Anda di halaman 1dari 14

Keteladanan dalam Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Santri Pondok

Pesantren Al-Aqsha Jatinangor


(Studi Kasus Santri Pondok Pesantren Al-Aqsha Jatinangor)

Proposal Penelitian
Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Seminar Penelitian
Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh :
Ratu Karin Herlian
1201040134

JURUSAN TASAWUF PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
A. Latar Belakang

ialah aksi vang pantas ditiru serta dicontoh. Oleh sebab itu keteladanan merupakan
keadaan yang bisa ditiru ataupun dicontoh( Depdikbud, 1995: 218). Acuan dalam Al- Quran
diucap dengan sebutan" uswah" serta" iswah" ataupun dengan tutur" algudwah" serta"
angkatan laut(AL) qidwah" yang mempunyai maksud sesuatu kondisi kala seorang orang
menjajaki orang lain dalam kebaikan ataupun kejelekan.

Keteladanan merupakan keadaan yang ditiru ataupun dicontoh oleh seorang dari
orang lain. Tetapi keteladanan yang diartikan di mari merupakan keteladanan yang bisa
dijadikan selaku perlengkapan pembelajaran Islam, ialah keteladanan yang bagus, cocok
dengan penafsiran" uswatun hasanah". Dari arti di atas, hingga bisa dikenal kalau tata cara
keteladanan ialah sesuatu metode ataupun jalur yang ditempuh seorang dalam cara
pembelajaran lewat aksi ataupun aksi laris yang pantas ditiru (modeling).1

Keteladanan pula bisa ditunjukkan dalam sikap tindakan pengajar serta daya
kependidikan dalam membagikan ilustrasi tindakan- tindakan yang bagus berbentuk nilai-
nilai yang positif semacam aksi laris, watak, metode berasumsi, serta serupanya, alhasil
diharapkan jadi panutan untuk partisipan ajar buat mencontohnya. Mempraktikkan
keteladanan di sekolah, terdapat sebagian perihal yang bisa dipakai antara lain: 1)
Membagikan keteladanan dengan metode yang bisa diamati anak. 2) Keteladanan dapat
dicoba dalam cara penataran di kategori lewat narasi. 3) Keteladanan pula bisa diaplikasikan
dengan metode guru ataupun pengajar membagikan ilustrasi pada anak dengan metode
merespon banyak orang yang menginginkan di sekitar.2 Bersumber pada dari sebagian opini
diatas periset merumuskan kalau keteladanan merupakan sesuatu pandangan sikap dalam
wujud aksi yang jelas, dan memiliki faktor coretan dalam pelaksanaannya.

1
Dr. Budi Sunarno, Merajut Kebahagiaan Keluarga, CV Budi Utama 2022, hlm 12
2
Puspitasari, E. (2014). Pendekatan pendidikan karakter. Jurnal Golden Age, hlm 9-17
Tiap kepribadian yang terdapat jiwa orang wajib dibesarkan serta dipupuk semenjak
dini umur. Tetapi, watak bawah yang wajib ditanamkan pada santri merupakan kepribadian
kejujuran serta kedisiplinan dalam proses pembelajaran. Kejujuran ialah usaha menghasilkan
dirinya selaku orang yang senantiasa bisa diyakini, bagus itu dalam percakapan ataupun aksi,
bagus kepada dirinya sendiri ataupun orang lain. Seorang tidak lagi mempunyai angka akhlak
di mata orang lain bila mereka tidak jujur. Oleh sebab itu, kepribadian kejujuran ini wajib
dibentuk semenjak anak sedang kecil lewat cara pendidikan. 3 Pada dasarnya kejujuran
adalah sifat alamiyah dan sangat diperlukan untuk perkembangan diri individu
dan masyarakat.4

Kejujuran merupakan bagian ruhani yang membalikkan bermacam tindakan


baik( honorable, respectable, creditable, maqaman mahmuda). Sikap yang jujur merupakan
sikap yang diiringi dengan tindakan tanggung jawab atas apa yang ia perbuatnya. Ia sedia
mengalami resiko serta semua akhirnya dengan penuh sukacita. 5 Angka kejujuran yang
dintegrasikan dalam penataran, menanggapi persoalan guru mengenai suatu bersumber pada
yang diketahuinya, mengemukakan ketidaknyamanan dirinya dalam berlatih di sekolah, tidak
sempat berdalih kala berdialog dengan guru serta sahabat, ingin membenarkan kekeliruan,
serta terbuka dalam berikan evaluasi.

Angka kepribadian kejujuran yang diinternalisasi lewat adaptasi dalam adat hidup
tiap hari, misalnya ingin menceritakan mengenai kesusahan dirinya dalam bersahabat,
menggambarkan sesuatu peristiwa bersumber pada suatu yang diketahuinya, berkata dengan
sebetulnya suatu yang sudah terjalin ataupun yang dirasakannya, ingin menceritakan
mengenai kesusahan menyambut opini temannya, mengemukakan opini mengenai suatu
cocok dengan yang diyakininya. Kepribadian jujur ialah sikap yang dilaksanakan dalam
usaha menghasilkan dirinya selaku orang yang senantiasa bisa diyakini dalam percakapan,
tindakan , dan pekerjaan.6

3
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), hlm 89
4
Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Redfleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm 13
5
https://ejournal.upi.edu/index.php/familyedu/article/viewFile/5907/4664
6
Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai Karakter pada Mata Pelajaran, IAIN Pontianak Press, hlm 33
Hilangnya kejujuran dalam diri seseorang demi mengejar status dan pujian dapat
menghambat pergaulan manusia. Kejujuran tidak memahami tempat serta suasana. Dalam
kondisi serta suasana apa juga, kejujuran wajib senantiasa dicoba serta ditegakkan dalam
kehidupan. Kita tidak dapat berdalih untuk kebaikan. Dusta ataupun kejujuran hendak
terbongkar melalui bahasa badan. Tindakan serta mimik muka dari badan badan hendak
membuktikan kita berkata jujur atau berbohong.7 Bisa saja ketika seseorang menyebutkan
jika ia sedang berkata jujur kepada orang lain, tetapi bahasa tubuh dan ekspresi lebih jujur
dari perkataan. Lidah tidak bertulang, ia dapat memutarbalikkan keadaan. Tetapi, ekspresi
dan bahasa tubuh tidak dapat menutupi kondisi jiwa dan kepribadian seseorang.8

Nilai- nilai kejujuran bisa dimaksud selaku patokan- patokan buat menghasilkan diri
seorang selaku orang yang senantiasa bisa diyakini. Kesesuaian antara perkataan perkataan
serta realitas, tindakan serta watak seorang yang melaporkan apa adanya. 9 Kejujuran selaku
aksi membenarkan ataupun berkata seluruh data cocok dengan bukti serta faktanya. Ada pula
tingkatan kejujuran seorang ditaksir dari akurasi pengakuan ataupun apa yang dibahas
seorang dengan bukti serta faktanya. Apabila seorang tidak berkata cocok dengan bukti serta
realitas hingga beliau berdalih. Angka kejujuran ialah salah satu angka pembuat karakter
hingga apabila seseorang anak kerap berdalih hingga perihal ini hendak mempengaruhi pada
pembuatan karakter ke arah negatif.10

Seseorang yang tidakjujur/berbohong dalam hal ini bisa di golongkan kedalam


patologis jiwa atau dalam bahasa ilmiah adalah kebohongan patologis yang berarti orang-
orang yang telah mempunyai hasrat serta konsep buat melaksanakan dusta. Mereka
mempunyai tujuan yang nyata di mana mereka hendak senantiasa berambisi tujuannya dapat
berhasil dengan berdalih. Mereka tidak memerhatikan akibat yang bisa jadi terjalin dampak
dusta yang mereka untuk. Perihal ini membuat mereka kerap melaksanakan dusta yang
membebankan dirinya sendiri, alhasil membuat mereka jauh lebih susah buat dimengerti. 11

7
Budi Susilo, Deteksi Kejujuran dan Kebohongan dari Ekspresi, Laksana 2017, hlm 113
8
Ibid, 113
9
Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi Untuk Pendidikan, Rajawali Pers 2017, hlm 15-16
10
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), hlm 89
11
Heri Soesanto, Personal Integrity Development Guide, PT Kanisius Yogyakarta 2022, hlm 129
Keteladanan dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran bisa dikembangkan juga
melalui proses konseling atau psikoterapi dengan fokus pada mengurangi dorongan untuk
berbohong dan meningkatkan kejujuran. Salah satu jalannya adalah melalui terapi dan
konseling dengan psikiater untuk menemukan potensi dasarnya dan impian-impian untuk
disesuaikan dengan cita-cita hidup. Jika metode ini belum tepat, maka perlu konseling untuk
diberikan paparan nyata yang harus diterimanya dan disesuaikan, sehingga tidak terlibat
frustrasi. 12

Ketika seseorang tidak berkata jujur, maka dia akan mengelak di awal-awal dan ada
kemungkinan reaksinya adalah marah. Akan tetapi, ia akan berusaha menutupi dengan
memanipulasi kebohongan yang sama atau ketika dirasa dia kewalahan, maka ia berusaha
menghilangkan jejak dengan 'mengoreksi' kebohongannya dengan cara ngeles. Baginya,
ketika didesake, mengenai kebohongannya, maka dia akan semakin lepas kendali untuk
berbohong.13 Dalam menghadapi kehidupan yang semakin kompleks seseorang dirasa tidak
hanya mengedepankan urusan pribadinya saja, namun juga perlu dimbangi dengan urusan
yang lainnya seperti urusan pembelajaran sekolahnya, religiusitasnya, dalam menjalani
kehidupan yang penuh tantangan.

Adapun Hadist yang menjelaskan tentang kejujuran, yaitu:

‫َع ْن َح َس ِن ْبِن َع ِلٍّي َم ا َح ِفْظَت ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َح ِفْظُت ِم ْن َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى‬
‫ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َد ْع َم ا َيِر يُبَك ِإَلى َم ا اَل َيِر يُبَك َفِإَّن الِّص ْد َق ُطَم ْأِنيَنٌة َو ِإَّن اْلَك ِذَب ِر يَبٌة‬

Artinya :

“Dari Hasan bin Ali RA: Aku menghafal dari Rasulullah SAW: 'Tinggalkan
yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu
ketenangan dan dusta itu keraguan," (H.R. Tirmidzi).

Pada prapenelitian ke Al-Aqsha Jatinangor dan menemui pembimbing/ustadzah pada


22-25 mei 2023, realitanya kejujuran memang sangat sulit ditanamkan termasuk didalam
12
Ibid, 129
13
Tri Astuti, Mendeteksi Kebohongan dengan Gesture dan Mikroekspresi, Anak Hebat Indonesia 2018, hlm 89
lingkunga pesantren, banyak ditemui santri yang tidakjujur contohnya bolos dikarenakan
malas untuk berjama’ah ke masjid dan biasanya itu dialami oleh santri yang sudah tingkat
akhir contohnya kelas 3 SMP/SMA. Penyebab ia tidak jujur dan bolos ke masjid kabanyakan
ingin bebas menghabiskan waktu dengan beristirahat di asrama, walaupun tidak semua santri
beralasan malas, ada pula yang beralasan karena deadline tugas yang mepet sedangkan tugas
menumpuk, dan kurang enak badan.

Rutinan shalat berjama'ah sudah menjadi pembiaasaan setiap harinya, apalagi di


lingkungan berbasis pondok pesantren, maka sudah jadi rahasia umum para santri yang bolos
ke masjid. Terkait bolosnya santri dalam mengikuti kegiatan shalat berjama’ah di masjid,
salah satu alasan yang mereka pakai adalah dengan mengaku bahwa mereka sedang
menstruasi, inilah pokok pembahasan yang akan diteliti di pondok pesantren tersebut.
Hukuman bagi santri yang berbohong adalah beres-beres asrama, dijemur sambil membaca
Al-qur’an, atau dengan menghafalkan kosa kata bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris.

Dalam prapenelitian ini ustadzah/pembimbing pondok pesantren Al-Aqsha Jatinanor


menyatakan bahwa santri yang tidak jujur dan tidak mengikuti salat berjama’ah lebih
didominasi oleh rasa ingin tahu dan memang sedang ada di fase penasaran untuk mencoba
segala hal. Biasanya ustadz dan ustadzah membimbing mereka dengan menegur, menasihati
dan menghukum mereka. Walaupun disiplinnya relatif ketat, tidak sedikit santri yang tidak
kapok dengan berbohong pembimbing bahwa ia sedang menstruasi, hal inilah yang
mengakibatkan hukuman sering dilakukan oleh para pembimbing.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Aqsha Jatinangor, khususnya


di kalangan anak kelas 3 SMP, karena penelitian pada santri kelas 3 SMP wawancaranya
sudah bisa berjalan dengan lancar beda hal pada santri kelas 1 dan 2 SMP yang agak susah
untuk diwawancarai. Pesantren ini adalah lembaga yang merupakan salah satu sekolah
swasta, yang sudah melakukan pembiasaan salat berjama’ah ini secara rutin. Tidak hanya
shalat wajib berjama’ah namun shalat sunnah pun berjama’ah contohnya rutinan shalat dhuha
berjama’ah sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.
Dilihat dari latar belakang di atas, keteladanan dalam penanaman nilai-nilai kejujuran
sangat berdampak positif bagi remaja, menanamkan nilai kejujuran harus diterapkan karena
mereka berada dalam masa transisi, mereka masih labil dan tidak realistis dalam menyikapi
keadaan, dengan begitu menanamkan nilai kejujuran pada santri sangalah penting dilakukan
karena dapat meminimalisir atau bahkan dapat menghilangkan sikap bohong para santri,
karena kejujuran lah yang harus ditanamkan pada diri santri, itu untuk kebaikan mereka baik
di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Bersumber pada kasus itu, badan pembimbing atau ustadzah berupaya membenarkan
sikap santri yang melanggar peraturan madrasah supaya mematuhi peraturan yang sudah
terbuat oleh pembimbing atau ustadzah lewat keteladanan, dengan keteladanan santri
diharapkan dapat menguasai arti pembimbing atau ustadzah alhasil mereka Mereka berambisi
anak didik bisa menguasai arti pembimbing serta guru serta meningkatkan kejujuran serta
ketertiban.

Pergi dari kejadian serta permasalahan yang terjalin pada dikala ini hingga dengan
begitu periset terdorong buat melangsungkan penelitian yang berjudul “Keteladanan dalam
Penanaman Nilai-Nilai Kejujuran Santri Pondok Pesantren Al-Aqsha Jatinangor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka terdapat rumusan masalah
yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana pola asuh wali santri sehingga menyebabkan santri sulit menanamkan
kejujuran dalam dirinya dan melakukan kebohongan pembolosan shalat
berjama’ah?

2. Apa penyebab santri tidak jujur dan berbohong dengan mengaku sedang
menstruasi?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti maka tujuan dari
penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pola asuh wali santri sehingga menyebabkan santri
sulit menanamkan kejujuran dalam dirinya dan melakukan kebohongan
pembolosan shalat berjama’ah.

2. Untuk mengetahui penyebab santri tidak jujur dan berbohong dengan mengaku
sedang menstruasi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka akan didapatkan manfaat penelitiannya, yaitu:

1. Secara Teoritis/Akademis

Dengan terdapatnya riset ini hingga periset berambisi bisa membagikan khasiat
yang besar serta menghasilkan khazanah keilmuwan, spesialnya pada aspek
kebatinan psikoterapi hal Keteladanan dalam Penanaman Nilai- Nilai Kejujuran
Santri Pondok Madrasah Al- Aqsha Jatinangor.

2. Secara Praktis

Dengan terdapatnya hasil dari penelitian riset yang aku jalani diharapkan bisa
membagikan khasiat pada santri serta orang tua santri di pondok madrasah al-
aqsha Jatinangor hal guna pemahaman, pemaknaan, aplikasi dan keteladanan
dalam penanaman nilai- nilai kejujuran santri pondok madrasah Al- Aqsha
Jatinangor.

E. Kerangka Berpikir

Bagi Ginanjar, kepribadian bawah yang wajib ditanamkan dalam diri santri
merupakan jujur, tanggung jawab patuh, visioner, seimbang, hirau, serta bertugas serupa.
Tujuannya merupakan buat meningkatkan kemampuan santri jadi orang yang beragama
serta bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Satu.

Ustadz amat berarti buat kesuksesan pembelajaran dalam membuat kepribadian


santri di madrasah, apalagi amat memastikan sukses tidaknya santri dalam meningkatkan
kepribadiannya dengan cara utuh. Ustadz ialah aspek berarti yang mempunyai akibat
besar kepada kesuksesan pembelajaran kepribadian di madrasah, selaku pengajar, guru,
acuan, advokat, penjaga, motivator, serta atasan untuk santri buat jadi lebih bagus lagi.
Tidak hanya menancapkan kejujuran dalam cara penataran, ustadh pula wajib berikan
ilustrasi pada santrinya. Ketertiban ialah perihal yang bisa ditiru ataupun dicontoh.14

Pembelajaran dengan beragam kurikulum wajib senantiasa terdapat modul


pembelajaran agama serta pembelajaran adab di dalamnya. In salah satu metode supaya
ilmu serta keterampila yang diterima tidak dipakai buat mudarat orang lain, namun
dipakai buat kelimpahan, keamanan serta ketentraman hidup orang. Dalam pembuatan
sesuatu kepribadian salah satu yang jadi nilai peting yakni area tempat tinggalnya.
Semacam perihalnya dalam pembinaan adab mahmndah tempat yang cook yakni pondok
madrasah, sebab di situ lebih berpusat dalam menekuni ilmu agama serta sosialnya.15

Badan pembelajaran jadi tempat di mana anak didik di ajar hal adab ataupun
sikap, namun pelajaran agama, paling utama mengenai pembinaan adab, sedang kurang
dicermati dalam pembelajaran sekolah biasa. Jadi, itu jadi salah satu aspek yang
menimbulkan karakter ataupun akhlak anak didik kurang bagus.

Akhirnya, terdapat badan di Indonesia yang menjunjung besar ilmu agama serta
amat mencermati kemajuan adab siswanya, paling utama dalam perihal patuh ialah di
pondok madrasah, sebab para santri amat dicermati serta diawasi tiap aksi geriknya,
mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bila seorang melanggar ketentuan, mereka
hendak langsung ditegur ataupun apalagi diberi sanksi.16

F. Hipotesis
14
http://etheses.iainponorogo.ac.id/6665/1/PERPUS%20WORD%201.pdf
15
Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya: 2002, hlm 12
16
Ayyub Al-Fath, Baik Buruknya Suatu Bangsa ditentukan Oleh Akhlaknya, Surakarta 2016, hlm 6
Bersumber pada kerangka berasumsi diatas hingga periset mengajukan hal
anggapan dalam riset ini ialah ada keteladanan dalam penanaman nilai- nilai kejujuran
santri pondok madrasah Al- Aqsha Jatinangor Tahun 2023.

G. Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis mengambil sebagian hasil riset terdahulu dari bermacam
pangkal yang dikira relevan dengan riset ini, di antara lain:

1. Gina Tarhamina, 2019. Kedudukan Madrasah kepada Pembinaan Tindakan


Patuh Santri di Pondok Madrasah Al- Masthuriyah Sukabumi. Bidang Kebatinan
Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Skripsi ini
menguraikan modul selaku selanjutnya: Dalam bahasa Indonesia, patuh terdiri
dari aturan teratur( di sekolah, kemiliteran, dan lain- lain.), ketaatan( disiplin)
pada peraturan aturan teratur, serta serupanya. Bagi Hadari Nawawi, patuh berarti
lebih dari cuma membagikan ganjaran ataupun desakan supaya tiap orang
menjajaki ketentuan ataupun kemauan golongan khusus yang diucap atasan.
Melaikan patuh merupakan bagian akhlak yang menekankan peraturan serta
aturan teratur lewat prinsip- prinsip peraturan, membagikan pantangan, aplaus,
serta ganjaran dengan daya ataupun desakan buat menggapai situasi yang bagus.

2. Meter. Nur Rohman, 2019. Usaha Penanaman Nilai- Nilai Kejujuran serta
Ketertiban Santri Lewat Keteladanan Ustadh di Pondok Madrasah Darussalam
Bangunsari Ponorogo. Bidang Pembelajaran Agama Islam Fakultas Tarbiyah
serta Keguruan IAIN Ponorogo. Skripsi ini menguraikan modul selaku
selanjutnya: Keteladanan ialah keadaan yang bagus, bagus dalam aksi, perkataan,
serta aksi laris yang pantas ditiru serta dicontohkan, keteladanan yang diartikan
merupakan Kerutinan yang bagus alhasil bisa dijadikan perlengkapan
pembelajaran selaku pembuatan kepribadian santri dalam melaksanakan
kejujuran. Tutur jujur maksudnya lurus batin, tidak tidak jujur serta disegani, jujur
hendak bawa pada kebaikan, serta kebaikan hendak bawa ke kayangan. Serta
jauhilah dusta, ketahuilah dusta itu hendak menarik terbentuknya aib, serta aib
hendak bawa ke neraka.

3. Arif Arfiana, 2013. Akibat Shalat Berjama’ ah kepada Sikap Spiritualitas Diri
Santri( Riset Riset di Pondok Madrasah Al- Ihsan Cibiru Hilir- Cileunyi-
Bandung). Bidang Kebatinan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Dunung Djati Bandung. Skripsi ini menguraikan modul selaku selanjutnya:
Selaku seseorang mukmin, shalat ialah bagian dari kegiatan tiap hari yang harus
digarap dengan dalil yang tak terbantahkan lagi. Shalat bukan hanya gerakan fisik
saja, tapi juga pada sat yang bersamaan diikuti dengan penyatuan hati dengan
Dzat yang tengah disembah. Shalat betul-betul diposisikan sebagai tangga untuk
menaikkan alam ruhani ke Realitas tertinggi yang dampak positifnya terlihat
dalam kehidupan sosial.

4. Muhammad Munif,dkk, 2021. Stragegi Guru dalam Membentuk Karakter Siswa


Melalui Nilai-Nilai Kejujuran. Jurnal Pendidikan Dasar. Jurnal ini memaparkan
materi sebagai berikut: Dalam membentuk karakter yang baik diperlukan
pendidikan nilai dan moral salah satunya nilai-nilai kejujuran. Sikap jujur
menjadi sebuah hal yang antik dan sulit di dapatkan, diperlukan penanaman
nilai kejujuran karena akan menjadi modal dasar pembentukan pribadi
mandiri dan sikap moral yang baik bagi siswa. Perilaku jujur dapat menjadi
pondasi siswa agar menjadi pribadi yang baik. Dengan pondasi kejujuran
yang melekat pada siswa akan menumbuhkan kepercayaan, bertanggung
jawab, disiplin.

5. Erna Nurpitasari, dkk, 2021. Upaya Guru dalam Meningkatkan Perilaku


Keagamaan Santri Melalui Metode Keteladanan. Jurnal Studi Pendidikan Islam.
Jurnal ini memaparkan materi sebagai berikut: Pendidikan dengan keteladanan
akan memberikan pengaruh pada lingkungan terhadap individu untuk
menghasilkan perubahan yang bersikap permanen di dalam kebiasaan, tingkah
laku dan sikap. Metode keteladanan merupakan suatu cara yang ditempuh
seseorang dalam proses pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang
patut ditiru (modeling). Keteladanan dijadikan sebagai alat untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam karena hakikat pendidikan Islam ialah mencapai
keridhoan kepada Allah. Hal tersebut secara eksplisit akan membentuk
pribadi individu peserta didik menjadi manusia yang utuh, sehat jasmani dan
rohani sehingga mampu berinteraksi sosial dengan penuh tanggung jawab
dalam tatanan hidup bermasyarakat.

6. Sofan Rizqi, dkk, 2022. Peran Keteladanan KH. Nur Hidayatullah dalam
Pembinaan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Al-Mubaarok Manggisan
Wonosobo. Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama. jurnal ini memaparkan
materi sebagai berikut: Karakter ajengan selaku referensi santri di madrasah
menaruh keteladanan selaku tata cara yang amat efisien dalam semua cara
pembelajaran di madrasah. Perihal ini membuktikan kalau pembelajaran nilai-
nilai Islam membutuhkan ilustrasi sikap yang nampak dengan cara kasat mata
dalam cara pendidikannya. Sebab kedudukan berarti keteladanan itu, dipesantren
menaruh figur ajengan selaku perlengkapan, alat serta sekalian selaku tata cara
pembelajaran. Kedudukan keteladanan ajengan di pondok madrasah Al-
Mubaarok Manggisan Wonosobo amat nampak dalam pembelajaran adab para
santri ataupun ustad serta ustadzah. Keteladanan yang dicoba KH. Nur
Hidayatullah terdapat yang dengan cara langsung tidak disengaja serta terdapat
yang dengan cara langsung disengaja. Keteladanan ajengan yang dengan cara
langsung tidak disengaja mencakup adab: meluhurkan pengunjung, ketertiban,
kebaikan hati, berserah diri. Ada pula yang dengan cara lagsung di terencana
mencakup: berkenan berdedikasi, seimbang, husnudzan, ketabahan, qonaah, bijak,
jujur serta tepercaya.

Dari sebagian skripsi serta harian yang dituturkan di atas yang dengan cara spesial
menekuni kedudukan keteladanan dalam menancapkan nilai- nilai kejujuran santri. Riset ini
berlagak memenuhi dari penelitian- penelitian lebih dahulu.
7.
Daftar Pustaka

Dr. Budi Sunarno, Merajut Kebahagiaan Keluarga, CV Budi Utama 2022, hlm 12
Puspitasari, E. (2014). Pendekatan pendidikan karakter. Jurnal Golden Age, hlm 9-17
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: ArRuzz
Media, 2011), hlm 89
Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Redfleksi Untuk Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 2014),
hlm 13
https://ejournal.upi.edu/index.php/familyedu/article/viewFile/5907/4664
Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai Karakter pada Mata Pelajaran, IAIN
Pontianak Press, hlm 33
Budi Susilo, Deteksi Kejujuran dan Kebohongan dari Ekspresi, Laksana 2017, hlm 113
Ibid, 113
Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi Untuk Pendidikan, Rajawali Pers 2017, hlm 15-16
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia (Jogjakarta: ArRuzz
Media, 2011), hlm 89
Heri Soesanto, Personal Integrity Development Guide, PT Kanisius Yogyakarta 2022, hlm 129
Ibid, 129
Tri Astuti, Mendeteksi Kebohongan dengan Gesture dan Mikroekspresi, Anak Hebat
Indonesia 2018, hlm 89
http://etheses.iainponorogo.ac.id/6665/1/PERPUS%20WORD%201.pdf
Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha Nasional, Surabaya: 2002, hlm 12
Ayyub Al-Fath, Baik Buruknya Suatu Bangsa ditentukan Oleh Akhlaknya,
Surakarta 2016, hlm 6

Anda mungkin juga menyukai