KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
modul pelatihan jabatan fungsional Apoteker telah dapat diselesaikan. Modul
pelatihan ini disusun sebagai bahan belajar yang digunakan dalam pelatihan
Jabatan Fungsional Apoteker.
Modul pelatihan ini disusun dengan susunan mata pelatihan sebagai berikut:
TTD
Daftar Isi ii
Penasehat:
Dra. Oos Fatimah Rosyati, M.Kes
(Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan)
Penanggung Jawab:
Nusli Imansyah, SKM, M.Kes
(Kepala Bidang Pengembangan Pelatihan)
Ketua:
Dewi Sukorini, SKM, M.Pd
(Kepala Sub Bidang Pengembangan Pelatihan Fungsional Kesehatan)
Sekretaris:
Yanuardo Ganda Drabenzus, ST, M.Pd
Hasil Belajar
1. Perencanaan
2. Pengangkatan
3. Pengembangan
4. Pemantauan dan Evaluasi
5. Sistem Informasi
A. Perencanaan
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut :
1) Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Dalam menjabarkan tugas dan fungsi organisasi, Instansi
menginventarisir tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan pejabat
fungsional kesehatan sesuai dengan unsur, sub unsur dan butir
kegiatan masing-masing jenis dan Jabatan Fungsional Kesehatan
yang dapat dinilai dengan Angka Kredit yang menggambarkan dan
mendukung pencapaian tujuan instansi itu sendiri.
2) Perhitungan Analisa Beban Kerja
Analisis beban kerja adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menentukan jumlah waktu, usaha dan sumber daya yang
diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi.
3) Pelaksanaan Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan proses dan tata cara untuk
memperoleh data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan
dan disajikan untuk kepentingan program kelembagaan,
ketatalaksanaan, kepegawaian dan pengawasan. Dengan
melaksanakan analisis jabatan akan dihasilkan informasi jabatan.
Informasi jabatan diperoleh dengan melakukan kegiatan
penyusunan;
a) Uraian jabatan yang terdiri atas aspek-aspek nama jabatan,
kode jabatan, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja,
5) Penetapan Regulasi
Peta Jabatan (formasi) yang telah disusun, ditetapkan melalui
regulasi oleh pimpinan instansi.
B. Pengangkatan
Pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan dilakukan berdasarkan
peta jabatan (formasi) untuk mengisi kebutuhan Jabatan Fungsional
Kesehatan baik kategori Keterampilan maupun kategori Keahlian.
Adapun Mekanisme pengangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan
dapat melalui:
1) Pengangkatan pertama
C. Pengembangan
2) Uji Kompetensi
Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan
bahwa pengembangan karier Pegawai Negeri Sipil dilakukan
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan
kebutuhan Instansi Pemerintah. Kompetensi yang diharapkan
meliputi:
a) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja
secara teknis;
b) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan;
c) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku,
dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan. Uji
Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan adalah suatu proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
pejabat fungsional kesehatan yang dilakukan oleh Tim Penguji
dalam rangka memenuhi syarat untuk kenaikan jenjang jabatan
atau perpindahan jabatan dan atau promosi untuk menjamin
4) Pendidikan
Pengembangan kompetensi dalam bentuk pendidikan formal dapat
dilaksanakan dalam bentuk pemberian tugas belajar. Tugas belajar
diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan standar kompetensi
Jabatan dan pengembangan karier.
6) Pembinaan
E. Sistem Informasi
Sistem Informasi Pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
dikembangkan dalam rangka menjamin ketersediaaan data dasar
yang lengkap dan akses sistem teknologi yang memungkinkan
pengolahan data secara akurat, tepat, dan cepat sebagai basis
pengambilan keputusan. Selain hal tersebut, dengan adanya sistem
informasi pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi baik yang
dilaksanakan secara berkala maupun secara khusus dapat
mempermudah proses pemantauan perencanaan, pengangkatan,
pengembangan, dan evaluasi serta pelaporan.
1. Peningkatan kualifikasi
2. Penilaian kinerja
3. Uji komptensi
4. Kebutuhan organisasi
A. Peningkatan Kualifikasi
Pejabat Fungsional Apoteker dalam mengembangkan kariernya harus
memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan sesuai dengan persyaratan
jabatan yang tertuang pada PermenPANRB Jabatan Fungsional
Apoteker. Pendidikan tinggi Apoteker merupakan Pendidikan
profesi yang dapat ditingkatkan dengan Pendidikan Akademik
lanjutan yaitu program magister Apoteker dan program doktor
Apoteker.
B. Penilaian Kinerja
C. Uji Kompetensi
D. Kebutuhan Organisasi
Ketentuan
5) Penetapan Regulasi
Seiring dengan hal ini, pembangunan lima tahun ke depan yang tertuang
di Rencana Pembangunan Jangka Menengah IV (2020-2025) mengarah
kepada kondisi masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
Hasil Belajar
1. Kompetensi ASN
A. Kompetensi ASN
1). Komunikasi,
5). Integritas,
6). Kerjasama,
2) Sasaran
Sasaran analisis pengembangan kompetensi mencakup
seluruh PNS di Satker tersebut.
3) Waktu
Analisis kebutuhan pengembangan kompetensi PNS dilakukan
setiap bulan Maret setelah pengisian Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP).
a) Persiapan
(1) Biro Kepegawaian dan Pusat Pelatihan SDM
Kesehatan melakukan sosialisasi:
(a) Aturan berkaitan dengan kewajiban Satker dalam
memenuhi hak PNS untuk melakukan
pengembangan kompetensi,
(b) Pedoman pengembangan kompetensi ke Unit
Eselon I,
(c) Tahapan dalam mengisi SIBULAT.
Jika masih belum jelas, silakan pelajari ulang materinya ya. Tetap semangat!!!
1. Pelatihan Klasikal
A. Pelatihan Klasikal
b. Pelatihan manajerial,
c. Pelatihan teknis,
d. Pelatihan fungsional,
f. Seminar,
h. Kursus,
i. Penataran,
k. Sosialisasi.
a. Coaching,
b. Mentoring,
c. E-learning,
e. Detasering (secondment),
Jika masih belum jelas, silakan pelajari ulang materinya ya. Tetap
semangat!!!
3. Akreditasi Pelatihan
Proses AKP dapat dilakukan dengan teknik sederhana dan bisa juga
dengan teknik yang kompleks.
a. Pelatihan
b. Pengembangan Kompetensi
c. Pengembangan Karier
a. Tujuan Umum:
b. Tujuan Khusus:
a. Peserta
b. Pelatih/Fasilitator
c. Kurikulum
d. Penyelenggara Pelatihan
Keterangan:
• Pasal 75
• Pasal 77
• Pasal 79
• Pasal 81
Akreditasi memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu dapat memacu institusi
pelatihan untuk memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan, dan
mendorong upaya peningkatan mutu serta kinerja institusi, sehingga
tercipta kepuasan masyarakat yang memanfaatkannya. Proses akreditasi
institusi tidaklah semata memenuhi standar yang telah ditetapkan tetapi
juga menjadi ajang bagi institusi untuk evaluasi diri sehingga dapat
a. Bagi Institusi
3.• Staf
Telahteknis minimal 2 paling
melaksanakan orang Surat keterangan akreditasi
dengan2pendidikan
sedikit (dua) jenis minimal pelatihan
D3
pelatihan bidang kesehatan
yang terakreditasi oleh
• Staf administrasi minimal 1
Puslat SDMK dan
orang dengan pendidikan
dilaksanakan di institusi
minimal SLTA
yang akan diakreditasi,
4. Gedung/ kantor dan ruang Sertifikat hak milik/ bukti sewa/ MoU
2 (dua)
kelas tahun
milik terakhir
sendiri/ untuk gedung/ kantor dan ruang
sebelum penilaian
pemerintah akreditasi
atau sewa/ MoU kelas
institusi. 3 (tiga) tahun
minimal
Tidak
4 <2 0
terakreditasi
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
regulasi jabatan fungsional Apoteker.
B. Kedudukan
Apoteker berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di
bidang Praktik Kefarmasian pada Instansi Pemerintah. Kedudukan
Apoteker ditetapkan dalam peta jabatan berdasarkan analisis tugas
dan fungsi unit kerja, analisis jabatan, dan analisis beban kerja
yang dilaksanakan sesuai ketentuan perundangundangan.
JENJANG PANGKAT/GOLONGAN
1. Pengangkatan pertama
2. Perpindahan dari jabatan lain
3. Promosi
1. Pengangkatan pertama
Pengangkatan pertama merupakan pengangkatan untuk mengisi
lowongan kebutuhan Jabatan Fungsional Apoteker dari calon PNS.
Calon PNS yang dimaksud setelah diangkat sebagai PNS, paling lama
1 (satu) tahun diangkat dalam Jabatan Fungsional Apoteker.
Pemangku Jabatan Fungsional Apoteker wajib mengikuti dan lulus
Pendidikan dan pelatihan fungsional apoteker paling lama 3 (tiga)
tahun setelah di angkat, dan yang belum mengikuti dan/atau tidak lulus
Pendidikan dan pelatihan fungsional apoteker tidak diberikan kenaikan
jenjang satu tingkat di atas.
Pengangkatan pertama jabatan fungsional Apoteker harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Berstatus PNS;
2. Memiliki integritas dan moralitas yang baik;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker;
5. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker; dan
6. Nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun
terakhir.
1. berstatus PNS;
2. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
3. sehat jasmani dan rohani;
4. sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker;
5. memiliki surat tanda registrasi Apoteker;
6. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai dengan Standar
Kompetensi yang telah disusun oleh Instansi Pembina;
7. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang
Praktik Kefarmasian paling singkat 2 (dua) tahun;
8. nilai prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir;
9. berusia paling tinggi:
1) 53 (lima puluh tiga) tahun bagi bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Apoteker Ahli Pertama dan Jabatan
Fungsional Apoteker Ahli Muda;
2) 55 (lima puluh lima) tahun bagi yang akan menduduki
Jabatan Fungsional Apoteker Ahli Madya; dan
3) 60 (enam puluh) tahun bagi yang akan menduduki Jabatan
Fungsional Apoteker Ahli Utama bagi PNS yang telah
menduduki jabatan pimpinan tinggi.
3. Promosi
Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Apoteker dapat dilakukan
melalui promosi, terhadap PNS yang belum menduduki Jabatan
Fungsional Apoteker; atau dalam hal kenaikan jenjang Jabatan
Fungsional Apoteker 1 (satu) tingkat lebih tinggi dalam satu kategori
Jabatan Fungsional Apoteker. Pengangkatan dalam Jabatan
Fungsional Apoteker melalui promosi harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. termasuk dalam kelompok rencana suksesi;
2. menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi instansi, kepentingan
nasional, dan diakui oleh lembaga pemerintah terkait bidang
inovasinya; dan
3. memenuhi Standar Kompetensi jenjang Jabatan Fungsional
Apoteker yang akan diduduki.
B. Perilaku Kerja
Perilaku kerja ditetapkan berdasarkan standar perilaku kerja dalam
Jabatan Fungsional Apoteker dan dinilai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Tabel 2.
Ahli Pertama 10 -
Ahli Muda 20 -
Ahli Madya 30 -
Ahli Utama - 25
Selamat!!!
Mata pelatihan ini membahas tentang aspek etik, disiplin dan legal
dalam profesi Apoteker. Pemahaman aspek etik penting bagi setiap
apoteker untuk menjaga dan membangun citra positif bagi dirinya dan
juga bagi orofesi apoteker secara umum. Pemahaman aspek disiplin
diperlukan supaya apoteker yang menjalankan praktek profesi betul2
melaksanakannya dengan professional dan bertanggung jawab.
Pemahaman aspek legal diperlukan supaya setiap apoteker memahami
kewenangan2 khusus yang diberikan oleh perundang undangan,
sekaligus memahami paying hukumnya.
Hasil Belajar
Setelah mengkuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
aspek etik, disiplin dan legal profesi Apoteker.
Melalui pelatihan ini mari kita bersama sama melihat berbagai aspek dan
tata nilai yang selalu harus diperhatikan oleh setiap apoteker dalam
menjalankan praktek profesinya.
Catatan khusus:
Dengan demikian kode etik ini merupakan janji seorang Apoteker yang
harus dipegang teguh oleh semua Apoteker yang menjalankan praktek
kefarmasian maupun dalam kehidupan di tengah masyarakat
Sebagai naskah azasi, maka setiap anggota, anggota luar biasa, dan
Anggota Kehormatan berkewajiban untuk menjaga dan membela
nama baik organisasi, menghayati dan mengamalkan Kode Etik
Apoteker Indonesia serta menegakkan disiplin Apoteker. Dengan
demikian kita mengharapkan agar Apoteker menjadi seorang yang
berbudi luhur, profesional, memiliki kesejawatan yang tinggi, dan
inovatif, serta berorientasi ke masa depan, dapat menjaga dan
meningkatkan profesionalisme Apoteker, mampu menjalankan praktek
kefarmasian dengan mengindahkan etik, disiplin dan bertanggung
jawab.
Kode Etik Apoteker Indonesia terdiri dari 5 bab, dan 15 pasal, meliputi
8 pasal kewajiban umum,
1 pasal kewajiban terhadap pasien,
3 pasal kewajiban terhadap teman sejawat,
2 pasal terhadap tenaga kesehatan lain, dan 1 pasal penutup.
Penjelasannya:
1. Seorang Apoteker harus mengembangan pengetahuan dan
keterampilan profesionalnya secara terus menerus.
2. Aktifitas seorang Apoteker dalam mengikuti perkebangan di
bidang kesehatan, diukur dari nilai SKP yang diperoleh dari
hasil uji kompetensi
3. Jumlah SKP minimal yang harus diperoleh Apoteker ditetapkan
dalam peraturan organisasi
Kutipannya:
Berbagai nilai luhur yang melekat pada profesi apoteker, antara lain
membaktikan diiri untuk peri kemanusiaan, menjaga kerahasiaan
pasien, mematuhi hukum, menjaga martabat luhur jabatan
kefarmasian, menjauhi perilaku yang membedakan pasien atas latar
belakang apapun.
Kriteria Pembuktian
1. Melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan
2. Tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
3. Melakukan sesuatu yang melanggar peraturan perundang-
undangan.
ASPEK LEGAL
DALAM APOTEKER
B. Hak pasien
Pasien sebagai pengguna jasa profesi, mengharapkan Apoteker
mengambil keputusan profesi untuk kepentingannya. Sebagian besar
pasien tidak mengetahui tentang proses pelayanan yang diberikan
oleh Apoteker karena otonomi serta monopoli keilmuan dan
profesinya. Oleh sebab itu mereka menyerahkan diri dan pasrah.
Pasal 9 KEAI:
Pasal 8 KEAI
Ayat 20:
Ayat 22:
Ayat 23:
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi
dan fasilitas distribusi atau penyaluran.
Setelah mengikuti materi ini, saya menjadi tahu aspek legal dalam Apoteker,
yang mencakup pengertian hukum Apoteker, hak pasien dan apa yang menjadi
kewenangan Apoteker serta aturan2 hukum dan perundang undangan yang
memayungi praktek profesi apoteker
Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan.................................... Jika Anda belum
sepenuhnya memahami materi, silakan pelajari Kembali modul dari awal ya!
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu menjelaskan
kegiatan jabatan fungsional apoteker
2. Pengembangan Profesi
Pengembangan adalah kegiatan belajar yang diadakan dalam
jangka waktu tertentu guna memperbesar kemungkinan untuk
meningkatkan kinerja untuk jangka Panjang. Pengembangan
profesi adalah kegiatan dalam pengamalan ilmu dan pengetahuan,
d. Sterilisasi Sentral
Sterilisasi sentral adalah kegiatan dalam rangka memutus
mata rantai penularan infeksi dalam upaya menekan kejadian
infeksi di Rumah Sakit mulai dari dekontaminasi sampai
2. Pengembangan Profesi
Kegiatan yang termasuk dalam pengembangan profesi dibawah
ini, akan menambah angka kredit bagi seorang pemangku jabatan
fungsional apoteker. Kegiatan yang termasuk dalam
pengembangan profesi adalah:
a. Perolehan Ijazah atau gelar pendidikan formal sesuai
dengan bidang tugas jabatan fungsional apoteker
Memperoleh ijazah sesuai dengan bidang tugas jabatan
fungsional apoteker.
Sebagai pemangku jabatan fungsional apoteker, minimal
Pendidikan terendah yang harus dimiliki adalah lulus dari
profesi apoteker, apabila berminat mengembangkan diri, maka
B. Bukti Fisik
Dalam melakukan pekerjaan/ praktik kefarmasian seorang Apoteker
harus selalu melakukan pendokumentasian hasil kerjanya.
Pedokumentasian sangat bermanfaat sebagai bukti: administrasi,
legalitas dari sisi hukum, berkaitan dengan keuangan/ finance,
research/ survey/ penelitian, edukasi/ pendidikan, dokumen penting.
Hasil kerja yang didokumentasikan merupakan bukti seluruh
aktivitas dari kegiatan apoteker dalam melakukan pelayanan
kefarmasian. Hasil kerja ini sebagai Bukti Fisik yang dapat
direalisasikan dalam bentuk angka kredit atau Satuan Kinerja
Pegawai (SKP).
Butir kegiatan, definisi operasional, bukti fisik dan kualitas hasil kerja dari
Apoteker Ahli Pertama dapat dilihat padi tabel 1 dibawah ini:
9. Melakukan pengujian melakukan pemeriksaan bahan baku/ Dokumen Hasil Uji Dokumen Hasil Uji
bahan baku secara obat secara kualitatif dengan metode Kualitatif Bahan Kualitatif Bahan yang
kualitatif yang telah ditetapkan/ sesuai standar Baku telah diisi dan
(pemeriksaan bahan baku ditandatangani oleh
radiofarmaka dengan gama spektro apoteker pelaksana
untuk melihat adanya pengotor/ kegiatan dan atasan
impurity)
10. Melakukan pengujian melakukan pemeriksaan bahan baku/ Dokumen Hasil Uji Dokumen Hasil Uji
bahan baku secara obat secara kuantitatif dengan Kuantitatif Bahan Kuantitatif Bahan Baku
kuantitatif metode yang telah ditetapkan/ sesuai Baku yang telah diisi dan
standar (pemeriksaan bahan baku ditandatangani oleh
radiofarmaka dengan kromatografi apoteker pelaksana
lapis tipis, spektrofotometri) kegiatan dan atasan
12. Mengesahkan berita menyetujui berita acara beserta Berita Acara Berita acara sediaan
acara penerimaan lampiran penerimaan sediaan Penerimaan farmasi, alat kesehatan,
sediaan farmasi, alat farmasi, alat kesehatan, dan BMHP Sediaan Farmasi, dan BMHP yang telah
kesehatan dan BMHP Alat Kesehatan, ditandatangani oleh
dan BMHP apoteker pelaksana
kegiatan
14. Mengesahkan berita menyetujui Berita Acara beserta Berita Acara Berita Acara
acara pengembalian lampiran pengembalian barang (retur) Pengembalian Pengembalian (Retur/
barang (retur) sediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan (Retur/ Recall) Recall) yang telah diisi
farmasi, alat kesehatan BMHP yang tidak sesuai dengan sediaan farmasi, dan ditandatangani
dan BMHP yang tidak persyaratan/ spesifikasi alat kesehatan apoteker pelaksana
sesuai persyaratan/ dan BMHP kegiatan
spesifikasi
15. Melakukan stock menghitung jumlah fisik sediaan Dokumen Hasil Dokumen Hasil Stock
opname farmasi, alat kesehatan, dan BMHP Stock Opname Opname yang berisi
dan menyesuaikan dengan kartu stok yang dilaksanakan daftar sediaan farmasi,
manual atau elektronik. dalam satu hari alkes dan BMHP. Daftar
terdiri dari nama
sediaan, jumlah dan
18. Memverifikasi daftar memeriksa kesesuaian daftar usulan Dokumen Daftar Dokumen Daftar Usulan
usulan penghapusan pemusnahan dan penarikan dengan Usulan Penghapusan sediaan
sediaan farmasi, alat fisik sediaan farmasi, alat kesehatan, Penghapusan farmasi, alat kesehatan
kesehatan, BMHP, dan BMHP dan BMHP yang telah
yang tidak memenuhi diisi dan ditanda tangani
syarat oleh Apoteker
pelaksana kegiatan.
20. Melakukan telaah resep melakukan penilaian terhadap resep Dokumen Hasil Dokumen Hasil Telaah
secara administratif, farmasetik, dan Telaah Resep Resep yang telah diisi
pertimbangan klinik dan ditandatangani/
diparaf apoteker
pelaksana kegiatan.
Daftar dihitung per dua
puluh lembar resep.
26. Melakukan penelusuran melakukan kegiatan untuk Data penelusuran Dokumen Pemantauan
dan pengkajian catatan memastikan terapi obat yang aman, dan pengkajian Terapi Obat (PTO) data
medik efektif, dan rasional dari catatan catatan medik penelusuran dan
medik pasien pengkajian catatan
medik yang telah diisi
dan ditandatangani
apoteker pelaksana
kegiatan
27. Melakukan analisis, melakukan penilaian dan memberikan Hasil Analisis dan Dokumen Pemantauan
menyimpulkan, dan rekomendasi hasil Pemantauan Rekomendasi Terapi Obat yang telah
memberikan Terapi Obat kepada tenaga Pemantauan berisi rekomendasi dan
rekomendasi hasil Kesehatan/ tim yang menangani Terapi Obat ditandatangani apoteker
Pemantauan Terapi pasien pelaksana kegiatan
Obat
30. Melakukan preparasi melaksanakan telaah resep, Dokumen Telaah Dokumen Preparasi
sediaan intravena melakukan pemeriksaan kesiapan dan Preparasi Sediaan Intravena atau
sarana dan prasarana dengan konsep Sediaan Intravena logbook yang telah diisi
aseptik dispensing. dan ditandatangani oleh
apoteker pelaksana
kegiatan yang
bersertifikat.
32. Melakukan validasi/ melaksanakan uji jaminan mutu Dokumen Hasil Dokumen Hasil
verifikasi terhadap terhadap mesin Heat Sealers secara Verifikasi Mesin Verifikasi Mesin Heat
mesin Heat Sealers berkala Heat Sealers Sealers yang telah diisi
dan ditandatangani oleh
Apoteker pelaksana
kegiatan
33. Mengidentifikasi skala melakukan penilaian skala prioritas Data Skala Data skala prioritas
prioritas teknologi dari analisis efektifitas biaya. Prioritas Teknologi teknologi kesehatan
kesehatan yang akan Kesehatan Yang yang telah disusun
dianalisis Akan Dianalisis mengikuti metode
tertentu, ditandatangani
oleh Apoteker
pelaksana kegiatan
Catatan:
Butir kegiatan, Definisi Operasional, Bukti Fisik dan Standar Kualitas Kerja, dapat dilihat di Permenkes petunjuk teknis
jabatan fungsional apoteker
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
1. Pengertian
2. Dasar pedoman seleksi
3. Kriteria seleksi
4. Kebijakan Pemerintah (Foemularium Nasional, E-Katalog)
5. Formularium Rumah Sakit dan Puskesmas
Sebelum anda mempelajari lebih lanjut tentang fungsi seleksi, apa yang anda
ketahui tentang pengertian, pedoman, dan langkah penyusunan
formularium?
A. Pengertian
C. Kriteria Seleksi
1. Sediaan farmasi yang dipilih adalah sediaan farmasi yang dibutuhkan
oleh sebagian besar populasi
2. Memperhatikan pola prevalensi penyakit, fasilitas pelayanan
kesehatan, kemampuan sumber daya manusia, faktor genetika,
demografi dan lingkungan
3. Sediaan farmasi yang dipilih terbukti aman dan manjur yang didukung
dengan bukti ilmiah
4. Mempunyai manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal
5. Mutu terjamin baik stabilitas maupun bioavailabilitasnya
6. Dalam segi total biaya pengsediaan farmasian mempunyai rasio
manfaat-biaya yang baik
7. Bila pilihan lebih dari satu maka dipilih berdasarkan :
a. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan bukti
ilmiah;
b. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling
menguntungkan;
c. Obat yang memiliki stabilitas lebih baik;
d. Mudah untuk diperoleh;
e. Obat yang telah dikenal.
8. Sediaan farmasi sedapat mungkin sediaan tunggal. Apabila
menetapkan pemilihan pada sediaan kombinasi harus
mempertimbangkan :
Dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis habis
pakai khususnya fungsi seleksi merupakan fungsi yang harus benar-benar
dipahami karena apa yang kita tetapkan sebagai produk yang masuk dalam
daftar yang harus selalu tersedia di pelayanan kesehatan akan berpengaruh
besar terhadap fungsi pengelolaan yang lain.
Dengan memahami pengertian, dasar dan kriteria seleksi maka saya akan
mampu memahami dan menjelaskan ap aitu seleksi dan pentingnya fungsi
seleksi pada pengelolaan obat. Selain itu dengan memahami kebijakan
pemerintah terkait dengan pengadaan sistem elektronik serta pentingnya
tersedianya formularium di sarana pelayanan Kesehatan maka saya akan
dapat berperan aktif pada penyusunan formularium.
Dewasa
Standar pengobatan dengan Amoksisilin adalah
1) 500 mg dalam dosis terbagi 3 x sehari selama 14 hari.
2) Jumlah episode 12.000 kasus
Jumlah yang dibutuhkan per kasus= 500 mg x 3 x 14 hari = 21.000
mg atau sama dengan 42 kaplet @ 500 mg
Untuk 12.000 kasus = 12.000 x 42 kaplet @ 500 mg = 504.000
kaplet
Dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat Kesehatan dan bahan medis habis
pakai khususnya perencanaan, merupakan fungsi yang harus benar-benar
dipahami karena perencanaan yang tidak baik akan berpengaruh besar
terhadap tingkat ketersediaan yang dibangun di sarana pelayanan
Kesehatan. Dengan memahami berbagai metode perencanaan maka saya
akan dapat menentukan menggunakan metode yang sesuai pada waktu
menghitung kebutuhan sediaan farmas, alat Kesehatan dan Bahan Medis
Habis Pakai sehingga persediaan di pelayanan Kesehatan dapat selalu
memenuhi kebutuhan dan sekaligus menjamin tidak terjadinya kelebihan
maupun kekurangan obat.
Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan.
Jenis laporan yang dibuat oleh tenaga kefarmasian puskesmas meliputi :
A. LPLPO- SIKDA GENERIK
LPLPO SIKDA GENERIK adalah Lembar Permintaan dan
Lembar Pemakaian Obat, Alkes dan BMHP (LPLPO) yang dibuat secara
online melalui SIKDA GENERIK, dibuat setiap akhir bulan dan dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala.
LPLPO dapat dimanfaatkan sebagai formulir permintaan
obat dan pelaporan pemakaian obat dari Puskesmas ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yakni LPLPO/ LB2 dan sebagai
formulir permintaan obat dan pelaporan pemakaian obat dari
kamar obat dan Sub Unit Pelayanan Kesehatan ke Gudang Obat
Puskesmas yakni LPLPO Sub Unit.
1. Fungsi
LPLPO berfungsi sebagai berikut :
a. Surat permintaan obat.
b. Surat perintah pengeluaran obat.
c. Dokumen bukti pengeluaran obat.
d. Dokumen bukti penerimaan obat.
e. Laporan pemakaian obat.
f. Sumber informasi untuk perencanaan.
g. Sarana monitoring dan evaluasi persediaan dan
penggunaan obat.
b. Sumber Informasi
1) Kartu Stok gudang obat Puskesmas.
2) Sisa stok Sub Unit Pelayanan Kesehatan (LPLPO
Sub Unit).
3) Buku Catatan Harian Penerimaan Rese
PEMBERIAN
NO NAMA OBAT SATUAN STOK AWAL PENERIMAAN PERSEDIAAN PEMAKAIAN SISA AKHIR STOK OPTIMUM PERMINTAAN KET
APBD I APBD I DAK / APBN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
LIFE SAVING
1 Atropin Inj. Im/Iv/s.k.0,25 mg/ml-1ml Ampul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
2 Diazepam Lar Rektal 10 mg/ml Tube 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
3 Epinefrin HCL Inj Ampul 10 0 10 0 10 0 -10 0 0 0 -
4 Mg Sulfat Inj 20 % - IV/10 vial Ampul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
5 Mg Sulfat Inj 40 % - IV/10 vial Ampul 10 0 10 0 10 0 -10 0 0 0 -
6 Oksitosin Inj 10 lU/ml 1 ml Ampul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
24 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg-1 ml Ampul c Jumlah Puskesmas yang melapor :
SESUAI
JUMLAH ANTIBIOTIK LAMA PEMAKAIAN
TGL NO NAMA UMUR NAMA OBAT DOSIS PEDOMAN
ITEM OBAT YA/TIDAK (HARI)
YA/TIDAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01/10/2021
1 Arumi 2 Th 2 Tidak Pramolta syr add 3x1 3 Ya
ad Paracetamol
ad guafenisin
ad Chlorfeniramin Maleat
Vitamin syrup anak 1x1 3 Ya
LAMA SESUAI
JUMLAH ANTIBIOTIK
TGL NO NAMA UMUR NAMA OBAT DOSIS PEMAKAIAN PEDOMAN
ITEM OBAT YA/TIDAK
(HARI) YA/TIDAK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01/10/2021 1 Melinda 22 Th
2 Tidak Ranitidin 2x1 3 Ya
Paracetamol 3x1 3 Ya
NO URAIAN Kategori 1 Kategori 2 Kategori Anak Kategori 1 Kategori Anak H - Isoniazid 100 mg Rifapentine 150 mg
(…………………………………………………………………………) (…………………………………………………………………………)
08. REJIMEN ART DEWASA DAN ANAK SAMPAI DENGAN AKHIR BULAN
Stok obat Stok obat Stok obat yang Stok obat Selisih fisik Stok obat Stok obat pada Tanggal Kadaluarsa Perkiraan Jumlah obat Alasan Selisih K
pada awal yang dikeluarkan yang kadaluarsa stok obat pada akhir akhir bulan ini dan Jumlah yang dan J
bulan diterima bulan ini (tablet) bulan ini (tablet) dengan bulan ini (botol)(G) Jumlahnya (botol) obat yang diminta
(tablet) bulan ini (C) (D) pencatatan (tablet) (H) diperlukan (botol) (K) *
(A) (tablet) bulan ini (F) = (botol)(J)
(B) (tablet) (A+B)-
Nama obat Merek (E) (C+D)+E
Zidovudine (ZDV) 100mg REVIRAL 0 0 0 0 0 0
Zidovudine (ZDV) 100mg ZDV(100): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lamivudine (3TC) 150mg HIVIRAL 0 0 0 0 0 0
Lamivudine (3TC) 150mg EPIVIR 0 0 0 0 0 0
Lamivudine (3TC) 150mg HEPTAVIR 0 0 0 0 0 0
Lamivudine (3TC) 150mg LAMIVOX 0 0 0 0 0 0
Lamivudine (3TC) 150mg 3TC(150): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 200mg EFAVIR200 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 200mg EFV(200): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 600mg AVIRANZ 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 600mg SUSTIVA 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 600mg EFAVIRENZ 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 600mg EFAVIR600 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 600mg STOCRIN 0 0 0 0 0 0
Efavirenz (EFV) 600mg EFV(600): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Nevirapine (NVP) 200mg NEVIRAL 0 0 0 0 0 0
Nevirapine (NVP) 200mg NEVIPAN 0 0 0 0 0 0
Nevirapine (NVP) 200mg NEVIMUNE 0 0 0 0 0 0
Nevirapine (NVP) 200mg NEVIREX 0 0 0 0 0 0
Nevirapine (NVP) 200mg NVP(200): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tenofovir (TDF) 300mg VIREAD 0 0 0 0 0 0
Tenofovir (TDF) 300mg TENOFOVIR 0 0 0 0 0 0
Tenofovir (TDF) 300mg TDF(300): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Abacavir (ABC) 300mg ZIAGEN 0 0 0 0 0 0
Abacavir (ABC) 300mg ABAC 0 0 0 0 0 0
Abacavir (ABC) 300mg ABACAVIR 0 0 0 0 0 0
Abacavir (ABC) 300mg ABC(300): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200/50mg ALUVIA 0 0 0 0 0 0
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200/50mg KALETRA 0 0 0 0 0 0
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200/50mg LPV/r(200/50): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Zidovudine (ZDV)/Lamivudine (3TC)
300/150mg DUVIRAL 0 0 0 0 0 0
Zidovudine (ZDV)/Lamivudine (3TC)
300/150mg ZIDOLAM 0 0 0 0 0 0
Zidovudine (ZDV)/Lamivudine (3TC)
300/150mg AVOCOM 0 0 0 0 0 0
Zidovudine (ZDV)/Lamivudine (3TC)
300/150mg ZDV(300)+3TC(150): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tenofovir (TDF)/Emtricitabine (FTC)
300/200mg EMTRIVA 0 0 0 0 0 0
Tenofovir (TDF)/Emtricitabine (FTC)
300/200mg TRUVADA 0 0 0 0 0 0
Tenofovir (TDF)/Emtricitabine (FTC)
300/200mg TDF(300)+FTC(200): Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ZDV/3TC/NVP Ped Triple FDC (60/30/50 ZDV(60)/3TC(30)/NVP(50) Ped Triple
mg) FDC: Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TDF(300)+3TC(300)+EFV(600) Triple FDC:
TDF/3TC/EFV(300/300/600) Merek Lain 4384 0 2430 0 0 1954 65 Oct-23 193 193
RPV(25) EDURANT 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ZDV Syrup (50/5ml) ZDV Syrup (50/5ml) : Merek Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dolutegravir (DTG) 50 mg Dolutegravir 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 100/25mg ALUVIA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TDF(300)/3TC(300)/DTG(50) TDF(300)/3TC(300)/DTG(50) 1042 0 685 0 0 357 11 Dec-21 28 28
ABC(120)/3TC(60) ABC(120)/3TC(60) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
LPV/r(40/10) LPV/r(40/10) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ABC(60) ABC(60) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Keterangan :
*Nama Petugas Pembuat Laporan RR dan
FARMASI: apt.Iis Rukmawati
*No. Telp / HP (Petugas RR dan
FARMASI): '089606131107
*Email Petugas RR dan Farmasi : iis_rukmawati@yahoo.co.id
*Nama Pimpinan : dr.Adnan Affandi Sofyan
*NIP Pimpinan : '198211032012121002
F. Laporan SMILE
Laporan Sistim Monitoring Imunisasi Logistik Secara Elektronik
(SMILE) adalah laporan yang dibuat secara on line penerimaan,
pengeluaran, pemakaian, distribusi dan sisa Vaksin dan BMHP
Covid-19, Apoteker bekerja sama dengan pemegang program
Imunisasi.
Kolom 5 : Diisi jumlah pasien yang mendapatkan informasi obat tentang penggunaan, cara penyimpanan, efek samping dll
serta didokumentasikan
n : Diisi jumlah TOTAL lembar resep yang diterima dari rawat jalan & rawat inap dalam satu bulan
n' : Diisi jumlah TOTAL konseling yang dilakukan dalam satu bulan yang terdokumentasi
n" : Diisi jumlah TOTAL pemberian informasi yang dilakukan dalam satu bulan yang terdokumentasi
Jumlah Resep
Tanggal Konseling Informasi Obat
Rawat Jalan Rawat Inap
1 39 1 1 2
2 68 0 1 2
3 1 1 0 0
4 47 2 1 2
5 54 2 1 1
6 53 1 2 2
7 54 0 2 1
8 45 3 1 2
9 60 1 2 2
10 1 0 0 0
11 59 0 1 2
12 45 2 1 1
13 55 1 1 2
14 64 0 2 2
15 42 1 1 2
16 75 1 1 1
17 0 0 0 0
18 69 1 1 2
19 57 1 1 1
20 3 3 1 2
21 0 1 0 0
22 47 0 2 2
23 66 2 2 2
24 0 1 0 0
25 71 0 1 2
26 53 0 1 1
27 41 1 1 1
28 71 0 2 2
29 41 1 1 1
30 71 1 1 2
31 1 1 0 0
TOTAL 1353 29 32 42
Mengetahui,
Kepala UPT PKM Apoteker UPT PKM
10. REALISASI PENGADAAN TAHUN 2020 ADALAH REALISASI PENGADAAN OBAT JKN BAIK E-PURCHASING MAUPUN MANUAL SELAMA TAHUN 2022
RENCANA KEBUTUHAN OBAT PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) TAHUN 2022
NO NAMA OBAT SATUAN SISA STOK PREDIKSI PEMAKAIAN PREDIKSI SISA STOK JUMLAH RENCANA RENCANA RENCANA REALISASI KETERANGAN
PER 31 PENGADAAN RATA-RATA 31 DESEMBER 2021 KEBUTUHAN KEBUTUHAN PENGADAAN PENGADAAN PENGADAAN
DESEMBER TAHUN 2021 PER BULAN TAHUN 2022 TAHUN 2022 TAHUN 2022 TAHUN 2021 TAHUN 2020
2020 SELAMA 2020
(a) (b) (c) (d) = (a)+(b)-(12x(c)) (e) = (c) x 18 (f) = (e) - (d) (g) (h) (i) (j)
1 Abacavir 300 mg Tablet/kaplet/kapsul 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Air untuk injeksi Botol 100 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Air untuk injeksi Botol 250 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Air untuk injeksi ampul/vial/botol 10 mL 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Air untuk injeksi amp 20 ml ampul/vial/botol 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Air untuk injeksi amp 25 ml ampul/vial/botol 25 mL 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Albendazol susp 200 mg/5 ml Botol 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Albendazol tab 400 mg tablet/kapsul/kaplet 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Alopurinol tab 100 mg Tab 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Alopurinol tab 300 mg tablet/kapsul/kaplet 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Aminofilin inj 24 mg/ml ampul/vial 10 ml 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Aminofilin tab 150 mg tablet/kapsul/kaplet 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Aminofilin Tab 200 mg tablet/kapsul/kaplet 0 0 0 0 0 0 0 0 0
I. Laporan MESO
1. Tujuan
a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang
b. menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal
dan yang baru saja ditemukan
c. meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak
2. Manfaat
a. Tercipta data based ESO Puskesmas sebagai dasar
penatalaksanaan ESO
b. Mendukung pola insidensi ESO nasional
3. Pelaksana
a. Apoteker
b. TTK dan tenaga kesehatan lain di puskesmas
c. Kolaborasi Apoteker, TTK dengan perawat dan dokter
4. Persiapan
a. Data ESO puskesmas
b. Referensi ESO
c. Resep, rekam medis
d. Obat pasien
e. Kertas kerja atau formulir MESO (lampiran 13)
5. Pelaksanaan
a. Menganalisis laporan efek samping obat (ESO)
1) secara pasif dengan menerima keluhan pasien
sehubungan dengan ketidaknyamanan setelah minum
obat dan menanyakan berapa lama setelah minum obat,
adakah obat lain yang digunakan, adakah makanan yang
tidak biasa dikonsumsi
2) secara aktif melakukan asesmen setiap resep, hasil
laboratorium pasien rawat jalan maupun rawat inap yang
menunjukkan perbedaan dari seharusnya atau sesuai
harapan
6. Evaluasi
Konsistensi laporan MESO ke Badan POM.
EVALUASI KEGIATAN
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI,
ALAT KESEHATAN
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
A. Tujuan Evaluasi
1. Menetapkan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam program
yang sedang berjalan dan mencari solusinya.
2. Memprediksi kegunaan dari pengembangan program dan
memperbaikinya.
3. Mengukur kegunaan program-program yang inovatif.
4. Meningkatkan efektifitas program, manajemen dan administrasi.
5. Mengetahui kesesuaian antara sasaran yang diinginkan dengan
hasil yang dicapai.
B. Kegiatan Evaluasi
Ada empat jenis evaluasi yang dibedakan atas interaksi dinamis
diantara lingkungan program dan waktu evaluasi yaitu :
a. Evaluasi formatif yang dilakukan selama berlangsungnya
kegiatan program. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat dimensi
kegiatan program yang melengkapi informasi untuk perbaikan
program.
b. Evaluasi sumatif yang dilakukan pada akhir program. Evaluasi
ini perlu untuk menetapkan ikhtisar program, termasuk informasi
outcome, keberhasilan dan kegagalan program.
Jumlah obat
yang diminta setiap periode
Persentase kesesuaian permintaan = Jumlah item Jumlah pemakaian obat X 100%
dalam satu periodeobat keseluruhan
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menyusun daftar
usulan penetapan angka kredit (DUPAK)
MEKANISME PENGUSULAN
PENETAPAN ANGKA KREDIT
JABATAN FUNGSIONAL APOTEKER
Sebelum anda mempelajari lebih jauh tentang pengertian DUPAK, apa yang
Anda ketahui tentang DUPAK? Anda sebagai seorang Apoteker pemangku
jabatan fungsional, akan mengerjakan praktik kefarmasian pada Instansi
Pemerintah sesuai dengan jenjang jabatan yang anda miliki.
Untuk pengangkatan pertama atau pada kenaikan dalam jabatan/pangkat
yang lebih tinggi di syaratkan untuk memenuhi nilai angka kredit yang
ditetapkan.
Dalam materi ini Anda akan mengetahui tentang Pengertian Daftar Usulan
penetapan angka kredit (DUPAK), penetapan angka kredit (PAK) dan
pengusulan Penetapan Angka Kredit. Oleh karena itu silakan anda baca
modul ini sampai tuntas agar pemahaman anda menjadi benar.
Angka Kredit adalah satuan nilai dari uraian kegiatan dan/atau akumulasi
nilai dari uraian kegiatan yang harus dicapai oleh Apoteker dalam rangka
pembinaan karier yang bersangkutan.
Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit minimal yang
harus dicapai oleh Apoteker sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat
dan/atau jabatan.
Jika anda ingin memahami tentang DUPAK, silahkan melihat contoh
penetapan angka kredit diatas.
Dokumen DUPAK
Apoteker Pertama
Pentapan Angka Kredit
Apoteker Muda
Apoteker Madya
2. Apoteker Utama
Tabel 1.
Daftar kelengkapan berkas bukti fisik pengajuan DUPAK
NO Berkas Bukti Fisik Cukup Valid Asli Terkini
1. Ijasah
2. SK CPNS 80%
3. SK PNS 100%
4. SK Jafung Terakhir
5. SK Pangkat Terakhir
6. …….
..........
A. Pengisian DUPAK
Langkah-langkah:
Klasifikasi unsur kegiatan
1. Melaksanakan praktik kefarmasian yang meliputi :
a. penyusunan rencana praktik kefarmasian,
b. pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP,
c. pelayanan farmasi klinik,
d. sterilisasi sentral,
e. penerapan kajian farmakoekonomi dan uji klinik, serta
f. pelayanan farmasi khusus
2. Pengembangan Profesi yang meliputi :
a. Perolehan ijazah/gelar pendidikan formal sesuai dengan bidang
tugas Jabatan Fungsional Apoteker
b. Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah di bidang Praktik
Kefarmasian
c. Penerjemahan/ Penyaduran Buku dan Bahan-Bahan Lain di
bidang Praktik Kefarmasian
d. Penyusunan Standar/Pedoman/ Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk
Teknis di bidang Praktik Kefarmasian
e. Pengembangan Kompetensi di bidang Praktik Kefarmasian
f. Kegiatan lain yang mendukung pengembangan profesi yang
ditetapkan oleh Instansi Pembina di bidang Praktik Kefarmasian
3. Penunjang Kegiatan pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan,
meliputi :
a. Pengajar/Pelatih/ Pembimbing di bidang Praktik Kefarmasian
b. Keanggotaan dalam Tim Penilai/Tim Uji Kompetensi
PENGISIAN DUPAK
MELALUI APLIKASI “SEPAKAT”
A. Daftar/Registrasi Akun
1. Buka Aplikasi “SEPAKAT” dengan alamat
http://sepakat.kemkes.go.id , akan menampilkan halaman
beranda yang berisi pengertian Aplikasi sepakat, form login,
berita dan pengumuman, statistik aplikasi
Isi data :
• Data Pribadi
• Data Pendidikan
• Data Alamat KTP
• Data Lokasi Kerja
• Data Tambahan
B. Login Akun
1. Login
Dengan langkah-langkah :
a. Masuk web aplikasi sepakat: http://sepakat.kemkes.go.id
b. Pada form login, isikan username, password, dan kode
verifikasi (user name dan password akan terkirim ke email
pemangku jabatan fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker
yang terdaftar pada saat registrasi)
c. Jika lupa password, klik tombol lupa password, klik process.
Lalu cek email
d. Setelah terisi, klik Login
8. Mengubah Password
Hasil Belajar
E. E-Formasi
E-Formasi merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk keperluan
penyusunan formasi khusus jabatan fungsional kesehatan. Aplikasi ini
dapat digunakan untuk menghitung formasi jabatan fungsional kesehatan
serta digunakan untuk mengajukan dan mendapatkan rekomendasi
usulan formasi dari Instansi Pembina, masing-masing instansi yang akan
melakukan perhitungan dan pengusulan formasi melalui aplikasi e-
Formasi dapat dimulai dengan login menggunakan nama pengguna dan
kata sandi yang sudah terdaftar sebelumnya.
Langkah-langkah penggunaan aplikasi e-Formasi:
1. Melakukan login menggunakan nama pengguna dan kata sandi
---------------
Nah, sekarang anda sudah segar kembali. Yuk kita lanjut mempelajari
materi pokok 2!
Nahh, setelah memahami tentang dua poin besar di atas yaitu kualifikasi
dan kompetensi, masih ada dua hal penting lainnya yaitu penilaian
kinerja dan kebutuhan dalam rencana pengembangan jabatan fungsional
Apoteker, ternyata kalau tidak memenuhi salah satu di bawah ini maka
tidak akan bisa untuk pengembangan karier Apoteker. Yuk simak lagi
materi di bawah ini.
D. Kebutuhan
Nah, selain penilain kinerja seorang pejabat fungsional Apoteker juga
perlu untuk mengembangkan karier, pengembangan karier dapat
berjalan apabila di suatu organisasi membutuhkan jenjang Apoteker
tersebut. Untuk mengetahui apakah organisasi memerlukan Pejabat
Fungsional Apoteker Anda perlu belajar tentang Kebutuhan, yuk kita
belajar bersama tentang Kebutuhan.
Perencanaan dalam pengelolaan Jabatan Fungsional Kesehatan
diawali dengan penyusunan dan penetapan kebutuhan jumlah dan
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. Penjabaran tugas dan fungsi organisasi
Menulis karya ilmiah merupakan tugas yang tak dapat ditinggalkan oleh
seorang pemangku jabatan fungisonal kesehatan. Kepiawaian seseorang
dalam menulis dapat terasah bila ia rajin melakukannya. Membuat karya
ilmiah pada pemangku jabatan fungsional kesehatan merupakan salah
satu kegiatan pokok yang mempunyai nilai kredit yang relatif tinggi. Karya
ilmiah yang diciptakan selain dalam bentuk suatu model dan juga harus
dituangkan dalam bentuk tulisan atau disebut juga karya tulis.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rancangan karya
tulis/ karya ilmiah di bidang pelayanan Kefarmasian
Kita akan mulai mempelajari modul ini dengan memahami pengertian dari
karya tulis ilmiah. Penting sekali kita memahami hal ini agar bisa dapat
membedakan dengan tulisan lainnya. Karena karya tulis ilmiah ini
merupakan salah bagian dari kegiatan pengembangan profesi yang
penting sekali untuk meningkatkan jenjang karir seorang jabatan
fungsional Apoteker.
Baik, mari kita pelajari, apa itu pengertian dari karya tulis ilmiah, ciri-cirinya
serta jenis jenis karya tulis ilmiah yang dapat kita buat.
A. Pengertian
1. Karya ilmiah adalah tulisan tentang ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang
baik dan benar. Fakta dapat berasal dari pengamatan, uji
laboratorium, studi pustaka, wawancara, angket. (Rosidi).
2. Karya ilmiah adalah salah satu jenis karangan yang berisi
serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh sesuai dengan sifat
keilmuannya, suatu karangan yang disusun berdasarkan
penelitian, pengamatan ataupun peninjauan. Membahas masalah
secara obyektif sesuai fakta dengan menggunakan metode-
metode ilmiah dengan bahasa yang benar, jelas, ringkas dan
kemungkinan kecil salah tafsir.
3. Karya tulis ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis berdasarkan pendekatan dan metode
ilmiah yang ditujukan untuk kelompok pembaca tertentu. Dikatakan
ilmiah karena memahami syarat sistematik, generalisasi,
eksplanasi dan terkontrol.
4. Sistematis
Penulisan maupun penyajiannya disajikan secara tersusun atau
teratur sesuai prosedur yang berlaku.
3. Naskah
Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan yang
belum diterbitkan (KBBI).
Naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai
ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bansa masa
lampau (Baried Dalam Venny Indria Ekowati, 2003)
Suatu naskah menuskrip (bahasa latin manuscript: manu scriptus
ditulis tangan), secara khusus ialah dokumen tertulis yang ditulis
tangan dibedakan dari dokumen cetakan atau perbanyakannya
dengan cara lain. Kata “naskah” diambil dari bahasa Arab
nuskhatum yang berarti sebuah potongan kertas.
4. Kritik
Adalah karya ilmiah berupa telaahan, dijelaskan kelebihan dan
kekurangan dari karya tulis yang dikritik dan diikuti dengan
pendapat pengkritik.
Berisi:
a. Pendahuluan (ringkasan karya tulis yang dikritik).
b. Pembahasan: kelemahan dari karya ilmiah tadi dan pendapat
pengkritik.
c. Kesimpulan dan Saran.
5. Kertas Kerja
Adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan
data di lapangan yang bersifat empiris obyektif; analisis dalam
kertas kerja lebih serius daripada analisis dalam makalah.
7. Resensi
Adalah tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau
buku.
Tujuan resensi (Gorys Keraf) adalah menyampaikan kepada para
pembaca apakah sebuah buku atau karya tulis itu patut mendapat
sambutan dari masyarakat.
Tesis:
• Karya ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada skripsi;
tesis akan mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh
dari penelitian sendiri.
• Tesis memperbincangkan pengujian terhadap suatu hipothesa
yang biasanya ditulis oleh mahasiswa pasca sarjana.
9. Studi kepustakaan
Adalah penulisan karya ilmiah berdasarkan penelitian bibliografi
secara sistematis ilmiah yang meliputi pengumpulan bahan-bahan
yang berkaitan dengan sasaran penelitian, pengorganisasian serta
penyajian data-data.
10. Modul
Adalah materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis
sedemikian rupa, sehingga pembacanya diharapkan dapat
menyerap sendiri materi tersebut.
12. Penerjemahan
Salah satu kegiatan yang terdapat pada jabatan fungsional sebagai
salah satu bentuk karya tulis adalah penerjamahan. Translation
atau penerjemahan didefinisikan melalui berbagai cara dengan
latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Sebagai
landasan digunakan definisi dari Catford (1965) yang
menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan
13. Journal
Tulisan ilmiah yang dimuat dalam majalah ilmiah dan jurnal
penelitian bisa dibuat lebih lengkap daripada yang dimuat dalam
surat kabar dan majalah umum. Hal itu karena para pembacanya
adalah masyarakat tertentu yang berkepentingan dengan tulisan
14. Buku
Sebagai media komunikasi. Buku pedoman sering disebut sebagai
"hand book", buku panduan, buku penuntun, dan buku pegangan.
Buku pedoman berisi tentang informasi, petunjuk, dan lain- lain
yang menjadi petunjuk tuntunan bagi pembaca untuk mengetahui
sesuatu secara lengkap. Untuk memperoleh berbagai informasi
yang dibutuhkan dalam buku pedoman sebagai penuntun selama
beraktivitas dalam ruang lingkup tertentu, maka pembaca bukan
sekadar mengetahui, mengerti, dan memahami, tetapi dilanjutkan
pada tahap perbuatan.
Setelah memahami pengertian dari karya tulis ilmiah, maka kita akan
beranjak pada pembahasan teknik penulisan karya tulis ilmiah. Dalam
menulis karya tulis ilmiah, maka anda perlu sekali untuk memami prinsip
prinsip dalam penulisan karya tulis ilmiah.
b) Berpikir induktif
Proses berpikir induktif adalah kebalikan dari berpikir deduktif,
yakni pengambilan kesimpulan dimulai dari pernyataan-
pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju kesimpulan yang
bersifat umum.
3. Berpikir ilmiah
Berpikir ilmiah menggabungkan berpikir deduktif dengan berpikir
induktif. Hipotesis diturunkan dari teori, kemudian diuji melalui
verifikasi data secara empiris. Pengujian dengan jalan
mengumpulkan dan menganalisa data yang relevan untuk menarik
kesimpulan apakah hipotesis benar atau tidak. Cara berpikir seperti
ini disebut metode logiko-hipotetiko-verifikatif.
Berpikir ilmiah menghasilkan metode ilmiah menempuh langkah-
langkah sebagai berikut :
a) Merumuskan masalah, yakni mengajukan pertanyaan-
pertanyaan untuk dijawab. Pertanyaan yang diajukan
hendaknya mengandung banyak kemungkinan jawabannya.
b) Mengajukan hipotesis, yakni jawaban sementara atau dugaan
jawaban dari pertanyaan diatas. Dalam menetapkan hipotesis
kita harus berpaling kepada khasanah pengetahuan, artinya
hipotesis diturunkan dari kajian teoritis penalaran deduktif.
c) Verifikasi data, artinya mengumpulkan data secara empiris
kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji
benar tidaknya hipotesis. Hipotesis yang telah teruji merupakan
jawaban definitif dari pertanyaan yang diajukan.
d) Menarik kesimpulan, artinya menentukan jawaban-jawaban
definitif dari setiap masalah yang diajukan atas dasar
pembuktian atau pengujian secara empiris. Hipotesis yang tak
c. Tahapan pengorganisasian
Data yang sudah terkumpul diseleksi dan diorganisir, dan
digolongkan menurut jenis, sifat dan bentuknya. Data di olah
dan dianalisis dengan teknik-teknik yang sudah ditentukan. Jika
penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan
teknik statistik.
d. Tahap penyuntingan
Disini konsep diperiksa mencakup pemeriksaan isi karya
ilmiahnya, cara penyajian dan bahasa yang digunakan.
2. Sistematika penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata pengantar
Abstraksi
Daftar isi
Daftar tabel (bila ada)
Daftar lampiran (bila ada)
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan masalah
Tujuan penulisan
Manfaat penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Populasi dan Sampel
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur Penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
(Hasil penelitian dijelaskan di sub bab ini, dilanjutkan dengan
pembahasannya)
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Lampiran (instrument, paparan data, biodata dan foto)
Kutipan langsung :
Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita tulis dalam
susunan kalimat aslinya tanpa mengalami perubahan
sedikitpun. Bahan yang kita kutip harus direproduksi tepat
seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda-
tanda baca dan sebagainya.
Contoh: :
Kesalahan Bahasa Penyiar di Stasiun RCTI (judul)
Bahasa Indonesia Penyiar di Stasiun RCTI (judul) : Perlukah
dibenahi? (sub judul)
7. Menentukan Masalah
Permasalahan, sebuah permasalahan timbul akibat adanya
hambatan dalam memperoleh atau mencapai tujuan, ini yang di
maksud dalam adanya jarak antara yg diharapkan dengan realita.
Menentukan sebuah permasalahan, tentu kita juga akan
menentukan variabel-variabel yang terkait dalam sebuah
permasalahan yang akan kita angkat.
Apabila harapan yang ingin kita raih dan ternyata hasil yang kita
dapatkan tidak sesuai dengan harapan yang sebelumnya kita
pasang tinggi, berarti kita sedang mengalami sebuah
permasalahan. Jika melihat hal ini, pasti semua orang pernah
mengalami sebuah permasalahan dan berusaha mencari sebuah
solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Terlepas dari itu semua ada hal penting yang mungkin seringkali
disepelekan oleh setiap orang dalam melakakukan sebuah
penelitian. Menemukan sebuah masalah dalam penelitian itu bisa
dibilang gampang-gampang susah, ini yang di maksud dalam alur
Kesulitaan yg dirasakan seseorang, sehingga menghalangi
tercapainya tujuan.
C. Plagiarisme
Issu penting yang sering diangkat dalam pembuatan karya tulis ilmiah
adalah tentang plagiarisme. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 17 tahun 2010, “Plagiat adalah
perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah,
dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah
2. Melakukan Parafrase
Karya tulis ilmiah yang dibuat oleh pejabat fungsional Apoteker telah diatur
dalam Permenpan No. 13 tahun 2021. Dalam aturan tersebut, dijelaskan
yang termasuk dalam karya tulis ilmiah adalah karya tulis hasil penelitian
kajian, survei, tinjauan, ulasan ilmiah baik itu dipublikasikan atau tidak.
artikel di bidang kefarmasian termasuk didalamnya.
Dalam pokok bahasan ini, akan diterangkan bagaimana langkah langkah
yang dilakukan dalam menyusun karya tulis ilmiah tersebut.
Akhirnya kita sampai pada materi pokok terakhir dari modul ini. Setelah
sebelumnya kita memahami pengertian, konsep karya tulis ilmiah serta
prinsip-prinsip yang menyertai serta sistematikanya, maka anda tentu ingin
segera untuk membuat karya tulis ilmiah anda.
Ada beberapa karya tulis ilmiah yang bisa anda buat, bisa berupa hasil
penelitian, kajian, ulasan ataupun berupa artikel yang berkaitan dengan
pelayanan kefarmasian.
Ingin tahu lebih banyak? Mari kita pelajari bersama materi berikut ini.
Sesuai dengan definisi tersebut, maka ruang lingkup karya tulis yang
dibuat oleh apoteker sebagai salah satu kegiatan dalam jabatan
apoteker adalah :
1. penyusunan rencana praktik kefarmasian
2. pengelolaan sediaan farmasi,alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai
1. Artikel
Langkah-langkah menulis artikel
• Tentukan Tema. Tema tulisan Anda harus spesifik.
• Rumuskan ide pokok atau masalah. Nah, ini bisa
menggunakan outline atau rangka ide pokok per paragrafnya.
• Buatlah Kesimpulan. Kesimpulan bikinnya mudah.
• Unsur 5W+1H. – What: Apa persoalannya.
• Sesuai Fakta.
• Jangan Menyinggung Personal atau Kelompok.
• Paper Review
Untuk melakukan paper review, ada 4 poin yang harus dapat
ditemukan untuk menunjukkan bahwa kita telah memahami isi
dari karya tulis ilmiah tersebut:
− Identifikasi masalah, masalah apa yang diangkat oleh
penulis sehingga penulis perlu memberitahukannya lewat
karya tulisnya?
1. Karya tulis ilmiah yang dibuat bisa berupa hasil penelitian, pengkajian,
tinjauan atau ulasan ilmiah.
2. Karya tulis ilmiah bisa dibuat dalam bentuk artikel, buku, makalah,
paper review.
3. Pada umumnya, penulisan ilmiah terdiri dari latar belakang,
permasalahan dan hipotesa, pembahasan masalah, kesimpulan saran
dan daftar pustaka.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu mempersiapkan diri
untuk mengikuti uji kompetensi Jabatan Fungsional Apoteker.
Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini yaitu:
1. Mekanisme Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Apoteker
2. Materi Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Apoteker
3. Hak dan Kewajiban Peserta Uji Kompetensi Jabatan Fungsional
Apoteker
4. Persiapan sebagai peserta uji kompetensi
A. Pengorganisasian
B. Persiapan
1. Sosialisasi dan Koordinasi
3. Sanksi
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis;
1. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi
Tabel 1.
Pola Distribusi Required Competency Level (RCL) Kompetensi
JF Utama
5- 4 Dominan 5
Jabatan
Madya
Fungsional 5-4 Dominan 4
Keahlian Muda
4 -3 fifty-fifty
Pertama
3-2 -1 Dominan 2
JF Penyelia
4-3 fifty-fifty
Jabatan
Mahir
Fungsional 4-3 Dominan 3
Keterampilan Terampil
3,2,1 Dominan 2
Pemula
2 -1 Dominan 1
Nah... sekarang Anda tahu kompetensi level berapa yang harus anda
kuasai untuk menduduki jenjang jabatan saat ini dan level kompetensi
yang harus Anda miliki ketika Anda akan naik jenjang, mari kita lanjut
mempelajari metode-metode yang digunakan dalam pelaksaaan uji
kompetensi Jabatan Fungsional Apoteker.
1. Portofolio
2. Uji tulis
3. Uji Lisan
2. Komponen tambahan,
a. Sertifikat Pelatihan
1. Memadai
2. Valid
3. Asli
4. Terkini
• Terdapat 4 (empat) metode uji kompetensi, yaitu: portofolio, uji tulis, uji
lisan dan uji praktik, dimana uji portofolio dan uji lisan merupakan
metode yang wajib digunakan dalam pelaksanaan uji kompetensi
4. Bila uji ulang pertama tidak lulus, boleh mengikuti uji ulang
yang kedua sesuai dengan jadwal yang tersedia
penyelenggara.
5. Bila uji ulang yang kedua tidak lulus maka pimpinan instansi
pengguna memberikan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kepada pejabat fungsional tersebut.
b. Aplikasi e-ukom
B. Aplikasi E-Ukom
• Meng-entry Foto
Keterangan :
Keterangan:
Keterangan :
Keterangan:
Selamat….
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan
komunikasi efektif.
A. Definisi
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk
menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam
komunikasi. Sebagai seorang Apoteker, ketrampilan ini sangat
diperlukan saat berkomunikasi dengan pasien, keluarga pasien dan
tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
2. Emphaty - Empati
Emphaty adalah suatu kemampuan seseorang dalam
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh
orang lain. Emphaty membutuhkan kemampuan mendengarkan
dengan penuh seksama untuk dapat merasakan dan merespon
dengan baik situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
4. Clairty -Jelas
Kejelasan adalah prinsip komunikasi yang harus diperhatikan
agar dapat menghindari adanya multi interpretasi atau penafsiran
yang berlainan dari suatu pesan tertentu. Penafsiran yang salah
akan mengakibatkan dampak yang negatif, dan tujuan tidak
tercapai. Clarity juga dapat diartikan keterbukaan dan
transparansi. Dengan adanya keterbukaan, maka dapat timbul
rasa percaya satu dengan lainnya sehingga penyampaian pesan
dapat diterima dengan baik.
Respect
Humble Emphaty
Clarity Audible
D. Sarana komunikasi
1. Berdasarkan Fungsinya
a. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah media komunikasi yang berguna
untuk menghasilkan informasi, contoh : komputer pengolah
kata (word processor, canva, adobe). Apoteker dapat
menggunakannya untuk menghasilkan informasi seperti
leaflet, lembar PIO, lembar konseling dan webinar
3. Bersikap positif
Bersikap positif saat berkomunikasi sangat penting baik dalam
membina hubungan saling percaya maupun dalam membuat
rencana tindakan bersama dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk pasien/keluarganya. Bersikap positif ditunjukkan dengan
bersikap hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap
pasien/keluarganya.
Pasien
Pasien dengan
Lanjut Usia situasi
khusus
2. Waktu.
Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang
singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok
mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang,
karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri
yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
4. Tujuan.
Komunikasi dalam kelompok memiliki pengertian bahwa
keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu
yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu
atau lebih tujuan bersama.
4 prinsip
Tujua komunikai waktu
kelompok
ukuran
kelompok
A. Metode repetisi
yaitu metode penyampaian pesan dengan pengulangan atau
repetisi. Dengan mengulang-ulang pesan, diharapkan akan
lebih menarik perhatian penerimanya dan menggangap
informasinya adalah sesuatu yang benar. Harapan akhirnya
adalah agar informasi yang disampaikan akan dapat tertanam
dalam pikiran bawah sadar sehingga memberi pengaruh kuat
terhadap yang menerimanya.
Contoh:
Kampanye kesehatan atau iklan produk-produk kesehatan yang
disiarkan di saluran televisi (TV) dan radio sering menggunakan
metode repetisi ini.
B. Metode kanalisasi
Metode kanalisasi ini sesungguhnya adalah metode yang
mengarahkan cara berpikir penerima informasi melalui
pemisahan-pemisahan sesuai dengan yang kita inginkan. Ibarat
air yang akan diarahkan pola alirannya, perlu dibuatkan saluran
atau kanal (channel). Komunikasi ini biasanya dimulai oleh
komunikator dengan melontarkan ide-idenya yang disesuaikan
dengan nilai-nilai dan standar normatif penerima informasi, lalu
komunikator akan mengubahnya sedikit demi sedikit menuju
nilai-nilai dan standarisasi yang diinginkannya. Dalam bahasa
sederhananya, bagaimana kita memunculkan empati agar
dapat diterima oleh penerima informasi (misalkan dengan cara
membangun “rapport”/ kesamaan-kesamaan). Ketika kita telah
diterima, pada saat itulah proses kanalisasi dimulai.
C. Metode informatif
Metode informatif ini mungkin merupakan metode yang paling
sederhana, yaitu cukup memberi penerangan sejelas-jelasnya
tentang maksud pesan kepada penerima pesan. Penerangan
yang dimaksud adalah menyampaikan sesuatu apa adanya,
apa yang sesungguhnya, berdasarkan data, fakta dan opini
yang benar. Jadi, penerima informasinya bebas dalam
merespon pesan yang telah disampaikan.
D. Metode persuasif
Persuasif berarti mempengaruhi dengan bujukan. Tujuan
penggunaan metode persuasif ini adalah untuk membujuk
penerima informasi agar mengikuti (menuruti) keinginan dari
pemberi informasi. Tujuan akhir yanng diharapkan dari
persuasif ini adalah adanya perubahan sikap (attitude change),
perubahan pendapat (opinion change), perubahan perilaku
(behavioral change). Sasaran utama metode ini adalah
perasaan penerima informasi, bukan pikirannya.
Contoh:
Ajakan untuk mengikuti suatu kegiatan (seperti penyuluhan
kesehatan), membantu masyarakat, bergabung dengan
kelompok tertentu,
Contoh:
Tutorial cara-cara tertentu dalam menangani suatu masalah
(seperti meningkatkan kepatuhan dengan cara menyimpan obat
yang benar dalam kotak obat), kiat-kiat berhenti merokok, trik-
trik mencegah nyamuk demam berdarah, demonstrasi (berupa
langkah-langkah) cara penggunaan inhaler yang benar, materi
pembelajaran Gema Cermat.
A. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal dapat dilakukan dengan cara (1) tatap muka
langsung maupun melalui (2) telepon atau panggilan video
(video call) serta penggunaan (3) jargon medis.
1. Tatap muka
Dalam beberapa tempat praktik, seperti rumah sakit dan
puskesmas, komunikasi antar tenaga kesehatan lebih sering
terjadi melalui tatap muka secara langsung. Misalkan
komunikasi yang terjadi ketika melakukan ronde (visit)
2. Telepon
Telepon adalah metode komunikasi verbal lain yang umum
antar tenaga kesehatan. Apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian dapat berkomunikasi dengan apoteker lain (di
tempat berbeda) melalui sambungan telepon. Penulis resep
atau staf mereka dapat menanyakan resepnya ke bagian
farmasi. Staf farmasi dapat menghubungi kembali penulis
resep untuk meminta klarifikasi atas permintaan obat seperti
yang tertera dalam resep.
Berbicara melalui telepon seringkali memiliki tantangannya
sendiri karena lawan bicara dengan mudah dapat mengenali
ketika dirinya sedang diperlakukan dengan sopan, dan
sangat difasilitasi selama percakapan berlangsung.
Oleh karena itu diperlukan beberapa hal penting selama
berkomunikasi melalui telepon: menggunakan nada yang
menyenangkan, senyum yang benar-benar dapat didengar
melalui telepon, menunjukkan sikap positif, dan tidak
bergumam.
3. Jargon Medis
Komunikasi verbal juga mencakup penggunaan jargon.
Semua profesi memiliki jargonnya masing-masing.
Bayangkan jika setiap tenaga kesehatan menggunakan
jargon medis untuk menjelaskan sesuatu kepada pasien
yang tidak terbiasa dengan istilah yang Anda gunakan
tersebut. Berkomunikasi dengan pasien bisa menjadi sangat
sulit jika Anda tidak berbicara dalam bahasa yang sama
dengan mereka. Apa yang Anda katakan mungkin menjadi
sesuatu yang sangat tidak masuk akal bagi mereka. Ingatlah
bahwa kebanyakan pasien tidak tahu istilah medis, bahkan
Fatique Kelelahan
Glukosa Gula
Regimen Program
Renal Ginjal
a) Tersenyum lebar
d) Tatapan mata
e) Rileks
2. Komunikasi Tertulis
Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan mata pelatihan Komunikasi Efektif. Jika
Anda belum sepenuhnya memahami materi, silakan pelajari kembali
modul dari awal ya!
Hasil Belajar
1. Perkenalan
2. Harapan
3. Pengurus Kelas
PENCAIRAN SUASANA
Suatu langkah yang cukup krusial dalam tahap awal pelatihan adalah
melihat apa harapan-harapan peserta serta tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan ini adalah apa yang ingin dicapai peserta setelah pelatihan ini.
Langkah ini didasarkan pada prinsip pembelajaran orang dewasa di mana
mereka akan belajar dengan baik jika mereka dapat melihat menfaat dan
relevansi pembelajaran yang akan didapat bagi kehidupannya.
A. Perkenalan
B. Harapan
C. Pengurus Kelas
A. Perkenalan
Anda pasti sering mendengar istilah “tak kenal maka tak sayang”. Istilah
tersebut merujuk pada pentingnya perkenalan. Dengan saling mengenal
sesama peserta pelatihan, Anda akan dengan mudah mengikuti proses
pelatihan. Apa Anda tahu hubungan antara perkenalan dan proses
pelatihan? Simak materi berikut!
1. Menjelaskan Diri
Tujuan:
Proses:
Tujuan:
Proses:
● Dari 3 orang tersebut kita minta satu orang menjadi tupai yang
akan jongkok/merunduk, berada di antara 2 rekan lainnya yang
membentuk pohon dengan cara berpegangan tangan saling
berhadapan, seperti pada permainan “ular naga panjangnya”.
B. Harapan
Cara yang baik dalam menyusun daftar tujuan ini adalah: pelatih
menanyakan pada peserta untuk menulis satu atau dua tujuan
yang ingin mereka capai dalam program pelatihan ini. Tema
utamanya adalah ”bagaimana saya akan berbeda setelah
pelatihan ini berakhir”. Pelatih seharusnya menanyakan peserta
untuk memberikan kontribusinya, satu persatu sampai semua
tujuan sudah dicatat.
A. Nilai-nilai Kelas
B. Norma Kelas
C. Kontrol Kolektif
Pada materi ini Anda akan mempelajari tentang nilai-nilai, norma, dan
kolektif kelas. Yuk pelajari materi berikut dengan penuh semangat belajar!
A. Nilai-nilai Kelas
Nilai bisa diartikan sebagai suatu gagasan terkait apa yang dianggap
baik, indah, layak, dan juga dikehendaki oleh seluruh peserta dalam
proses pembelajaran. Nilai merupakan hal yang diyakini oleh suatu
kelompok atau masyarakat, kemudian menjadi kebiasaan serta
dipatuhi sebagai patokan dalam perilaku kehidupan sehari hari
selama pelatihan.
B. Norma kelas
● Waktu-waktu istirahat
● Masalah berpakaian
--------------------
Selamat!!!
Anda sudah berada di penghujung modul. Apakah Anda telah mempelajari
seluruh materi? Atau hanya setengah? Jika Anda belum paham, silakan
pelajari kembali materi modul ini ya!
Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu membangun Sikap Anti Korupsi.
SEMANGAT PERLAWANAN
TERHADAP KORUPSI
7. Indonesia memiliki sekitar 300 ribu atau 17% dari total jumlah satwa liar
dunia. Diantaranya adalah 1.539 jenis burung dan 515 jenis mamalia.
Indonesia menjadi habitat satwa endemic yang sangat banyak. Tercatat
259 jenis mamalia, 384 jenis burung dan 173 jenis amfibi hanya hidup di
negeri ini.
DAMPAK KORUPSI
Segala sesuatu yang diperbuat pasti memiliki dampak. Begitu halnya dengan
korupsi. Silakan Anda pelajari materi di bawah ini ya!
Dampak Korupsi
Semangat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi
harus terus-menerus dibangkitkan, salah satunya dengan cara menyadarkan
masyarakat akan bahaya dan dampak korupsi.
1. Dampak Korupsi Terhadap Berbagai Bidang
Transparansi Internasional Indonesia (TI) mencatat kalau uang rakyat
dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar 30
sampai 40 persen dana menguap karena dikorupsi dan korupsi terjadi 70
persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah. Hal ini
memberikan dampak buruk yang massif terhadap masyarakat Indonesia di
berbagai lini kehidupannya. Mulai dari dampak terhadap ekonomi, sosial,
birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi, penegakan hukum,
pertahanan dan keamanan dan juga terhadap lingkungan hidup.
a. Dampak Masif Korupsi terhadap Ekonomi
Transparansi Internasional Indonesia (TII) mencatat kalau uang rakyat
dalam praktek APBN dan APBD menguap oleh perilaku korupsi. Sekitar
30-40 persen dana menguap karena dikorupsi, dan korupsi terjadi 70
persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah.
1) Penurunan Produktivitas
Lesunya pertumbuhan ekonomi dan tidak adannya investasi,
membuat produktifitas menurun. Hal ini menghambat
perkembangan sektor industri untuk lebih baik terjadi seiring
dengan terhambatnya sector industri dan produksi untuk bissa
berkembang lebih baik.
7) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hokum bahkan antar
masyarakat sendiri.
11) Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya
sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal
ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hukum bahkan antar
masyarakat sendiri.
2) Menguatnya Plutokrasi
Korupsi yang menyandera pemerintahan akan menghasilkan
konsekuensi menguatnya plutokrasi (system politik yang dikuasai
KERUGIAN
NEGARA (T)
TERPIDANA PRESENTASE
NO UNSUR HARGA
KORUPSI (5 %)
KONSTAN
2015
1 PNS 1.115 26,9 13,22
2 BUMN/D 149 8,7 4,27
3 Lembaga 62 81,8 40,14
Independen
4 Legislatif 480 2,0 0,97
5 Kepala Daerah 75 1,8 0,88
6 Swasta/Lainnya 670 82,6 40,53
TOTAL 2.551 203,9 100%
Dampak Korupsi :
1. Negara korup harus membayar biaya hutang yang lebih besar
(Depken and Lafountan, 2006)
2. Harga infrastruktur lebih tinggi (Golden and Picci, 2005)
Namun, perlu diketahui bahwa mulai 2014, KPK melakukan kajian yang lebih
mendalam tentang dampak yang ditimbulkan oleh korupsi sehingga sekarang
kalau membahas tentang dampak korupsi, dikenal istilah Social Cost
Corruption atau Biaya Sosial Korupsi. Nah berbicara tentang Biaya Sosial
Korupsi, maka kita akan membahas mengenai:
• Kerugian Keuangan Negara Akibat Korupsi di Indonesia
• Perbandingan antara Kerugian Keuangan Negara dengan Hukuman
finansial Koruptor
• Hubungan antara Dampak Korupsi dan Biaya Sosial Korupsi
• Konsep Dasar Biaya Sosial Korupsi
• Ilustrasi Seandainya Uang yang Dikorupsi Digunakan untuk Pembangunan
Ada banyak cara agar kita dapat memberantas korupsi. Salah satunya dengan
cara berpikir kritis terhadap masalah korupsi. Silakan Anda pelajari materi di
bawah ini. Selamat belajar!
1. Pengertian Korupsi
Secara etimologis, Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio”
(Fockema Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary:
1960). Kata “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin
yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/
korruptie” (Belanda). Secara harfiah korupsi mengandung arti: kebusukan,
keburukan, ketidakjujuran, dapat disuap. Kamus Umum Bahasa Indonesia
karangan Poerwadarminta “korupsi” diartikan sebagai: “perbuatan yang
buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya”.
4) Aspek Organisasi
a) Sikap keteladanan pimpinan mempunyai pengaruh penting bagi
bawahannya, misalnya pimpinan berbuat korupsi, maka
kemungkinan besar bawahnya akan mengambil kesempatan
yang sama dengan atasannya.
b) Kultur organisasi punya pengaruh kuat terhadap anggotanya.
Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan
menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif dan membuka
peluang terjadinya korupsi.
c) Kurang memadainya sistem akuntabilitas Institusi, belum
dirumuskan visi dan misi dengan jelas, dan belum dirumuskan
tujuan dan sasaran yang harus dicapai berakibat instansi
tersebut sulit dilakukan penilaian keberhasilan mencapai
sasaranya. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada
efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik
korupsi.
d) Kelemahan sistim pengendalian dan pengawasan baik
pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan
langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal
Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah; a. Pasal 12 dan Pasal 13 UU No 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; b. Pasal 12 B dan
Pasal 12 C UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atau UU No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan c. Pasal
16, Pasal 17, dan Pasal 18 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan
Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni
meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
Gratifikasi diartikan sebagai pemberian dalam arti luas dan tidak termasuk
“janji”.
a. Inti
1) ujur
Sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan. Jujur berarti
mengetahui apa yang benar, mengatakan dan melakukan yang
benar. Orang yang jujur adalah orang yang dapat dipercaya,
lurus hati, tidak berbohong dan tidak melakukan kecurangan.
2) Disiplin
3) Kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Disiplin berarti
patuh pada aturan.
4) Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial,
masyarakat, bangsa, negara maupun agama.
c. Sikap
1) Adil
Berarti tidak berat sebelah, tidak memihak pada salah satu. Adil
juga berarti perlakuan yang sama untuk semua tanpa
membeda-bedakan berdasarkan golongan atau kelas tertentu.
2) Berani
Hati yang mantap, rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi ancaman atau hal yang dianggap sebagai bahaya
dan kesulitan. Berani berarti tidak takut atau gentar.
3) Peduli
Sikap dan tindakan memperhatikan dan menghiraukan orang
lain, masyarakat yang membutuhkan dan lingkungan sekitar.
1. Ada 3 aspek dalam nilai-nilai anti korupsi yaitu Inti (Jujur, Disiplin,
Tanggung Jawab); Etos Kerja (Kerja Keras, Mandiri, Sederhana); Sikap
(Adil, Berani, Peduli)
2. Integritas adalah bertindak secara konsisten antara apa yang dikatakan
dengan tingkah lakunya sesuai nilai-nilai yang dianut (nilai-nilai dapat
berasal dari nilai kode etik di tempat dia bekerja, nilai masyarakat atau
nilai moral pribadi).
Selamat!!!
Anda telah menyelesaikan MPP Anti Korupsi. Jika Anda belum sepenuhnya
memahami materi, silakan pelajari Kembali modul dari awal ya!
Modul pelatihan jarak jauh rencana tindak lanjut disusun sebagai acuan
peserta latih dalam menyusun rencana tindak lanjut di institusi tempat
mereka bekerja sebagai bahan untuk melakukan monitoring dan evaluasi
pasca pelatihan. Dengan demikian, penyusunan rencana tindak lanjut ini,
harus dibuat secara realistis dan mengakomodir pengetahuan yang telah
diperoleh selama mengikuti pelatihan jarak jauh jabatan fungsional Terapis
Gigi dan Mulut.
Hasil Belajar
Materi Pokok
Setelah mengikuti materi pelatihan inti yang telah Anda pelajari, Anda perlu
menyusun Rencana Tindak Lanjut pelatihan. Untuk dapat menyusun
rencana tindak lanjut, Anda perlu mengetahui pengertian dan ruang
lingkup dari rencana tindak lanjut pelatihan.
b. Tujuan kegiatan
Adalah segala sesuatu yang akan dicapai (dituju) atau dihasilkan
melalui kegiatan yang akan dilakukan pasca pelatihan.
c. Sasaran kegiatan
Adalah target yang ingin dicapai dalam mencapai tujuan.
e. Waktu pelaksanaan
Adalah kapan pelaksanaan kegiatan dilakukan
2. Tujuan kegiatan
3. Sasaran kegiatan
5. Waktu pelaksanaan
LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN
RENCANA TINDAK LANJUT
MENYUSUN
RENCANA TINDAK LANJUT
Jenis
No. Tujuan Sasaran PJ Waktu
Kegiatan