Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Tokoh muslim yang menjadi idola

Al-Ghazali

Guru Mapel : Faizal,M.Pd.

Oleh :

Faderi Ramadhan

Kelas X TKJ II

SMK NEGERI 1 MUARA ENIM

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

MAKALAH ............................................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3
BAB I LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 4
A. Biografi Al-Ghazali .................................................................................................................... 4
B. Keluarga Al-Ghazali .................................................................................................................. 4
C. Sifat pribadi Al-Ghazali .............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
 PENDIDIKAN ............................................................................................................................ 5
BAB III PENUTUPAN.......................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 9
B. SARAN ....................................................................................................................................... 9
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “TOKOH MUSLIM
YANG MENJADI IDOLA” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa
kita pelajari salah satunya dari karya film. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami.guru penanggung jawab
yaitu Bapak FAIZAL,M.Pd, dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu
kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Muara Enim 14 April 2023

Faderi Ramadhan
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Biografi Al-Ghazali
Al-Ghazali lahir di Tus, Khurasan. Wilayah kelahirannya dekat dengan Meshded.
Pada masa lalu, wilayah ini merupakan bekas Kekaisaran Persia. Al-Ghazali hidup dalam
masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah yang memerintah daerah ini sejak abad ke-8
Masehi. Wilayah tempat tinggal al-Ghazali merupakan tempat berkumpul dari para penyair,
dan penulis sekaligus pengajar keagamaan. Masa kelahiran al-Ghazali sudah dikategorikan
dalam masa kemunduran kekuatan Islam dalam pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah. Pada
masa ini banyak terjadi konflik internal yang berlangsung lama dan terus berlanjut.

Tus yang menjadi tempat kelahiran dari al-Ghazali merupakan sebuah kota yang berukuran
besar. Kota ini memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan tata ruang bangunan yang rapi.
Jumlah penduduknya lebih banyak dari dua kota di dekatnya, yaitu Thabaristan dan Nawqan.
Lingkungan kota Tus dikelilingi oleh pepohonan yang tumbuh dengan subur. Sekeliling kota
merupakan wilayah pengunungan yang mengandung banyak mineral. Perkampungan tempat
kelahiran al-Ghazali bernama Ghazaleh. Al-Ghazali lahir pada tahun 450 Hijriah atau sekitar
tahun 1059 Masehi.

B. Keluarga Al-Ghazali
Ayah dari al-Ghazali bekerja sebagai pemintal dan penjual wol. Ayahnya dikenal
sebagai orang yang memiliki pengabdian dalam menuntu ilmu agama. Ketika memiliki waktu
luang sehabis bekerja, ia selalu mendatangai para tokoh agama dan para ahli fikih untuk
mendengarkan nasihat-nasihat. Sifat dan kepribadian ayahnya kurang diketahui. Ketika masih
dalam usia anak-anak, ayahnya wafat. Ia meninggalkan al-Ghazali bersama saudara kandung
laki-lakinya yang bernama Ahmad

C. Sifat pribadi Al-Ghazali


Al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat. Dalam memberikan argumentasi, ia
bersikap bijak. Karena kemampuan tersebut, ia diberi gelar sebagai Hujjatul Islam. Ia sangat
dihormati di dua pusat kekuasaan Islam pada masanya, yaitu Dinasti Seljuk dan Dinasti
Abbasiyah. Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu dan pengetahuan sehingga ia menguasai
banyak bidang ilmu. Dalam menuntu ilmu, ia melakukan kegiatan pengembaraan dengan
meninggalkan seluruh kesenangan hidup yang dimilikinya. Sebelum dia memulai
pengembaraan, dia telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan
Bayazid Busthami. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun
BAB II
PEMBAHASAN

 PENDIDIKAN
Pendidikan dari al-Ghazali sangat diperhatikan oleh ayahnya. Ayahnya sendiri tidak
dapat membaca dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. Sebelum kematian ayahnya, al-
Ghazali dititipkan kepada salah seorang sahabatnya agar mengurus persoalan pendidikan dari
al-Ghazali dan saudaranya yang bernama Ahmad.Al-Ghazali menempuh pendidikan dasar di
kota Tus. Ia mulai belajar ilmu agama tingkat dasar dari seorang guru bernama Ahmad bin
Muhammad Razkafi. Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa
orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini
membolehkan dia menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang
mendalam terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu ushuluddin, ilmu mantiq, usul
fiqih,filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab hingga mahir dalam bidang
yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya
dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih, Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam
Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah
dilantik menjadi mahaguru di Madrasah Nizhamiyah (sebuah universitas yang didirikan oleh
perdana menteri) di Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai
Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah, Madinah,
Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu
pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab Ihya Ulumuddin yang
memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
 KARYA
1. Tasawuf
 Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama)l
 Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
 Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)
2. Filsafat
 Maqasid al-Falasifah
 Tahafut al-Falasifah,
 PEMIKIRAN TENTANG TEOLOGI
 ILMU KALAM
Pengetahuan awal dari al-Ghazali berasal dari gurunya yang bernama al-Juwaini.
Karena pengajaran dari gurunya, ia menjadi ragu-ragu dengan ilmu kalam. Pada masa
hidupnya, terdapat banyak aliran pemikiran mengenai ilmu kalam. Masing-masing aliran ini
memiliki pemikiran yang bertentangan. Hal inilah yang membuat al-Ghazali ragu mengenai
kebenaran ilmu kalam dari masing-masing aliran pemikiran tersebut. Keraguan dan pencarian
kebenaran ini dikemukakannya dalam kitabnya yang berjudul al-Munqiz min al-Dalal. Ia
menyebutkan di dalam kitabnya ini bahwa kebenaran yang dicarinya adalah kebenaran
mutlak. Kebenaran ini diumpamakannya seperti hasil mutlak dari angka yang sudah pasti
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dengan angka lain yang nilainya lebih kecil.
 TASAWUF
Al-Ghazali merupakan salah satu penganut sufisme pada abad ke-5 Hijriah.
Kecenderungannya kepada sufisme didasari oleh kehidupannya yang terbagi menjadi dua
gaya hidup. Pada masa mudanya, al-Ghazali menekuni ilmu dengan semangat yang tinggi
hingga akhirnya menjadi pengajar di Perguruan Nizamiyah. Kehidupannya saat itu diliputi
dengan kekayaan. Setelah ia memperoleh kekayaan dan jabatan, ia mulai meragukan
keadaannya tersebut. Al-Ghazali mengalami perubahan kehidupan setelah ia mengalami
pengalaman tasawuf. Gaya hidup keduanya diliputi oleh ketenangan dan ketenteraman
dengan menjadi penulis. Pada gaya hidup keduanya ini, ia banyak menulis tentang tasawuf.
Al-Ghazali membagi perjalanan untuk menjadi sufi menjadi enam tahap. Tahap pertama
adalah pertobatan. Persyaratan yang perlu dipenuhi untuk pertobatan adalah adanya ilmu,
sikap, dan tindakan. Ilmu berupa pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh dosa
besar. Ilmu ini kemudian mengakibatkan sikap penyesalan dan kesedihan yang kemudian
berubah menjadi tindakan untuk bertobat. Pertobatan ini dilakukan dengan kesadaran yang
disertai tekad untuk todak mengulangi perbuatan dosa. Tahap kedua adalah kesabaran. Al-
Ghazali membagi jiwa manusia menjadi tiga daya, yaitu daya nalar, daya berbuat baik, dan
daya berbuat jahat. Kesabaran dicapai oleh seseorang jika daya berbuat baik dapat
mempengaruhi daya berbuat jahat. Tahapan ketiga adalah kefakiran. Ia mengartikannya
sebagai usaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang diperlukan. Setiap keperluan yang
merupakan kebutuhan harus diteliti dengan seksama mengenai kehalalan, keharaman dan
kemubahannya. Kebutuhan yang haram atau meragukan harus ditinggalkan meskipun
diperlukan. Tahapan keempat adalah zuhud. Zuhud diartikan sebagai upayameninggalkan
kesenangan duniawi dan hanya mengharapkan kesenangan ukhrawi. Tahapan kelima adalah
tawakal. Tahapan ini dapat dicapai dengan meyakini secara teguh bahwa Allah adalah Yang
Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Pemurah serta Maha Adil. Pencapaian tahapan ini
dilakukan dengan berserah diri sepenuhnya kepada keputusan Allah terhadap manusia.
Tahapan keenam adalah makrifat. Pada tahapan ini, manusia diyakini telah mengetahui
rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan-Nya tentang segala yang ada. Tingkat
pengetahuan makrifat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan yang diperoleh oleh akal.
Puncak dari makrifat adalah timbulnya perasaan mencintai Tuhan.
 PEMIKIRAN TENTANG FILSAFAT
 FILSAFAT ALAM
Al-Ghazali merupakan salah satu filsuf muslim klasik. Ia menolak pernyataan dari
filsuf muslim klasik lainnya yang mengatakan bahwa alam itu tidak berawal. Pernyataan ini
dikemukakan oleh Ibnu Sina dan al-Farabi. Pandangan ini membuat al-Ghazali menganggap
kedua tokoh ini telah kafir. Al-Ghazali menyampaikan hal ini dalam Tahafut al-Falasifah
disertai dengan argumentasi dan dalil yang kuat.
 PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN
 KURIKULUM
Al-Ghazali menyusun sebuah organisasi dalam kurikulum yang disebut kurikulum inti.
Kurikulum ini berlaku bagi keagamaan maupun keduniawian. Dalam pandangan Al-Ghazali,
mata pelajaran di dalam kurikulum bersifat terpisah. Masing-masing mata pelajaran memiliki
subjek yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Namun, masing-masing tetap memiliki
hubungan satu sama lain. Al-Ghazali menganggap bahwa ilmu merupakan bagian-bagian
yang terpisah yang tersusun menjadi sebuah kesatuan. Ia membagi ilmu fardu kifayah, ilmu
fardu ain dan ilmu mubah. Tujuan pembagian ilmu ini sebagai bentuk pemilihan pengetahuan
yang dibutuhkan oleh masyarakat muslim dan pengatahuan yang menjadi syarat untuk
mempelajari dan melengkapinya.Al-Ghazali menetapkan ilmu-ilmu pokok keagamaan
sebagai ilmu fardu ain. Ilmu ini menjadi pusat perhatian utama dalam pendidikan. Ilmu fardu
ain ini menjadi pengarah dan pengendali bagi pengembangan bidang keilmuan yang lainnya.
Sedangkan ilmu fardu kifayah dan ilmu mubah menjadi dasar bagi pengembangan ilmu yang
lainnya.
 PENDIDIKAN KARAKTER
Al-Ghazali merupakan salah satu tokoh Islam yang sangat memperhatikan pendidikan
karakter. Ia menyatakan bahwa pendidikan Islam harus mengaktifkan potensi rohani dari
peserta didik bersama dengan potensi jasmani yang dimilikinya. Pemikiran-pemikiran dari al-
Ghazali mengenai pendidikan karakter dikemukakannya dalam karya-karyanya, antara lain
yaitu Ihya Ulumuddin dan Ayyuha al-Walad. Pembahasan yang lengkap mengenai
pendidikan karakter disampaikannya dalam Ayyuha al-Walad.Al-Ghazali meyakini bahwa
pendidikan karakter merupakan inti dari pendidikan. Ia memperingatkan kepada para
pendidik agar tidak berucap sesuatu yang tidak sesuai dengan tindakannya. Al-Ghazali
mengutamakan pendidikan akhlak yang mulai dan penghindaran akhlak yang buruk. Teladan
dalam pendidikan akhlak ini adalah Nabi Muhammad.Al-Ghazali meyakini bahwa perbuatan
anak-anak ditentukan oleh kebiasaan yang diajarkan kepadanya. Bila ia dibiasakan untuk
berbuat baik, maka ia akan melakukan perbuatan baik. Sebaliknya, jika ia dibiasakan berbuat
buruk, maka ia akan melakukan perbuatan buruk.
 PENDIDIKAN AKIDAH
Menurut al-Ghazali, pendidikan akidah harus dicegah dari timbulnya kesesatan. Karenanya.
pendidikan harus memiliki strategi pembelajaran yang tepat. Al-Ghazali menolak pendapat
dari mazhab Muktazilah mengenai kewajiban semua orang untuk berdebat mengenai akidah
dalam konteks ilmu kalam. Hal ini ditolaknya karena al-Ghazali meyakini bahwa ilmu kalam
yang dikaji oleh orang awam akan menimbulkan kebingungan bagi dirinya sendiri. Al-
Ghazali tidak mengharamkan ilmu kalam, karena menurutnya ilmu ini dapat mengarahkan
akidah seseorang dalam pencegahan dari kelompok ahli bidah atau kelompok pemikiran
selain Islam. Dalam pembelajaran akidah, al-Ghazali memberikan sebuah metode khussu
bagi anak kecil dan bagi orang awam. Ia mengajarkan akidah dengan menggunakan ayat Al-
Qur’an dan hadis yang penyampaiannya dilakukan dengan retorika yang tepat. Ia melarang
pembelajaran ilmu kalam bagi orang yang tidak memenuhi persyaratan keilmuan untuk
mempelajarinya.
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir di Thus;
1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun)
adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia
Barat abad Pertengahan.Ia berkuniah Abu Hamid karena salah seorang anaknya bernama
Hamid.[butuh rujukan] Gelar dia al-Ghazali ath-Thusi berkaitan dengan ayahnya yang
bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu Ghazalah di
Bandar Thus, Khurasan, Persia (kini Iran). Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan
bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai
cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali
adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi
sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.Ia pernah memegang jabatan sebagai
Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-
Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan
tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.Ia dianggap
sebagai Mujaddid abad ke-5, seorang pembaru iman; yang, menurut hadis kenabian,
muncul setiap 100 tahun sekali untuk memulihkan iman Komunitas Islam. Karya-
karyanya sangat diakui oleh orang-orang sezamannya sehingga al-Ghazali dianugerahi
gelar kehormatan "Bukti Islam" (Hujjat al-Islam).Al-Ghazali percaya bahwa tradisi
spiritual Islam telah hampir mati dan bahwa ilmu-ilmu spiritual yang diajarkan oleh
generasi pertama umat Islam telah dilupakan. Keyakinan ini mendorongnya untuk
menulis magnum opusnya yang berjudul Ihya Ulumuddin (translit. Kebangkitan Ilmu
Pengetahuan Agama). Di antara karya-karyanya yang lain, Tahafut al-Falasifah (
Mohon Incoherence of the Philosophers translit. Inkohorensi Para Filsuf) adalah tengara
dalam sejarah filsafat, karena memajukan kritik terhadap sains Aristotelian yang
dikembangkan kemudian di Eropa abad ke-14.

B. SARAN
maaf bila ada salah kami seganap penulis sudah berusaha sebaik mungkin informasi yang
tertulis diambil disumber yang teruji

Anda mungkin juga menyukai