atau

Menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.

b. Memodifikasikan (to modify) dalam memodifikasi sesuatu


berupa mencari cara membentuk fungsi-fungsi baru atau
menjadikan sesuatu menjadi berbeda penggunaanya oleh orang
lain

c. Mengkombinasikan (to combine) yaitu mengkombinasikan dua


hal atau lebih yang sebelumnya tidak saling berhubungan.

Seorang wirausaha harus bisa berfikir bagaimana memanfaatkan


peluang usaha di sekitar secara kreatif dan inovatif, dengan cara:
kreatif How to create How to modify How to combine:

1) Memanfaatkan barang yang tidak terpakai misalnya


memanfaatkan kain perca, sedotan, stik es krim menjadi
produk yang punya nilai jual.
2) Memanfaatkan barang yang disediakan oleh alam misalnya

memanfaatkan akar pohon, tanah liat menjadi kerajinan.

3) Memanfaatkan kejadian atau peristiwa yang ada misalnya saat

musim hujan dengan menjual payung dan jas hutan, musim


panas menjual masker muka, jaket dll

4) Memanfaatkan segala sesuatu yang bisa memberikan peluang


usaha.

Bagaimana langkah menuju keberhasilan berwirausaha ??????

6. LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN WIRAUSAHA

Untuk mencapai keberhasilan usaha terdapat beberapa karakteristik


yang dibutuhkan. Untuk menjadi wirausahawan yang sukses, hal utama
yang perlu dimiliki, yaitu tujuan atau visi bisnis yang jelas, kemudian ada
kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun
uang. Apabila sudah memiliki kesiapan dalam menghadapi risiko,
langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha,
mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usahanya berhasil,
selain harus bekerja keras sesuai dengan urgensinya, wirausaha harus
mampu mengembangkan hubungan baik dengan mitra usahanya
maupun dengan semua pihak terkait dengan kepentingan perusahaan,
dan pada puncaknya seorang wirausahawan harus memiliki tanggung
jawab terhadap kesuksesan maupun kegagalan bisnisnya.

Setyawan (1996) menyatakan bahwa langkah-langkah keberhasilan


berwirausaha sebaiknya bertolak dari kompetensi wirausaha, yaitu:

1. Mendayagunakan pengetahuan dan keterampilan sendiri untuk

Berwirausaha;

2. Memastikan apakah ada celah/peluang yang masih terbuka;

3. Menyiapkan dana untuk investasi tertentu dan operasi yang sesuai;


4. Menyiapkan tempat usaha dan sarana yang dibutuhkan;

5. Merekrut tenaga kalau diperlukan lebih dari seorang pelaksana;

6. Memasarkan barang/pelayanan khas;

7. Menguasai segmen pasar khusus.

Saudara entrepreneur…….. Bagaimana kita bisa memasarkan


hasil produk??
Yuk kita cermati pembahasan berikut……yang pertama harus kita
lakukan adalah analisis pasar.

C.PEMASARAN HASIL PRODUK

1. Pengertian Analisa Pasar

Pada dasarnya, analisa pasar dilakukan untuk mengetahui seberapa besar


potensi pasar yang bisa dimanfaatkan oleh pemasar untuk mendapatkan
keuntungan. Dengan bahasa yang lebih sederhana, fokus utama analisa ini
adalah pasar dan peluang. Setiap pasar mempunyai peluang tersendiri dan
peluang itu bisa bermanfaat hanya jika dimanfaatkan sebaik mungkin.

Sebagian besar pemasar pasti selalu tertarik dengan suatu konsep bisnis
yang menawarkan peluang yang sangat besar. Namun, peluang tersebut
tidak bisa dilihat sekilas karena peluang adalah sesuatu yang abstrak. Hanya
dengan melakukan analisa yang komprehensif, pemasar bisa menemukan
peluang atau potensi tertentu dari suatu bisnis.

Analisa pasar dilakukan untuk menemukan peluang bisnis dan potensi yang
bisa dimanfaatkan. Besarnya potensi tersebut bisa diukur dengan berbagai
faktor, terutama penerimaan suatu produk atau jasa di wilayah tertentu.
Bisnis bisa berjalan selama masih ada konsumen yang mau membeli produk
atau jasa tertentu untuk memenuhi kebutuhan mereka. Produk atau jasa
keuangan disediakan oleh pebisnis untuk memenuhi kebutuhan ini. Analisa
pasar adalah faktor paling penting yang tidak boleh dilewatkan sebelum
melakukan usaha tertentu. Hasil dari analisa tersebut akan sangat berguna
untuk mengetahui seberapa besar potensi bisnis yang ada dan berapa lama
suatu bisnis bisa bertahan.

Potensi ditentukan dari berbagai faktor seperti jumlah konsumen yang


mungkin berminat terhadap produk atau jasa keuangan tertentu, gaya hidup,
dan kebutuhan mereka. Daerah dengan kepadatan penduduk yang sangat
banyak mempunyai potensi bisnis yang luar biasa. Kota-kota besar selalu
menjadi tempat yang ramai karena adanya perputaran uang yang terus
berjalan setiap hari. Selain itu, pemasar bisa memanfaatkan peluang yang
besar ini untuk menawarkan produk atau jasa, tetapi mereka harus siap
menghadapi persaingan pasar yang cukup ketat.

Analisis pasar adalah suatu penganalisasisan atau penyelenggaran untuk


mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar akan menyangkut
lokasi pasar, luasnya pasar, sifatnya pasar dan karakteristik pasar.
Keberhasilan usaha perusahaan dapat ditentukan oleh ketepatan strategi
pemasaran yang diterapkan dengan dasar memperhatikan situasi dan
kondisi dari analisis pasarnya. Di dalam menganalisis pasar, perusahaan
perlu meninjau jenis pasar produk, motif dan perilaku, segmen pasar dan
penentu sasaran pasar. Masalah yang perlu dianalisis di dalam pasar adalah
besarnya pasar, ruang lingkup pasar, struktur pasar, share pasar, serta
peluang-peluang pasar. Mengenai besarnya pasar dapat ditentukan oleh
besarnya permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa yang
dibutuhkan para konsumen. Sedangkan mengenai ruang lingkup pasar,
biasanya mencakup luas pasar, misalnya luas pasar menurut geografis,
pendidikan para konsumen, profesi para konsumen, tingkat umur para
konsumen, dan lain sebagainya.

Struktur pasar adalah susunan suatu kekuatan yang terdapat pada penjual,
maupun pada pihak pembeli sendiri. Di dalam analisis pasar selalu
menyangkut masalah letak (lokasi) pasar, periklanan, luasnya pasar, sifat-
sifat pasar, dan karakteristik pasar.

Tujuan analisis pasar, yaitu:

1) Mengenal lingkungan pasar,

2) Mengenal tipe-tipe pasar,

3) Mengetahui karakteristik pasar,

4) Menentukan keputusan yang tepat,

5) Menghadapi para pesaing,

6) Melaksanakan kebijakan dalam pemasaran,

7) Membuat program dalam bidang pemasaran, dan

8) Mengenal ciri-ciri pasar.

Adapun permasalahan di dalam ruang lingkup analisis pasar antara lain,


yaitu:
1. Barang dan jasa yang dipasarkan

Barang-barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan,


berdasarkan analisis pasar yaitu:

a. Jenis dan sifat barang,

b. Kuantitas dan kualitas barang,

c. Warna dan ukuran barang,

d. Desain dan model barang,

e. Merek dan harga barang,

f. Barang-barang industri dan konsumsi.

2. Tujuan analisis

Tujuan mengadakan analisis pasar adalah ingin mengetahui siapa-


siapa yang memakai, menggunakan barang dan jasa, apakah barang
tersebut untuk dikonsumsi sendiri atau dijual kembali.

3. Letak pasar, sifat dan karakteristik pasar

Seorang manajer pemasaran harus mengetahui tentang letak pasar,


berikut sifat dan karakteristik yang akan dituju. Dalam hal ini, agar
manajer memudahkan melaksanakan target market, market strategi
dan segmentasi pasar.

4. Organisasi pembelian

Seorang manajer pemasaran harus mengetahui siapa yang membeli


barang, siapa yang menggunakan barang, siapa yang paling
berpengaruh di dalam pembelian barang dan lain sebagainya.

5. Kegiatan pembelian

Di dalam kegiatan pembelian, meliputi dari setiap pembelian barang


dilakukan, dimana pembelian barang dilakukan, bilamana pembelian
barang dilakukan, berapa harga barang, berapa banyaknya barang
yang dibeli, bagaiman persyaratan di dalam pembelian barang, dan
bagaimana cara pembeliannya.

6. Perkembangan pembelian

Di dalam analisis pasar, perusahaan harus mengetahui bagaimana


perkembangan harganya barang, bagaimana persedianya barang,
bagaimana keadaan persainganya, bagaimana keadaan permintaan
dan penawarannya.

7. Saingan perusahaan

Di dalam analisis pasar, perusahaan harus mengetahui keadaan


persainganya, apakah ada melakukan tindakan mengejutkan atau
adakah saingan yang tidak sehat.

Pada kenyataanya jika hasil produk tidak sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan para konsumen, berarti perusahaan yang bersangkutan
mengalami kegagalan di dalam usahanya. Barang-barang yang dihasilkan
oleh perusahaan, bermanfaat dan berfungsi tidaknya ditentukan dan
diputuskan oleh para konsumen atau para pembeli. Berhasil tidaknya
barang yang dibuat oleh perusahaan, ditentukan oleh penilaian para
konsumen atau para pembeli yang membutuhkannya.

Suatu barang betapapun bermanfaat atau berguna, ada kemungkinan


tidak akan dibeli jika barang tersebut tidak dikenal oleh para konsumen.
Oleh Karena itu perusahaan harus cepat mempromosikan barang-barang
yang dibuatnya agar dapat mempengaruhi para konsumen, serta agar
dapat menciptakan permintaan. Berdasarkan analisis menggiatkan
penjualan barang, cara terbaik memperkenalkan barang-barang yang
dibuat oleh perusahaan adalah melalui jalur promosi dan pelaksanaanya
dimulai melalui pemasangan iklan, pemasangan iklan dapat dilakukan
melalui surat kabar, majalah, TV, radio, pameran, media sosial dan lain
sebagainya. Dengan menggiatkan penjualan barang melalui promosi,
diharapkan perusahaan yang bersangkutan dapat meningkatkan
penjualan harganya, serta dapat meningkatkan omzet penjualannya.

Keuntungan perusahaan melaksanakan analisis dalam rangka


menggiatkan penjualan barang-barangnya adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan akan dapat meningkatkan omzet penjualan barangnya.

b. Perusahaan akan memperoleh keuntungan yang diharapkanya.

c. Perusahaan dapat meningkatkan produksinya.

d. Efisiensi modal perusahaan dapat ditingkatkan.

e. Piutang-piutang perusahaan waktunya dapat diperpendek.

f. Barang-barang perusahaan yang bersangkutan akan menjadi


terkenal.

g. Hasil produksi perusahaan yang sangat digemari konsumen.

h. Perusahaan akan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Tingkat frekuensi para konsumen atau para pembeli di dalam membeli


suatu barang ditandai dengan sering tidaknya membeli barang dan
tergantung kepada tingkat konsumsinya barang tersebut.

Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi


dalam pembelian barang-barang adalah:

1. Faktor umur konsumen,

2. Faktor pendidikan konsumen,


3. Faktor selera konsumen,

4. Faktor pendapatan konsumen,

5. Faktor agama konsumen,

6. Faktor budaya konsumen,

7. Faktor banyaknya keluarga,

Saudara, kita perlu melakukan Riset produk……


Pernahkah Saudara berpikir bagaimana sebuah produk baru
diciptakan? Bagaimana produsen mendapatkan ide untuk menciptakan
produk tersebut?

Apakah setelah diluncurkan di pasar produk tersebut disukai oleh


konsumen? Yuk kita pelajari uraian berikut.

2. Pengertian Riset

Banyak pertanyaan seperti tersebut diatas merupakan pertanyaan yang


sering muncul bagi seorang pemasar. Dalam konsep pemasaran modern,
konsumen merupakan sentral utama dimana produk yang dipasarkan oleh
produsen tidak serta merta akan diterima dan dibeli oleh konsumen.
Konsumen dalam konsep pemasaran modern adalah kelompok yang
pintar. Konsumen hanya akan membeli produk yang sesuai dengan
keinginan mereka dan produsen yang menang dalam kompetisi adalah
yang mampu memberikan apa yang konsumen inginkan. Untuk membuat
keputusan produk apa yang akan dijual di pasar, seorang pemasar terlebih
dahulu harus memahami keinginan konsumen. Memahami dan
menciptakan produk yang laku dijual memang bukan pekerjaan yang
mudah. Di dunia usaha yang semakin kompetitif saat ini produsen bahkan
perlu waktu bertahun-tahun untuk menciptakan produk yang tepat. Melalui
riset pasar mereka berupaya mengumpulkan informasi yang lengkap
mengenai target konsumen dan apa yang diinginkan oleh konsumen.
Informasi yang tepat dan akurat diperlukan untuk mengambil sebuah
keputusan jangka pendek maupun jangka panjang. Tidak dipungkiri bahwa
riset pasar memerlukan perencanaan, biaya, waktu dan ketekunan serta
keahlian.

Siapa yang tak mengenal pasar?? Semua pasti sudah sangat


familiar dengan istilah ini……nah bagaimana dengan istilah
pasar, pemasaran dan riset pasar?? Yuk kita cermati sama-sama…

Tetap semangat……

3. Pengertian Pasar

Pasar merupakan hal yang tidak asing bagi siapapun. Namun sebelum
memahami analisa dan riset pasar, sebaiknya peserta diklat memahami
hakekat pemasaran terlebih dahulu.

a. Pentingnya Pemasaran

Keberhasilan perusahaan mencapai tujuan dan sasaran perusahaan


sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam memasarkan
barang atau jasa kepada konsumen melalui pasar. Pemasaran (marketing)
merupakan proses penciptaan dan penyampaian barang dan jasa yang
diinginkan kepada pelanggan dan meliputi keinginan yang berkaitan
dengan memenangkan dan mempertahankan pelanggan setia. "Rahasia"
kesuksesan pemasaran terletak kepada kemampuan memahami apa
kebutuhan, permintaan, keinginan dan menyediakan layanan pelanggan,
kenyamanan dan nilai agar mereka mau kembali lagi.

b. Ruang Lingkup Pemasaran

(1) Pengertian Pemasaran

Pemasaran dalam bahasa inggris adalah marketing. Kata marketing


sebenarnya sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, namun masih
diterjemahkan dengan istilah pemasaran. Asal kata pemasaran adalah
pasar = market. Apa yang dipasarkan, tidak lain barang dan jasa.
Memasarkan barang dan jasa tidak berarti hanya menawarkan barang
atau menjual, tetapi lebih luas dari itu. Selanjutnya ada baiknya kita
memahami dan mengenali beberapa pengertian marketing menurut
beberapa ahli:

• Philip Kotler (Marketing) pemasaran adalah kegiatan manusia yang


diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran.

• Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan


usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial.

• Maynard and Beckman dalam buku buchari alma (2014:1) marketing


berarti segala usaha yang meliputi penyaluran barang dan jasa.

(2) Unsur-unsur pokok dalam pemasaran

• Pemasar
Adalah organisasi perusahaan atau perorangan yang mempunyai
tujuan tertentu bagi organisasi maupun pribadinya. Tujuan pemasar
tersebut misalnya keuntungan, survive, pangsa pasar, kesetiaan
pelanggan, kesejahteraan dan sebagainya yang harus dipenuhi.
Pemasar mempunyai kapasitas (sumberdaya, teknologi, dan
manajemen) tertentu yang mampu memproduksi barang dan jasa
sebagai pemenuhan permintaan pasar.

Pemasar terdiri dari:

Produsen (umumnya berorientasi terhadap keuntungan)

Organisasi (belum tentu berorientasi terhadap

keuntungan)

Pemerintah (berorientasi terhadap kesejahteraan umum)

• Barang dan Jasa

1. Barang adalah benda-benda yang berwujud, yang digunakan


masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk menghasilkan
benda lain yang akan memenuhi kebutuhan masyarakat.

2. Jasa adalah suatu barang yang tidak berwujud, tetapi dapat


memberikan kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

c. Konsep Inti Pemasaran

1. Produk dan jasa

2. Nilai kepuasan dan mutu

3. Pertukaran, transaksi dan hubungan

4. Pasar
5. Kebutuhan, keinginan dan permintaan

Yuk kita cermati sama-sama apa maksud riset pasar


sesungguhnya … berikut penjelasan secara rinci………

d. Riset Pasar

Dalam dunia bisnis, tema pemasaran memang tidak pernah kehabisan


bahan, selalu menarik untuk didiskusikan. Tak jarang para pelaku usaha,
menempatkan perhatian khusus dalam masalah ini, dan harus berpikir
keras untuk merencanakan berbagai hal dengan baik agar dapat
mendukung kemajuan bisnisnya.

Berangkat dari hasil riset ini pula kita menentukan strategi pemasaran,
yang kemudian kita bangun potitioning-nya atau lebih kita kenal sebagai
branding (Brand Building), dan kemudian disusul oleh rencana pemasaran
lainnya.

Berikut ini beberapa cara yang umum dilakukan dalam riset pasar:
1) Lakukan survey pasar

Saudara bisa mengetahui kondisi pasar dengan cara membuat


survey, melalui angket, kuesioner atau wawancara langsung pada
masyarakat. Dari kegiatan tersebut Saudara bisa mengetahui minat
dan kebutuhan konsumen, yang telah diwakili dari hasil survey yang
didapatkan di lapangan. Semakin luas jangkauan masyarakat yang
Saudara survey, maka semakin valid pula hasil yang diperoleh.

2) Amati perkembangan pasar

Saudara bisa melakukan riset dengan mengamati perkembangan


pasar yang ada saat ini. Amati trend yang sedang banyak dicari
masyarakat, dan amati pula produk-produk yang sudah ada di
pasaran. Hasil pengamatan bisa Saudara jadikan sebagai bahan
pertimbangan, sebelum akhirnya melemparkan sebuah produk ke
pasaran.

3) Lakukan uji coba riset pasar

Sebelum memasarkan produk baru, sebaiknya lakukan uji coba pasar


di beberapa lokasi usaha, untuk mengetahui tanggapan pasar.
Misalnya saja dengan menitipkan produk Saudara di toko-toko atau
warung yang ada di sekitar Saudara, dengan demikian Saudara bisa
mengetahui respon pasar untuk menyempurnakan produk Saudara
sebelum ditawarkan ke pasaran yang lebih luas.

4) Perhatikan tingkat persaingan pasar

Sebelum memasarkan produk, sebaiknya Saudara mengetahui


tingkat persaingan yang ada di pasaran. Tawarkan inovasi baru untuk
memasuki pasar yang sudah dipenuhi para pesaing. Agar produk
Saudara tidak kalah saing di tengah-tengah pasar yang sudah ramai
e. Pengertian Riset pemasaran

Riset pemasaran adalah kegiatan penelitian di bidang pemasaran yang


dilakukan secara sistematis mulai dari perumusan masalah, perumusan
tujuan penelitian, pengumpulan data, pengumpulan data, pengolahan data
dan interpretasi hasil penelitian. Kesemuanya itu ditujukan untuk untuk
masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan
pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Hasil riset
pemasaran ini dapat dipakai untuk perumusan strategi pemasaran dalam
merebut peluang pasar.

Berkenaan dengan definisi yang luas mengenai riset


pemasaran, American Marketing Association (AMA) memberikan definisi
resmi mengenai riset pemasaran pada tahun 1987 sebagai “fungsi yang
menghubungkan konsumen, pelanggan dan masyarakat umum dengan
pemasar melalui informasi. Informasi ini digunakan untuk mengidentifikasi
dan menentukan peluang dan masalah pemasaran; merumuskan,
menyempurnakan dan mengevaluasi tindakan-tindakan pemasaran;
memantau kinerja pemasaran; dan menyempurnakan pemahaman yang
dapat membuat aktivitas pemasaran lebih efektif. Riset pemasaran
menentukan informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan tersebut;
merancang metode untuk pengumpulan informasi; mengelola dan
mengimplementasikan proses pengumpulan data; menganalisis hasil-hasil
yang diperoleh; dan mengkomunikasikan hasil temuan dan implikasinya”.

f. Langkah proses riset pemasaran

Suatu riset pemasaran yang efektif dibutuhkan 5 langkah agar diperoleh


data yang sesuai dengan tujuan pemasaran. Kelima langkah tersebut
adalah:

1. Mendefinisikan masalah dan tujuan riset. Dalam hal ini manager


pemasaran dan peneliti pemasaran untuk mendefinisikan masalah
dengan hati-hati dan menentukan tujuan dari riset ini. Management
harus mengarahkan agar jangan sampai masalah menjadi luas atau
terlalu sempit.

2. Mengembangkan rencana riset. Periset pemasaran mengharuskan


pengembangan rencana yang paling efisien untuk mengumpulkan
informasi yang diperlukan. Manajer pemasaran harus mengetahui
biaya rencana riset, sumber data, pendekatan riset dan lainnya
sebelum menyetujui.

3. Mengumpulkan informasi. Pada tahapan ini umumnya merupakan


tahap yang paling mahal dan paling sering terjadi kesalahan. Oleh
karena itu diperlukan ketelitian dan kesabaran untuk mendapatkan
data informasi yang akurat.

4. Menganalisa informasi. Semua informasi yang didapat perlu disaring


sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari riset ini. Perhitungan dan
analisa akan data yang telah diperoleh akan menentukan langkah
yang diambil selanjutnya

5. Menyajikan hasil temuan. Pada hasil temuan yang akan disajikan


sebaiknya jangan terlalu banyak angka-angka dan teknik statistik
dimana nantinya akan membingungkan para pengambil keputusan
melainkan pada hal-hal yang bermanfaat saja

6. Mengetahui biaya rencana riset, sumber data, pendekatan riset dan


lainnya sebelum menyetujui.

g. Tahapan Riset Pemasaran :

1. Penetapan Masalah Riset

Kemampuan untuk melihat permasalahan dengan tepat diperlukan


agar perumusan masalah jelas dan spesifik.
2. Penentuan Rancangan Desain Riset

Untuk membuat desain penelitian maka diperlukan pemahaman


mengenai skala penelitian (rasio, interval, ordinal). Sedangkan
perluasan skala terdiri dari skala pembanding (paired comparison,
rank order, constant sum), dan skala bukan pembanding (likert,
semantic diferensial, stapeleksploratori, deskriptif, kausal).

3. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data antara lain melalui survei, observasi, dan


eksperimen (kuantitatif). Data primer (kualitatif) diperoleh melalui
wawancara, focus grup, dan teknik proyeksi. Sedangkan data skunder
bisa didapat dari bagian internal organisasi perusahaan yang
bersangkutan dan dari eksternal. Teknik pengambilan sampel
diperlukan untuk mengumpulkan data yang tidak bisa memenuhi
semua anggota populasi. Terdapat 2 metode pengambilan sampel
yakni Probability Sampling (simple random, systematic, stratified,
cluster) dan Non-probability Sampling (judgment, convenient, quota,
snowball).

4. Pengolahan Data dan Analisis Riset

Metode Analisis Statistik secara umum terbagi menjadi dua, yakni


Metode Deskriptif (mean, modus, median, angka indeks, frekuensi,
presentasi, diagram lingkaran/batang/ garis/ular), dan Metode Non-
parametrik/Inferensia.

f. Tujuan dari riset pemasaran

Tujuan riset pemasaran ialah membantu pengambilan keputusan,


peningkatan produk, dan mengurangi risiko kegagalan. Banyak tipe
riset, tapi yang dasar: primer vs sekunder dan kuantitatif vs kualitatif.

Riset sekunder:
Kita mengambil data yang sudah ada, misal dari perpustakaan
dan internet. Riset jenis ini lebih murah dan lebih cepat.
Kelemahannya, kita kesulitan mencari data dan seringkali tidak
aktual sehingga tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Untuk riset primer

Kita ambil data langsung ke target riset kita, konsumen atau


responden. Kelebihan riset jenis ini ialah lebih aktual, bisa
customized, tapi lebih mahal dan memakan waktu.

Untuk riset kuantitatif

Adalah adanya kuesioner (bentuknya numbering) yang bersifat


statistik.

Riset kualitatif

Adalah bisa dilakukan dengan grup diskusi, observasi, dan


interview.

g. Pentingnya Riset Pemasaran

Kunci keberhasilan pemasaran suatu produk adalah seberapa besar


produk yang kita hasilkan memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan yang merupakan target pasar kita. Sebagai produsen kita
memiliki cara psaudarang sendiri mengenai produk kita. Sebagai
customer, orang memiliki keinginan yang mungkin berbeda dengan
yang disajikan produsen. Bisa juga customer belum menyadari
kebutuhannya yang sebenarnya bisa disediakan oleh produsen
tersebut.

h. Pelaku riset pasar dan pemasaran


Riset pasar dan pemasaran sangat penting dilakukan dalam kegiatan
bisnis. Apakah riset pemasaran ini hanya berlaku untuk pebisnis
pemula? Atau untuk pebisnis yang sudah berlangsung? Apakah
saudara sebagai seorang guru marketing dapat melakukan riset jika
akan melakukan bisnis? Apakah menurut saudara siswa dapat
melakukan riset pasar dan pemasaran? Menurut saudara siapa saja
yang dapat melakukan riset pasar dan pemasaran?

i. Merencanakan Riset Pasar

Riset pemasaran merupakan sebuah penelitian ilmiah yang sudah pasti


harus dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Keilmiahan sebuah
riset dapat dilihat dari sistematika dan landasan metodologi dalam alur
pengerjaannya. Untuk menyediakan informasi yang dapat dipahami,
riset pemasaran menggunakan metode yang sistematik dan obyektif.
Sistematik dan obyektif mengandung arti bahwa riset pemasaran
menggunakan beberapa tahap yang merupakan kesatuan logis
sehingga hasilnya dapat diterima atau dipahami semua pihak.

7 Strategi Pemasaran Produk yang Harus Anda Coba

1. Ketahui Target Pasar Anda

Anda harus benar-benar mengenali pasar Anda, kuasailah


target pasar Anda. Langkah pertama yang dapat dilakukan yaitu
lakukan riset siapa yang menjadi target pasar Anda. Semakin
spesifik target pasar Anda, semakin besar peluang Anda untuk
sukses. Contohnya jika Anda bergerak di bagian perawatan
prenatal sasarannya ada ibu hamil beserta keluarga, atau
perawatan luka atau yang lain. Contoh lain jika anda
memproduksi pakaian remaja perempuan, aka Anda dapat
menargetkan pasar Anda dengan penyesuaian pada produk
yang di produksi. Seperti perempuan yang masih sekolah dan
berumur 12-18 tahun.

2. Menggunakan Social Media

Kita semua pasti setuju, media sosial adalah alat pemasaran


yang paling ampuh karena hampir semua orang dari berbagai
latar belakang yang berbeda, sangat aktif menggunakannya.
Contohnya berpromosi menggunakan Instagram dan Facebook.
Dengan media sosial, perusahaan dapat menjalin interaksi
secara luas dengan berbagai kalangan, dengan biaya yang
murah dan visibilitas atau keterlihatan yang tinggi. Social media
juga memungkinkan perusahaan untuk memilih komunitas yang
sesuai untuk memasarkan produk mereka sehingga apa yang
ditawarkan memiliki peluang besar untuk terjual.

Dalam pemasaran media sosial, Anda juga dapat berkolaborasi


dengan influencer. Banyak orang yang menggunakan influencer
di sosial media untuk mempromosikan produknya. Biarkan
pengikut mereka mengetahui produk Anda melalui influencer.

3. Menawarkan Produk Secara Gratis

Cara ini dianggap sangat ampuh untuk menjaring konsumen


karena sesuatu yang gratis akan sangat sulit dilewatkan begitu
saja. Alasan lain kenapa strategi ini dianggap perlu juga,
seringkali seorang costumer belum membeli sebuah produk
karena mereka belum pernah mencoba tentang produk tersebut.
Sebuah perusahaan bisa saja memilih event atau langsung
menawarkan sample dan contoh gratis secara door to door
kepada calon konsumennya. Jika produk tersebut berupa jasa
ataupun media digital maka perusahaan dapat menawarkan free
trial atau mencoba gratis untuk menarik minat calon konsumen
mengetahui sebuah produk. Contoh strategi pemasaran ini
cukup efektif diterapkan.

4. Memilih Tempat Strategis

Tempat strategis masih menjadi salah satu strategi pemasaran


yang patut dipertimbangkan karena dengan tempat penjualan
yang strategis berarti produk Anda memiliki kemungkinan
terlihat lebih tinggi dan tentu saja memicu penjualan yang tinggi.
Kriteria pemilihan tempat strategis ini harus menyesuaikan
dengan target sasaran serta kemudahan untuk menjangkaunya.
Misalnya, jika Anda memutuskan untuk membuka home care
atau praktik mandiri perawat, pilihlah tempat strategis yang
terjangkau oleh masyarakat, atau jika anda menjual kebutuhan
perlengkapan anak kos, maka berjualan di dekat area kampus
atau tempat sekolah akan membuat kemungkinan produk Anda
cepat laku dan terlihat.

5. Memberi Insentif untuk Rekomendasi

Sebuah produk akan terlihat bagus dan dapat dipercaya bila ada
yang merekomendasikannya. Untuk mendapat sebuah
rekomendasi atau testimoni dari konsumen yang telah memakai
produk tersebut, Anda harus memberi penghargaan berupa
insentif yang menarik. Insentif sebuah testimoni tidak harus
selalu berupa uang, namun dapat berupa hadiah produk atau
potongan harga. Dengan adanya insentif ini secara tidak
langsung perusahaan memenangkan dua pihak untuk sasaran
marketing, yaitu konsumen yang loyal dan calon konsumen.
Rekomendasi produk kini menjadi strategi pasar yang
digunakan hampir semua produk.
6. Menjalin Hubungan Baik dengan Konsumen

Konsumen yang loyal adalah sebuah aset penting perusahaan.


Mereka telah berulangkali membeli produk Anda dan ikut
menyumbang pemasukan secara rutin. Jika tidak ingin
kehilangan sebuah pembelian, di tengah persaingan banyaknya
produk serupa, maka tidak ada salahnya Anda memberi
penghargaan kepada para konsumen yang loyal terhadap
perusahaan dengan cara menanggapi masukan konsumen
maupun memberi hadiah secara langsung atas pembelian yang
mereka lakukan. Hal ini cukup efektif menjadi cara pemasaran
produk makanan karena produk jenis ini mengandalkan loyalitas
pembelinya untuk bertahan di dunia bisnis.

7. Mulut ke Mulut

Tim pemasaran Anda berkomunikasi secara langsung dengan


konsumen. Setelah konsumen membeli produk dan merasa
puas dengan produk tersebut, konsumen akan memberitahu
konsumen lainnnya yang berpotensi untuk membeli produk
tersebut.

Naaah…….setelah kita mengetahui istilah pasar,


pemasaran, riset pasar dan pemasaran hasil produk,
bagaimana kita mengetahui bahwa pelanggan kita
sudah puas dengan produk kita….?????
J. Kepuasan Pelanggan

a. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Menurut Walkeretal (2001:35) kepuasan pelanggan dapat


didefinisikan sebagai “suatu keadaan dimana kebutuhan,
keinginan dan harapan konsumen dapat terpenuh melalui produk
yang dikonsumsi”. Secara umum, kepuasan pelanggan dapat
dikatakan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang dari
perbandingan antara produk yang dibeli sesuai atau tidak dengan
harapannya. Oliver (2007:31) menjelaskan dalam penelitiannya
bahwa “kepuasaan pelanggan adalah bagian dari pemasaran dan
memainkan peran penting di dalam pasar”. Dalam setiap
perusahaan kepuasan pelanggan adalah hal yang paling penting,
karena jika pelanggan merasa puas dengan pelayanan atau
produk itu, maka posisi produk atau jasa itu akan baik di pasar.
Apa yang diharapkan dan diinginkan oleh pelanggan merupakan
faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam
menyusun rencana kebijakan bagian pemasaran yang akan
dilakukan oleh perusahaan.

“Kepuasan pelanggan adalah batu penjuru bagi hubungan antara


pemasaran dan manajemen dan sumber keunggulan kompetitif
bagi organisasi” (Claycomb, et al. 2002:99). Kepuasan pelanggan
sangat penting setiap organisasi baik sektor jasa ataupun sektor
barang oleh karena itu tidak setiap waktu produsen dapat
memuaskan pelanggan. Karena ada begitu banyak pelanggan
yang menggunakan produk secara berbeda, sikap yang berbeda
dan berbicara secara berbeda, yang paling berbahaya adalah
ketika pelanggan berbicara dari mulut ke mulut. “Kita tidak bisa
menghentikan setiap perkataan seseorang bahkan jika kita sudah
memberikan yang terbaik dari yang terbaik, mereka masih
membicarakan kekurangan produk kita”. (Kotler, 2005:28)
beberapa pelanggan menyukai produk kita dan setelah
digunakan mereka mengucapkan kata-kata yang baik untuk
produk, tetapi ada beberapa orang menggunakan produk itu dan
membicarakan hal yang tidak baik dari mulut ke mulut mengenai
produk yang kita jual.

Veloutsou (2005:46) mengemukakan dalam penelitiannya


“mengenai produk ada perbedaan antara kepuasan konsumen
barang dan jasa”.

Churcill (2002:36) mengemukakan “Perbedaan antara berwujud


dan tidak berwujud menjadi berbagai faktor kepuasan pelanggan,
dan itulah sebabnya mereka harus diperlakukan terpisah dan
berbeda”.

Kurniawan (2010:48) mengemukakan “Kepuasan konsumen


memiliki reaksi secara keseluruhan antara harapan konsumsi
dengan produk atau jasa dasar persepsi, reaksi, evaluasi dan
psikologi”.

Menciptakan kepuasan pelanggan yang berkelanjutan dan terus


menerus perlu dilakukan. Pencapaian kepuasan konsumen dapat
diciptakan melalui peningkatan kualitas pelayaran dengan
beberapa pendekatan.

Menurut (Lupiyoadi, 2008:192). Ada beberapa aspek dalam


mengetahui kepuasan pelanggan yaitu sebagai berikut:

1) Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara


pihak manjemen dan pelanggan.

2) Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama


untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan.

3) Memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk


menyampaikan keluhan.

4) Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive dan


partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran.

Sedangkan menurut (Tjiptono, 2014:358) pada umumnya


program kepuasan pelanggan meliputi kombinasi dari tujuh
elemen utama yaitu:

1) Barang dan jasa berkualitas

Perusahaan yang ingin menerapkan konsep kepuasan


konsumen harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan
yang prima. Paling tidak standarnya harus menyamai pesaing
utama alam industri. Untuk itu, berlaku prinsip “quality comes
first, satisfaction programs follow”. Biasanya perusahaan yang
tingkat kepuasan konsumennya tinggi menyediakan tingkat
layanan pelanggan yang tinggi pula. Seringkali ini merupakan
cara menjustifikasi harga yang lebih mahal.
2) Relationship Marketing

Kunci pokok dalam setiap program promosi kepuasan adalah


upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan.
Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling
menguntungkan antara penyedia jasa dan pelanggan dapat
membangun bisnis ulangan (Repeatbusiness) dan
menciptakan kepuasan pelanggan.

3) Program Promosi Kepuasan

Program promosi kepuasan banyak diterapkan untuk menjalin


relasi antara perusahaan dan pelanggan. Biasanya program ini
memberikan semacam penghargaan (Rewards) khusus
seperti: bonus, diskon, voucher dan hadiah yang dikaitkan
dengan frekuensi pembelian atau produk/jasa perusahaan
kepada pelanggan rutin (Heavy users) agar tetap loyal pada
produk dari perusahaan bersangkutan. Melalui kerjasama
seperti itu diharapkan kemampuan menciptakan dan
mempertahankan kepuasan serta kepuasan pelanggan akan
semakin besar.

4) Fokus pada pelanggan terbaik (Best Customers)

Pelanggan terbaik bukan sekedar mereka yang termasuk


heavy users atau pelanggan yang berbelanja dalam jumlah
banyak. Namun kriteria lainnya menyangkut pembayaran yang
lancar dan tepat waktu, tidak terlalu banyak membutuhkan
layanan tambahan (karena mereka telah sangat paham
mengenai cara berinteraksi dengan perusahaan) dan relatif
tidak sensitif terhadap harga (lebih menyukai stabilitas
daripada terus-menerus berganti pemasok untuk
mendapatkan harga termurah) juga termasuk dalam kategori
pelanggan terbaik.
5) Sistem penanganan komplain secara efektif

Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk.


Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang
dihasilkan benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak
awal. Setelah itu jika terjadi masalah, perusahaan segera
berusaha memperbaikinya lewat sistem penanganan
complain. Jadi jaminan kualitas harus mendahului
penanganan complain.

Sistem penanganan complain yang efektif membutuhkan


beberapa aspek, seperti:

a) Permohonan maaf kepada pelanggan atas


ketidaknyamanan yang mereka alami;

b) Empati terhadap pelanggan yang marah;

c) Kecepatan dalam penanganan keluhan;

d) Kewajaran atau keadilan-keadilan dalam memecahkan


masalah/ keluhan;

e) Kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi


perusahaan (via telepon saluran bebas pulsa, surat, e-mail,
fax maupun tatap muka langsung) dalam menyampaikan
komentar, kritik, saran, pertanyaan complain.

Keterlibatan langsung manajemen puncak dalam menangani


keluhan pelanggan juga sangat penting, karena bisa
mengkomunikasikan secara nyata komitmen perusahaan
dalam memuaskan setiap pelanggan. Selain itu, para staf
layanan pelanggan harus diseleksi dan dipantau secara
cermat guna memastikan bahwa mereka benar-benar
berorientasi pada pemuasan kebutuhan pelanggan.
6) Unconditional Guarantees

Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada


para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat di
harapkan akan mereka terima. Garansi ini bermanfaat dalam
mengurangi resiko pembelian oleh pelanggan, memberikan
sinyal mengenai kualitas produk, dan secara tegas
menyatakan bahwa perusahaan bertanggung jawab atas
produk atau jasa yang diberikannya.

Garansi yang baik harus memiliki beberapa karateristik pokok,


seperti:

a) Tidak bersyarat (tidak dibebani dengan berbagai macam


peraturan, ketentuan, atau pengecualian yang membatasi
atau menghambat kebijakan pengembalian/kompensasi);

b) Spesifik

c) Realistis, yakni tidak bombastis yang cenderung tidak bisa


dipenuhi;

d) Berarti/Meaningful (mencakup aspek-aspek penyampaian


jasa yang penting bagi pelanggan);

e) Dinyatakan dalam bahasa yang sederhana dan mudah


dipahami (tidak dalam bahasa hukum yang berbelit-belit);

f) Mudah direalisasikan/ditagih bila menyangkut kompensasi


atau ganti rugi tertentu.

7) Program Pay-For-Performance

Program kepuasan pelanggan tidak bisa terlaksanakan tanpa


adanya dukungan sumber daya manusia organisasi. Sebagai
ujung tombak perusahaan yang berinteraksi langsung dengan
para pelanggan dan berkewajiban memuaskan mereka,
karyawan juga harus dipuaskan kebutuhannya. Dengan kata
lain, total customer satisfaction harus didukung pula dengan
total quality reward yang mengaitkan sistem penilaian kinerja
dan kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan dalam
penyempurnaan kualitas dan peningkatkan kepuasan
pelanggan.

Bagaimana kita mengukur kepuasan pelanggan???

Yuk kita pelajari uraian berikut…………

b. Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah


persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada
dimensi jasa. Selain itu juga dipengaruhi oleh kualitas produk,
harga dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat
sesaat. Pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi
sesuatu yang sangat penting bagi perusahaan. Hal ini disebabkan
karena kepuasan pelanggan dapat menjadi umpan balik dan
masukan bagi pengembangan dan implementasi strategi
peningkatkan kepuasan pelanggan.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan


pelanggan menurut (Gasperz, 2005:95) yaitu:

1) Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang


dirasakan pelanggan ketika konsumen sedang mencoba
melakukan transaksi dengan produsen atau pemasok produk
(perusahan). Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginan
besar, harapan atau ekspetasi pelanggan akan tinggi,
demikian pula sebaliknya.

2) Pengalaman masa lalu ketika produk dari perusahaan maupun


pesaing-pesaingnya. Perusahaan tersebut harus memberikan
manfaat yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh
pelanggannya.

3) Pengalaman dari teman-teman, dimana akan menceritakan


kualitas pelayanan pelanggan terhadap pesaing-pesaing di
luar perusahaan. Hal itu jelas mempengaruhi persepsi
pelanggan terutama pada pelayanan-pelayanan yang
dirasakan kepuasan pelanggan terhadap perusahaan.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur dan


memantau kepuasan pelanggan, Kotler, et al (dalam Tjiptono &
Chandra, 2011:314) mengemukakan ada 4 metode yang dapat
dijadikan acuan mengukur kepuasan pelanggan,yaitu:

1) Sistem keluhan dan saran

Suatu perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan


memberikan kesempatan yang luas pada pada para
pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan,
misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar dan
lain-lain. Informasi dari para pelanggan ini akan memberikan
masukan dan ide-ide bagi perusahaan agar bereaksi dengan
tanggap dan cepat dalam menghadapi masalah-masalah yang
timbul. Sehingga perusahaan akan tahu apa yang dikeluhkan
oleh para pelanggannya dan segera memperbaikinya. Metode
ini berfokus pada identifikasi masalah dan juga pengumpulan
saran-saran dari pelanggannya langsung.
2) Ghost Shopping

Sebagai pembeli potensial terhadap produk dari perusahaan


dan juga produk pesaing. Kemudian mereka akan melaporkan
temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan dari
produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman
mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu
para ghost shopper juga bisa mengamati cara penanganan
terhadap setiap keluhan yang ada baik oleh perusahaan yang
bersangkutan maupun dari pesaingnya.

3) Lost Customer Analysis

Perusahaan akan menghubungi para pelanggannya atau


setidaknya mencari tahu pelanggan yang telah berhenti
membeli produk atau yang telah pindah pemasok agar diketahui
penyebab mengapa pelanggan tersebut kabur. Dengan adanya
peningkatan customer lost dapat memuaskan pelanggan.

4) Survei kepuasan Pelanggan

Pada umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan


dilakukan dengan mengadakan survei melalui berbagai media
baik melalui telepon, pos, ataupun degan wawancara secara
langsung. Dengan dilakukannya survei kepada pelanggan oleh
pihak perusahaan, maka perusahaan akan memperoleh
tanggapan dan umpan balik (feedback) secara langsung dari
pelanggan dan juga akan memberikan tanda bahwa perusahaan
menaruh perhatian yang besar terhadap para pelanggannya.

Saudara sekalian….strategi apa yang bisa kita lakukan


untuk mengetahui kepuasan pelanggan??
Yuk kita simak bersama…

c. Strategi Kepuasan Pelanggan

Menurut (Tjiptono dan Chandra, 2011:324) setidaknya ada


delapan strategi yang selama ini diterapkan berbagai organisasi
dalam rangka memuaskan pelanggan:

1) Manajemen Ekspektasi pelanggan

Manajemen ekspektasi pelanggan adalah berusaha


mengedukasi pelanggan agar mereka yang benar-benar
memahami peran baik dan kewajibannya berkenaan dengan
produk/jasa. Beberapa perusahaan bahkan mencoba
menerapkan kiat “under promise, over delivery” agar kinerja
bisa melebihi ekspetasi pelanggan.

2) Relationship Marketing and Management

“Relationship Marketing (RM) berfokus kepada upaya


menjalin relasi positif jangka panjang yang saling
menguntungkan dengan stakeholder utama perusahaan”.
Gummesson (2002) yang dikutip oleh (Tjiptono, 2012:32)
merumuskan pentingnya kemungkinan relasi yang
dikelompokkan dalam classic market relationship, special
market relationship, mega relationship, dan nano
relationship.

3) Aftermarketing

Aftermarketing menekankan pentingnya orientasi pelanggan


saat ini (current customer) sebagai cara yang lebih cost-
effective untuk membangun bisnis yang menguntungkan.
Pencetusnya Terry Vavra (1994).
4) Superior Customer Service

Strategi superior customer service diwujudkan dengan cara


menawarkan layanan yang lebih baik dibandingkan para
pesaing implementasinya bisa beraneka ragam, diantaranya
garansi internal dan eksternal jaminan, pelatihan cara
penggunaan produk, konsultasi teknis, saran pemakaian
produk alternatif, peluang penukaran atau pengembalian
produk yang tidak memuaskan, reparasi komponen yang
rusak, cacat, penyediaan suku cadang pengganti, penindak
lanjutan kontak dengan pelanggan, informasi berkala dari
perusahaan, klub/ organisasi pemakai produk, pemantauan
dan penyesuaian produk untuk memenuhi perubahan
kebutuhan pelanggan dan seterusnya.

5) Technology Infusion Strategy

Technology infusion strategy berusaha memanfaatkan


kecanggihan teknologi untuk meningkatkan dan memuaskan
pengalaman service encounter pelanggan, baik dalam hal
customization dan fleksibilitas, perbaikan pemulihan layanan,
maupun penyediaan spontaneous delight. Salah satu
bentuknya SST (Self-Service Technologies) yang
memungkinkan pelanggan menciptakan produk/ jasa bagi
dirinya sendiri.

6) Strategi Penanganan Komplaint Secara Efektif

Strategi penanganan Komplain secara efektif mengadalkan


empat aspek penting:

a) Empati terhadap pelanggan

b) Kecepatan dalam penangan setiap keluhan


c) Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan
permasalahan atau complain

d) Kemudahan bagi pelanggan untuk mengkontrak


perusahaan.

Bagi perusahaan komplain sebetulnya merupakan


kesempatan berharga untuk memperbaiki hubungannya
dengan pelanggan yang kecewa untuk menghindari publitas
negatif menghindari dan menyempurnakan layanan dimasa
datang.

7) Superior Customer Service

Strategi superior customer service diwujudkan dengan cara


menawarkan layanan yang baik dibandingkan para pesaing.
Implementasinya bisa beraneka ragam, diantaranya garansi
internal dan eksternal jaminan, pelatihan cara penggunaan
produk, konsultasi teknis, saran pemakaian produk
alternative, peluang penukaran atau pengembalian yang
tidak memuaskan reparasi komponen yang rusak/cacat,
penyediaan suku cadang pengganti, penindaklanjutan kontak
dengan pelanggan, informasi berkala dari perusahaan,
klub/organisasi pemakaian produk, pemantauan dan
penyesuaian produk untuk memenuhi perubahan kebutuhan
pelanggan dan seterusnya.

8) Strategi Pemulihan Layanan

Strategi pemulihan layanan berusaha menangani setiap


masalah dan belajar dari kegagalan produk/layanan, serta
melakukan perbaikan demi penyempurnaan layanan
organisasi. Implementasinya bisa berupa jaminan layanan
tanpa syarat, pemberdayaan karyawan, penyelesaian
kegagalan layanan secara cepat, dan strategi manajemen
zero defection. Contoh spesifikasinya antara lain
permohonan maaf atas kesalahan yang terjadi.
Kompensasinya atau ganti rugi, pengembalian uang,
penjelasan atas penyebab kegagalan produk / layanan,
pengerjaan ulang dan seterusnya. Riset menunjukkan bahwa
kepuasan terhadap pemulihan layanan berkontribusi positif
terhadap minat pembelian ulang, loyalitas dan komitmen
pelanggan, trust dan persepsi positif pelanggan terhadap
fairness.

d. Indikator Kepuasan Pelanggan

Hawkins dan lonney dikutip (dalam Tjiptono, 2004:101)


atribut pembetuk kepuasan terdiri dari:

1) Kesesuaian harapan

Merupakan tingkat kesesuaian antara kinerja produk yang


diharapkan oleh konsumen dengan yang dirasakan oleh
konsumen.

2) Minat berkujung kembali

Merupakan kesedian konsumen untuk berkunjung kembali


atau melakukan pembelian ulang terhadap produk terkait.

3) Kesediaan merekomendasikan

Merupakan kesediaan konsumen untuk


merekomendasikan produk yang telah dirasakannya
kepada teman atau keluarga.
Sebelum melanjutkan ke pembahasan terakhir, ada
baiknya saudara peregangan terlebih dahulu 5 menit.

Naahh, setelah peregangan saudara pasti sudah merasa


lebih segar.

Yuk kita lanjut materi berikutnya!

D. Evaluasi hasil usaha

Evaluasi merupakan bagian paling penting, dimana kita bisa mengetahui


apakah produk yang kita berikan berhasil atau tidak. Jika berhasil lakukan
peningkatan, namun jika tidak berhasil harus dilakukan perubahan
rencana atau strategi.

1. Evaluasi hasil usaha

Evaluasi usaha adalah Suatu aktivitas untuk melakukan analisis kinerja


suatu usaha bisnis. Prinsip dasar utamanya adalah membandingkan
rencana usaha yang telah dibuat sebelum kegiatan dimulai dengan apa
yang telah dicapai pada akhir masa produksi. Suatu usaha dikatakan
berhasil apabila usaha tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar
bunga modal, alat-alat luar yang digunakan, upah tenaga kerja luar
serta sarana produksi yang lain dan termasuk kewajiban pada pihak
ketiga.

2. Tujuan evaluasi kelayakan usaha

adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan


pelaksanaan proyek, apakah proyek tersebut berjalan sesuai rencana
dan akan memberikan hasil seperti yang diharapkan. Terdapat
beberapa kegunaan dari studi kelayakan, yaitu: Memandu pemilik
dana untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang dimilikinya
Memperkecil resiko kegagalan investasi dan bisa memperbesar
peluang keberhasilan investasi yang bersangkutan.

3. Tahap-tahap Evaluasi Kelayakan Usaha

Secara umum studi kelayakan usaha akan mencakup beberapa aspek


yaitu: aspek pemasaran, aspek teknis, aspek finansial, aspek legal dan
aspek lingkungan. Dalam kenyataan tidak semua aspek harus diteliti,
hanya aspek yang dibutuhkan saja yang perlu dianalisis lebih lanjut.

Berikut adalah aspek-aspek dalam evaluasi kelayakan usaha:

a. Analisa Aspek Pasar

Evaluasi aspek pasar sangat penting dilakukan karena tidak ada


proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas
barang/jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Tujuan analisis
pasar: untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan
permintaan dan pangsa pasar dari produk yang bersangkutan.

Pada analisa aspek pasar, digunakan dalam: Penentuan Pasar


yang merupakan kumpulan seluruh pembeli aktual dan potensial
dari suatu produk.
Kriteria yang diukur dalam penentuan pasar sasaran, yaitu:

a. Pasar potensial adalah sejumlah konsumen atau pelanggan


yang mempunyai minat terhadap suatu penawaran pasar.

b. Pasar tersedia adalah sekumpulan konsumen yang


mempunyai minat, penghasilan dan akses penawaran pasar
tertentu.

c. Pasar sasaran adalah bagian dari pasar yang memenuhi


syarat dan juga bersedia untuk dimasuki perusahaan kita.
(Chumaidiyah, 2004)

b. Peramalan Permintaan

Metode peramalan permintaan dibagi menjadi tiga kelompok


utama (Chumaidiyah, 2004), yaitu:

1) Metode Kuantitatif adalah metode yang menggunakan data


kuantitatif untuk peramalan, yaitu metoda rata dan metoda
eksponensial smoothing.

2) Metoda Kualitatif adalah metode ini tidak menggunakan data


berupa angka, metode-metode yang digunakan yaitu metode
eksploratori dan metode normatif. Metode eksploratori
menggunakan asumsi titik asal pada saat ini dan masa lalu
untuk proyeksi masa datang. Metode normatif bermula dari
kondisi ideal dan melihat kemungkinan-kemungkinan dengan
kondisi saat ini.

3) Peramalan Tanpa Data Statistik

a. Peramalan analisis menurut sektor pemakai

b. Memperhatikan faktor-faktor politik

c. Evaluasi akhir ukuran pasar


Kapan kita melakukan monitoring dan Evaluasi..????

Yuk kita pelajari bersama….

4. Monitoring dan Evaluasi

Posisi Keseluruhan Usaha merupakan posisi keseluruhan usaha


digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil dari
keseluruhan usaha. Dapat diketahui berapa jumlah harta
(modal/pendapatan usaha), hutang-hutang pada pihak lain, rata-rata
pengeluaran dalam sebulan, dan pendapatan bersih setiap bulannya.
Biasakan untuk melakukan pengecekan posisi keuangan usaha setiap
saat.

5. Evaluasi kemajuan dan kemunduran usaha

Posisi keuangan biasanya menjadi patokan utama dalam evaluasi


kemajuan atau kemunduran sebuah usaha melakukan evaluasi
terhadap kegiatan usaha (mengalami kemajuan atau kemunduran).
Cara mudahnya adalah membandingkan pada saat awal menjalankan
usaha dengan setelahnya (biasanya dengan jangka waktu yang
waktunya ditentukan sendiri, misalnya 3 bulan, 6 bulan, atau satu tahun
sekali setelah usaha berjalan).

6. Lakukan langkah perbaikan atau pengembangan

Misalnya memberikan perhatian pada penjualan yang menurun, untuk


mengetahui letak kesalahannya. sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah efektif agar usaha kita kembali berjalan baik. Tetapi bila kondisi
keuangan dan penjualan telah sehat dan mengalami peningkatan,
janganlah cepat puas.

Pikirkan target usaha Jika hasil evaluasi sebuah usaha sudah


menunjukkan pertumbuhan usaha yang mengalami kenaikan
Selanjutnya memikirkan target perbaikan atau pengembangan usaha.
Misalnya: Apakah ini saatnya melakukan promosi lebih gencar? Apa
sudah waktunya Anda melakukan ekspansi usaha ke tempat lain yang
lebih ramai?

7. Waktu melakukan evaluasi usaha

Waktu yang tepat melakukan evaluasi terhadap perkembangan usaha


yaitu: Secara rutin/berkala. Evaluasi bulanan, triwulan, ataupun
tahunan. Paling sering dilakukan adalah evaluasi triwulan menyangkut
evaluasi kegiatan sehari-hari (seperti pendapatan dan pengeluaran),
dan tahunan untuk evaluasi secara lengkap yang mencakup laporan
keuangan, persaingan usaha, SDM, dan lain sebagainya. Evaluasi
berkala sangat baik manfaatnya, karena dengan adanya evaluasi
secara rutin maka masalah-masalah yang timbul bisa lebih cepat diatasi
dan peluang untk pengembangan bisa lebih cepat dimanfaatkan.

Secara Insidental Evaluasi secara insidental dilakukan setiap saat


apabila (umumnya) terjadi masalah yang dirasakan cukup signifikan
pada usaha Anda. Evaluasi seperti ini biasanya dilakukan apabila
terjadi masalah atau kemunduran pada usaha. Evaluasi Insidental
kurang baik, karena masalahnya sudah terjadi dan tindakan
pencegahan pun sudah tidak bisa dilakukan. Intinya adalah tindakan
koreksi. Dengan adanya evaluasi rutin yang baik, diharapkan masalah
yang mungkin timbul bisa ditekan sehingga evaluasi insidental ini pun
bisa dikurangi.

8. Hal-hal yang dievaluasi pada suatu usaha adalah:

a. Kondisi keuangan usaha. Ini adalah tahap pertama, dimana Anda


dapat mengetahui maju mundurnya usaha Anda dan mengukur
kinerja usaha Anda melalui evaluasi keuangan.

b. Kondisi pasar. Naik turunnya kondisi pasar sangat berpengaruh


pada roda usaha Anda.
c. Pasar usaha sasaran. Indikator kegiatan usaha yang sehat atau
berhasil biasanya ditandai dengan tepatnya pemilihan terhadap
kebutuhan atau selera, biaya, kenyamanan, dan komunikasi
dengan konsumen, serta pemilihan SDM yang tepat.

d. Kemajuan usaha. Tinjau kembali usaha anda secara berkala


(paling sedikit 6 bulan).

e. Tahapan pertumbuhan dan pengembangan usaha. Mengenai


sasaran jangka pendeknya dalam pencapaian keuntungan dan
pertumbuhan, pemenuhan target pangsa pasarnya.

f. Kepemimpinan. Kondisi kita dalam menjalankan kepemimpinan


suatu usaha.
SEKARANG SAYA TAHU

1. Ide usaha harus memenuhi aspek kreativitas dan inovasi yang bersifat
solusi atau penyelesaian masalah atau kesulitan yang ada.
2. Sumber potensi peluang usaha dalam keperawatan berasal dari diri
sendiri, lingkungan, konsumen, dan informasi yang diperoleh
3. Pemasaran produk merupakan faktor sangat penting, harus
mengetahui target pasar, menawarkan produk secara gratis, memilih
tempat strategis, memberi insentif untuk rekomendasi, dan menjalin
hubungan baik dengan konsumen.
4. Evaluasi merupakan bagian paling penting, apakah produk yang kita
berikan berhasil atau tidak. Jika berhasil lakukan peningkatan, namun
jika tidak berhasil harus dilakukan perubahan rencana atau strategi.
REFERENSI

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017).


Buku Pedoman Praktek Mandiri. DPP PPNI. Jakarta: DPP PPNI.

Iyus, Y & Mardhiyah, A. 2010. Spirit and Softskill of Nursing


Entrepreneur. Bandung: Rafika Aditama

Joseph T.C (2009). Nursing Now : Today’s Issues, Tomorrow’s Trends 5th
edition, Chapter 22 Developments in Current Nursing Practise ;
Nurse Enterpreneur F.A. Davis Company; Philadelphia.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Konsep Dasar Kewirausahaan.


Kementrian Pendidikan Nasional.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Ricky. 2012. Perawat Pengusaha (Nurse Preneurs).


http://rotikanricky.blogspot.com/2012/12/perawat-pengusaha-
nursepreneurs. Diakses tanggal 23 Juli 2020 pukul 14.15

Rio Febrian (2015). Nursepreneurship : Gagasan & Praktik


Kewirausahaan dalam Keperawatan.

Taylor, Lilis & Le Mone (2000). Fundamental of Nursing ; The Art and
Science of Person-Centered Nursing Care. Wolters Kluwer.

Yusuf, N. 2006. Wirausaha dan Usaha Kecil. Jakarta: Modul PTKPNF


Depdiknas.https://nursepreneur.blogspot.com/2017/02/konsep-dan-
wawasan-nursepreneurship. Diakses tanggal 23 Juli 2020 pukul15.00.
i
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Pembelajaran Orang Dewasa merupakan ciri dari proses pembelajaran pada


suatu pelatihan. Pada modul ini akan dijelaskan mengenai konsep dan prinsip
– prinsip Pembelajaran Orang Dewasa serta kunci sukses untuk mengajar
orang dewasa. Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah
awal yang harus dimiliki masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Untuk
menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa, perlu dilihat Visi
Indonesia 2045 jika Indonesia tanpa Korupsi.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu membangun Sikap Anti Korupsi.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pelatihan, peserta dapat:
1. Membangun Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
2. Menyadarkan Dampak Korupsi
3. Membangun Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah Korupsi
4. Membangun Sikap Antikorupsi

MATERI POKOK
Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:
A. Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
1. Semangat Perlawanan terhadap Korupsi
2. Belajar kepada Negara-negara yang IPK Tinggi
3. Corruption Perception Index
4. 10 Potensi Indonesia Bisa Makmur
B. Dampak Korupsi
1. Dampak Korupsi
2. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
3. Kerugian Negara VS Hukuman Koruptor
4. Biaya Sosial Korupsi
5. Hubungan Antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
C. Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah Korupsi
1. Pengertian Korupsi
2. Jenis Tindak Pidana Korupsi
3. Gratifikasi
4. Perbedaan Gratifikasi dengan Suap
D. Sikap Anti Korupsi
1. Sikap Anti Korupsi
2. Integritas
3. Indikator Seseorang Berintegritas
PETA KONSEP MODUL ANTI KORUPSI
B Kegiatan Belajar
Pendahuluan
Dilakukan beberapa upaya yang salah satunya melalui pelatihan, diharapkan
semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah setiap generasi dan
tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga, pekerjaan membangun
bangsa yang terseok-seok karena adanya korupsi dimasa depan tidak akan
terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir, maka setiap pekerjaan
membangun bangsa akan maksimal.
Menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab
lembaga penegak hukum seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung,
melainkan menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa.

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat menyadarkan Dampak
Korupsi

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 1:
A. Kompetensi ASN
B. Pemetaan Kebutuhan Kompetensi ASN
Uraian Materi Pokok 1

Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah awal yang harus


dimiliki masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Untuk menanamkan
semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa, perlu dilihat Visi Indonesia 2045
jika Indonesia tanpa Korupsi.

Impian/Visi Indonesia 2015-2045 diantaranya adalah:


1. Sumber Daya Manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli
bangsa-bangsa lain di dunia,
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya,
religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika;
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan teknologi dan peradaban dunia
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia
6. Indonesia menjadi Negara yang mandiri dan Negara paling berpengaruh di
Asia Pasifik dengan memaksimalkan pencapaian kepentingan nasional,
mampu menghasilkan gagasan untuk berkontribusi kepada regional order,
mampu membentuk tatanan regional mengelola konflik di kawasan dan
mampu mengelola public, juga memimpin dan berkontribusi dalam
berbagai forum kerjasama di kawasan.
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia

Belajar kepada Negara-negara yang IPK Tinggi


Corruption Perception Index
Transparency International, sebuah organisasi internasional yang bertujuan
melawan korupsi banyak mempublikasikan hasil survei terkait korupsi.
Termasuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Sebuah publikasi tahunan yang
mengurutkan negara-negara di dunia berdasarkan persepsi atau anggapan
publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politik. Beberapa Negara menjadi
langganan di ranking atas IPK, yang artinya menurut survey adalah Negara
yang relative bersih dari korupsi:

1. Denmark IPK 2016 – 90


Keterbukaan politik dengan memodernisasi sektor publik dan manajemen
sumber daya publik melalui peningkatan transparansi dalam pengambilan
kebijakan, mekanisme akuntabel dan antikorupsi, partisipasi warna dan
dialog civil society. Pendidikan di Denmark gratis. Para siswa dan
mahasiswa juga mendapat biaya hidup bulanan dari pemerintah Denmark.
Biaya pengobatan di Denmark juga gratis. WHO memasukkan Denmark
sebagai Negara paling mudah berbisnis di Eropa. Denmark memperoleh
hadiah 14 nobel.

2. Selandia Baru IPK 2016 – 90


Hukuman mati dihapuskan di Selandia Baru, namun media disana sangat
pro aktif memberitakan kasus korupsi sehingga menjadi hukuman sosial
kepada koruptor. Pendidikan antikorupsi ditanamkan sejak dini.
Transparansi pemerintah dan layanan public yang berkualitas. PNS
dinegara ini wajib melaporkan setiap kegiatan dan harta kekayaannya.
Negara ini sejahtera. Selandia baru adalah penemu jarum suntik habis
pakai, pagar listrik, tutup pengaman botol dari jangkauan anak-anak dan
GPS Navman. Para ahli di Negara ini mendunia.

3. Finlandia, IPK 2016 - 89


Integritas dinegara ini benar-benar teraktualisasi. Bahkan Perdana Menteri
rela mengundurkan diri hanya karena berbohong saat kampanye.
Implementasi undang-undang antikorupsi sangat baik. Kasus korupsi di
Negara ini tidak hanya melibatkan uang Negara, kasus seperti menunda
pengumuman penting yang wajib diketahui masyarakat dikategorikan
sebagai tindakan-tindakan pejabat terkait dengan korupsi. Hidup
sederhana dicerminkan lewat kepemilikan mobil yang jarang di Negara ini.
Transportasi umum cukup baik. Finlandia memiliki SDM yang unggul dan
kompeten. Sistem pendidikannya juga menjadi kiblat dunia. Penemuan
dibidang Teknologi Informasi bisa dikatakan pioneer. Bahkan Nokia,
perusahaan gadget asal Negara ini, menjadi legenda untuk bisnis gadget
dunia.

Tahun 2015, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia menurut Transparency


International adalah 36 dan masih berada di peringkat 88 dari 168 negara di
dunia.

Pada kawasan Asia Tenggara, Indeks Persepsi Korupsi Indonesia di tahun


2015 masih berada di bawah Negara Singapura (85), Malaysia (50) dan
Thailand (38).
Jika mengacu kepada nilai IPK tahun 2016, Negara Indonesia lebih korup
dibandingkan Negara Thailand, Malaysia dan Singapura. Tingkat korupsi
Negara Indonesia menyamai kondisi korupsi di Negara Philipina.
Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 terjadi penurunan tingkat korupsi
di Indonesia yang ditandai dengan peningkatan indeks persepsi korupsi.
Dampak pendirian KPK pada tahun 2002 baru terlihat signifikan pada tahun
2005. Pada tahun 2005 indeks persepsi korupsi naik menjadi 20 dan terus
mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2016 indeks persepsi korupsi
Indonesia sampai pada titik 36.
10 Potensi Indonesia Bisa Makmur
Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal ini merupakan petunjuk dari para pendiri
bangsa bahwa Indonesia memiliki potensi kekayaan sebagai modal menjadi
negara yang makmur dan sejahtera.

10 Potensi Indonesia Bisa Makmur:


1. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari 134.668
pulau. Luas territorial Indonesia adalah 5.193.250 km2

2. Terletak diantara Asia dan Australias, serta diantara Samudera Pasifik


dan Samuder Indonesa menjadikan Indonesia sebagai persimpangan
lalu lintas dunia, baik lalu lintas darat maupun laut dan juga menjadi titik
persilangan kegiatan perekonomian dunia.

3. Indonesia memiliki sekitar 250 suku bangsa yang menghasilkan


keberagaman budaya nusantara. 746 bahasa daerah terdapat di
Indonesia, membuat Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat
beragam.

4. Indonesia memiliki penduduk dari Sabang sampai Merauke sebanyak


255.993.674 jiwa dan merupakan modal dalam memanfaatkan sumber
daya alam yang tersedia, mempertahankan keutuhan Negara dari
ancaman Negara lain, peningkatan kualitas sumber daya manusia.

5. Indonesia memiliki aneka bahan tambang. Minyak bumi Indonesia


berada di posisi ke-25 dalam daftar Negara dengan potensi minyak
bumi terbesar di dunia. Indonesia juga berada di peringkat ke-8 untuk
gas alam dengan produksi 7,2 (tcf). Indonesia juga berada di peringkat
ke-7 dalam potensi emas terbesar didunia dengan cadangan berkisar
2,3 % dari total cadangan emas dunia.

6. Diperkirakan sekitar 100-150 genus dari tumbuhan dengan 25.000-


30.000 spesies terdapat di Indonesia.

7. Indonesia memiliki sekitar 300 ribu atau 17% dari total jumlah satwa liar
dunia. Diantaranya adalah 1.539 jenis burung dan 515 jenis mamalia.
Indonesia menjadi habitat satwa endemic yang sangat banyak.
Tercatat 259 jenis mamalia, 384 jenis burung dan 173 jenis amfibi
hanya hidup di negeri ini.

8. Indonesia merupakan produsen ikan terbesar di dunia. Volume


produksinya mencapai sekitar 5,71 juta ton. Itu meliputi 4,4 juta ton di
wilayah tangkap perairan Indonesia dan 1,8 juta ton berada di perairan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

9. Total potensi maritim Indonesia diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun


atau 3,5 kali anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) 2015.

10. Indonesia memiliki sejarah besar dengan memproklamirkan


kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 setelah dijajah Belanda 3,5 abad
dan diduduki Jepang selama 3,5 tahun. Majapahit pernah
mempersatukan Nusantara dibawah komando Mahapatih Gajah Mada.
Indonesia pernah memiliki armada laut Sriwijaya yang digdaya dan juga
Samudera Pasai yang sempat menguasai perdagangan.
Dilakukan beberapa upaya yang salah satunya melalui pelatihan, diharapkan
semangat anti korupsi akan mengalir di dalam darah setiap generasi dan
tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga, pekerjaan membangun
bangsa yang terseok-seok karena adanya korupsi dimasa depan tidak akan
terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir, maka setiap pekerjaan
membangun bangsa akan maksimal.

Menyadari bahwa pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga


penegak hukum seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung, melainkan
menjadi tanggung jawab setiap anak bangsa.
SEKARANG SAYA TAHU

1. Semangat perlawanan terhadap korupsi merupakan langkah awal


yang harus dimiliki masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Untuk
menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa, perlu
dilihat Visi Indonesia 2045 jika Indonesia tanpa Korupsi.
2. Transparency International, sebuah organisasi internasional yang
bertujuan melawan korupsi banyak mempublikasikan hasil survei
terkait korupsi. Termasuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Sebuah
publikasi tahunan yang mengurutkan negara-negara di dunia
berdasarkan persepsi atau anggapan publik terhadap korupsi di
jabatan publik dan politik.
3. Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pasal ini merupakan
petunjuk dari para pendiri bangsa bahwa Indonesia memiliki potensi
kekayaan sebagai modal menjadi negara yang makmur dan sejahtera.
Pendahuluan
Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi
mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara,
menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya
ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat
kebahagiaan masyarakat di suatu negara. Di Indonesia, korupsi berkorelasi
negative signifikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, investasi, tingkat
belanja kesehatan publik dan pendapatan perkapita. Korupsi di Indonesia juga
berkorelasi positif signifikan terhadap kemiskinan dan ketimpangan
pendapatan. Maka dari itu perlu mengidentifikasi kerugian negara yang
ditimbulkan akibat korupsi

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta mampu Membangun Semangat
Perlawanan terhadap Korupsi

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 2:
A. Dampak Korupsi
B. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
C. Kerugian Negara VS Hukuman Koruptor
D. Biaya Sosial Korupsi
E. Hubungan Antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
Uraian Materi Pokok 2

Segala sesuatu yang diperbuat pasti memiliki dampak. Begitu halnya dengan
korupsi. Silakan Anda pelajari materi di bawah ini ya!

Dampak Korupsi
Semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi
harus terus-menerus dibangkitkan, salah satunya dengan cara menyadarkan
masyarakat akan bahaya dan dampak korupsi.

1. Dampak Korupsi Terhadap Berbagai Bidang


Transparansi Internasional Indonesia (TI) mencatat kalau uang rakyat
dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30
sampai 40 persen dana menguap karena dikorupsi dan korupsi terjadi 70
persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Hal ini
memberikan dampak buruk yang massif terhadap masyarakat Indonesia di
berbagai lini kehidupannya. Mulai dari dampak terhadap ekonomi, sosial,
birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi, penegakan hukum,
pertahanan dan keamanan dan juga terhadap lingkungan hidup.

a. Dampak Masif Korupsi terhadap Ekonomi


Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang rakyat
dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar
30-40 persen dana menguap karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70
persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah.

1) Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adannya investasi,
membuat produktifitas menurun. Hal ini menghambat
perkembangan sektor industri untuk lebih baik terjadi seiring
dengan terhambatnya sector industri dan produksi untuk bissa
berkembang lebih baik.

2) Lesunya Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi


Korupsi mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat
distorsi dan ketidakefisienan yang tinggi. Dalam sektor privat,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari
pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan
pejabat korup dan resiko pembatalan perjanjian atau karena
penyelidikan.

3) Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk publik


Jalan rusak, jembatan ambruk, kereta api terguling, beras tidak
layak makan, ledakan tabung gas, bahan bakar merusak
kendaraan masyarakat, angkutan umum tidak layak, bangunan
sekolah ambruk, adalah kenyataan rendahnya kualitas barang dan
jasa sebagai akibat korupsi.

4) Menurunnya pendapatan dari sektor pajak


APBN sekitar 70% dibiayai oleh pajak. Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) merupakan jenis pajak yang
paling banyak menyumbang. Penurunan pendapatan dari sector
pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak sekali oknum
pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri.

5) Meningkatnya hutang negara


Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar
negeri yang semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat
Jenderal Pengelolaan Hutang, Kementerian Keuangan RI,
disebutkan bahwa total hutang pemerintah per 31 Mei 2011
mencapai US $ 201.07 miliar atau setara dengan Rp 1.716,56
trilliun.

b. Dampak Masif Korupsi terhadap Sosial dan Kemiskinan

1) Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik


Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang
membebankan pelaku ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini
berimbas pada mahalnya harga jasa dan pelayanan publik karena
harga yang ditetapkan harus dapat menutupi kerugian pelaku
ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan karena
penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.

2) Pengentasan kemiskinan berjalan lambat


Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga.
Karena korupsi, permasalahan kemiskinan itu sendiri akhirnya akan
membuat masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja
yang disebabkan latar belakang pendidikan, sedangkan untuk
membuat pekerjaan sendiri banyak berkendala oleh kemampuan,
masalah teknis dan pendanaan.

3) Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin


Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok
untuk hidup daripada untuk sekolah yang semakin menyudutkan
karena mengalami kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah
layak huni, informasi, hokum dan sebagainya sulit diakses oleh
rakyat miskin. Akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak
mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin
seumur hidup. Menciptakan lingkaran setan kemiskinan.

4) Pengentasan kemiskinan berjalan lambat


Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga.
Karena korupsi, permasalahan kemiskinan itu sendiri akhirnya akan
membuat masyarakat sulit mendapatkan akses ke lapangan kerja
yang disebabkan latar belakang pendidikan, sedangkan untuk
membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan
masalah teknis dan pendanaan.

5) Meningkatnya angka kriminalitas


Menurut Transparency International, korupsi dan kualitas serta
kuantitas kejahatan sangat berkaitan. Rasionya, ketika korupsi
meningkat, angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebaliknya, ketika korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga
meningkat.

6) Solidaritas sosial semakin langka


Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk
menjalankan kehidupannya sehari-hari. Ketidakjelasan masa
depan serta himpitan hidup yang semakin kuat membuat sifat
kebersamaan dan kegotong-royongan yang selama ini dilakukan
menjadi langka.

7) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hokum bahkan antar
masyarakat sendiri.

8) Terbatasnya akses bagi masyakarat miskin


Rakyat makin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok
untuk hidup daripada untuk sekolah yang semakin menyudutkan
karena mengalami kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah
layak huni, informasi, hokum dan sebagainya sulit diakses oleh
Rakyat Miskin. Akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak
mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin
seumur hidup. Menciptakan lingkaran setan kemiskinan.
9) Meningkatnya angka kriminalitas
Menurut Transparency International, korupsi dan kualitas serta
kuantitias kejahatan sangat berkaitan. Rasionya, ketika korupsi
meningkat, angka kejahatan yang terjadi juga meningkat.
Sebalikanya, ketika korupsi berhasil dikurangi, aka kepercayaan
masyarakat terhadap penegakan buku (law enforcement) juga
meningkat.

10) Solidaritas sosial semakin langka


Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk
menjalankan kehidupannya sehari-hari. Ketidakjelasan masa
depan serta himpitanhidup yang semakin kuat membuat sifat
kebersmaan dan kegotong-royongan yang selama ini dilakukan
menjadi langka.

11) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hukum bahkan antar
masyarakat sendiri.

c. Dampak Masif Korupsi terhadap Birokrasi Pemerintahan

1) Birokrasi Tidak Efisien Layanan Publik


Dalam peringkat PERC (Political and Economic Risk Consultancy)
ini, Indonesia menempati posisi nomor dua terburuk di Asia setelah
India. Dalam standar angka 1 terbaik sampai 10 terburuk, India
teratas dengan skor 9.41 diikuti oleh Indonesia 8,59, Filipina 8,37,
Vietnam 8,13 dan Cina 7,93. Malaysia ditempat keenam dari bawah
dengan skor 6,97 diikuti oleh Taiwan 6,60, Jepang 6,57, Korea
Selatan 6,13 dan Thailand 5,53. Singapura menduduki peringkat
telah memiliki birokrasi yang paling efisien, dengan skor 2,53 diikuti
oleh Hong Kong dengan 3,49. (Republika, 3 Juni 2011).

2) Matinya Etika Sosial-Politik


Aparat hukum yang semestinya menyelesaikan masalah dengan
adil dan tanpa adanya unsur pemihakan, seringkali harus
mengalahkan integritasnya dengan menerima suap, iming-iming,
gratifikasi atau apapun untuk memberikan kemenangan.

3) Runtuhnya Otoritas Pemerintahan


Melindungi seorang koruptor dengan kekuatan politik adalah salah
satu indikasi besar runtuhnya etika sosial dan politik. Banyak
kejadian suatu kelompok politik akan rela melindungi anggotanya
dengan segala cara, meskipun anggotanya tersebut jelas-jelas
bersalah atau melakukan korupsi. Hal ini sangat melukai nurani
masyarakat, padahal mereka adakah wakil rakyat yang seharusnya
melindungi kepentingan rakyat.

d. Dampak Masif Korupsi terhadap Politik dan Demokrasi


1) Munculnya Kepemimpinan Korup
Konstituen didapatkan dan berjalan karena adanya suap yang
diberikan oleh calon-calon pemimpin pantai, bukan karena simpati
atau percaya terhadap kemampuan dan kepemimpinannya

2) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan menghasilkan
konsekuensi menguatnya plutokrasi (system politik yang dikuasai
pemilik modal/kapitalis). Faktany perusahaan-perusahaan besar
punya hubungan dengan partai-partai yang ada di kancah
perpolitikan negeri ini, bahkan beberapa pengusaha besar menjadi
ketua sebuah partai politik. Seringkali kepentingan partai
bercampur dengan kepentingan perusahaan.

3) Hancurnya Kedaulatan Rakyat


Seharusnya kedaulatan ada ditangan rakyat. Namun yang terjadi
sekarang ini adalah kedaulatan ada ditangan partai politik, karena
anggapan bahwa partailah bentuk representasi rakyat. Partai
adalah dari rakyat dan mewakili rakyat, sehingga banyak orang
yang menganggap bahwa wajar apabila sesuatu yang didapat dari
Negara dinikmati oleh partai.

4) Hilangnya Kepercayaan Rakyat Terhadap Demokrasi


Terjadinya tindak korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
petinggi pemerintah, legislatif atau petinggi partai politik,
mengakibatkan berkurangnya bahkan hilangnya kepercayaan
publik terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.

e. Dampak Masif Korupsi terhadap Penegakan Hukum


1) Fungsi Pemerintahan Mandul
a) Korupsi menghambat peran Negara dalam pengaturan alokasi
b) Korupsi menghambat negaran melakukan pemerataan akses
dan asset
c) Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga
stabilitas ekonomi dan politik

2) Hilangnya Kepercayaan Rakyat terhadap Lembaga Negara


Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga Negara seperti yang
terjadi di Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa
mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
tersebut hilang.

Lembaga Negara yang paling korup menurut Barometer Korupsi


Global (BKG) pada tahun 2009:
a) Legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat)
b) Partai Politik
c) Kepolisian RI
d) Lembaga Peradilan (Mahkamah Agung dan Kejaksaan Agung)

f. Dampak Masif Korupsi terhadap Pertahanan dan Keamanan


1) Lemahnya Alutsista dan SDM
Anggaran Hankan menguap sia-sia karena korupsi. Seringkali kita
mendapatkan berita dari berbagai media tentang bagaimana
Negara lian begitu mudah menerobos batas wilayah Negara
Indonesia, baik dari darat, laut maupun udara. Padahal Indonesia
adalah Negara nomor 15 terluas di dunia.

2) Lemahnya Garis Batas Negara


Nelayan asing dari Malaysia, Vietnam, Philipina, Thailand sering
sekali melanggar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan
meneruk kekayaan laut yang ada di dalamnya. Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI yang menyatakan bahwa Indonesia
mengalami kerugian 9,4 Triliun Rupiah per tahun akibat pencurian
ikan oleh nelayan asing (www.tempointeraktif.com/hg/bisnis, 12
April 2011).
3) Menguatnya Sisi Kekerasan dalam Masyarakat
Akumulasi dari rasa tindak percaya, apatis, tekanan hidup,
kemiskinan yang tidak berujung, jurang perbedaan kaya dan miskin
yang sangat dalam, serta upaya menyelamatkan diri sendiri
menimbulkan efek yang sangat merusak yaitu kekerasan.

g. Dampak Masif Korupsi terhadap Kerusakan Lingkungan

1) Menurunnya Kualitas Lingkungan


Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini sangat merugikan
khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri. Dari kasus illegal
loging saja disinyalir kerugian Negara yang terjadi sampai 30-42
triliun rupiah per tahun. Belum lagi kerusakan lingkungan ini akan
menciptakan bencana yang sebenarnya dibuat oleh manusia,
seperti banjir, banjir bandang, kerusakan tanah, kekeringan,
kelangkaan air dan menurunnya kualitas air dan udara, tingginya
pencemaran di perairan sungai dan laut sehingga sangat beracun
dan sebagainya.

2) Menurunnya Kualitas Hidup


Kerusakan hutan hujan tropis akan mengurangi persediaan oksigen
bukan hanya untuk wilayah tersebut namun juga oksigen untuk
bumi secara keseluruhan. Berkurangnya kualitas udara tentunya
juga akan berakibat pada menurunnya kualitas kesehatan manusia
yang menghirupnya.
Kerusakan yang terjadi di perairan seperti pencemaran sungai dan
laut, juga mengakibatkan menurunnya kualitas hidup manusia.

2. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia


Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara.
Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara,
menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya
ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat
kebahagiaan masyarakat di suatu negara.

Di Indonesia, korupsi berkorelasi negative signifikan dengan tingkat


pertumbuhan ekonomi, investasi, tingkat belanja kesehatan publik dan
pendapatan perkapita. Korupsi di Indonesia juga berkorelasi positif
signifikan terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Maka dari itu
perlu mengidentifikasi kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi.

Berdasarkan sumber data putusan MA, Kerugian Negara menurut


pekerjaan terpidana korupsi sebagai berikut:

KERUGIAN
NEGARA (T)
TERPIDANA PRESENTASE
NO UNSUR HARGA
KORUPSI (5 %)
KONSTAN
2015
1 PNS 1.115 26,9 13,22
2 BUMN/D 149 8,7 4,27
3 Lembaga 62 81,8 40,14
Independen
4 Legislatif 480 2,0 0,97
5 Kepala Daerah 75 1,8 0,88
6 Swasta/Lainnya 670 82,6 40,53
TOTAL 2.551 203,9 100%
3. Kerugian Negara vs Hukuman Koruptor

Terpidana korupsi memperoleh sanksi berupa penjara dan sanksi berupa


hukuman finansial, yaitu hukuman yang diberikan kepada terpidana
korupsi berupa uang yang harus dikembalikan ke negara karena sebuah

tindakan korupsi. Hukuman finansial adalah gabungan nilai hukuman


denda, hukuman pengganti, dan perampasan barang bukti (aset). Dalam
perhitungan jumlah hukuman finansial yang dikenakan, asset nonmoneter
tidak dimasukan dalam analisis karena tidak terdapat nilai taksiran dari
asset tersebut di putusan pengadilan.
4. Biaya Sosial Korupsi
Kasus dan masalah korupsi di Indonesia juga masih belum kunjung
selesai. Sebagian besar uang rakyat yang dikorupsi tetap dinikmati
koruptor meskipun koruptor telah dijatuhi hukuman. Ini menunjukan
bahwa rakyat telah mensubsidi koruptor. Karena nilai hukuman
finansial yang jauh lebih rendah dari nilai yan dikorupsi menyebabkan
uang yang dikorupsi tidak kembali sepenuhnya kepada negara.
Kerugian Negara akibat korupsi hanya dikembalikan sebesar 10,57%
dalam bentuk hukuman finansial terhadap terpidana korupsi.
Bentuk hukuman ini tidak akan memberikan efek jera kepada koruptor
di Indonesia.
Efek jera yang optimum bagi pelaku kejahatan (koruptor) adalah
dengan memperbesar expected cost dari koruptor. Idealnya, hukuman
finansial yang diberikan kepada koruptor memperhitungkan biaya
sosial korupsi dengan mempertimbangkan dampak sosial korupsi.

5. Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi


Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan mahal
dan banyak lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor. Dampak
korupsi merupakan mis-alokasi sumber daya sehingga perekonomian
tidak dapat berkembang optimum. Dampak korupsi terhadap berbagai
bidang kehidupan masyarakat menimbulkan biaya yang disebut
sebagai biaya sosial korupsi.

Konsep Biaya Sosial Korupsi


Biaya sosial kejahatan dihitung dari tiga hal yaitu biaya antisipasi
kejahatan, biaya akibat kejahatan dan biaya reaksi terhadap kejahatan
(Brand and Price, 2000). Maka, nilai kerugian keuangan negara
merupakan biaya sosial ekspisit dalam hal ini adalah biaya akibat
korupsi.

Biaya sosial akibat korupsi antara lain:


a. Biaya Penegakan Hukum
b. Pencegahan Korupsi
c. Biaya Penahanan dan Biaya Penjara
d. Biaya Pengadilan serta Biaya Jaksa.
Skema Biaya Sosial Korupsi

Dampak Korupsi :
1. Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar
(Depken and Lafountan, 2006)
2. Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
3. Tingkat korupsi yang tinggi meningkatkan ketimpangan pendapatan
dan kemiskinan (Gupta, avoodi, and Alonso-Terme, 2002)
4. Korupsi menurunkan investasi (Paolo Mauro, 1995) dan karenanya
menurunkan pertumbuhan ekonomi
5. Persepsi korupsi memiliki dampak yang kuat dan negatif terhadap
arus investasi asing (Shang, ADB)
6. Negara-negara yang dianggap memiliki tingkat korupsi yang relatif
rendah selalu menarik investasi lebih banyak dari pada negara rentan
korupsi (Campos dan Pradhan, ADB)
Namun, perlu diketahui bahwa mulai 2014, KPK melakukan kajian yang lebih
mendalam tentang dampak yang ditimbulkan oleh korupsi sehingga sekarang
kalau membahas tentang dampak korupsi, dikenal istilah Social Cost
Corruption atau Biaya Sosial Korupsi. Nah berbicara tentang Biaya Sosial
Korupsi, maka kita akan membahas mengenai:
• Kerugian Keuangan Negara Akibat Korupsi di Indonesia
• Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan Hukuman
finansial Koruptor
• Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
• Konsep Dasar Biaya Sosial Korupsi
• Ilustrasi Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk Pembangunan

Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan


masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya,
ekonomi serta psikologi masyarakat. Negara yang sangat kaya, banyak
sumber kekayaan alamnya, namun jika penguasanya korup dimana sumber
kekayaan yang dijual kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin
membumbung tinggi bahkan terkadang langka diperedaran atau di pasaran
karena ditimbun dan dimonopoli. Akibatnya banyaknya terjadi kemiskinan dan
kematian di sana-sini.

Contoh lain adanya bantuan-bantuan yang diselewengkan, dicuri oleh orang-


orang korup sehingga tidak sampai kepada sasarannya. Ini sangat
memprihatinkan sehingga masyarakat semakin sinis terhadap ketidakpedulian
pemerintah, yang akhirnya membawa efek yang sangat luas kepada sendi-
sendi kehidupan hingga munculnya ketidak percayaan kepada pemerintah.
SEKARANG SAYA TAHU
1. Transparansi Internasional Indonesia (TI) mencatat kalau uang
rakyat dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku
korupsi. Sekitar 30 sampai 40 persen dana menguap karena
dikorupsi dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang
dan jasa oleh pemerintah. Hal ini memberikan dampak buruk yang
massif terhadap masyarakat Indonesia di berbagai lini
kehidupannya. Mulai dari dampak terhadap ekonomi, sosial,
birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi, penegakan hukum,
pertahanan dan keamanan dan juga terhadap lingkungan hidup.
2. Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan
negara. Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan
ekonomi suatu negara, menurunnya investasi, meningkatnya
kemiskinan, serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Bahkan
korupsi juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di
suatu negara.
3. Terpidana korupsi memperoleh sanksi berupa penjara dan sanksi
berupa hukuman finansial, yaitu hukuman yang diberikan kepada
terpidana korupsi berupa uang yang harus dikembalikan ke negara
karena sebuah tindakan korupsi. Hukuman finansial adalah
gabungan nilai hukuman denda, hukuman pengganti, dan
perampasan barang bukti (aset).
4. Kasus dan masalah korupsi di Indonesia juga masih belum kunjung
selesai. Sebagian besar uang rakyat yang dikorupsi tetap dinikmati
koruptor meskipun koruptor telah dijatuhi hukuman. Ini menunjukan
bahwa rakyat telah mensubsidi koruptor. Karena nilai hukuman
finansial yang jauh lebih rendah dari nilai yan dikorupsi
menyebabkan uang yang dikorupsi tidak kembali sepenuhnya
kepada negara. Kerugian Negara akibat korupsi hanya
dikembalikan sebesar 10,57% dalam bentuk hukuman finansial
terhadap terpidana korupsi.
5. Pelayanan publik tak kunjung membaik. Pelayanan kesehatan
mahal dan banyak lagi contoh buruk akibat kejahatan koruptor.
Dampak korupsi merupakan mis-alokasi sumber daya sehingga
perekonomian tidak dapat berkembang optimum. Dampak korupsi
terhadap berbagai bidang kehidupan masyarakat menimbulkan
biaya yang disebut sebagai biaya sosial korupsi.
Pendahuluan
Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi
mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara,
menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya
ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat
kebahagiaan masyarakat di suatu negara.
Di Indonesia, korupsi berkorelasi negative signifikan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi, investasi, tingkat belanja kesehatan publik dan
pendapatan perkapita. Korupsi di Indonesia juga berkorelasi positif signifikan
terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Maka dari itu perlu
mengidentifikasi kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat Membangun Cara Berpikir
Kritis terhadap Masalah Korupsi.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 3:
A. Kerugian Negara Akibat Korupsi di Indonesia
B. Kerugian Negara VS Hukuman Koruptor
C. Biaya Sosial Korupsi
D. Hubungan Antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
Uraian Materi Pokok 3

Cara Berpikir Kritis terhadap Masalah Korupsi

Ada banyak cara agar kita dapat memberantas korupsi. Salah satunya dengan
cara berpikir kritis terhadap masalah korupsi. Silakan Anda pelajari materi di
bawah ini. Selamat belajar!

1. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”
(Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Kata “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin
yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan,
keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang
buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan


sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Menurut UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi yang dimaksud dengan Korupsi adalah Setiap orang yang
dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara
Perilaku korupsi dapat digambarkan sebagai tindakan tunggal yang secara
rasional bisa dikategorikan sebagai korupsi. Euben (1989)
menggambarkan korupsi sebagai tindakan tunggal dengan asumsi setiap
orang merupakan individu egois yang hanya peduli pada kepentingannya
sendiri. Asumsi tersebut sejalan dengan karyanya Leviathan bahwa
manusia satu berbahaya bagi manusia lainnya, namun setiap manusia
dapat mengamankan keberadaan dan memenuhi kepentingan dirinya
melalui kesepakatan bersama sehingga menjadi legitimasi dari hasil
kesepakatan bersama (standar) demi kepentingan seluruh individu/publik.

2. Faktor Penyebab Korupsi


Pada dasarnya sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara
lain:

a. Faktor Individu
1) Sifat tamak,
Korupsi, bukan kejahatan biasa dari mereka yang membutuhkan
makan, tetapi kejahatan profesional orang yang sudah
berkecukupan yang berhasrat besar untuk memperkaya diri dengan
sifat rakus atau serakah.

2) Moral yang lemah menghadapi godaan.


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan korupsi.
3) Gaya hidup konsumtif.
Perilaku konsumtif menjadi masalahh besar, apabila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai sehingga membuka
peluang untuk menghalalkan berbagai tindakan korupsi untuk
memenuhi hajatnya.

b. Faktor Lingkungan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan lingkungan. Lingkungan
kerja yang korup akan memarjinalkan orang yang baik, ketahanan
mental dan harga diri adalah aspek yang menjadi pertaruhan. Faktor
lingkungan pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar
diri pelaku, yaitu:
1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
Sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi
diantaranya:
a) Masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya dibarengi dengan sikap tidak kritis dari mana
kekayaan itu didapatkan.
b) Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi.
Anggapan umum, korban korupsi adalah kerugian negara.
Padahal bila Negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah
masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa
berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.
c) Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat.
Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada
kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun
tidak disadari.
d) Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas dengan peran aktif masyarakat. Pada
umumnya berpandangan bahwa masalah korupsi adalah
tanggung jawab pemerintah semata.

2) Aspek ekonomi, dimana pendapatan tidak mencukupi kebutuhan.


Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami
situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka
ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya
dengan melakukan korupsi.

3) Aspek Politis. Instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan


mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan
perilaku korupsi

4) Aspek Organisasi
a) Sikap keteladanan pimpinan mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya, misalnya pimpinan berbuat korupsi, maka
kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan
yang sama dengan atasannya.
b) Kultur organisasi punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan
menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif dan membuka
peluang terjadinya korupsi.
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi, belum
dirumuskan visi dan misi dengan jelas, dan belum dirumuskan
tujuan dan sasaran yang harus dicapai berakibat instansi
tersebut sulit dilakukan penilaian keberhasilan mencapai
sasaranya. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada
efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik
korupsi.
d) Kelemahan sistim pengendalian dan pengawasan baik
pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
(pengawasan dari legislatif dan masyarakat) membuka peluang
terjadinya tindak korupsi.

Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat disimpulkan dan


digeneralisasi, bahwa tingginya kasus korupsi dapat dilihat
berdasarkan beberapa persoalan, yaitu:
1) keteladanan pemimpin dan elite bangsa,
2) kesejahteraan Pegawai,
3) komitmen dan konsistensi penegakan hukum,
4) integritas dan profesionalisme,
5) mekanisme pengawasan yang internal dan independen,
6) kondisi lingkungan kerja, kewenangan tugas jabatan, dan
7) upaya-upaya pelemahan lembaga antikorupsi.

3. Jenis Tindak Pidana Korupsi


Berikut ini adalah jenis tindak pidana korupsi dan setiap bentuk tindakan
korupsi diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No.
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ada 30 bentuk/jenis tindak pidana
korupsi yang dikelompokkan menjadi 7 kelompok sebagai berikut:

a. Kerugian Keuangan Negara (Pasal 2 (1) : 3


Melawan hukum, memperkaya diri orang/ badan lain yang merugikan
keuangan/ perekonomian negara

Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/ kedudukan yang


dapat merugikan keuangan/ kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/ perekonomian Negara (Pasal 3)

Tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri atau


menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan
dapat merugikan keuangan Negara.
Kata “dapat” sebelum frasa merugikan keuangan atau perekonomian
Negara menunjukkan suatu tindakan otomatis dapat dianggap
merugikan keuangan Negara apabila tindakan tersebut berpotensi
menimbulkan kerugian Negara. Adanya tindak pidana korupsi cukup
dengan dipenuhinya unsur-unsur perbuatan yang sudah dirumuskan
bukan dengan timbulnya akibat.
b. Suap Menyuap (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11)
Delik pemberian sesuatu/Janji kepada Pegawai Negeri/Penyelenggara
Negara (Ps 5 (1) a,b; Ps 13; Ps 5(2); Ps 12 a,b;Ps 11; Ps 6(1) a, b; Ps
6 (2); Ps 12 c,d)
Upaya suap-menyuap kepada pejabat penyelenggara Negara karena
jabatannya terkait kewenangan yang sedang diembannya.

c. Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10 a, b, c)


Pejabat Penyelenggara Negara melakukan penggelapa uang,
memalsukan dokumen pemeriksaan administrasi, membantu
membiarkan atau diri sendiri merusak bukti.

d. Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12 e, f, g)


Berdasarkan pasal 12 huruf e UU No 31 tahun 1999 jo, UU no.20 tahun
2001 pemerasan adalah tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh
pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan
potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

e. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan (Pasal 12 huruf i)


Pejabat Penyelenggara Negara dengan sengaja baik langsung atau
tidak langsung turut serta dalam pengadaan barang yang diurusnya
dalam instansi atau perusahaan.

f. Perbuatan Curang, (Pasal 7 (1) huruf a, b, c, d: Ps 7 (2); Ps 12 huruf


h)
Tindakan curang oleh pemborongan Ahli Bangunan, Pengawas Proyek,
Rekanan TNI/Polri yang merugikan Negara serta pejabat
penyelenggara Negara menyerobot tanah.

g. Gratifikasi (Pasal 12B jo Pasal 12C)


Pejabat Penyelenggara Negara menerima gratifikasi terkait jabatannya
dan berlawanan dengan kewajibannya serta tidak melaporkan kepada
KPK dalam waktu 30 hari sejak gratifikasi diterima.
Gratifikasi didefinisikan sebagai pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.

Bentuk Gratifikasi ada 2 yaitu:


1) Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan
niat yang tulus dari seseorang kepada orang lain tanpa pamrih
artinya pemberian dalam bentuk “tanda kasih” tanpa
mengharapkan balasan apapun.
2) Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan
tujuan pamrih, pemberian jenis ini yang telah membudaya
dikalangan birokrat maupun pengusaha karena adanya interaksi
kepentingan.

Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak selalu m empunyai


arti jelek, namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. Akan tetapi
dalam praktik seseorang memberikan sesuatu tidak mungkin dapat
dihindari tanpa adanya pamrih.

Dalam Pasal 12 B UU No 20 Tahun 2001 dinyatakan bahwa “Setiap


gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan
jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya”.
Apabila seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara
menerima suatu pemberian, maka ia mempunyai kewajiban untuk
melaporkan kepada KPK sebagaimana diatur dalam Pasal 12 C UU
No 20 Tahun 2001, yaitu:
1) Ketentuan pada Pasal 12 B ayat (1) mengenai gratifikasi dianggap
sebagai pemberian suap dan tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK;
2) Laporan penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima;
3) Dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal penerimaan laporan, KPK wajib menetapkan gratifikasi
dapat menjadi milik penerima atau milik negara;
4) Tata cara penyampaian laporan dan penentuan status gratifikasi
diatur menurut Undang-undang tentang KPK.

Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi,


antara lain:
1) Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih
karena telah dibantu;
2) Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat
pada saat perkawinan anaknya;
3) Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/pegawai negeri atau
keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma;
4) Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/pegawai negeri
untuk pembelian barang atau jasa dari rekanan;
5) Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada
pejabat/pegawai negeri;
6) Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi
lainnya dari rekanan;
7) Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai negeri
pada saat kunjungan kerja;
8) Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri
pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;
9) Pembiayaan kunjungan kerja lembaga legislatif, karena hal ini
dapat memengaruhi legislasi dan implementasinya oleh
eksekutif;
10) Cideramata bagi guru (PNS) setelah pembagian
rapor/kelulusan;
11) Pungutan liar di jalan raya dan tidak disertai tanda bukti dengan
tujuan sumbangan tidak jelas, oknum yang terlibat bisa jadi dari
petugas kepolisian (polisi lalu lintas), retribusi (dinas
pendapatan daerah), LLAJR dan masyarakat (preman). Apabila
kasus ini terjadi KPK menyarankan agar laporan dipublikasikan
oleh media massa dan dilakukan penindakan tegas terhadap
pelaku;
12) Penyediaan biaya tambahan (fee) 10-20 persen dari nilai
proyek.
13) Uang retribusi untuk masuk pelabuhan tanpa tiket yang
dilakukan oleh Instansi Pelabuhan, Dinas Perhubungan, dan
Dinas Pendapatan Daerah;
14) Parsel ponsel canggih keluaran terbaru dari pengusaha ke
pejabat;
15) Perjalanan wisata bagi bupati menjelang akhir jabatan;
16) Pembangunan tempat ibadah di kantor pemerintah (karena
biasanya sudah tersedia anggaran untuk pembangunan
tempat ibadah dimana anggaran tersebut harus dipergunakan
sesuai dengan pos anggaran dan keperluan tambahan dana
dapat menggunakan kotak amal);
17) Hadiah pernikahan untuk keluarga PNS yang melewati batas
kewajaran;
18) Pengurusan KTP/SIM/Paspor yang “dipercepat” dengan uang
tambahan;
19) Mensponsori konferensi internasional tanpa menyebutkan
biaya perjalanan yang transparan dan kegunaannya, adanya
penerimaan ganda, dengan jumlah tidak masuk akal;
20) Pengurusan izin yang dipersulit.

Dengan demikian pemberian yang dapat dikategorikan sebagai


gratifikasi adalah pemberian atau janji yang mempunyai kaitan
dengan hubungan kerja atau kedinasan dan/atau semata-mata
karena keterkaitan dengan jabatan atau kedudukan pejabat/
pegawai negeri dengan si pemberi.

Dalam hal Pegawai Negeri Penyelenggara Negara tidak dapat


menolak pemberian gratifikasl karena kondisi tertentu seperti;
1) Gratifikasi tidak diterima secara langsung.
2) Tidak diketahuinya pemberi gratifikasi.
3) Penerima ragu dengan kualifikasi gratifikasi dan
4) Adanya kondisi tertentu yang tidak mungkin ditolak, seperti:
dapat mengakibatkan rusaknya hubungan baik institusi,
membahayakan diri sendiri/karir penerima/ada ancaman lain,
rnaka untuk menghindari ancaman pidana, Pegawai
Negeri/Penyelenggara Negara wajib melaporkan kepada KPK
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal penerimaan
gratifikasi tersebut atau melalui Unit Pengendalian Gratifikasi
Instansi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja yang kemudian diteruskan
ke KPK;
5) Laporan gratifikasi disampaikan dengan menggunakan formullr
laporan gratifikasi yang dltetapkan oleh Komlsl Pemberantasan
Korupsi dan melampirkan dokumen terkait;
6) Dalam hal gratifikasi berbentuk barang, KPK dapat meminta
penerima gratifikasi untuk menyerahkan uang sebagai kempensasi
atas barang yang diterimanya sebesar nilai yang tercantum dalam
Keputusan Pimpinan KPK tentang Penetapan Status Kepemilikan
Gratifikasi;

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 02


Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status
Gratifikasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan KPK Nemor 06
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan KPK Nomor 02 Tahun
2014 tentang Pedoman Pelaporan dan Penetapan Status Gratifikasi,
Pasal 16 disebutkan bahwa "Pedoman terkait implementasi kewajiban
pelaporan Gratifikasi diatur dalam Pedoman Pengendalian Gratifikasi
yang diterbitkan oleh KPK".

Terdapat bentuk penerimaan gratifikasi yang tidak wajib dllaporkan


(pengecualian dan batasan), meliputi:
1) Pemberian karena hubungan keluarga yaitu kakek/nenek/
bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu, besan,
paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan, sepanjang
tidak memiliki konflik kepentingan;
2) Hadiah (tanda kasih) dalam bentuk uang atau barang yang memiliki
nilal jual dalam penyelenggaraan pesta pernikahan, kelahiran,
aqiqah, baptis, khitanan, potong gigi, atau upacara adat/agama
lainnya dengan batasan nilai per pemberi dalam setiap acara paling
banyak Rp1.000.000,00(satu juta rupiah);
3) Pemberian terkait dengan Musibah atau Bencana yang dialami oleh
penerima, Bapak/ibu/mertua, suami/istri, atau anak penerima
gratifikasi paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
pemberian per orang. Penjelasan: Butir 3 ini merupakan ketentuan
kewajiban pelaporan. Untuk pemberian terkait dengan
musibah/bencana yang jumlahnya melebihi Rp1.000.000,00 dan
tidak memiliki konflik kepentingan dapat ditetapkan menjadi milik
penerima;
4) Pemberian sesama pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun,
promosi jabatan, dan ulang tahun yang tidak dalam bentuk uang
atau tidak berbentuk setara uang yang paling banyak Rp300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah) per pemberian per orang dengan total
pemberian Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun
dari pemberi yang sama;
5) Pemberian sesama rekah kerja tidak dalam bentuk uang atau tidak
berbentuk setara uang (cek, bilyet giro, saham, deposito, voucher,
pulsa, dan lain-lain) paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu
rupiah) per pemberian per orang dengan total pemberian maksimal
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam 1 (satu) tahun dari
pemberi yang sama;
6) Hidangah atau sajian yang berlaku umum;
7) Prestasi akademis atau non akademis yang diikuti dengan
menggunakan biaya sendiri seperti kejuaraan, perlombaan atau
kompetlsl tidak terkait kedinasan;
8) Keuntungan atau bunga dari penempatan dana, investasi atau
kepemilikan saham pribadi yang berlaku umum;
9) Manfaat bagi seluruh peserta koperasi pegawai berdasarkan
keanggotaan koperasi pegawai negeri yang berlaku umum;
10) Seminar kit yang berbentuk seperangkat modul dan alat tulis serta
sertiflkat yang diperoleh dari kegiatan resrni kedinasan seperti rapat,
seminar, werkshop, konferensi, pelatihan, atau kegiatan lain sejenis
yang berlaku umum.
Penjelasan: Butir 10) ini termasuk bentuk-bentuk perangkat
promosi lembaga berlogo instansi yang berbiaya rendah dan
berlaku umum, antara lain: pin, kalender, mug, payung, kaos dan
topi;
11) Penerimaan hadiah atau tunjangan baik berupa uang atau barang
yang ada kaitannya dengan peningkatan prestasi kerja yang
diberikan oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; atau
12) Diperoleh dari kompensasi atas profesi diluar kedinasan, yang tidak
terkait dengan tupoksi dari pejabatipegawai, tidak memiliki konflik
kepentingan dan tidak melanggar aturan internal instansi penerima
gratifikasi;

Peraturan internal terkait gratifikasi dapat lebih ketat mengatur batasan


gratifikasi, namun tidak dapat lebih longgar dibandingkan peraturan
KPK;
1) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa hadiah langsung/undian,
diskon/rabat, voucher, atau point rewards, atau suvenir yang
berlaku umum sesuai kewajaran dan kepatutan, tidak memiliki
konflik kepentingan dan tidak terkait kedinasan, tldak wajib
dllaporkan kepada KPK;
2) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa honorarium baik dalam
bentuk uang/setara uang sebagai kompensasi pelaksanaan tugas
sebagai pembicara, narasumber, konsultan, dan fungsi serupa
lainnya berdasarkan penunjukkan atau penugasan resmi dapat
diterima oleh Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara sepanjang
tidak ada pembiayaan ganda, tidak dilarang atau bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan yang
berlaku. Penerimaan tersebut dilaporkan kepada instansi penerima
sebagai fungsi kontrol untuk memutus potensi teriadinya praktik
korupsi investif (Investive Corruption) dari pihak pemberi;
3) Terhadap penerimaan gratifikasi berupa barang yang mudah busuk
atau rusak dalam batasan kewajaran dapat disalurkan langsung ke
panti asuhan, panti jompo, pihak-pihak yang membutuhkan atau
tempat penyaluran bantuan sosial lainnya dan dilaporkan kepada
masing-masing instansi disertai penjelasan taksiran harga dan
dokumentasi penyerahannya. Selanjutnya instansi melaporkan
rekapitulasi penerimaan tersebut kepada KPK;
4) Terhadap barang gratifikasi yang direkomendasikan untuk dikelola
instansi maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
a) Ditempatkan sebagai barang display instansi;
b) Digunakan untuk kegiatan operasional instansi;
c) Disalurkan kepada pihak yang membutuhkan antara lain, panti
asuhan, panti jompo, atau tempat penyaluran bantuan
sosiallainnya; atau
d) Diserahkan kepada pegawai yang menerima gratifikasi untuk
dimanfaatkan sebagai penunjang kinerja.
5) Keberhasilan Program Pengendalian Gratifikasi dapat diukur
melalui ketersediaan unit atau fungsi pengendalian gratifikasi,
peraturan pengendalian gratifikasi intemal dan Implementasi yang
efektif antara lain berupa kepatuhan terhadap aturan gratifikasi
adanya pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan diseminasi pesan anti
korupsi secara berkesinambungan yang berdampak positif kepada
masyarakatlpemangku kepentingan;
6) Informasi lebih lanjut tentang gratifikasi dan mekanisme pelaporan
atas penerimaan gratifikasi dapat diakses/diunduh melalui
www.kpk.go.id/gratifikasi https:/Igol.kpk.go.id/
pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id dan aplikasi Gratis 2 Go melalui
App Store dan Google Play dengan memasukan keywords
"Gratifikasi KPK", atau menghubungi Direktorat Gratiflkasi pada
nomor telepon (021) 255-78440/255-78448/0855-88-45678.

Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah; a. Pasal 12 dan Pasal 13 UU No 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; b. Pasal 12 B dan
Pasal 12 C UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atau UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan c. Pasal
16, Pasal 17, dan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan
Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut, baik yang diterima di dalam maupun di luar negeri dan
yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik.

Menerima gratifikasi tidak diperbolehkan karena akan mempengaruhi setiap


keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat yang mendapatkannya, sehingga
hanya akan menguntungkan orang yang memberikannya dan melanggar hak
orang lain.

Selain itu juga akan menyebabkan seorang pejabat melakukan sesuatu


yang melampaui kewenangannya atau tidak melakukan sesuatu yang
merupakan kewajibannya dalam melayani masyarakat.

Cara yang harus dilakukan untuk menghindar dari ancaman hukuman


akibat menerima gratifikasi adalah;
a. Melaporkan setiap pemberian yang diterima kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi; b. Tidak menerima semua pemberian yang
dilakukan oleh orang yang patut diduga akan mendapatkan
keuntungan, akibat kedekatannya dengan seorang pejabat; c. Tidak
menerima semua pemberian yang berkaitan dengan jabatan yang
sedang diembannya.
Kita harus melaporkan penerimaan gratifikasi kepada: a. Pimpinan
instansi tempat kita bekerja;
b. Komisi Pemberantasan Korupsi.

Perbedaan gratifikasi dengan suap


Suap dalam Pasal 3 Undang-undang No. 3 Tahun 1980 diartikan:
“menerima
sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga
bahwa pemberian sesuatu atau janji dimaksudkan supaya ia berbuat
sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan
dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan
umum.”

Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas dan tidak termasuk
“janji”.
SEKARANG SAYA TAHU

1. Menurut UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi yang dimaksud dengan Korupsi adalah Setiap orang yang
dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
2. Pada dasarnya manusia terdorong untuk melakukan korupsi
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1) Faktor individu yaitu sifat tamak, moral yang lemah menghadapi
godaan, gaya hidup konsumtif.
2) Faktor Lingkungan yaitu aspek sikap masyarakat terhadap korupsi,
aspek ekonomi, aspek politis, aspek organisasi,
3. Ada 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi diatur di dalam UU No. 31
Tahun 1999 dan UU No. 20 Tahun 2001. Kemudian ketidapuluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi dikelompokan menjadi 7 kelompok
yaitu Kerugian Keuangan Negara, Penyuapan, Penggelapan dalam
jabatan, Pemerasan dalam jabatan, Perbuatan Curang dan Gratifikasi.
Pendahuluan
Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan negara. Korupsi
mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara,
menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya
ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat
kebahagiaan masyarakat di suatu negara.
Di Indonesia, korupsi berkorelasi negative signifikan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi, investasi, tingkat belanja kesehatan publik dan
pendapatan perkapita. Korupsi di Indonesia juga berkorelasi positif signifikan
terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Maka dari itu perlu
mengidentifikasi kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi

Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti materi pokok ini peserta dapat Membangun Cara Berpikir
Kritis terhadap Masalah Korupsi.

Sub Materi Pokok


Berikut ini adalah sub materi pokok 4:
A. Sikap Anti Korupsi
B. Integritas
C. Indikator Seseorang Berintegritas
Uraian Materi Pokok 4

Sikap Anti Korupsi

Sikap antikorupsi merupakan istilah lain dari Integritas, perilaku


antikorupsi, karakter, atau akhlak. Mengapa? Karena berbicara tentang
sikap, Integritas, perilaku, karakter, atau akhlak, maka kita berbicara
mengenai kejujuran, kesederhanaan, kedisiplinan, kemandirian, dan
sikap/perilaku/karakter/akhlak baik lainnya. Yuk simak materi di bawah
ini!

Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zone Kejadian Luar Biasa


(KLB), maka pendekatan pemberantasan korupsi dipilih cara-cara yang
luar biasa (extra ordinary approach) dan tepat sasaran. Oleh karena itu,
kita wajib berpartisipasi dengan menunjukan sikap antikorupsi. Tindakan
membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara:
• Bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang-
orang di lingkungan sekitar untuk bersikap jujur, menghindari
perilaku korupsi, contoh: tidak membayar uang lebih ketika
mengurus dokumen administrasi seperti KTP, kartu sehat, tidak
membeli SIM, dsb.
• Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak
atau melanggar hak orang lain dari hal-hal yang kecil, contoh: tertib
lalu lintas, kebiasaan mengantri, tidak buang sampah
sembarangan, dsb.
• Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan
bisnis maupun hubungan bertetangga;
• Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban
perbuatan korupsi. contoh: diperas oleh petugas, menerima
pemberian/hadiah dari orang yang tidak dikenal atau diduga
memiliki konflik kepentingan, dsb.

1. Nilai – nilai antikorupsi

Korupsi terjadi ketika tidak ada nilai-nilai antikorupsi yang kuat


ditanamkan dalam diri. Melalui pembiasaan dan pengembangan nilai-
nilai antikorupsi diharapkan memiliki kendali diri terhadap pengaruh
buruk lingkungan. Hal ini akan menghindarkan diri dari praktik-praktik
korupsi.

Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu:


a. Inti (Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab)
b. Etos Kerja (Kerja Keras, Mandiri, Sederhana)
c. Sikap (Adil, Berani, Peduli)

a. Inti

1) Jujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan. Jujur berarti
mengetahui apa yang benar, mengatakan dan melakukan yang
benar. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya,
lurus hati, tidak berbohong dan tidak melakukan kecurangan.

2) Disiplin
3) Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Disiplin berarti
patuh pada aturan.
4) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara maupun agama.

b. Etos Kerja
1) Kerja Keras
Sungguh-sungguh berusaha ketika menyelesaikan berbagai
tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-lain dengan sebaik-
baiknya. Kerja keras berarti pantang menyerah, terus berjuang
dan berusaha.

2) Mandiri
Dapat berdiri sendiri. Mandiri berarti tidak bergantung pada
orang lain. Mandiri juga berarti kemampuan menyelesaikan,
mencari dan menemukan solusi dari masalah yang dihadapi.

3) Sederhana
Bersahaja. Sederhana berarti menggunakan sesuatu
secukupnya, tidak berlebih-lebihan.

c. Sikap
1) Adil
Berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu. Adil
juga berarti perlakuan yang sama untuk semua tanpa
membeda-bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
2) Berani
Hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya
dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar.

3) Peduli
Sikap dan tindakan memperhatikan dan menghiraukan orang
lain, masyarakat yang membutuhkan dan lingkungan sekitar.

2. Integritas

Berdasarkan kamus kompetensi perilaku KPK, yang dimaksud dengan


integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang
dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-
nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai
masyarakat atau nilai moral pribadi).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Integritas adalah


mutu, sifat dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh
sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan
kewibawaan dan kejujuran.

Orang yang Integral:


a. Memiliki Integritas Pribadi
b. Berkepribadian Utuh (setiap tindakan dan perilaku merujuk pada
nilai moral dan etika)
c. Satunya perkataan dan perbuatan
d. Patuh pada kode etik yang telah disepakati, tidak melanggar
sumpah jabatan
e. Tidak tergoda melakukan penyelewengan dengan wewenang yang
dimiliki:
1) Konsumerisme dan hedonism
2) Tata nilai dan ukuran moral masyarakat yang salah
3) Manusia terpukau dan terpedaya oleh uang dan kekuasaan
4) Menjadi panutan

3. Indikator seseorang berintegritas


a. Mengakui pelanggaran atau kesalahan integritas yang pernah
dilakukan.
b. Memperbaiki pelanggaran atau kesalahan integritas yang pernah
dilakukan.
c. Mengingatkan orang lain karena tidak sesuai dengan nilai-nilai dan
norma yang diyakini.
d. Menegur orang lain karena melanggar nilai-nilai dan norma yang
diyakini.
e. Menyatakan kepada atasan karena melanggar nilai-nilai dan
norma yang diyakini
f. Menentang atasan karena menegur hal-hal yang tidak benar
g. Menyampaikan kebenaran dalam situasi yang sulit diceritakan
h. Menjelaskan kerugian-kerugian pribadi yang pernah dialami akibat
penyampaian kebenaran
i. Menguraikan tindakan-tindakan dalam mempraktikkan atau
mempertahankan kebenaran
SEKARANG SAYA TAHU

1. Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu Inti (Jujur, Disiplin,
Tanggung Jawab); Etos Kerja (Kerja Keras, Mandiri, Sederhana);
Sikap (Adil, Berani, Peduli)
2. Integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang
dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut
(nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja,
nilai masyarakat atau nilai moral pribadi).

Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPP Anti Korupsi. Jika Anda belum sepenuhnya
memahami materi, silakan pelajari Kembali modul dari awal ya!
REFERENSI

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001


2. PERMENPAN RB NO 10 Tahun 2019
1
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT

Pada suatu kegiatan pelatihan yang dikembangkan dengan


pendekatan partisipatif, pengendalian kondisi dan suasana
merupakan hal yang tidak dapat dianggap ringan perannya. Karena
setiap aktivitas partisipasi peserta sebagai orang dewasa juga
menekankan pada proses, maka kondisi yang terbangun selama
pelaksanaan pelatihan akan mempengaruhi pencapaian output
darinya. Dengan kata lain menjaga dinamika kelas atau peserta
adalah penting. Dinamika kelas harus sejak dini ‘direkayasa’
sedemikian rupa agar keterlibatan seluruh peserta tetap tinggi.
Salah satu masalah yang sering timbul dalam pelatihan partisipatif
adalah tidak terciptanya suasana dan iklim yang baik, karena belum
menyatunya peserta dengan pendekatan yang ada.

Bertemu sekelompok orang yang belum saling mengenal


sebelumnya, berasal dari tempat yang berbeda, dengan latar
belakang sosial budaya, pendidikan/ pengetahuan, pengalaman,
serta sikap dan perilaku yang berbeda pula, pada awal memasuki
suatu pelatihan, sering para peserta menunjukkan suasana
kebekuan (freezing), karena belum tentu pelatihan yang diikuti
merupakan pilihan prioritas dalam kehidupannya. Mungkin saja
kehadirannya di pelatihan karena terpaksa, tidak ada pilihan lain,
harus menuruti ketentuan/persyaratan.

Agar pelatihan sukses, partisipatif dan berbasis aktifitas peserta, kita


harus memperkenalkan rasa percaya antar peserta. Dalam
lingkungan peserta yang saling percaya, peserta akan lebih
disiapkan untuk berani mengambil resiko, berkontribusi dan lebih
menyenangi proses belajar dan membantu kelancaran proses
pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan pengalaman, kegiatan bersama (satu tim) akan timbul


apabila semua menyadari bahwa mereka melakukan secara
spontan, terbuka dan penuh kehangatan serta tidak dibuat-buat.
Untuk itulah bentuk ‘kepemimpinan’ dalam aktifitas harus
didistribusikan secara merata kepada seluruh warga belajar, agar
dinamika terjaga. Pada kegiatan yang berdurasi relatif panjang, atau
dengan pendekatan yang monoton dan kurang melibatkan peserta,
kegairahan peserta dalam mengikuti setiap materi menjadi
menurun. Ini merupakan bagian yang berat bagi fasilitator. Untuk itu
rangkaian materi harus diselingi dengan kegiatan "pemecah
kebekuan" atau "Icebreakers" dan pembangkit daya dan dinamika
atau "energiser".

Membangun Komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu kegiatan


atau proses untuk mencairkan kebekuan tersebut. BLC juga
mengajak peserta mampu mengemukakan harapan-harapan
mereka dalam pelatihan ini, serta merumuskan nilai-nilai dan norma
yang kemudian disepakati bersama untuk dipatuhi selama proses
pembelajaran. Jadi inti dari BLC juga adalah terbangunnya
komitmen dari semua peserta untuk berperan serta dalam mencapai
harapan dan tujuan pelatihan, serta mentaati norma yang dibangun
berdasarkan perbauran nilai nilai yang dianut dan disepakati. Proses
BLC adalah proses melalui tahapan dari mulai saling mengenal
antar pribadi, mengidentifikasi dan merumuskan harapan dari
pelatihan ini, sampai terbentuknya norma kelas yang disepakati
bersama serta kontrol kolektifnya.

Pada proses BLC setiap peserta harus berpartisipasi aktif dan


dinamis. Keberhasilan atau ketidakberhasilan proses BLC akan
berpengaruh pada proses pembelajaran selanjutnya.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menerapkan


komitmen belajar dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan kelas.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:

1. Melakukan pencairan suasana dan

2. Melaksanakan nilai, norma dan kontrol kolektif kelas

Materi Pokok

Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini adalah:

Materi Pokok 1: Perkenalan

1. Perkenalan

2. Harapan

3. Pengurus Kelas
MATERI POKOK

Materi Pokok 2 pada mata pelatihan ini yaitu:

1. Nilai

2. Norma kelas

3. Kontrol kolektif
PETA MODUL
BUILDING LEARNING COMMITMENT

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta


mampu menerapkan komitmen belajar dalam
proses pembelajaran sesuai kesepakatan kelas.

MATERI POKOK 1 MATERI POKOK 2


NILAI, NORMA, DAN KONTROL
PERKENALAN
KOLEKTIF KELAS

Perkenalan Nilai

Harapan Norma Kelas

Pengurus Kelas Kontrol Kolektif


B Kegiatan Belajar
MATERI POKOK 1

PENCAIRAN SUASANA
Pendahuluan

Suatu langkah yang cukup krusial dalam tahap awal pelatihan adalah
melihat apa harapan-harapan peserta serta tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan ini adalah apa yang ingin dicapai peserta setelah pelatihan ini.
Langkah ini didasarkan pada prinsip pembelajaran orang dewasa di mana
mereka akan belajar dengan baik jika mereka dapat melihat menfaat dan
relevansi pembelajaran yang akan didapat bagi kehidupannya.

Anda akan mempelajari pencairan suasana pada materi pokok 1 ini.


Selamat belajar

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat melakukan pencairan


suasana.

Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan:

A. Perkenalan

B. Harapan

C. Pengurus Kelas

Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 1:

A. Perkenalan

B. Harapan

C. Pengurus Kelas
Uraian Materi Pokok 1

A. Perkenalan

Anda pasti sering mendengar istilah “tak kenal maka tak sayang”. Istilah
tersebut merujuk pada pentingnya perkenalan. Dengan saling mengenal
sesama peserta pelatihan, Anda akan dengan mudah mengikuti proses
pelatihan. Apa Anda tahu hubungan antara perkenalan dan proses
pelatihan? Simak materi berikut!

Beberapa permainan untuk perkenalan sebagai berikut:

a. Menjelaskan Diri

Tujuan:

1) Agar peserta, fasilitator dan panitia penyelenggara pelatihan dapat


saling mengenal satu sama lain

2) Terciptanya suasana akrab, yang akan mempermudah interaksi


diantara peserta, fasilitator, dan panitia penyelenggara pelatihan

Proses:

Ini adalah cara peserta memperkenalkan diri dengan cepat dan


dengan cara yang berbeda.

● Minta seluruh peserta berdiri membentuk lingkaran

● Mulai dari Fasilitator/trainer memperkenalkan diri dengan cara


jalan keliling dan meyalami setiap peserta dengan menyebutkan
”nama” dan dua sifat yang paling ingin ditonjolkan. Misalnya: ”Hai,

● Saya Sugeng Raharjo, saya dermawan dan humoris”

● Minta peserta lain untuk tidak mengulang sifat yang sudah


disebutkan

b. Kartu Berpasangan
Tujuan:

● Peserta dan fasilitator saling mengenal dan akrab

● Tercipta suasana yang mendukung untuk pelatihan yang


membutuhkan partisipasi tinggi dengan memanfaatkan informasi
perkenalan

Bahan: Kartu Berpasangan

Proses:

● Atur duduk peserta membentuk U sejajar dengan fasilitator

● Suruh peserta menghitung dengan menyebut nomornya

● Jelaskan mengenai kegiatan perkenalan, buat kesepakatan


dengan peserta akan unsur yang perlu dikenalkan, dan cara
berkenalan, misalnya: perkenalan hobi, nama atau pengalaman
yang paling menarik dengan cara wawancara berpasangan dan
lain-lain.

● Kocok kartu berpasangan dan letakkan ditengah ruangan U.

● Minta setiap peserta untuk mengambil satu kartu dan menemukan


pasangannya untuk mendapatkan informasi akan hal yang
diperlukan

● Ajak kembali dalam kelas dan undang secara bergantian satu


peserta untuk memperkenalkan pasangannya seterusnya hingga
habis termasuk fasilitator

● Ajak diskusi peserta mengenai perasaan saat perkenalan, apa


pendapatnya tentang caranya dan jenis informasinya

Catatan: Buatlah cukup besar pada kertas yang cukup tebal dan
gunting pada sisinya. Bisa menggunakan bahasa lokal, atau
peribahasa yang berpasangan. Bisa menggunakan potongan bentuk
yang berpasangan.

c. Tupai dan Pemburu

● Permainan dapat dilakukan di ruangan yang cukup besar atau pun


di halaman, dengan jumlah peserta tidak terbatas, lebih baik
dengan jumlah kelipatan 3 plus 1. Misalnya 13, 16, 22, atau
31…dst.

● Instruksi dan petunjuk permainan

● Awalnya kita minta peserta membentuk lingkaran,

● Kemudian secara cepat kita minta mereka membentuk kelompok-


kelompok yang terdiri dari 3 orang, sehingga pasti akan tersisa
satu orang yang tidak mempunyai kelompok.

● Dari 3 orang tersebut kita minta satu orang menjadi tupai yang
akan jongkok/merunduk, berada di antara 2 rekan lainnya yang
membentuk pohon dengan cara berpegangan tangan saling
berhadapan, seperti pada permainan “ular naga panjangnya”.

● Fasilitator akan mulai dengan memberikan cerita, di mana dalam


ceritanya akan diselipkan kata PEMBURU, ANGIN, dan BADAI.

● Jika disebut kata PEMBURU, maka semua tupai harus pindah ke


pohon yang lain, jadi berpindah ke kelompok lainnya, secepatnya.
Pohon tetap diam di tempat.

● Jika disebut kata ANGIN, maka yang berpindah adalah pohon,


tanpa boleh melepas pegangan tangannya, mencari tupai yang
lain.
● Namun jika yang disebut adalah BADAI, maka semua harus
berpindah dan berganti peran, boleh jadi tupai atau pohon dan
sebaliknya.

● Cerita akan dilanjutkan oleh satu orang yang tidak mendapat


tempat/pasangan, dan diteruskan hingga beberapa kali

● Pada saat berpindah, orang yang bercerita harus ikut segera


mencari kelompok dan peran sebagai tupai/pohon yang kosong.

B. Harapan

Suatu langkah yang cukup krusial dalam tahap awal pelatihan


adalah melihat apa harapan-harapan peserta serta tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan ini adalah apa yang ingin dicapai peserta
setelah pelatihan ini. Langkah ini didasarkan pada prinsip
pembelajaran orang dewasa di mana mereka akan belajar dengan
baik jika mereka dapat melihat menfaat dan relevansi pembelajaran
yang akan didapat bagi kehidupannya.

Tujuan-tujuan ini harus ditulis di kertas besar dan dipajang diposisi


yang strategis. Paling sedikit satu kali sehari ditinjau tujuan
manakah yang telah tercapai dan mana yang belum, berikan pada
peserta untuk mengomentarinya.

Cara yang baik dalam menyusun daftar tujuan ini adalah: pelatih
menanyakan pada peserta untuk menulis satu atau dua tujuan
yang ingin mereka capai dalam program pelatihan ini. Tema
utamanya adalah ”bagaimana saya akan berbeda setelah
pelatihan ini berakhir”. Pelatih seharusnya menanyakan peserta
untuk memberikan kontribusinya, satu persatu sampai semua
tujuan sudah dicatat.
C. Pengurus Kelas

Pengurus Kelas adalah peserta yang dipercaya dan diperlukan untuk


memimpin peserta dalam kelas. Seorang Ketua kelas dapat dipilih melalui
pemilihan suara dan kesepakatan para peserta. Ketua kelas dapat
memilih seksi akademis untuk mengumpulkan materi pembelajaran yang
diperlukan dan seksi disiplin yang bertugas untuk mencatat peserta yang
melanggar norma yang disepakati oleh peserta.

Anda telah menyelesaikan materi pokok 1. Bagaimana dengan materinya?


Menarik bukan? Dengan saling mengenal, menentukan harapan, dan
membentuk pengurus kelas dapat membuat proses pelatihan berjalan lebih
efektif dan efisien. Yuk istirahat sejenak untuk memulihkan konsentrasi,
kemudian Anda dapat melanjutkan materi pokok 2 ya!
SEKARANG SAYA TAHU

● Perkenalan dapat dilakukan dengan games Menjelaskan Diri, Kartu


Berpasangan, dan Tupai Pemburu.
● Menentukan harapan didasarkan pada prinsip pembelajaran orang
dewasa di mana mereka akan belajar dengan baik jika mereka
dapat melihat menfaat dan relevansi pembelajaran yang akan
didapat bagi kehidupannya.
● Pengurus Kelas adalah peserta yang dipercaya dan diperlukan
untuk memimpin peserta dalam kelas. Seorang Ketua kelas dapat
dipilih melalui pemilihan suara dan kesepakatan para peserta.
MATERI POKOK 2

NILAI, NORMA, DAN KONTROL


KOLEKTIF KELAS
Pendahuluan

Nilai-nilai pribadi peserta bisa berbeda. Melalui proses diskusi dan


interaksi dalam kelompok, peserta didorong untuk memberikan pendapat/
argumentasi atas pilihannya dan belajar saling menghargai serta saling
memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta lainnya. Perbedaan
haruslah dipahami sebagai kekayaan cara setiap individu memandang
sesuatu. Semakin banyak perbedaan semakin kaya dan luas kita
memandang sesuatu.

Anda akan mempelajari materi pokok 2 yaitu nilai, norma, dan control
kolektif kelas. Selamat belajar!

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta mampu melaksanakan nilai,


norma, dan kontrol kolektif kelas.

Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mengikuti materi pokok 2 ini, peserta dapat menjelaskan:

A. Nilai-nilai Kelas

B. Norma Kelas

C. Kontrol Kolektif
Sub Materi Pokok

Berikut ini adalah sub materi pokok 2:

A. Nilai-nilai Kelas

B. Norma Kelas

C. Kontrol Kolektif
Uraian Materi Pokok 2

Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang nilai-nilai, norma, dan
kolektif kelas. Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat belajar!

1. Nilai-nilai Kelas

Nilai bisa diartikan sebagai suatu gagasan terkait apa yang dianggap
baik, indah, layak, dan juga dikehendaki oleh seluruh peserta dalam
proses pembelajaran. Nilai merupakan hal yang diyakini oleh suatu
kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta
dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari
selama pelatihan.

Nilai-nilai pribadi peserta bisa berbeda. Melalui proses diskusi dan


interaksi dalam kelompok, peserta didorong untuk memberikan
pendapat/ argumentasi atas pilihannya dan belajar saling menghargai
serta saling memahami akan nilai-nilai yang diyakini peserta lainnya.
Perbedaan haruslah dipahami sebagai kekayaan cara setiap individu
memandang sesuatu. Semakin banyak perbedaan semakin kaya dan
luas kita memandang sesuatu.

Fasilitator atau Ketua Kelas menanyakan kepada peserta nilai-nilai


apa yang dapat diambil dari setiap permainan/game yang dilakukan.
Nilai-nilai ini yang mendasari norma kelas yang disepakati bersama
oleh peserta.

2. Norma kelas

Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan tentang


kegiatan, instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok pelatihan,
untuk dipatuhi oleh semua anggota kelompok(peserta, pelatih/
fasilitator dan panitia).
Setelah para peserta saling mengetahui satu dengan yang lainnya, hal
berikut yang perlu dilakukan adalah membuat aturan pelaksanaan
pelatihan.

Mencapai kesepakatan bersama mengenai aturan pelatihan di awal,


adalah cara dalam menciptakan perilaku standar selama pelatihan
dan hal ini membantu anda dalam menjaga standar perilaku ini.

Pakailah metode curah pendapat untuk menyusun daftar aturan dasar


yang ditulis dalam kertas flip-chart. Aturan ini harus dipajang pada
posisi yang mudah terlihat sepanjang pelaksanaan pelatihan.

Contoh aturan dasar antara lain:

● Jam mulai dan berakhirnya pelatihan setiap hari

● Waktu-waktu istirahat

● Masalah berpakaian

● Penggunaan HP (silent atau getar)

● Jika menerima telepon harus meninggalkan ruangan

● Peserta yang terlambat hadir juga harus mendapat kontrol kolektif

● Setiap orang mempunyai hak yang sama.

● Jika ada yang berbicara, yang lain diharapkan tenang dan


mendengarkan.

● Yakinkan bahwa tidak ada yang mendominasi dalam setiap


diskusi.
3. Kontrol kolektif

Merupakan kesepakatan bersama tentang memelihara agar


kesepakatan terhadap norma kelas ditaati. Biasanya ditentukan dalam
bentuk sanksi apa yang harus diberlakukan apabila norma tidak ditaati
atau dilanggar.

▪ Buat kesepakatan tentang kontrol kolektif (untuk menjaga agar


norma tetap dilaksanakan secara konsekuen)

▪ Pembentukan norma harus bisa memberikan pembelajarn


kepada peserta untuk tidak mengulangi kesalahannya dan
memberi nilai pembelajaran yang baik bagi peserta.

▪ Fasilitator atau Ketua Kelas memandu peserta untuk menentukan


kontrol kolektif yang disepakati bersama (kelas). Tuliskan hasil
kesepakatan kontrol kolektif pada kertas flipchart.

Kontrol kolektif yang biasa disepakati adalah Refleksi atau


energizer.

Membangun Komitmen Belajar (BLC) adalah salah satu kegiatan atau


proses untuk mencairkan kebekuan tersebut. BLC juga mengajak
peserta mampu mengemukakan harapan-harapan mereka dalam
pelatihan ini, serta merumuskan nilai-nilai dan norma yang kemudian
disepakati bersama untuk dipatuhi selama proses pembelajaran. Jadi
inti dari BLC juga adalah terbangunnya komitmen dari semua peserta
untuk berperan serta dalam mencapai harapan dan tujuan pelatihan,
serta mentaati norma yang dibangun berdasarkan perbauran nilai nilai
yang dianut dan disepakati. Proses BLC adalah proses melalui
tahapan dari mulai saling mengenal antar pribadi, mengidentifikasi
dan merumuskan harapan dari pelatihan ini,sampai terbentuknya
norma kelas yang disepakati bersama serta kontrol kolektifnya.
SEKARANG SAYA TAHU

● Nilai merupakan hal yang diyakini oleh suatu kelompok atau


masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta dipatuhi sebagai
patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari selama pelatihan.

● Norma dalam suatu pelatihan, adalah gagasan, kepercayaan


tentang kegiatan, instruksi, perilaku yang diterima oleh kelompok
pelatihan, untuk dipatuhi oleh semua anggota kelompok(peserta,
pelatih/ fasilitator dan panitia).

● Kontrol kolektif merupakan kesepakatan bersama tentang


memelihara agar kesepakatan terhadap norma kelas ditaati.
Biasanya ditentukan dalam bentuk sanksi apa yang harus
diberlakukan apabila norma tidak ditaati atau dilanggar.

--------------------

Selamat!!!
Anda sudah berada di penghujung modul. Apakah Anda telah mempelajari
seluruh materi? Atau hanya setengah? Jika Anda belum paham, silakan
pelajari kembali materi modul ini ya!
REFERENSI

1. Pusdiklat Aparatur SDM Kesehatan, Modul Pelatihan Tenaga


Pelatih Program Kesehatan, Jakarta, 2015

2. Munir Baderel, Drs, Apt, Dinamika Kelompok, Penerapan Dalam


Laboratorium Perilaku, Universitas Sriwijaya, 2001
1
Daftar Isi

Daftar Isi………………………………………………............ i

A. Tentang Modul ini…………………………………........ ii

Deskripsi Singkat………………………………...….... iii

Tujuan Pembelajaran……………………………..…... iv

Materi Pokok…………………………………………… v

Peta Modul……………………………………………... vi

B. Kegiatan Belajar………………………………………... 1

Materi Pokok 1………………………..…………...…... 2

Materi Pokok 2……………………………………...…. 6

Materi Pokok 3……………………………………...…. 9

Referensi…………………………………………………….... 11

i
A Tentang Modul Ini

ii
DESKRIPSI SINGKAT

Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi No. 35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional
Perawat, PNS yang telah diangkat dalam Jabatan Fungsional Perawat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), paling lama 3 (tiga) tahun wajib
mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional Perawat.

Modul pelatihan jarak jauh rencana tindak lanjut disusun sebagai acuan
peserta latih dalam menyusun rencana tindak lanjut di institusi tempat
mereka bekerja sebagai bahan untuk melakukan monitoring dan evaluasi
pasca pelatihan. Dengan demikian, penyusunan rencana tindak lanjut ini,
harus dibuat secara realistis dan mengakomodir pengetahuan yang telah
diperoleh selama mengikuti pelatihan jarak jauh jabatan fungsional
perawat.

iii
TUJUAN PEMBELAJARAN

Hasil Belajar

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun rencana


tindak lanjut.

Indikator Hasil Belajar

1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup rencana tindak lanjut.

2. Menjelaskan langkah-langkah penyusunan rencana tindak lanjut

3. Menyusun rencana tindak lanjut

iv
MATERI POKOK

Materi Pokok

1. Pengertian dan ruang lingkup rencana tindak lanjut.

2. Langkah-langkah penyusunan rencana tindak lanjut

3. Rencana tindak lanjut

Sebelum memasuki kegiatan belajar, apakah Anda pernah mendengar


tentang materi Rencana Tindak Lanjut? Jika belum, silakan Anda pelajari
materi di bawah ini

v
B Kegiatan Belajar

1
Materi Pokok 1

Pengertian dan Ruang Lingkup

Rencana TIndak Lanjut

Pendahuluan

Penyusunan rencana tindak lanjut merupakan aktifitas peserta


pelatihan untuk merancang kegiatan atau upaya setelah mengikuti
pelatihan. Penyusunan rencana tindak lanjut ini disesuaikan dengan
kondisi serta sumberdaya yang dimiliki oleh setiap peserta.
Penyusunan rencana tindak lanjut pelatihan jarak jauh jabatan
fungsional perawat merupakan implementasi atau aplikasi materi
pelatihan yang telah dibahas dalam menjalankan perannya di tempat
kerja. Rencana tindak lanjut setelah mengikuti pelatihan ini,
dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan monitoring dan
evaluasi pasca pelatihan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengkuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan


pengertian dan ruang lingkup rencana tindak lanjut.

2
Uraian Materi Pokok 1

Setelah mengikuti materi pelatihan inti yang telah Anda pelajari, Anda perlu
menyusun Rencana Tindak Lanjut pelatihan. Untuk dapat menyusun
rencana tindak lanjut, Anda perlu mengetahui pengertian dan ruang
lingkup dari rencana tindak lanjut pelatihan.

1. Pengertian Rencana Tindak Lanjut.

Pengertian rencana tindak lanjut (RTL) adalah rencana kegiatan yang


dibuat pada tahap akhir pelatihan, dan merupakan pernyataan
rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan demikian, penyusunan rencana tindak lanjut ini, harus dibuat
secara realistis serta mengakomodir pengetahuan yang telah diperoleh
selama mengikuti pelatihan jarak jauh jabatan fungsional Perawat.

Berdasarkan pengertian di atas, Anda perlu mengetahui ruang lingkup


rencana tindak lanjut seperti yang terdapat pada uraian di bawah ini.

Ruang lingkup rencana tindak lanjut adalah sebagai berikut:

a. Jenis kegiatan yang akan dilakukan

Adalah seluruh jenis kegiatan yang dilakukan oleh peserta pasca


pelatihan ketika kembali ke institusi tempat mereka bekerja.
Bentuk dari kegiatan ini dapat berupa pertemuan, workshop,
seminar, dsb.

b. Tujuan kegiatan

3
Adalah segala sesuatu yang akan dicapai (dituju) atau dihasilkan
melalui kegiatan yang akan dilakukan pasca pelatihan.

c. Sasaran kegiatan

Adalah target yang ingin dicapai dalam mencapai tujuan.

d. Penanggung jawab kegiatan

Adalah orang yang bertanggungjawab melakukan kegiatan.

e. Waktu pelaksanaan

Adalah kapan pelaksanaan kegiatan dilakukan

Berdasarkan materi di atas, sebagai peserta pelatihan Anda perlu


memahami pengertian dan ruang lingkup dalam penyusunan rencana
tindak lanjut.

4
SEKARANG SAYA TAHU

• Pengertian rencana tindak lanjut (RTL) adalah rencana kegiatan


yang dibuat pada tahap akhir pelatihan, dan merupakan pernyataan
rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis dan
berkelanjutan.

• Ruang lingkup rencana tindak lanjut (RTL) adalah sbb:

1. Jenis kegiatan yang akan dilakukan

2. Tujuan kegiatan

3. Sasaran kegiatan

4. Penanggung jawab kegiatan

5. Waktu pelaksanaan

5
Materi Pokok 2

Langkah-langkah Penyusunan

Rencana TIndak Lanjut

Pendahuluan

Rencana tindak lanjut disusun oleh peserta dengan mengacu kegiatan


apa yang akan dilakukan pada saat mereka kembali ke instansi
masing-masing. Untuk menyusun rencana tindak lanjut tesrsebut perlu
dipahami terlebih dahulu langkah-langkah yang dilakukan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengkuti materi pokok in peserta mampu menjelaskan


langkah-langkah penyusunan rencana tindak lanjut

Sub Materi Pokok

Langkah-langkah penyusunan rencana tindak lanjut

Sebelum Anda mempelajari materi ini, apakah Anda punya pengalaman


sebelumnya dalam menetapkan langkah-langkah menyusun rencana tindak
lanjut? Jika belum, silahkan Anda menyimak materi di bawah ini.

6
Uraian Materi Pokok 2

Sebelum menetapkan rencana tindak lanjut pelatihan, perlu diketahui


langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai berikut:

1. Menetapkan judul rencana tindak lanjut.

2. Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh manajer


pelatihan bidang kesehatan yang mengacu pada langkah-langkah
dan indikator kegiatan yang akan dilakukan.

3. Menetapkan tujuan setiap jenis kegiatan

4. Menetapkan sasaran setiap jenis kegiatan

5. Menetapkan penanggung jawab kegiatan setiap jenis kegiatan

6. Menetapkan waktu pelaksanaan setiap jenis kegiatan

7
SEKARANG SAYA TAHU

Langkah-langkah yang perlu dilakukan sebagai berikut:

1. Menetapkan judul rencana tindak lanjut.

2. Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang


jabatan fungsional Perawat dengan mengacu pada langkah-
langkah dan indikator kegiatan yang akan dilakukan.

3. Menetapkan tujuan setiap jenis kegiatan

4. Menetapkan sasaran setiap jenis kegiatan

5. Menetapkan penanggung jawab kegiatan setiap jenis kegiatan

6. Menetapkan waktu pelaksanaan setiap jenis kegiatan

Anda telah mempelajari tentang langkah-langkah penyusunan rencana


tindak lanjut, apabila Andalelah silakan melakukan peregangan dengan
cara Anda sendiri. Selanjutnya, Anda akan mempelajari materi menyusun
rencana tindak lanjut. Selamat belajar!

8
Materi Pokok 3

Menyusun Rencana TIndak Lanjut

Pendahuluan

Setelah menetapkan langkah-langkah yang harus disusun selanjutnya


adalah bagaimana cara menyusun rencana tindak lanjut agar pada saat
kembali ke institusi asal bekerja peserta dapat melaksanakan kegiatan
yang telah disusun untuk dapat diterapkan sesuai dengan pengetahuan
yang didapat pada saat pelatihan.

Indikator Hasil Belajar

Setelah mengkuti materi pokok in peserta mampu menyusun rencana


tindak lanjut.

Sub Materi Pokok

Menyusun rencana tindak lanjut

9
Uraian Materi Pokok 1

Sebelum Anda mempelajari materi ini, apakah Anda punya pengalaman


sebelumnya dalam menyusun rencana tindak lanjut? Jika sudah, yakinlah Anda
dapat menyusunnya dengan benar sesuai langkah-langkah yang telah ditetapkan.

Penyusunan rencana tindak lanjut biasanya dibuat dalam bentuk matriks,


agar mudah dipahami. Penyusunan rencana tindak lanjut kegiatan jabatan
fungsional Perawat dengan mengacu pada kegiatan yang akan dilakukan
oleh seorang jabatan fungsional Perawat.

Tabel 1. Format Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Pelatihan Jarak


Jauh Jabatan Fungsional Perawat Tahun

Jenis
No. Tujuan Sasaran PJ Waktu
Kegiatan

10
REFERENSI

Pusdiklat Aparatur, Standar Penyelenggaraan Pelatihan, 2012, Jakarta

11

Anda mungkin juga menyukai