Anda di halaman 1dari 12

DESAIN PROGRAM/KEGIATAN

KETAHANAN PANGAN DAN HEWANI


(CONTOH)

A. Latar Belakang

Earmarking / peruntukan Dana Desa tahun anggaran 2022 telah diatur melalui Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2021 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dengan ketentuan:

 Alokasi untuk program perlindungan sosial berupa bantuan langsung tunai desa paling sedikit
40% (empat puluh per seratus);
 Alokasi untuk program ketahanan pangan dan hewani paling sedikit 20% (dua puluh per
seratus);
 Alokasi untuk dukungan pendanaan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
paling sedikit 8% (delapan per seratus), dari alokasi Dana Desa setiap desa; dan
 Program sektor prioritas lainnya.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.07/2021 tentang


Pengelolaan Dana Desa Pasal 34 ayat (2), bahwa Pemerintah Desa menganggarkan kegiatan
ketahanan pangan dan hewani sesuai dengan karakteristik dan potensi Desa. Adapun karakteristik
dan potensi Desa di Dusun Karya Harapan Mukti yaitu; memiliki kebiasaan hidup masih sangat
tergantung pada alam. Karakteristiknya: gameinschaft, gotong royong, homogen, dan toleransi kuat.
Sedangkan potensi Desa Karya Harapan Mukti memiliki sumber daya alam pertanian dan
perkebunan yang sebahagian masyarakatnya disamping membudidayakan tanaman kelapa sawit,
juga mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura, ternak, dan ikan.

Prioritas penggunaan Dana Desa tahun anggaran 2022 sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa, bahwa prioritas penggunaan Dana Desa terdiri dari 2 (dua)
kategori:

 diatur dan diurus oleh Desa berdasarkan kewenangan Desa


 diarahkan untuk program dan/atau kegiatan percepatan pencapaian SDGs Desa melalui:
 pemulihan ekonomi nasional sesuai kewenangan Desa,
 program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa, dan
 mitigasi dan penanganan bencana alam dan nonalam sesuai kewenangan Desa.

Untuk program ketahanan pangan dan hewani itu sendiri sebagaiman diatur dalam Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Prioritas Penggunaan Dana Desa adalah termasuk dalam kategori priotitas yang diarahkan bagian
program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa dalam rangka untuk mewujudkan Desa tanpa
kelaparan (SDG’s ke-2), yang kegiatannya meliputi:
 pengembangan usaha pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan dan/atau perikanan,
 pembangunan lumbung pangan Desa,
 pengolahan pasca panen, dan
 penguatan ketahanan pangan lainnya yang sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan
dalam Musyawarah Desa

Teknis pelaksanaan kegiatannya sendiri diutamakan melalui swakelola dengan memanfaatkan


segala sumber daya yang ada di Desa melalui skema Padat Karya Tunai Desa (PKTD).
Sebagaimana dicontohkan, di bidang pertanian dan perkebunan untuk ketahanan pangan yang
kegiatannya meliputi:

 pemanfaatan lahan kosong milik Desa untuk tanaman pangan dan perkebunan,
 pemanfaatan lahan kosong milik warga untuk penanaman sayuran dan lain-lain, dan
 penanaman tumpang sari tanaman pokok dilahanlahan perkebunan.

Berdasarkan kesepakatan Internasional yang merupakan salah satu tujuan pembangunan


berkelanjutan atau yang disebut dengan SDGs 2030, bahwa ketahanan pangan ditujukan untuk:

 End poverty (Mengakhiri kemiskinan)


 End hunger, achieve food security and improved nutrition, and promote sustainable
agriculture (Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang lebih baik, dan
mempromosikan pertanian berkelanjutan)
 Ensure healthy lives (Menjamin kehidupan yang sehat)
 Water and sanitation (Air dan sanitasi)
 Sustainable consumption and production (Konsumsi dan produksi berkelanjutan)
 Combat climate change (Memerangi perubahan iklim)

Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan KTT G20 Osaka 2019 (G20 keempat belas) pada 28 – 29
Juni 2019 di International Exhibition Center, Osaka bahwa pembangunan pertanian difokuskan
untuk mencapai ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat.

Secara garis besar, ketahanan pangan harus memiliki 3 prinsip yaitu; Ketersediaan,
Keterjangkauan; dan Kemanfaatan yang selanjutnya disebut aspek ketahanan pangan.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan mendefinisikan:

 Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
 Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
 Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi dalam negeri
dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat
memenuhi kebutuhan.
 Penyelenggaraan Pangan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dalam penyediaan, keterjangkauan, pemenuhan konsumsi Pangan dan Gizi, serta keamanan
Pangan dengan melibatkan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

Undang-Undang tentang Pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi Penyelenggaraan


Pangan yang mencakup perencanaan Pangan, Ketersediaan Pangan, Keterjangkauan Pangan,
konsumsi Pangan dan Gizi, Keamanan Pangan, label dan iklan Pangan, pengawasan, sistem
informasi Pangan, penelitian dan pengembangan Pangan, kelembagaan Pangan, peran serta
masyarakat, dan penyidikan. Kebijakan konsumsi pangan dan gizi, Undang-Undang tentang Pangan
menitikberatkan pada kebijakan:

1. Konsumsi Pangan

Pemerintah berkewajiban meningkatkan pemenuhan kuantitas dan kualitas konsumsi Pangan


masyarakat melalui:

 penetapan target pencapaian angka konsumsi Pangan per kapita pertahun sesuai dengan
angka kecukupan Gizi,
 penyediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman, dan tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, dan
 pengembangan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pola konsumsi Pangan
yang beragam, bergizi seimbang, bermutu, dan aman.
 Penganekaragaman Konsumsi Pangan

2. Penganekaragaman konsumsi Pangan dilakukan dengan:

 mempromosikan penganekaragaman konsumsi Pangan,


 meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi aneka ragam
Pangan dengan prinsip Gizi seimbang,
 meningkatkan keterampilan dalam pengembangan olahan Pangan Lokal, dan
 mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi tepat guna untuk pengolahan Pangan
Lokal

3. Perbaikan Gizi

Kebijakan di bidang Gizi untuk perbaikan status Gizi masyarakat dilakukan melalui:

 penetapan persyaratan perbaikan atau pengayaan Gizi Pangan tertentu yang diedarkan
apabila terjadi kekurangan atau penurunan status Gizi masyarakat,
 penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi Pangan untuk meningkatkan kandungan
Gizi Pangan olahan tertentu yang diperdagangkan,
 pemenuhan kebutuhan Gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan kelompok rawan Gizi
lainnya, dan
 peningkatan konsumsi Pangan hasil produk ternak, ikan, sayuran, buah-buahan, dan umbi-
umbian lokal.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya ketahanan pangan harus memenuhi
standar kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas, pangan harus memenuhi unsur:

1. Tersedia cukup (kecukupan),


2. Merata, dan
3. Berkelanjutan

Sedangkan secara kualitas harus memenuhi unsur:

1. Keamanan pangan,
2. Keberagaman pangan, dan
3. Bergizi

Ketahanan pangan tidak boleh bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat
sehingga aman untuk dikonsumsi.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan


2. Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2021 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan Dana Desa
4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun
2021 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2022

Penggunaan Dana Desa untuk program prioritas nasional sesuai kewenangan Desa diprioritaskan
untuk pencapaian SDGs Desa (Pasal 6 ayat (2) huruf c): penguatan ketahanan pangan nabati dan
hewani untuk mewujudkan Desa tanpa kelaparan.

C. Tujuan

Tujuan dari program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani ini adalah untuk mewujudkan
aspek ketersediaan, keterjangkauan, dan kemanfaatan.

1. Ketersediaan

Ketersediaan pangan diarahkan untuk menciptakan sentra produksi dan peningkatan produktivitas
serta distribusi penyediaan pangan lokal

2. Keterjangkauan

Keterjangkauan pangan diarahkan pada kemudahan masyarakat untuk mengakses pangan baik
jarak maupun harga.

3. Kemanfaatan

Pemanfaatan pangan dicerminkan oleh konsumsi pangan perseorangan atau rumah tangga yang
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, pola konsumsi pangan, dan
pengetahuan pangan dan gizi. Kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi secara langsung
akan menentukan status gizi.

D. Sasaran

Sasaran program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani ini adalah agar terpenuhinya
kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Indikator umum untuk pencapaian sasaran tersebut ada
dua yang saling terkait satu dengan lainnya, yaitu:

1. Tersedianya pangan yang: (i) cukup, mutu yang baik, memenuhi persyaratan keamanan
pangan, beragam, memenuhi kecukupan gizi, merata antar wilayah Desa, waktu dan
golongan pendapatan, terjangkau oleh daya beli masyarakat; (ii) tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat; (iii) didukung oleh lingkungan sanitasi dan
layanan kesehatan yang memadai.
2. Terwujudnya status gizi sumber daya manusia sesuai standar kecukupan untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

E. Hasil/Keluaran

Output kegiatan ini adalah meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam sehingga tidak ada
penduduk rawan pangan serta meningkatnya pengetahuan tentang pangan yang bergizi, beragam,
seimbang, dan aman (B2SA).

F. Lingkup Kegiatan

Kebijakan program/kegiatan ketahanan pangan dan hewani melingkupi:

1. Menciptakan sentra pangan yang berbentuk kebun gizi milik Desa


2. Pemanfaatan kolam sebagai sentra budi daya ikan air tawar yang dikelola oleh kelompok,
3. Pemanfaatan lahan pekarangan masyarakat sebagai lumbung hidup dan warung hidup
dengan bantuan sarana produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan,
4. Kegiatan promosi pangan B2SA dan peningkatan kapasitas masyarakat yang melingkupi
pelatihan kelompok masyarakat, kader pangan, dan pemangku kepentingan di Desa, dan
5. Penyaluran bantuan pangan langsung bagi kelompok sasaran penanganan stunting.
6. Penyaluran pangan hasil dari program/kegiatan ketahanan pangan dan hewani yang berasal
dari sentra kebun gizi dan sentra budi daya ikan.

G. Pelaksana Kegiatan

Penanggung Jawab

1. Secara umum. pelaksana kegiatan anggaran adalah Kepala Seksi Pelayanan dengan rincian
kegiatan yang ada di dalamnya dapat dibantu oleh Kepala Seksi lain sesuai dengan bidang
tugas atau tupoksi masing-masing.
2. Mitra

Mitra program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani berasal dari unsur
masyarakat/kelompok masyarakat dan LKD:
1. Kelompok tani/ternak/ikan
2. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) pokja III, dan
3. Masyarakat pengembang tanaman pangan dan hortikultura.

H. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani meliputi:

1. Persiapan

Tahap persiapan meliputi:

 Pendataan/identifikasi dan pemetaan potensi bidang ketahanan pangan dan hewani


 Pendataan dan penetapan kelompok sasaran penerima program/kegiatan ketahanan pangan
dan hewani
 Perencanaan

Tahap ini meliputi perumusan prioritas kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah
Desa (RKP Desa Tahun Anggaran 2022).

2. Penganggaran

Penganggaran program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani dalam APB Desa mengikuti
parameter dalam sistem informasi keuangan Desa (siskeudes) sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Dalam dokumen
penganggaran juga dilengkaoi dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) rinci yang merupakan
lampiran dari Kerangka Acuan Kegiatan ini.

3. Pelaksanaan

Program/kegiatan ketahana pangan dan hewani ini dilaksanakan dengan dua model yaitu; kegiatan
tersentral (kebun gizi milik Desa dan kolam ikan yang dikelola oleh kelompok pengelola) dan basis
masyarakat yang belanjanya langsung diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan produksi
budi daya yang mereka kembangkan seperti bantuan bibit, pupuk, dan obat-obatan serta bantuan
pangan langsung.

I. Keberlanjutan

Program/kegiatan bidang ketahanan pangan dan hewani yang merupakan salah satu tujuan
pencapaian SDGs yaitu mewujudkan Desa tanpa kelaparan (SDGs ke-2) diharapkan mampu
memecahkan permasalahan kekurangan gizi baik pada kelompok sasaran konvergensi pencegahan
stunting maupun masyarakat secara umum. Desain program/kegiatan bukan hanya untuk
dimanfaatkan di tahun 2022 akan tetapi akan terus dilakukan agar di tahun-tahun berikutnya
masyarakat bisa menikmati program/kegiatan ini secara berkelanjutan. Tentunga komitmen yang
dituangkan dalam regulasi tingkat desa akan menjadi salah satu prioritas yang diutamakan.
Indikator Ketahanan Pangan di Desa
Indikator keberhasilan dalam mewujudkan ketahanan pangan di desa erdiri dari 3 aspek,
yaitu:

1. Ketersediaan pangan di desa:


a. Ketersediaan pangan dari hasil produksi masyarakat Desa;
b. Ketersediaan pangan dari lumbung pangan Desa;
c. Ketersediaan data dan informasi mengenai hasil produksi dan lumbung pangan
Desa; dan
d. Ketersediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis potensi
sumber daya lokal.
2. Keterjangkauan pangan di desa:
a. Kelancaran distribusi dan pemasaran pangan di desa; dan
b. Ketersediaan bantuan pangan bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan gizi,
maupun dalam keadaan darurat.
3. Pemanfaatan pangan di desa:
a. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi
sumber daya lokal; dan
b. Konsumsi pangan yang aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.

Kegiatan Ketahanan Pangan di Desa


Upaya mewujudkan ketahanan pangan di desa disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan desa. Adapun jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan di desa antara lain:

Ketersediaan pangan di desa:


a. Ketersediaan pangan dari hasil produksi masyarakat Desa.
1. Pemanfaatan Tanah Kas Desa sebagai lahan pertanian, peternakan, perikanan,
perkebunan atau kegiatan pengembangan pangan lainnya;
2. Pemanfaatan lahan pekarangan dan pemanfaatan lahan non produktif untuk
pertanian, peternakan, dan perikanan;
3. Pengembangan pertanian keluarga, pekarangan pangan lestari, hidroponik, atau
bioponik;
4. Peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak, dan ikan;
5. Pelatihan budidaya pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan dan/atau
perikanan;
6. Pengembangan pakan ternak alternatif;
7. Pengembangan sentra pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan dan/atau
perikanan terpadu;
8. Pembukaan lahan pertanian/perkebunan;
9. Pembangunan dan/atau normalisasi jaringan irigasi;
10. Pembangunan kandang komunal;
11. Pengadaan alat produksi pertanian, perkebunan, perhutanan, peternakan
dan/atau perikanan;
12. Pengadaan alat-alat teknologi tepat guna pengolahan pasca panen;
13. Pelatihan pengelolaan hasil panen;
14. Pemasangan atau perawatan karamba bersama;
15. Pembangunan dan pemeiliharaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan tempat
penjualan ikan lainnya yang dikelola badan usaha milik Desa dan/atau badan
usaha milik Desa Bersama
16. Pengembangan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi, penanganan
pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan Pangan;
17. Penetapan kawasan lahan pertanian/perkebunan/perikanan/ kehutanan dalam
rencana tata ruang Desa; dan
18. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan ketersediaan pangan dari hasil
produksi masyarakat Desa sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam
musyawarah desa.
b. Ketersediaan pangan dari lumbung pangan Desa.
1. Pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan Lumbung Desa;
2. Pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendukung lumbung pangan desa
(akses jalan, tembok penahan tanah, jaringan air, dan lain-lain); dan
3. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Ketersediaan pangan dari lumbung
pangan Desa sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.
c. Ketersediaan data dan informasi mengenai hasil produksi dan lumbung pangan Desa.
1. Pendataan potensi dan sumberdaya pangan Desa;
2. Pendataan produksi dan konsumsi pangan pada tingkat keluarga, Rukun
Tetangga, Rukun Warga, dan Desa;
3. Pemutakhiran data pangan di Desa;
4. Penyusunan peta digital kerawanan pangan di desa;
5. engadaan sarana/prasarana teknologi informasi dan komunikasi untuk
menunjang perbaikan dan konsolidasi data pangan di Desa; dan
6. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Ketersediaan data dan informasi
mengenai hasil produksi dan lumbung pangan Desa sesuai kewenangan desa
dan diputuskan dalam musyawarah desa.
d. Ketersediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis potensi sumber
daya lokal.
1. Pengembangan teknologi tepat guna untuk usaha pengolahan Pangan Lokal;
2. Pengenalan jenis Pangan baru, termasuk Pangan Lokal yang belum dimanfaatkan;
3. Pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan;
4. Penanaman tumpang sari tanaman pokok dilahan-lahan perkebunan; dan
5. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan ketersedian pangan yang beragam,
bergizi seimbang, dan berbasis potensi sumber daya lokal sesuai kewenangan
desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.

Keterjangkauan pangan di desa


a. Kelancaran distribusi dan pemasaran pangan di desa;
1. Pemasaran, promosi, dan distribusi produk pangan desa melalui BUM Desa/BUM
Desa Bersama;
2. Pembangunan prasarana pemasaran produk pangan;
3. Pengembangan jaringan pemasaran produk pertanian, perkebunan, perhutanan,
peternakan dan/atau perikanan;
4. Pengembangan usaha/unit usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama yang bergerak
di bidang pangan nabati dan/atau hewani, termasuk namun tidak terbatas pada
penguatan/penyertaan modal;
5. Fasilitasi BUM Desa/BUM Desa Bersama dan Lembaga ekonomi lainnya dalam
peran sebagai agregator untuk membeli komoditas Desa untuk dijual kembali di
pasar yang lebih luas;
6. Pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jalan usaha tani;
7. Penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah di bidang Pangan;
8. Pengembangan industri Pangan yang berbasis Pangan Lokal; dan
9. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan kelancaran distribusi dan
pemasaran pangan di desa sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam
musyawarah desa.
b. Ketersediaan bantuan pangan bagi masyarakat miskin, rawan pangan dan gizi, maupun
dalam keadaan darurat.
1. Pemberian bantuan makanan tambahan bergizi bagi anak usia di bawah lima
tahun;
2. Pemberian bantuan makanan tambahan bergizi bagi lansia;
3. Pemberian bantuan bahan pangan bagi warga miskin rawan pangan dan gizi,
maupun dalam keadaan darurat; dan
4. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan ketersediaan bantuan pangan bagi
masyarakat miskin, rawan pangan dan gizi, maupun dalam keadaan darurat
sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.

Pemanfaatan pangan di desa


a. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber
daya lokal.
1. Sosialisasi dan edukasi konsumsi pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman
(B2SA);
2. Peningkatan keterampilan dalam pengembangan olahan Pangan Lokal;
3. Pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna untuk pengolahan Pangan
Lokal; dan
4. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan konsumsi pangan yang beragam,
bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal sesuai
kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.
b. Konsumsi pangan yang aman, higienis, bermutu, dan tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat.
1. Edukasi tentang makanan yang bebas akan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia;
2. Pengawasan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh warga desa bebas akan
cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan,
dan membahayakan kesehatan manusia;
3. Sosialisasi keamanan pangan terhadap Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
Pelaku Usaha Pangan; dan
4. Program/kegiatan lainnya untuk mewujudkan Konsumsi pangan yang aman,
higienis, bermutu, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sesuai kewenangan desa dan diputuskan dalam musyawarah desa.

Penggunaan APB Desa untuk Ketahanan


Pangan
Penggunaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APB Desa) untuk Ketahanan
Pangan berasal dari Dana Desa dan sumber dana lainnya. Penggunaan Dana Desa
digunakan dalam mewujudkan ketersedian, pemanfaatan, dan keterjangkauan pangan
di desa. Langkah-langkah pemanfaatan dana desa untuk ketahanan pangan di desa
dapat dilakukan dengan cara:

1. Memastikan program/kegiatan yang direncanakan merupakan kewenangan Desa;


2. Disepakati dan diputuskan dalam Musyawarah Desa;
3. Program/kegiatan yang direncanakan masuk dalam RKP Desa dan APB Desa; dan 4. RKP
Desa dan APB Desa dipublikasikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peran Kelembagaan di Desa
Pemerintah Desa Dan Lembaga
Kemasyarakatan Desa
Mewujudkan ketahanan pangan di desa melalui penyediaan, keterjangkauan, dan
pemanfaatan pangan sesuai dengan kewenangan desa.

BUM Desa atau BUM Desa Bersama


Peran Badan Usaha Milik Desa/Badan Usaha Milik Desa Bersama dalam mendukung
ketahanan pangan di desa, antara lain:

1. Pengelola usaha/unit usaha lumbung pangan desa;


2. Penyediaan permodalan dan unit usaha dana bergulir masyarakat;
3. Penyewaan peralatan pertanian; dan
4. Penyedia sarana produksi, pemasaran hasil pertanian melalui pengelolaan lumbung
pangan, pengolahan, dan pemasaran serta kerja sama dengan kelompok ekonomi desa
dan swasta.

Masyarakat Desa
Peran masyarakat desa dalam ketahanan pangan di desa yaitu:

1. Intensifikasi lahan milik masyarakat desa sebagai sumber produksi pangan keluarga;
2. Intensifikasi lahan dan penganekaragaman tanaman sebagai langkah optimalisasi lahan
pekarangan untuk memproduksi pangan keluarga;
3. Berpartisipasi aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan di desa; 4. Pengelolaan stok
pangan keluarga.

Kemitraan
Kemitraan dalam penguatan ketahanan pangan di desa dapat dilakukan bersama
Perguruan Tinggi, BUMN, Lembaga Swasta, dan organisasi masyarakat serta media
terkait. Peran kemitraan desa dalam ketahanan pangan di desa yaitu:

1. Melakukan pelatihan, pembimbingan dan pendampingan desa dalam mencapai


ketahanan pangan di desa.
2. Memberikan informasi akses permodalan, pengolahan produksi, promosi, dan kerjasama
sebagai penguatan ketahanan pangan di desa.

Penutup
Pedoman ini memberikan arah bagi pemerintah desa, supra desa dan kelembagaan
desa dalam mewujudkan ketahanan pangan di desa. Ketahanan pangan di desa
diharapkan mampu berkontribusi mewujudkan tujuan dari SDGs Desa utamanya pada
terwujudnya: Desa Tanpa Kemiskinan, Desa Tanpa Kelaparan, Desa Sehat dan Sejahtera,
Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai kebutuhan, Desa Peduli Lingkungan Laut, Desa
Peduli Lingkungan Darat, Kemitraan untuk Pembangunan Desa, dan Kelembagaan Desa
Dinamis dan Budaya Desa Adaptif

Informasi lebih lanjut terkait ketahanan pangan di desa dapat menghubungi call center
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi melalui sms,
telepon, dan whatsapp pada nomor: 081119535201-081119535202

Anda mungkin juga menyukai