Anda di halaman 1dari 10

MARAKNYA KASUS KORUPSI TERHADAP PENYALAHGUNAAN WEWENANGJABATAN OLEH PEJABAT

PEMERINTAHAN

Disusun oleh :

Laura Puspita (21101157510111)

Mata Kuliah : kewarganegaraan


BAB l

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kewenangan merupakan kuasa seseorang untuk memerintah orang lain , kemampuan seseorang untuk
menguasai orang atau golongan lain. Namun didalam kewenangan tersebut banyak disalah gunakan
untuk mencari kekayaan. Sehingga banyak penguasa mencari kekayaan tersebut dengan berbagai cara
termasuk menggunakan kewenanganyang telah di amanahkan rakyat kepadanya. Banyak penguasa yang
menyalahgunakan kewenangannya demi kepentingan pribadi sehinga HAM rakyat rela
dikorbankan.Penyalahgunaan wewenang jabatan yang biasanya dilakukan para pejabat pemerintahan
adalah korupsi. Korupsi merupakan salah satu dari sekian istilah yang kinitelah akrab di telinga
masyarakat Indonesia, hampir setiap hari media massa memberitakan berbagai kasus korupsi yang
dilakukan oleh aparatur negara baik pegawainegeri ataupun pejabat pemerintah. Hal ini tercatat dalam
data yang dilakukan oleh ICW(Indonesian Corruption Watch) yaitu Dalam kurun waktu 6 bulan mulai 1
Januari hingga30 Juni 2017, ada 226 kasus korupsi. Kasus dengan jumlah tersangka 587 orang
itumerugikan negara Rp 1,83 triliun dan nilai suap Rp 118,1 miliar. 226 kasus korupsi padasemester 1
Tahun 2017 yang paling rentan adalah lembaga pemerintah daerah, dan 121kasus korupsi dilakukan di
lembaga Pemerintah Daerah mulai dari tingkatKabupaten/Kota hingga Provinsi

Hal tersebut tentu saja sangat merugikan negara, apalagi kasus korupsi paling banyak ditemukan pada
para pejabat pemerintahan.Membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan
bahwa korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan atau wewenang dalam jabatan karena pemberian,
faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan kedalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatannya. Korupsi selalu dikaitkan dengan masalahsosial yang selalu melekat pada
kehidupan masyarakat dan dikategorikan sebagai tindak kejahatan luar biasa , tidak saja karena modus
dan teknik yang sistematis, akibat yang ditimbulkan kejahatan korupsi bersifat pararel dan merusak
seluruh sistem kehidupan, baik dalam ekonomi, politik, sosial-budaya dan bahkan sampai pada
kerusakan moral serta mental masyarakat.

Rusaknya sistem kehidupan ekonomi sehingga merugikan negara, yang dapat mengganggu
perekonomian negara. Definisi negara disini tidak hanya menyangkut negara dalam lingkup Pemerintah
Pusat, tetapi juga menyangkut PemerintahDaerah, hal ini terjadi karena memang tidak dapat dipungkiri,
bahwa kekuasaan baik di pusat maupun di daerah memang cendrung lebih mudah untuk melakukan
korupsi.Di Indonesia, korupsi telah memasuki tahap yang sangat kompleks yaitu bersifat sistemik dan
endemik sehingga tidak saja merugikan keuangan negara dan perekonomian negara tetapi juga telah
melanggar hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat luas.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Undang-Undang bagi yang melanggar hukum dalam kasus korupsi terhadap
penyalahgunaan wewenang jabatan?

2. Solusi atau Rekomendasi apa yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi dikalangan pejabat
pemerintah dalam perspektif Hukum Administrasi Negara?

1.3Tujuan

1. Untuk mengetahui Undang-Undang atau hukum yang dilanggar oleh pejabat pemerintahan dalam
aksus korupsi terhadap penyalahgunaan wewenang jabatan.

2. Untuk mengetahui solusi/rekomendasi yang dapat dilakukan untuk memberantaskorupsi di kalangan


pejabat pemerintah dalam perspektif Hukum Administrasi Negara

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Undang-Undang atau Hukum tentang korupsi terhadap penyalahgunaan wewenang jabatan

Terkait tindak pidana penyalahgunaan wewenang jabatan ini, dimuat dalam pasal 3UU Nomor 31 Tahun
1999 sebagaimana yang telah diubah oleh UU Nomor 20 Tahun 2001, “Bahwa setiap orang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yangada padanya karena jabatan atau kedudukan dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat satu tahun dan paling lama dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00.”

Pengertian mengenai penyalahgunaan kewenangan dalam hukum administrasi dapatdiartikan dalam 3


(tiga) wujud, yaitu:

1. Penyalahgunaan kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan


kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan
(korupsi) ;

2. Penyalahgunaan kewenangan dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut adalah benar ditujukan
untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan kewenangan yang diberikan oleh undang-
undang atau peraturan-peraturanlainnya;

3.Penyalahgunaan kewenangan dalam arti menyalah gunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan
untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana.

Pada dasarnya, penyalahgunaan kewenangan mempunyai karakter atau ciri sebagai berikut:

 Menyimpang dari tujuan atau maksud dari suatu pemberian kewenangan.Setiap pemberian
kewenangan kepada suatu badan atau kepada pejabatadministrasi negara selalu disertai dengan
“tujuan dan maksud” atas diberikannya kewenangan tersebut, sehingga penerapan kewenangan
tersebut harus sesuai dengan “tujuan dan maksud” diberikannya kewenangan tersebut. Dalam
hal penggunaan kewenangan oleh suatu badan atau pejabat administrasi negara tersebut tidak
sesuai dengan “tujuan dan maksud” dari pemberian kewenangan, maka pejabat administrasi
Negara tersebut telah melakukan penyalahgunaan kewenangan.
 Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas legalitas.Asas legalitas
merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalamsetiap penyelenggaraan
pemerintahan, terutama dalam sisitem hukumkontinental. Pada negara demokrasi tindakan
pemerintah harus mendapatkan legitimasi dari rakyat yang secara formal tertuang dalam
undang-undang.
 . Menyimpang dari tujuan atau maksud dalam kaitannya dengan asas-asasumum pemerintahan
yang baik. Asas-Asas Umum penyelenggaraan negara dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 TentangPenyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme meliputi, a. Asas kepastian hukum; b. Asas tertib penyelenggaraan Negara; c. Asas
kepentingan umum; d. Asas keterbukaan; e. Asas proposionalitas; f. Asas profesionalitas; dan g.
Asas akun tabilitas

Selain penyalahgunaan kewenangan dalam Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999sebagaimana yang diubah
oleh UU Nomor 20 Tahun 2001 tersebut, terdapat tiga bentuk penyalahgunaan lainnya yaitu tindak
pidana penyuapan kepada aparaturnegara, tindak pidana gratifikasi kepada aparatur negara dan tindak
pidana pemerasanoleh pejabat/aparatur negara. Ketiga bentuk tindak pidana korupsi tersebut masing-
masing diatur dalam pasal tersendiri dalam UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimanayang telah diubah
oleh UU Nomor 20 Tahun 2001.

 Untuk tindak pidana korupsi suap ini, diatur dalam Pasal 5 dengan ancaman pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidanadenda paling sedikit
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan paling banyakRp.250.000.000,- (dua ratus lima
puluh juta rupiah), baik terhadap pemberi suapmaupun terhadap penerima suap.
 Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B, Gratifikasi yang nilainya Rp.10.000.000,00(sepuluh juta
rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukanmerupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi, sedangkan yang nilainya kurang dari Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebutdilakukan oleh penuntut umum.
 Ancaman pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerimagratifikasi
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajibanatau tugasnya adalah
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikitRp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00(satu miliar rupiah).

Pada hakekatnya, gratifikasi adalah pemberian kepada pegawai negeri/penyelenggara negara dan bukan
merupakan suap. Gratifikasi merupakan suap apabila diberikan oleh si pemberi gratifikasi berhubungan
dengan jabatan dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugas si penerima gratifikasi sebagai
pegawainegeri. Perbedaan prinsip antara ketiga bentuk penyalahgunaan kewenangan tersebutdiatas
dengan penyalahgunaan kewenangan dalam Pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun
2001 adalah bahwa terjadinya ketiga bentuk penyalah gunaan kewenangan tersebut tidak disyaratkan
harus berimplikasi terhadap kerugian negaraatau kerugian perekonomian negara, sedangkan terjadinya
penyalahgunaan kewenangan pada Pasal 3, mensyaratkan harus terdapat implikasi kerugian negara atau
kerugian perekonomian negara.Bentuk penyalahgunaan wewenang jabatan yang masuk kategori tindak
pidanasebagaimana diatur dalam pasal 3 UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun2001 adalah
manakala pejabat yang diberi amanah telah melakukan tindakan korupsi karena penyalahgunaan
kewenangan jabatannya seperti pengadaan barang dan jasatanpa melalui proses sesuai prosedur
pengadaan dalam Perpres Nomor 54 tahun 2010 yang berakibat terjadinya kerugian negara, maka
perbuatan tersebut masuk dalam kategori penyalahgunaan wewenang jabatan (abuse of power).

2.2 Solusi / Rekomendasi untuk dapat memberantas korupsi di kalangan pejabatpemerintahan dalam
perspektif Hukum Administrasi Negara

Peran Hukum Administrasi Negara sangat penting dalam upaya untuk mencegah dan memberantas
korupsi yang terjadi dalam bidang pemerintahan, terutama penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
oleh pejabat. Strategi atau upaya-upayamengatasi persoalan korupsi dapat ditinjau dari struktur atau
sistem sosial, dari segiyuridis, maupun segi etika atau akhlak manusia.

Beberapa solusi atau rekomendasi untuk menangkal dan memberantas tindakankorupsi dalam
perspektif Hukum Administrasi Negara adalah sebagai berikut :

1 . Cara sistemik-struktural.

Korupsi dapat bersumber dari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada sistem politik dan sistem
administrasi negara dengan birokrasi sebagai perangkat pokoknya. Untuk itu, yang harus dilakukan
adalah mendaya-gunakan segenapsupra struktur maupun infrastruktur politik dan pada saat yang sama
membenahi birokrasi sehingga celah-celah yang dapat dimasuki tindakan-tindakan korupsidapat
ditutup. Suprastruktur politik adalah keseluruhan lembaga penyelenggaranegara yang mempunyai
kewenangan hukum konstitusional yang bersumberdari UUD 1945 seperti MPR, Presiden, DPR, DPA,
BPK, MA, dan pemerintahdaerah beserta seluruh jajarannya. Dengan demikian aparat pemerintah atau
administrasi negara merupakan aparat pelaksana dari supra struktur politik,sedangkan infrastruktur
politik adalah organisasi-organisasi kekuatan sosial politik dan kemasyarakatan yang tidak mempunyai
kewenangan hukum konstitusional tetapi dapat berperan sebagai kelompok penekan.

2 Cara abolisionistik (usaha menghilangkan sebab-sebab suatu kejahatan)

Cara ini dimulai dari asumsi bahwa korupsi adalah suatu kejahatan yang harus diberantas dengan
terlebih dahulu menggali sebab-sebabnya dan kemudian penanggulangannya diarahkan pada usaha-
usaha menghilangkan sebab-sebab tersebut. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh dengan mengkaji
permasalahan- permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat, mem-pelajari dorongan-dorongan
individual yang mengarah ke tindakan korupsi, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, serta
menindak orang-orang yang korup berdasarkan kodifikasi hukum yang berlaku. Jadi dalam menangkal
korupsi caraini juga diharapkan menjadi tindakan preventif dengan menggugah ketaatan pada hukum.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini ialah bahwa hukum hendaknya ditegakkan secara
konsekuen, aparat harus menindak siapasaja yang melakukan korupsi tanpa pandang bulu. Pemerintah
dan masyarakat,melalui lembaga-lembaga yang ada, harus berani melakukan pembersihan didalam
tubuh aparat pemerintahan sendiri, yaitu pembersihan terhadap aparatur-aparatur yang tidak jujur.

3.Cara moralistik

Faktor penting dalam persoalan korupsi adalah faktor sikap dan mental usia sebagai pengawas aktivitas-
aktivitas tersebut. Cara moralistik dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental dan
moralmanusia, khotbah-khotbah, ceramah, atau penyuluhan di bidang keagamaan,etika, dan hukum.
Tidak kurang pentingnya adalah pendidikan moral disekolah-sekolah formal sejak jenjang pendidikan
dasar hingga perguruan tinggi dengan memasukkan pelajaran-pelajaran etika dan moral dalam
kurikulum pendidikan. Semuanya bertujuan untuk membina moral individu supaya dia tidak mudah
terkena bujukan korupsi dan penyalahgunaan-penyalahgunaan kedudukan di mana pun dia berfungsi
dalam masyarakat.

4.Program Publik

Perubahan akan program-program publik akan memperkecil insentif untukmemberi suap dan
memperkecil jumlah transaksi dan memperbesar peluang bagi warga masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan publik. Reformasi inimisalnya, menghapus program-program korup yang tidak mempunyai
alasan kuat dari sisi kepentingan masyarakat untuk diteruskan. Banyak program diadakan semata-mata
karena membawa keuntungan pribadi bagi para pejabat yang mengendalikannya, atau
menyederhanakan program dan prosedur agar lebih efisien, meniadakan “penjaga gawang” yang
melakukan pungutan liar,

menyederhanakan prosedur untuk mendapat surat izin dari pemerintah. Ini dapatmemperkecil peluang
bagi pegawai negeri untuk dengan sengaja memperlambat kerja dan memperkecil wewenang
mengambil keputusan sendiri, yang merupakan tanah subur bagi perilaku korupsi. Apabila wewenang
memangharus dipertahankan, maka pejabat bersangkutan harus dibekali pedoman yang jelas mengenai
tata cara menjalankan tugas.

5 Perbaikan Organisasi Pemerintah

Di samping mengadakan perubahan pada program-program spesifik, perhatian diperlukan untuk


mencegah korupsi melalui perubahan pada susunan organisasi pemerintah. Untuk ini perlu perubahan
pada cara pemerintah menjalankantugasnya sehari-hari. Cara mengadakan perubahan ini, yakni dengan
memberikan gaji yang cukup untuk hidup pada pegawai negeri dan politisi sehingga karir dalam
pemerintahan menjadi pilihan yang cukup baik bagiorang-orang yang memenuhi syarat. Dengan cara
menghilangkan kesan pemerintah angker dan pemerintah itu lahan pribadi, menyebarkan informasi
kepada warga masyarakat mengenai hakmereka untuk mendapat layanan dari pemerintah

6.Kesadaran Masyarakat
Hal yang tak kalah pentingnya ialah keberanian dan tekad seluruh aparatur ne-gara dan masyarakat
untuk melawan korupsi. Segala macam sistem dankonsepsi tidak akan terlaksana apabila para
pelaksananya sendiri kurang beraniuntuk mengungkap korupsi yang jelas-jelas terdapat di depan
hidungnya. Masih banyak jaksa yang takut untuk melakukan tuntutan karena korupsi melibatkanorang-
orang penting dan mempunyai kekuasaan. Keberanian harus ditumbuhkan bersama-sama meningkatnya
kesadaran masyarakat akan hukum.

7.Pembentukan Lembaga Pencegah Korupsi

Negara perlu berupaya mendirikan lembaga baru atau memperkuat lembaga yang ada dan dapat
menjalankan fungsi-fungsi spesifik dalam tugas-tugas upaya anti korupsi. Meski banyak model lembaga
tersedia, tetapi apa pun model yang Diigunakan, lembaga itu harus dilengkapi dengan sumber daya
manusia yang cukup dan dana yang cukup pula. jika tidak, daftar panjang lembaga antikorupsi yang tidak
efektif akan bertambah panjang. Lembaga yang perlu didirikan adalah lembaga yang memiliki
wewenang luas untuk menyelidik dan menyeret tertuduh ke pengadilan dan untuk mendidik
masyarakat. lembaga semacam ituharus benar-benar independen dari penguasa negara tetapi tunduk
pada hukum,karena kalau tidak akan cenderung menjadi lembaga penindas pula. Pilihan lainadalah
memperkuat kantor Auditor Negara dan kantor Ombudsman, sebuah lembaga yang dapat membantu
memperbaiki kinerja pejabat pemerintah dan bersamaan dengan itu dapat memberikan saran bagi
warga masyarakat.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.Tindakan penyalahgunaan wewenang jabatan yaitu Korupsi merupakanmasalah sosial yang selalu
melekat pada kehidupan masyarakat dandikategorikan sebagai tindak kejahatan luar biasa akibat yang
ditimbulkankejahatan korupsi bersifat pararel dan merusak seluruh sistem kehidupan, baikdalam
ekonomi, politik, sosial-budaya dan bahkan sampai pada kerusakanmoral serta mental masyarakat.
Korupsi tidak saja merugikan keuangan negaradan perekonomian negara tetapi juga telah melanggar
hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat luas
2.Solusi pemberantasan korupsi dalam perspektif hukum administrasi negarayakni sebagai berikut : (1)
Cara sistemik-struktural, yaitu mendaya-gunakansegenap supra struktur maupun infrastruktur politik
dan pada saat yang samamembenahi birokrasi, (2) Cara abolisionistik yaitu usaha menghilangkansebab-
sebab suatu kejahatan, (3) cara moralistik yaitu usaha penanggulangannya harus pula terarah pada
faktor moral manusia sebagai pengawas aktivitas-aktivitas tersebut (4) program publik di mana
perubahanakan program-program publik akan memperkecil insentif untuk memberi suapdan
memperkecil jumlah transaksi dan memperbesar peluang bagi wargamasyarakat untuk mendapatkan
pelayanan publik; (5) perbaikan organisasi pemerintah di mana perlu perubahan pada cara pemerintah
menjalankantugasnya sehari-hari, (6) kesadaran masyarakat dalam hal berpartisipasimemberantas
korupsi serta (7) Pembentukan Lembaga Pencegah Korupsi

3.2 Saran

Upaya-upaya untuk menangkal korupsi akan kurang berhasil bila ancaman atau hukuman yang dilakukan
hanya setengah-setengah. Oleh karena itu, upayatersebut hendaknya harus dimulai secara sistematis,
melibatkan semua unsur masyarakat. Akar dari tindakan korupsi tersebut juga adalah tidak adanya
usaha bahu-membahu antara masyarakat dan pemerintah dan perasaan terlibat dengankegiatan-
kegiatan pemerintah baik di kalangan pegawai negeri maupun dalam masyarakat pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54fbbf142fc22/arti-menyalahgunakan-wewenang-dalam-
tindak-pidana-korupsi2.

http://digilib.unila.ac.id/7551/10/BAB%20I.pdf3.
https://http716.wordpress.com/2017/02/05/3-wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-
administrasi/4.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/viewFile/5396/49035.

https://news.detik.com/berita/d-3621894/icw-dalam-6-bulan-226-kasus-korupsi-rugikan-negara-rp-183-
t6.

http://lancarekofals.blogspot.co.id/2014/08/tindak-pidana-korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai