OLEH :
M. FIKRI CAHYADI
KELAS G-S1 (PRODI PEMBANGUNAN)
FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
PEMBIMBING :
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul: “PROMOSI DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN KARIER PAMONG PRAJA”.
Melalui kesempatan ini, tidak lepas saya menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada :
1. Yang terhormat, Bapak H. Ismunarta, S.Sos, M.Si yang telah memberikan petunjuk demi
kesempurnaan pembuatan tugas ini.
2. Kedua orang tua, Saudara-saudara, dan teman-teman yang telah memberikan doa dan
dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini tepat pada waktunya.
3. Siapapun yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan
masukan, menyediakan literatur dan memberikan kritik untuk kesempurnaan tugas ini.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, sudilah
kiranya para pembaca untuk memberikan masukan dan saran sehingga isi tugas ini dapat lebih
sempurna.
Akhirnya, saya berharap semoga isi tugas ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja
yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang. Amin..
Penyusun,
M. FIKRI CAHYADI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….2
Daftar isi…………………………………………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………...………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………..5
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan……………………………………………………………………………………..17
B. Saran…………………………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good
gavernance) serta mewujudkan pelayanan publik yang baik, efisien, efektif dan berkualitas tentunya perlu
didukung adanya Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
hadirnya Pamong Praja yang profesional, bertanggungjawab, adil, jujur dan kompeten dalam bidangnya.
Dengan kata lain, PNS dalam menjalankan tugas tentunya harus berdasarkan pada profesionalisme dan
kompetensi sesuai kualifikasi bidang ilmu yang dimilikinya.
Data Badan Kepegawaian Negara (BKN) menunjukkan saat ini terdapat hampir empat juta
pegawai negeri sipil (PNS). Kritik tentang rendahnya mutu pelayanan PNS selalu dikaitkan dengan
profesionalisme semata. Padahal, tidak memadainya kualitas kerja PNS juga merupakan akibat tidak
berimbangnya rasio antara jumlah PNS dengan parastakeholders-nya. PNS di Indonesia hanya 1,7 dari
total jumlah masyarakat Indonesia (Sinar Harapan). Terlepas dari pentingnya aspek jumlah,
mengefisienkan jumlah PNS dipandang sebagai formula yang dapat diterapkan guna memastikan setiap
PNS bekerja secara lebih serius berdasarkan posisi mereka.
PNS atau sering disebut birokrat atau Pamong Praja , sesungguhnya adalah public servant yang
wajib memberikan pelayanan publik yang terbaik kepada masyarakat sebagai pelanggan. Sebagaimana
dalam Ketetapan MPR-RI No.VI/2001 sesungguhnya sudah mengamanatkan agar Presiden membangun
kultur birokrasi Indonesia menjadi birokrasi yang transparan, akuntabel, bersih dan bertanggung-jawab
serta dapat menjadi pelayan masyarakat dan menjadi teladan masyarakat. Birokrasi harus melaksanakan
pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance).
Dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Bab I butir 8
disebutkan secara jelas bahwa manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya untuk
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan
kewajiban kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan,
promosi, penggajian, kesejahteraan dan pemberhentian. Pada intinya manajemen kepegawaian lebih
berorientasi pada profesionalisme SDM aparatur (PNS), yang bertugas memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan
pembangunan, tidak partisan dan netral, keluar dari semua pengaruh golongan dan partai politik dan
tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, untuk bisa melaksanakan tugas
pelayanan dengan persyaratan yang demikian, SDM aparatur (PNS) dituntut memiliki profesionalisme
dan wawasan global serta memiliki kompetensi yang tinggi. Untuk mewujudkan SDM aparatur (PNS)
yang profesional dan berkompetensi dengan pembinaan karir PNS yang dilaksanakan atas dasar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat ditetapkan masalah pokok dalam
penulisan ini ialah :
1. Maksud Penulisan
Maksud penulisan ini adalah untuk membantu saya dalam menyelesaikan tugas terstruktur mata
kuliah Kepamongprajaan. Selain itu juga menambah wawasan dan pengetahuan saya terhadap analisis
fakta dan realita yang terjadi di lapangan.
.
2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah :
1) Mengetahui dan memehami secara menyeluruh bagaimana preses Promosi Pamong Praja.
2) Mempelari secara mendalam tentang proses birokrasi dan penyelenggaran pemerintahan yang
terjadi, serta dampak yang ditimbulkan.
3) Memberikan pengetahuan dan gambaran polemik kepada pembaca dan orang-orang sekitar
tentang fakta empirik yang terjadi di lapangan dalam dunia kepegawaian PNS.
4) Sebagai bahan ajaran dan renunagan agar nanti mampu dan siap turun ke lapangan.
Pelaksanaan promosi Pamong Praja dan Manajemen kepegawaian pada umumnya belum
berjalan secara sistematis, konsisten dan terarah, dimana :
1) Pengadaan & penempatan Pamong Praja/PNS pada umumnya belum mengacu pada kebutuhan
dasar/pokok organisasi, kenaikan pangkat belum didasarkan pada struktur pangkat/golongan,
kompetensi dan prestasi kerja,
2) Pengangkatan dalam jabatan struktural belum berbasis pada kompetensi dan prestasi kerja,
3) Pengembangan Pamong Praja/PNS masih sangat terbatas, serta
4) Disiplin kerja, penilaian kerja, peningkatan kesejahteraan serta program pensiun belum
menjadi fokus kajian dan pertimbangan pimpinan.
Akibatnya iklim kerja kurang kondusif karena pedoman dan implementasi pola karier PNS
belum sepenuhnya bersinergi antara kebutuhan/tujuan PNS dengan institusi. Oleh karena itu, kita harus
menjamin kepastian arah pengembangan karir PNS di lingkungan pemerintah, mulai dari karir terendah
sampai karir tertinggi sesuai dengan kompetensi dan prestasi kerja yang dimilikinya. Hal ini bertujuan
untuk mendayagunakan PNS untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, membina
kemampuan, kecakapan dan keterampilan secara efisien, efektif dan rasional, menyerasikan
kemampuan, kecakapan dan keterampilan pegawai sesuai dengan jenjang dan jenis penugasan dalam
jabatan, dan menciptakan iklim kerja yang kondusif dan transparan.
Eselon adalah tingkat jabatan struktural, eselon tertinggi sampai dengan eselon terendah dan
jenjang pangkat untuk setiap eselon sebagaimana tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2002 adalah sebagai berikut:
3) Eselon II.a Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama Madya IV/d
( Direktur di Kementrian, Asisten, Staf Ahli, Kepala Badan/Dinas di Provinsi, Sekda Kab/Kota,
dsb)
4) Eselon II.b Pembina Tingkat I IV/b Pembina Utama Muda IV/c &
Untuk mengetahui kompetensi Pamong Praja atau PNS pada umumnya dilakukan melalui :
1. Seleksi administrasi dengan 9 kriteria :
Kepangkatan, riwayat jabatan, pendidikan formal, pendidikan & pelatihan kepemimpinan,
pendidikan & pelatihan teknis/fungsional, duk dan hasil penilaian kinerja & pengalaman
sebagai narasumber
Pengangkatan jabatan struktural dilakukan secara berjenjang mulai dari eselon IV.b ke eselon
IV.a, dari eselon IV.a ke eselon III.b dan seterusnya sampai dengan eselon II.a sesuai ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan ini. Pengangkatan jabatan struktural bagi PNS yang berasal dari jabatan
fungsional tertentu dapat dimulai dari eselon IV.a sesuai persyaratan dan rumpun jabatan, dengan
pangkat/golongan ruang setinggi-tingginya Penata Tingkat I (III/d) dengan masa kerja golongan
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. Di lingkup Dinas Pendidikan pengangkatan pertama dalam jabatan
struktural dimulai dari eselon v.a dengan pangkat / golongan ruang serendah-rendahnya golongan
penata muda (III/a).
Pengembangan karir melalui promosi (promotion) bagi PNS merupa kan suatu yang sangat
diidamkan dam merupakan tujuan perencanaan karir. Promosi adalah perpindahan yang
memperbesar authority dan responsibility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam suatu
organisasi, sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilan semakin besar (Malayu, 2000). Dengan
promosi berarti ada kepercayaan dan pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan pegawai untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Menurut Flippo (1995), promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang
mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Biasanya perpindahan jabatan yang lebih tinggi
disertai dengan peningkatan gaji/ upah lainnya. Terkait dengan pengembangan karir PNS, model
pengembangan karir yang mendasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2000 Tentang
Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural. Mencakup : (1) Pendidikan : pendidikan dasar, pendidikan
umum dan perguruan tinggi; (2) Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan : diklatpim; (3) Masa kerja; (4)
Pengembangan SDM aparatur (PNS) berbasis kompetensi, sangat diperlukan guna mewujudkan
pemerintahan yang profesional. Kompetensi jabatan SDM aparatur (PNS), secara umum berarti
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (Mustopadidjaja, 2002). Kompentensi
menyangkut kewenangan setiap individu untuk melakukan tugas atau mengambil keputusan sesuai
dengan perannnya dalam organisasi yang relevan dengan keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Disinilah kompetensi menjadi satu karakteristik yang mendasari individu atau seseorang
mencapai kinerja tinggi dalam pekerjaannya. Karakteristik itu muncul dalam bentuk pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan perilaku (attitude) untuk menciptakan aparatur yang memiliki
semangat pengabdian yang tinggi dalam melayani masyarakat yang selalu bertindak hemat, efisien,
rasional, transparan, dan akuntabel. Kompetensi yang dimiliki PNS secara individual harus mampu
mendukung pelaksanaan strategi organisasi dan mampu mendukung setiap perubahan yang dilakukan
manajemen.
Model kompetensi yang dikaitkan dengan strategi manajemen sumber daya manusia dimulai pada
saat rekruitmen, seleksi, penempatan sampai dengan pengembangan karier pegawai sehingga
pengembangan kompentensi pegawai tidak merupakan aktifitas yang “instant”. Model kompetensi
(Mitrani, 1992) ini merupakan keterkaitan yang komprehensif dalam pengembangan SDM aparatur
(PNS). Sebelum menetapkan strategi peningkatan kualitas SDM aparatur, (PNS) terlebih dahulu kita
perlu memotret kondisi faktual SDM aparatur (PNS) dewasa ini secara komprehensif dengan melihatnya
dari sudut pandang manajemen sumber daya manusia. Dengan menggunakan sudut pandang tersebut,
maka kondisi SDM aparatur (PNS) dapat digambarkan sebagai berikut: a) Belum tersusunnya
Pelatihan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu, serta sikap
agar pegawai semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Biasanya
pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja (vacational) yang dapat digunakan dengan
segera. Program-program pelatihan dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara kompetensi yang
dimiliki pekerja dan kompetensi yang diharapkan dimiliki pekerja. Pelatihan berbasis kompetensi sangat
diperlukan dalam pengembangan SDM aparatur (PNS), karena secara tradisi atau konvensional hanya
menghasilkan peserta pelatihan memiliki “pengetahuan mengenai apa”. Sementara pelatihan yang
berbasis kompetensi memungkinkan peserta setelah selesai, tidak sekedar mengerti, akan tetapi “dapat
melakukan sesuatu” yang harus dikerjakan. Melalui pelatihan berbasis kompetensi , pegawai akan
terbantu di dalam mengerjakan pekerjaan yang ada, dapat meningkatkan tanggung jawab dan
mengembangkan karir. Salah satu upaya strategis yang perlu dilakukan adalah menciptakan sebuah
“proses belajar” yang berlanjut melalui pelatihan dan pengembangan. Dalam Paradigma Pendidikan
(Proses pembelajaran) versi UNESCO (dalam Mangkuprawira, 2007) yang terbaru menekankan bahwa
sasaran pendidikan diarahkan pada : ( 1) learning to know; (2) learning to do; (3) learning to be; (4)
learning to live together. Sedangkan tujuan atau maksud utama dari program-program pelatihan yang
berbasis kompetensi meliputi: (1) Memperbaiki kinerja; (2) Meningkatkan ketrampilan; (3) Menghindari
keusangan manjerial; (4) Menyolusikan masalah; (5) Orientasi karyawan baru; (6) Penyiapan Promosi;
(7) memberikan kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personal.
Fungsi esensial manajemen sumberdaya manusia adalah memastikan suatu organisasi mencapai
tujuan strategis dengan memiliki SDM yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi
secara profesional, kompeten, dan menghasilkan kinerja yang efektif hingga superior pada jabatan dan
peranan masing-masing serta berkontribusi secara optimal dalam memajukan organisasi. Peluang untuk
mencapai akan terbuka lebar apabila suatu organisasi mengadopsi proses “assesment center” sebagai
strategi MSDM . Proses ini dapat menjadi bagian integral dari program perencanaan dan pengembangan
(termasuk promosi pegawai). Tujuan umumnya adalah agar oraganisasi mempunyai orang-orang yang
siap menjalankan pekerjannya hingga level kompetensi tertinggi, dengan kata lain tujuan dari
tujuan assesment center adalah terciptanya kesesuaian antara apa yang dibutuhkan dan dapat ditawarkan
organisasi dengan apa yang dibutuhkan dan ditawarkan karyawannya.
1. Perekrutan pegawai
Beberapa organisasi telah mempergunakan proses assessment center sebagai alat
pembantu dalam pengambilan keputusan perekrutan pegawai. Perlunya pelaksanaan proses ini
dalam prakteknya adalah kenyataan bahwa para calon untuk perekrutan pegawai bukan saja
bersedia untuk mengikuti proses penilaian tetapi sering kali terkesan dengan besamya perhatian
yang dicurahkan oleh perusahaan untuk progranm perekrutan pegawainya.
2. Identifikasi awal
Walaupun poin ini merupakan aplikasinya yang terbaru, fungsi assessment center untuk
melakukan identifikasi logis dipertimbangkan pada urutan ke-2, karena hal ini akan
mempengaruhi karyawan yang baru saja direkrut sebelumnya. Tujuan dari identifikasi awal,
sampai sejauh ini, adalah untuk mengetahui potensi pelaksanaan pekerjaan manajerial dari
pegawai-pegawai non-managemen. Tujuan dari penilaian ini bukan untuk menghambat keputusan
promosi akhir para calon ke tingkat manajemen, tetapi lebih untuk mengidentifikasikan pegawai-
pegawai yang memiliki harapan di masa yang akan datang. Maksud yang terkandung ialah untuk
3. Penempatan
Salah satu sasaran yang jarang ingin dicapai melalui proses assessment center adalah
penempatan. Hal ini adalah wajar karena biasanya proses assessment center lebih dijalankan
untuk model manajemen umum daripada untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat spesifik.
Walaupun demikian, assessment center juga mempengaruhi keputusan penempatan pegawai
dalam beberapa kasus.
4. Promosi
Penggunaan yang cukup sering dari assessment center ialah sebagai bagian dari proses
promosi. Tipe assessment ini dilakukan untuk berbagai level manajemen yang berbeda. Mungkin
assessment center lebih umum dilaksanakan untuk tingkat manajemen bawah, namun banyak
organisasi yang membatasi penggunaan assessment center hingga kepada tingkat manajemen
menengah. Beberapa organisasi bahkan menggunakannya untuk jabatan yang hampir setara
dengan wakil presiden.
5. Pengembangan
Rekomendasi untuk pengembangan hampir selalu merupakan salah satu hasil dari proses
assessment center. Namun assessment center yang dilaksanakan semata-mata untuk tujuan
pengembangan adalah jarang.
6. Affirmative Action
Tujuan baru yang ingin dicapai melalui assessment center ialah untuk
program‘Affirmative Action’, yang ingin mempercepat promosi bagi kelompok minoritas dan
pegawai wanita dalam organisasi tersebut. Program identifikasi awal adalah sejalan dengan tujuan
ini. Banyak perusahaan yang memperkerjakan lebih banyak pegawai dari kelompok minoritas.
Proses identifikasi, pengembangan, dan promosi sering kali sangat panjang, dan adalah perlu
untuk mengidentifikasi anggota kelompok minoritas dengan potensi yang lebih tinggi agar dapat
maju lebih cepat.
A. KESIMPULAN
Promosi dan strategi pengembangan karier Pamong Praja dan PNS pada umumnya harus menjadi
perhatian kita bersama, terutama Alumni IPDN/ Purna Praja sebagai Pamong Pemerintahan kita saat ini .
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas yang kian hari kian
kompleks serta menghadapi pada persaingan global, maka dibutuhkan SDM aparatur (PNS) yang
profesional. Idealnya, kebutuhan tersebut dilakukan secara komprehensif mulai dari perencanaan,
pengadaan, penempatan, pengembangan pegawai, penilaian kinerja, promosi, pendidikan dan pelatihan,
kompensasi, renumerasi, terminasi dan penerapan peraturan disiplin pegawai.
Sejalan dengan transformasi peran SDM dari professional manjadi strategik menuntut adanya
pengembangan SDM berbasis kompentensi agar kontribusi kinerja SDM terhadap organisasi menjadi
jelas dan terukur. Mengingat program pengembangan SDM adalah program yang berkesinambungan
maka dalam pelaksanaannya diperlukan proses pembelajaran yang berkelanjutan agar dapat mendukung
keberhasilan peningkatan kinerja organisasi. Kompetensi merupakan salah satu unsur penentu upaya
peningkatan kinerja organisasi dan penyediaan tenaga kerja yang memberikan perspektif yang lebih tajam
dan spesifik terhadap pekerja dan pekerjaannya, karena kompetensi merujuk kepada karakteristik yang
mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai,
pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul (superior performer).
Barbagai strategi pengembangan Pamong Praja yang berbasis kompetensi dapat dilakukan,
antara lain: (1) Strategi CBHRM merupakan salah satu strategi atau pendekatan baru dalam memetakan
kinerja SDM yang mengarah pada profesionalisme dengan mendasarkan pada kompetensi, yang tersusun
dalam direktori kompetensi serta profil kompetensi per posisi; (2) Strategi Pendidikan dan Pelatihan
Berbasis Kompetensi (PPBK) adalah sistem pendidikan dan pelatihan yang menawarkan upaya
peningkatan kinerja SDM dan organisasi melalui kompetensi yang dapat menciptakan karyawan dengan
kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan pekerjaan; (3) Strategi yang menggunakan
Metode assessment center yaitu sebuah proses, prosedur atau metode pendekatan untuk menilai dan
mengukur kompetensi orang. Strategi/ metode ini merupakan salah satu sarana/ alat pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan SDM seperti rekruitmen, promosi, mutasi dan pengembangan karir
pegawai.
B. SARAN
Karir PNS sangatlah penting. Terutama Pamong Praja sebagai Pamong Pemerintahan kita saat
ini. Kita berharap untuk terus stabil memberi ketenangan dan kepastian. Maka pengembangan karir
Pamong Praja (PNS) harus berbasis objektifitas, fair dan transparan. Hal ini akan mendorong Pamong
Praja atau PNS pada umumnya berpacu melayani public. Karena PNS atau Pamong Praja khususnya
digaji dari uang Rakyat (APBN) , maka metode pengembangan karir tidak bisa semaunya sendiri dan
harus melayani rakyat sepenuh hati. Janganlah kerja semaunya sendiri karena Pamong Praja digaji rakyat
dan bekerja untuk rakyat.
http://tidysally.blogspot.com/p/penyusunan-pola-karir-pegawai-negeri.html
http://harianggoro.mhs.narotama.ac.id/2012/06/19/pengembangan-karier-pns-pegawai-
negri-sipil/
http://litbanglansmd.ucoz.com/blog/2009-02-15-1
http://www.stialan.ac.id/artikel/artikel%20agustinus.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22011/4/Chapter%20I.pdf
http://www.jpnn.com/read/2014/07/13/245975/Promosi-Jabatan-Terbuka-Dorong-
Kompetisi-di-Kalangan-PNS-
http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/07/permenpan-2014_013.pdf
http://kabisat1988.blogspot.com/2013/04/pelaksanaan-promosi-pns-pada-jabatan.html
https://nenglyla.wordpress.com/2011/12/17/promosi-demosi-dan-mutasi-pegawai/
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2014/05/memahami-merit-sistem-dalam-
promosi.html