Anda di halaman 1dari 9

VINAYA BHIKKHU YANG PERLU DIKETAHUI PERUMAH TANGGA

Pelanggaran dan
Perizinan terkait
Bhikkhu dan Uang
Istilah-Istilah yang Perlu Diketahui:
1. Dāyaka: Donatur. Yang melakukan pemberian.
2. Kappiya-kāraka: Yang membuat layak. Perumah
tangga yang membantu bhikkhu menyelesaikan hal-hal
yang tidak layak ditangani oleh bhikkhu.
3. Veyyāvaccakara: Petugas. Merupakan sebutan lain
kappiya-kāraka.
4. (Catu)paccaya: (Empat)kebergantungan, yaitu: jubah,
makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan.
5. Pavāraṇā: Undangan/pernyataan kesanggupan. Salah
satunya: pavāraṇā sokongan perumah tangga kepada
bhikkhu, berlaku empat bulan.
6. Kappiya-vohāra: Ungkapan yang pantas. Keberhati-
hatian dalam menggunakan kata-kata agar tidak
melanggar vinaya.
Maṇicūḷakasutta, Saṁyuttanikāya
(S iv 326):
"Yassa kho, gāmaṇi, jātarūparajataṁ kappati, pañcapi
tassa kāmaguṇā kappanti. Yassa pañca kāmaguṇā
kappanti, ekaṁsenetaṁ, gāmaṇi, dhāreyyāsi
assamaṇadhammo asakyaputtiyadhammo"ti.

"Wahai Kepala Desa, kepada siapa pun uang


diperbolehkan, maka kepada dirinya juga lima jenis
kesenangan indriawi diperbolehkan; kepada siapa pun
lima jenis kesenangan indriawi diperbolehkan, maka
engkau dapat memegang bahwa dia tidak memiliki
sikap seperti samaṇa, bukanlah putra Sakya."
Perizinan Meṇḍaka (Vin i 245):
“Wahai para Bhikkhu, terdapat manusia-manusia
berkeyakinan dan berkesalutan yang menyerahakan
koin emas (uang) di tangan kappiyakāraka dan
mengatakan, 'Berikan sesuatu yang layak kepada Yang
Mulia menggunakan ini.’ Saya izinkan, para bhikkhu,
untuk bersenang atas hal yang layak yang didapat dari
hal tersebut. Namun, saya tidak mengatakan bahwa
uang dapat dicari untuk disenangi.”
Sikkhāpada terkait Uang:
NP 18: “Seorang bhikkhu yang menerima, menyuruh
terima, ataupun menyenangi emas perak (uang) yang
disimpankan untuknya, adalah pelanggar nissaggiya-
pācittiya.”

NP 19: “Seorang bhikkhu yang melakukan pertukaran


rūpiya (uang) dengan berbagai ragamnya, adalah
pelanggar nissaggiya-pācittiya.”

NP 20: “Seorang bhikkhu yang melakukan jual beli


dengan berbagai ragamnya, adalah pelanggar
nissaggiya-pācittiya.”
Tata Cara yang Pantas, Merujuk NP 10:
1. Donatur/perwakilan menanyakan kepada bhikkhu:
“Adakah kappiya-kāraka/veyyāvaccakara Bhante?" Jika
sudah diketahui, tidak perlu ditanyakan.
2. Kappiya-kāraka/veyyāvaccakara bisa ditentukan oleh
bhikkhu bersangkutan, oleh donatur, atau menawarkan
diri.
3. Setelah menyerahkan uang kepada kappiya-
kāraka/veyyāvaccakara, memberi tahu bhikkhu tersebut,
mengundang untuk mendapatkan kebutuhannya,
dengan kalimat yang sesuai atau saat ini biasa digunakan
kertas.
4. Bhikkhu tersebut bisa meminta kebutuhan yang layak
kepada kappiya-kāraka/veyyāvaccakara dengan berbicara
paling banyak tiga kali, lalu berdiri diam (memberi isyarat)
paling banyak enam kali.
Contoh-Contoh Kalimat yang Pantas:
Saat menitipkan uang untuk kebutuhan kepada kappiyakāraka:
“Gunakanlah untuk mendapatkan kebutuhan Bhante.”
“Ini dāna untuk kebutuhan Bhante.”

Saat mengundang bhikkhu untuk mendapatkan


kebutuhannya:
“Bhante, kami telah menitipkan dāna untuk kebutuhan
Bhante yang senilai dengan Rp500.000,00, kepada
kappiyakāraka yang ditunjuk. Semoga Bhante berkenan
mendapatkan kebutuhan yang layak.”

Prinsipnya adalah tidak sampai muncul anggapan bahwa uang


itu didānakan kepada bhikkhu. Namun, penggunaannya
diizinkan untuk mendapatkan kebutuhan bhikkhu.
Ragam Cara Lainnya:
1. Memungkinkan bagi donatur untuk menyimpankan
sendiri dulu uang tersebut, sebatas memberi informasi
kepada bhikkhu dapat meminta kepadanya apa pun yang
yang bisa didapatkan sebatas nominal yang disebutkan.
Contoh: "Bhante, mohon berkenan untuk menghubungi
saya bilamana Bhante membutuhkan sesuatu yang
memiliki nilai setara dengan Rp150.000,00."
2. Jika hendak melakukan transfer ke rekening, yang harus
ditanyakan adalah, "Apakah saya bisa mengetahui nomor
rekening kappiya-kāraka Bhante?" Sehingga tidak
menggunakan istilah yang mengarah kepada
pelanggaran vinaya.
3. Demikian juga ragam-ragam cara yang lainnya bisa
disesuaikan dengan prinsip-prinsip yang berlaku.
Simpulan Mengenai Uang:
Tidak semestinya dimengerti sebagai “berdana
uang” kepada bhikkhu. Karena, seorang
bhikkhu sudah lepas dari kepemilikan uang.
Dalam sudut pandang lain, uang yang
dititipkan kepada kappiya-kāraka sepatutnya
dimengerti sebagai masih milik donatur.
Bhikkhu tersebut hanya bisa mendapatkan
barang-barang yang bisa ditukar dengan uang
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai