Anda di halaman 1dari 13

PERAN RELAWAN RBCD DALAM MENUMBUHKAN RASA

KEMANDIRIAN PADA ANAK BINAAN

Miftahul Jannah, 2020203870232003


miftahuljannah08@iainpare.ac.id
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Parepare

PENDAHULUAN
A. Identifikasi Masalah
Pendidikan dan perkembangan anak merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam pembangunan masyarakat. Pada dasarnya, pembentukan
karakter dan nilai-nilai positif pada anak-anak adalah kunci untuk
menciptakan generasi yang tangguh dan berdaya saing. Dalam upaya ini,
peran relawan dalam pengembangan anak binaan sangatlah penting. Salah
satu kelompok relawan yang memiliki peran penting dalam mengembangkan
kemandirian anak adalah RBCD.
Pemahaman akan pentingnya pendidikan dan pengasuhan anak binaan
yang efektif telah menjadi perhatian utama dalam upaya menciptakan
generasi muda yang berkualitas. Anak-anak yang tinggal di panti asuhan,
lembaga sosial, atau berada di bawah perwalian negara sering kali
memerlukan perhatian khusus dalam pembentukan karakter dan
perkembangan pribadi mereka (Kurnia, 2021). Dalam konteks ini, peran
relawan yang terlibat dalam Program Relawan Binaan dan Pembinaan Anak
RBCD telah muncul sebagai elemen kunci dalam membantu menumbuhkan
rasa kemandirian pada anak-anak binaan.
RBCD adalah kelompok relawan yang memiliki komitmen kuat untuk
mendukung dan membantu anak-anak binaan dalam meningkatkan rasa
kemandirian mereka. Kemandirian merupakan salah satu aspek penting dalam
perkembangan anak, karena ini akan memengaruhi kemampuan mereka untuk
mengatasi tantangan dan meraih kesuksesan di masa depan. Namun,
meskipun peran relawan RBCD dalam menumbuhkan rasa kemandirian pada
anak binaan sangat penting, masih ada berbagai masalah dan tantangan yang
perlu diidentifikasi dan dipecahkan.
Rasa kemandirian adalah aspek penting dalam pembentukan
individu yang mandiri, tangguh, dan berkontribusi positif dalam
masyarakat. Namun, anak-anak binaan seringkali menghadapi tantangan
dalam mengembangkan rasa kemandirian mereka, terutama karena latar
belakang mereka yang penuh dengan ketidakpastian, ketidakstabilan,
atau bahkan trauma. Salah satu masalah yang perlu diidentifikasi adalah
rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peran relawan
dalam pengembangan anak-anak (Fitri, 2022).
Terkadang, relawan RBCD mungkin tidak mendapatkan dukungan
yang cukup dari masyarakat atau pihak-pihak terkait, yang dapat menghambat
kemampuan mereka untuk memberikan pengaruh positif pada anak-anak
binaan. Selain itu, kurangnya sumber daya dan pelatihan yang memadai untuk
relawan RBCD juga menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Tanpa
keterampilan dan pengetahuan yang memadai, relawan mungkin kesulitan
dalam memberikan bimbingan dan dukungan yang efektif kepada anak-anak
binaan mereka.
Anak-anak yang tinggal di lembaga binaan sering kali telah
mengalami trauma atau kehilangan orang tua, yang dapat menghambat
perkembangan kemandirian mereka. Relawan perlu menghadapi tantangan ini
dan membantu anak-anak mengatasi mereka. Relawan dalam program ini
menjadi model peran yang positif bagi anak-anak binaan. Mereka membantu
dalam membentuk nilai-nilai, etika, dan norma-norma yang mendukung
perkembangan kemandirian. Relawan tidak hanya memberikan dukungan
emosional tetapi juga dapat mengajarkan keterampilan praktis seperti
keterampilan sosial, keuangan, dan profesional yang penting dalam
mengembangkan kemandirian (Nurcahyani, 2022).
Hubungan antara relawan dan anak binaan adalah elemen kunci dalam
membantu anak-anak membangun rasa percaya diri dan kemandirian. Ini
memerlukan waktu dan keterlibatan yang berkelanjutan. Penting untuk
mengidentifikasi sejauh mana relawan RBCD memahami tantangan dan
kebutuhan khusus anak-anak binaan, serta sejauh mana mereka dapat
membantu dalam menumbuhkan rasa kemandirian. Program RBCD sering
kali terbatas oleh anggaran, sumber daya, dan dukungan yang kurang
memadai. Ini dapat menghambat kemampuan relawan untuk berkontribusi
secara maksimal dalam pembentukan kemandirian anak-anak.

B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Peran
Biddle dan Thomas dalam konsep peran mereka menggambarkan
bahwa peran seseorang dalam kehidupan sosial dapat dibandingkan dengan
penampilan seorang aktor di atas panggung sandiwara. Seperti seorang aktor
yang harus tunduk pada skenario, instruksi sutradara, peran sesama aktor,
tanggapan penonton, dan juga dipengaruhi oleh bakat pribadinya, demikian
juga seseorang dalam kehidupan sosial harus menjalankan perannya sesuai
dengan fungsi yang diberikan oleh struktur sosial.
Edy Suhardono (1994) menjelaskan lebih lanjut bahwa dalam konteks
ilmu sosial, konsep peran mengacu pada bagaimana seseorang menjalankan
tugas atau fungsi yang melekat pada karakterisasi atau posisinya dalam
struktur sosial. Dengan kata lain, peran sosial seseorang adalah bagaimana
mereka berperilaku dan berfungsi dalam masyarakat sesuai dengan peran atau
posisi mereka dalam struktur sosial tersebut.
Menurut Soerjono Soekanto (2012:212), peranan (role) dapat
dianggap sebagai aspek dinamis dari kedudukan (status). Ini berarti bahwa
ketika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia dianggap menjalankan suatu peranan. Peranan lebih
berfokus pada fungsi, penyesuaian diri, dan dianggap sebagai suatu proses.
Dalam penguraian yang lebih singkat (Soerjono Soekanto, 2012:441),
peranan dibagi menjadi empat unsur, yaitu:
a. Aspek dinamis dari kedudukan, yang mencerminkan perubahan dan
penyesuaian dalam peran seseorang.
b. Perangkat hak dan kewajiban, yang menggambarkan apa yang diharapkan
dari pemegang peran dalam kedudukannya.
c. Perilaku sosial dari pemegang kedudukan, yaitu cara orang tersebut
berperilaku dan berinteraksi dalam peran sosialnya.
d. Bagian dari aktivitas yang dimainkan oleh seseorang dalam melaksanakan
peran tersebut.
Adapun cakupan dalam peranan menurut Levinson (Soerjono
Soekanto, 2012) adalah sebagai berikut:
a. Peranan mencakup aturan-aturan yang terkait dengan posisi atau peran
seseorang dalam masyarakat. Dalam konteks ini, peranan adalah
serangkaian peraturan yang memberikan panduan kepada individu dalam
berinteraksi dalam kehidupan sosial.
b. Peranan juga bisa dianggap sebagai suatu konsep yang menggambarkan
tindakan yang dapat dilakukan oleh individu dalam kerangka organisasi
masyarakat.
c. Selain itu, peranan dapat digambarkan sebagai perilaku individu yang
memiliki signifikansi penting dalam struktur sosial masyarakat.
George Booeree (2010:106-107) mengemukakan bahwa peranan
terkait dengan harapan-harapan kompleks yang ditempatkan oleh masyarakat
pada cara individu seharusnya berperilaku dan bertindak dalam situasi
tertentu, berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Sebagai contoh, dalam
sebuah perusahaan, peranan sosial dan kepemimpinan seorang pimpinan
perusahaan ditentukan oleh harapan yang ditempatkan oleh orang lain pada
mereka sebagai pemimpin perusahaan. Dalam konteks ini, peranan dapat
dibedakan menjadi peranan sosial dan peranan individu.
Peranan sosial merujuk pada harapan-harapan sosial terhadap perilaku
dan sikap yang terkait dengan status tertentu, tanpa memperhatikan
karakteristik individu yang menduduki status tersebut. Sementara peranan
individu adalah harapan-harapan terkait dengan perilaku dalam status tertentu
yang berkaitan erat dengan karakteristik khusus individu tersebut, sesuai
dengan status mereka dalam situasi tertentu. Peranan sosial muncul ketika
individu hidup dalam interaksi dengan orang lain, terutama dalam konteks
kelompok sosial. Untuk memahami peranan tersebut, individu harus belajar
atau mengalami perannya dalam masyarakat.

2. Pengertian Kemandirian Anak


Desmita (2011:19) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan
individu untuk mengontrol dan mengelola pikiran, perasaan, dan tindakan
mereka sendiri dengan kebebasan, serta mampu mengatasi perasaan-perasaan
seperti malu dan keraguan secara mandiri. Dalam konteks ini, kemandirian
seringkali mencakup kemampuan individu untuk mengambil kendali atas
nasib mereka sendiri, menunjukkan kreativitas dan inisiatif, mengatur
perilaku mereka, bertanggung jawab, memiliki kemampuan untuk
mengendalikan diri, membuat keputusan sendiri, dan memiliki kemampuan
untuk mengatasi masalah tanpa bergantung pada bantuan orang lain.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Masrun dan rekan-rekannya
(2000) menjelaskan bahwa kemandirian adalah sebuah karakteristik yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak secara independen, melakukan
tindakan atas inisiatif sendiri, mengejar pencapaian, memiliki keyakinan kuat,
dan memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu tanpa bergantung pada
bantuan orang lain. Kemandirian juga mencakup kemampuan individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapi, mengendalikan tindakan mereka sendiri,
memengaruhi lingkungan sekitar, memiliki keyakinan diri terhadap
kemampuan yang dimiliki, menghargai diri sendiri, dan merasa puas dengan
usaha yang mereka lakukan. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai suatu
sikap yang berkembang secara bertahap selama proses perkembangan
individu. Dalam proses ini, individu terus belajar untuk menjadi lebih mandiri
dalam menghadapi berbagai situasi dalam lingkungan mereka, sehingga
mereka mampu berpikir dan bertindak secara mandiri.
C. Metode
Artikel ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis, karena artikel ini akan memberikan penjelasan secara
deskriptif bukan berdasarkan statistik atau angka. Sumber yang digunakan
dalam artikel ini bersumber dari jurnal, skripsi, dan artikel ilmiah terkait.
Analisis data yang dilakukan ialah dengan melakukan penarikan kesimpulan
pada beberapa jurnal terkait yang sesuai dengan ruang lingkup artikel ini.

PEMBAHASAN
Peranan Relawan RBCD dalam Menumbuhkan Rasa Kemandirian Pada
Anak Binaan
Kemandirian adalah kemampuan individu untuk mengendalikan dan
mengatur pikiran, perasaan, serta tindakan mereka sendiri secara bebas. Selain itu,
kemandirian juga melibatkan usaha individu untuk mengatasi perasaan-perasaan
seperti malu dan keragu-raguan. Menurut pandangan Desmita (2011), dalam
konteks ini, kemandirian sering dikenali dengan adanya kemampuan untuk
mengambil kendali atas nasib pribadi, menunjukkan inisiatif kreatif, mengatur
perilaku, bertanggung jawab, memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri,
membuat keputusan secara mandiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa
ketergantungan pada bantuan orang lain (Kurniawati & Sulistiani, 2019).
Peranan fasilitatif yang dimainkan oleh relawan RBCD berhubungan
dengan kemampuan mereka dalam mendukung kebutuhan anak-anak yang mereka
bina. Ini mencakup pemenuhan kebutuhan anak-anak tersebut baik yang bersifat
materiil maupun nonmateriil, serta melibatkan pendekatan personal. Sejauh ini,
pemberian fasilitasi dalam bentuk materiil telah berjalan dengan baik, termasuk
penyediaan alat tulis, perlengkapan sholat, buku bacaan, dan juga rencana untuk
memberikan program beasiswa sekolah kepada anak-anak yang dibina oleh
relawan RBCD di masa depan.
Penyediaan fasilitasi dalam bentuk materiil memiliki peran penting dalam
mendorong perkembangan perilaku mandiri anak-anak. Ini membantu anak-anak
untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas-tugas atau kewajiban mereka.
Berkaitan dengan fasilitasi dalam bentuk nonmateriil, Relawan RBCD
melaksanakannya melalui kegiatan yang disesuaikan dengan minat dan keinginan
anak-anak, termasuk pelatihan, pembelajaran, dan permainan. Selain itu, relawan
RBCD juga sering memberikan layanan sukarela secara fleksibel sebagai bentuk
perhatian terhadap kondisi anak-anak yang mereka bina.
Pemberian fasilitasi dalam bentuk nonmateriil memiliki peran yang
signifikan dalam membentuk kemandirian anak-anak dalam aspek emosi, sosial,
perilaku, dan berpikir. Melalui program kegiatan yang fokus pada perkembangan
emosional anak, ini membantu anak-anak melatih kemampuan mereka dalam
mengendalikan emosi mereka. Terkait dengan aspek kemandirian sosial, anak-
anak diperkenalkan dengan kondisi lingkungan setempat yang seringkali berubah-
ubah, memaksa mereka untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan tersebut.
Anak-anak juga menghadapi banyak orang yang aktif di lingkungan tersebut,
yang mengharuskan mereka untuk berinteraksi dengan berbagai individu,
terutama orang-orang yang baru mereka kenal (Astuti, 2022).
Hingga saat ini, program pembelajaran dan pelatihan berjalan lancar dan
sesuai dengan jadwal pengajaran rutin mingguan yang telah ditetapkan. Dalam
implementasi kegiatan pembelajaran rutin ini, pemberian materi lebih berfokus
pada pendekatan nonformal, dianggap lebih efektif, praktis, dan lebih sesuai
dengan kebutuhan anak-anak. Seiring berjalannya waktu, program tersebut lebih
berorientasi pada pengembangan minat dan bakat anak-anak melalui pelatihan.
Penyusunan program pembelajaran tidak lagi bergantung pada kurikulum atau
silabus, sehingga kegiatan berjalan lebih organik, tetapi tetap terencana dengan
berpusat pada keinginan anak. Pendekatan ini diadopsi agar program
pembelajaran dan pelatihan lebih dapat diterima dengan baik oleh anak-anak yang
menjadi pesertanya (Sari, 2019).
Melalui pelaksanaan peran edukatif yang terkait dengan program
pembelajaran dan pelatihan, terdapat kontribusi signifikan terhadap peningkatan
kemandirian emosional, sosial, dan perilaku anak. Dengan fokus pada
pengembangan aspek emosional anak, program pembelajaran dan pelatihan dapat
membantu anak-anak untuk lebih terampil dalam mengelola emosi mereka. Di
samping itu, melalui pelaksanaan berbagai program pembelajaran dan pelatihan,
anak-anak menjadi terbiasa beradaptasi dengan berbagai kondisi dan situasi di
lingkungan sekitar, serta terlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
(Nurhasanah & Sulistyningsih, 2020). Sejalan dengan hal tersebut, relawan RBCD
melaksanakan beberapa program yang bertujuan untuk menumbuhkan
kemandirian anak binaan, yaitu 1) Kampung Ngajar, dan 2) Lapak Baca/G5
(Generasi Literasi Baca). Adapun penjelasan ketiga program tersebut sebagai
berikut:

1. Kampung Ngajar
Kampung Ngajar oleh relawan RBCD adalah sebuah program
pendidikan alternatif yang bertujuan untuk membantu anak-anak binaan
dalam menumbuhkan rasa kemandirian. Program ini dijalankan oleh relawan
yang tergabung dalam RBCD (Relawan Belajar Cerdas dan Damai), sebuah
organisasi nirlaba yang fokus pada pendidikan dan pemberdayaan anak-anak
di lingkungan binaan. Tujuan utama dari Kampung Ngajar adalah
memberikan pelatihan, bimbingan, dan pendampingan kepada anak-anak agar
mereka bisa mandiri, mengembangkan potensi diri, dan meraih masa depan
yang lebih baik. Program dimulai dengan identifikasi anak-anak binaan yang
akan berpartisipasi dalam Kampung Ngajar. Anak-anak ini biasanya berasal
dari keluarga yang kurang mampu, dan mereka dipilih berdasarkan kriteria
tertentu, seperti usia, kebutuhan pendidikan, dan potensi untuk berkembang.
Relawan RBCD merencanakan materi pelatihan berdasarkan
kebutuhan dan tingkat pengetahuan peserta. Materi pelatihan dapat mencakup
berbagai bidang, seperti literasi, numerasi, keterampilan hidup,
kewirausahaan, keterampilan sosial, dan sebagainya. Tujuannya adalah agar
anak-anak mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari dan masa depan mereka. Kampung Ngajar biasanya
dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil atau kelas-kelas kecil yang
dipandu oleh relawan. Program ini dapat berlangsung selama beberapa bulan
atau bahkan lebih lama, tergantung pada kompleksitas materi pelatihan.
Kegiatan dilaksanakan di lokasi yang nyaman dan aman bagi anak-anak.
Selain sesi kelas, relawan RBCD juga memberikan pendampingan
individual kepada anak-anak. Ini dapat berupa sesi konseling, bimbingan
akademik, atau berbagi pengalaman pribadi. Tujuannya adalah memberikan
dukungan dan motivasi kepada setiap anak untuk mencapai tujuan mereka.
Salah satu fokus utama program ini adalah mengajarkan anak-anak
keterampilan kemandirian. Ini mencakup hal-hal seperti perencanaan waktu,
manajemen keuangan, pemecahan masalah, dan keterampilan interpersonal.
Dengan menguasai keterampilan ini, anak-anak menjadi lebih mandiri dalam
mengatasi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Relawan RBCD secara berkala mengevaluasi kemajuan anak-anak
dalam program. Hal ini melibatkan pengukuran kemajuan akademik,
perkembangan keterampilan kemandirian, dan perubahan dalam sikap dan
perilaku. Hasil evaluasi digunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu
ditingkatkan dan menyesuaikan program sesuai kebutuhan anak-anak.
Relawan RBCD juga berusaha untuk melibatkan keluarga dan komunitas
dalam program ini. Mereka berkomunikasi dengan orangtua atau wali anak-
anak binaan untuk mendapatkan dukungan mereka dan menjelaskan manfaat
program ini. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait dalam komunitas juga
dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan
anak-anak.

Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan Kampung Ngajar


2. Lapak Baca/G5 (Generasi Literasi Baca)
Pelaksanaan lapak baca oleh relawan RBCD bagi anak-anak binaan
merupakan inisiatif yang sangat penting dalam menumbuhkan rasa
kemandirian anak-anak. Lapak baca adalah tempat di mana anak-anak dapat
mengakses berbagai buku, majalah, dan materi bacaan lainnya secara gratis.
Kegiatan ini membantu anak-anak untuk mengembangkan minat baca,
meningkatkan literasi mereka, serta memberi mereka kesempatan untuk
belajar mandiri. Dalam konteks ini, relawan RBCD memiliki peran yang
krusial dalam memfasilitasi dan membimbing anak-anak dalam proses ini.
Pelaksanaan lapak baca dimulai dengan menyiapkan ruang baca yang
nyaman dan mengundang, serta mengumpulkan koleksi buku dan materi
bacaan yang sesuai dengan berbagai tingkat usia dan minat anak-anak.
Relawan RBCD berperan dalam memilih, mengelola, dan merawat koleksi
bacaan. Mereka juga harus memastikan bahwa lapak baca memiliki fasilitas
seperti meja, kursi, dan penerangan yang cukup sehingga anak-anak dapat
membaca dengan nyaman. Relawan RBCD perlu membangun hubungan yang
kuat dan saling percaya dengan anak-anak binaan. Ini memungkinkan mereka
untuk memahami minat, kebutuhan, dan tantangan individu yang dihadapi
setiap anak. Melalui komunikasi yang efektif, relawan dapat memotivasi
anak-anak untuk aktif dalam kegiatan membaca, serta membantu mereka
mengatasi rasa malu atau kebingungan yang mungkin mereka rasakan.
Salah satu peran utama relawan RBCD adalah membantu anak-anak
binaan dalam memilih bacaan yang sesuai dengan minat dan tingkat literasi
mereka. Ini dapat mencakup membantu mereka memahami label usia pada
buku, membaca sampul buku, dan mendengarkan deskripsi buku. Relawan
juga dapat memberi rekomendasi berdasarkan minat anak. Relawan RBCD
bertanggung jawab untuk memberikan panduan dan dukungan saat anak-anak
mulai membaca. Mereka dapat membaca bersama anak-anak, menjelaskan
kata-kata yang mungkin sulit dipahami, dan memotivasi anak-anak untuk
melanjutkan membaca meskipun menghadapi kesulitan. Pembimbingan
seperti ini membantu anak-anak membangun kemampuan membaca mereka
dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap teks yang mereka baca.
Relawan RBCD melakukan penyusunan program Generasi Literasi
Baca yang dirancang khusus untuk memperkenalkan anak-anak binaan pada
kegiatan membaca dan literasi. Program ini biasanya melibatkan serangkaian
kegiatan yang menarik dan interaktif, seperti cerita bersama, lokakarya
menulis, diskusi buku, dan kegiatan kreatif lainnya yang dapat menarik minat
anak-anak. Relawan RBCD memilih materi bacaan yang sesuai dengan minat
dan usia anak-anak. Materi bacaan yang menarik dan bervariasi membantu
membangun minat baca anak-anak serta menginspirasi mereka untuk
memperluas pengetahuan dan imajinasi mereka.
Setelah anak-anak membaca buku atau cerita, relawan RBCD
mengadakan sesi diskusi dan refleksi. Melalui diskusi ini, anak-anak diberi
kesempatan untuk berbicara tentang apa yang mereka pelajari dari buku
tersebut, bagaimana cerita itu memengaruhi mereka, dan bagaimana mereka
bisa menerapkan pelajaran dari buku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selain memahami cerita atau buku yang mereka baca, relawan RBCD juga
membantu anak-anak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Mereka didorong untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan
informasi yang mereka dapatkan dari bacaan. Ini membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan kritis yang penting dalam mengeksplorasi dan
memahami dunia di sekitar mereka.
Relawan RBCD mendorong kemandirian anak-anak dengan
melibatkan mereka dalam kegiatan kreatif, seperti menulis cerita atau
membuat karya seni terinspirasi dari bacaan mereka. Hal ini membantu anak-
anak merasa percaya diri dalam mengekspresikan diri mereka sendiri dan
meningkatkan kemampuan kreatif mereka. Selain meningkatkan kemandirian,
relawan RBCD juga membangun hubungan emosional yang sehat dengan
anak-anak binaan. Mereka menciptakan lingkungan yang aman dan
mendukung di mana anak-anak merasa nyaman untuk berbagi pendapat dan
perasaan mereka. Ini penting dalam membantu anak-anak merasa dihargai
dan didengarkan, yang pada gilirannya akan memperkuat rasa percaya diri
dan kemandirian mereka.
Relawan RBCD juga bertanggung jawab untuk mempromosikan
minat baca yang kuat di antara anak-anak. Mereka dapat mengadakan
kegiatan seperti kelompok diskusi buku, lomba baca, atau acara membaca
yang menarik. Ini tidak hanya membantu anak-anak merasa termotivasi untuk
membaca, tetapi juga memperluas pengetahuan mereka melalui berbagai
genre dan topik. Penting untuk terus memantau perkembangan literasi anak-
anak binaan. Relawan RBCD harus melakukan evaluasi berkala untuk
memastikan bahwa program lapak baca memberikan manfaat yang sesuai.
Mereka juga harus membantu anak-anak menetapkan tujuan dalam hal literasi
dan membantu mereka mengukur kemajuan mereka.

Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan Lapak Baca/G5

KESIMPULAN
Relawan RBCD memainkan peran krusial dalam menumbuhkan rasa
kemandirian pada anak-anak binaan melalui berbagai kegiatan literasi, diskusi,
dan interaksi. Mereka tidak hanya menyediakan akses kepada materi bacaan yang
bermutu tetapi juga memotivasi anak-anak untuk berpikir kritis, berbicara,
mengekspresikan diri, dan menerapkan pelajaran dari bacaan ke dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung, relawan
RBCD membantu anak-anak merasa dihargai dan didengarkan, yang pada
gilirannya memperkuat rasa percaya diri mereka. Melalui berbagai kegiatan
kreatif seperi kampung ngajar dan lapak baca/G5, relawan RBCD juga
merangsang pertumbuhan kemandirian anak-anak dan membantu mereka merasa
yakin dalam mengejar tujuan serta mengembangkan keterampilan pribadi.
Keseluruhan, peran relawan RBCD sangat penting dalam membantu anak-anak
binaan mengembangkan rasa kemandirian yang akan membawa manfaat jangka
panjang dalam kehidupan mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D., Nursalim. 2022. Peningkatan Kemandirian Anak Binaan Melalui
Gerakan Literasi. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 18(1), 1-14.
Booree, C. G. 2010. Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Fitri, Ika. 2022. Peran Relawan dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Binaan
di Panti Asuhan Baitul Muttaqin. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
6(1), 1-10.
Kurnia, A. 2021. Peran Relawan dalam Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada
Anak Binaan di Panti Asuhan Al-Ikhlas. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 5(1), 1-10.
Kurniawati, T., Sulistiani, N, M. 2019. Peningkatan Kemandirian Anak Binaan
melalui Gerakan Literasi. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(2), 1-10.
Nurcahyani, E. 2022. Gerakan Literasi Untuk Kemandirian Anak. Jurnal
Pendidikan Karakter, 8(2), 12-23.
Nurhasanah, S., Sulistyoningsih, H. 2020. Dampak Gerakan Literasi terhadap
Peningkatan Kemandirian Anak Binaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 22(1), 1-12.
Sari, N., Safitri, A. 2019. Efektivitas Gerakan Literasi terhadap Peningkatan
Kemandirian Anak Binaan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 1-10.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai