BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian pertama oleh Skolastika Dian Rosita Sari, Eko Agus Susilo,
Harril Brimantyo, “Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan kerja Terhadap
Kepuasan Kerja (Studi pada Karyawan Bagian Pabrikasi PG Kebon Agung
Malang)”, Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 4 No.2, Juni 2017, p 121-128 p-
ISSN : 1829-7528 e-ISSN : 2581-1584. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kepuasan
Kerja PG Kebon Agung Malang. Jumlah anggota populasi pada penelitian ini
sebanyak 241 orang karyawan. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple
random sampling. Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin,
diperoleh hasil sebanyak 150 responden. Penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data dan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda
untuk mengukur pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu
keselamatan (X1) dan kesehatan kerja (X2) sebagai variabel independent dan
kepuasan kerja sebagai variabel dependent (Y). Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh signifikan dan
positif terhadap kepuasan kerja PG Kebon Agung Malang. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai Adjusted R Square sebesar 0,427 atau 4,27% dengan signifikansi F
sebesar 0,000 dan pengaruh secara parsial juga menunjukkan signifikan, dalam
penelitian ini ditemukan bahwa variabel Kesehatan Kerja mempunyai pengaruh
8
9
yang lebih besar terhadap variabel lainnya, hal ini ditunjukkan dengan Koefisien
Regresi sebesar 0,636.
3. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
5. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembahan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara cuaca, sinar radiasi,
kebisingan dan getaran
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik, fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan, memperoleh penerangan
yang cukup dan sesuai.
8. Menyelenggarakan suhu kan kelembahan udara yang baik.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Menerapkan ergonomi di tempat kerja.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Untuk dapat menciptakan kondisi yang aman dan sehat dalam bekerja
diperlukan adanya unsure-unsur dan prinsip-prinsip keselamatan kerja. Adapun
unsur-unsur keselamatan kerja menurut Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi
(2007:5) antara lain adalah :
1. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
3. Adanya peraturan pembagiaan tugas dan tanggungjawab.
4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat
lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu, kotoran, asap rokok,
1
uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman
dari arus listrik, lampu penerangan cukup memedai, ventilasi dan sirkulasi
udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan.
5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
6. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
Fall restraint solution, yang mencegah resiko area jatuh. Gunakan solusi
pengekang jatuh yang direkomendasikan pada EI (saat bekerja di atap / top
sangkar).
5. Fall restrain solution
a. Full body harness dengan D-ring di punggung.
b. Lanyard yang dapat disesuaikan, dengan penguhubung, yang sesuai dan
tanpa penyerap tegangan.
c. Titik jangkar (harus bersertifikasi).
d. Sling.
2. Mental Health
a. Availability of psychiatric specialist and instructions (tersedianya
penyuluhan kejiwaan dan psikiater).
b. Coorperation with outside psychiatric specialist and instructions (kerja
sama dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar organisasi).
c. Education of company personnel concerning the nature and importance of
the mental health problem (pendidikan personalia perusahaan sehubungan
dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental).
d. Development and maintenance of aproper human relations program
(pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang
tepat).
inovatif, bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif dan memiliki perasaan
bebas untuk memilih, menyatakan pendapat dan bertindak.
3. Sosial, yaitu memiliki perasaan empati dan rasa kasih sayang (affection)
terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang-
orang yang memerlukan pertolongan (sikap alturis), mampu berhubungan
dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan dan bersifat
toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan,
politik, agama, suku, ras, atau warna kulit.
4. Moral-religius, yaitu beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajaran Nya,
jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal. Uraian diatas,
menunjukan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan yang tidak sehat cirinya
antara lain perasaan tidak nyaman (inadequacy), perasaan tidak aman
(insecurity), kurang memiliki rasa percaya diri (self-confidence), kurang
memahami diri (self-understanding), kurang mendapat kepuasan dalam
berhubungan sosial, ketidakmatangan emosi, kepribadiannya terganggu,
mengalami patologi dalam struktur sistem syaraf. (Yusuf (2009).
1. Lingkungan kerja secara medis Sarana dalam hal ini lingkungan kerja secara
medis dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam menangani hal-hal sebagai
berikut :
a. Kebersihan lingkungan kerja.
b. Suhu udara dan ventilasi ditempat kerja.
c. Sistem pembuangan sampah dan limbah industri.
2. Sarana kesehatan tenaga kerja
Upaya-upaya dari perusahaan untuk meningkatkan kesehatan dari tenaga
kerjanya hal ini dapat di lihat dari:
a. Penyedia air bersih.
b. Sarana olah raga dan kesempatan rekreasi.
c. Sarana kamar mandi dan WC.
d. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
3. Sarana pemeliharaan kesehatan kerja :
a. Pemeliharaan makanan yang bergizi.
b. Pelayanan kesehatan tenaga kerja.
c. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
Kepuasan kerja merupakan salah satu elemen yang cukup penting dalam
organisasi. Hal ini disebabkan kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku kerja
seseorang seperti malas, rajin, produktif, apatis, dan lain-lain. Sikap puas atau
tidak puas karyawan dapat diukur dari sejauh mana perusahaan atau organisasi
dapat memenuhi kebutuhan karyawan. Bila terjadi keserasian antara kebutuhan
karyawan dengan apa yang diberikan perusahaan, maka tingkat kepuasan yang
dirasakan karyawan akan tinggi, dan sebaiknya. Ketidakpuasan kerja sering
tercermin dari prestasi kerja yang akan rendah, tingkat kemangkiran yang tinggi,
seringnya terjadi kecelakaan kerja, dan bahkan pemogokan kerja yang pada
akhirnya akan sangat merugikan perusahaan.
perusahaan, kondisi fisik perusahaan, relasi rekan kerja dan keamanan dalam
bekerja termasuk dalam hygene factor. Sedangkan motivator factor terdiri atas,
kesempatan dipromosikan, kesempatan untuk mengembangkan diri, tanggung
jawab, serta pencapaian diri. Kedua faktor ini memiliki efek yang kuat dalam
mempengaruhi puas atau tidaknya karyawan dalam perusahaan.
2. Value Theory
Kepuasan karyawan tergantung pada hasil yang didapatkan mereka dari
perusahaan dengan hasil yang mereka inginkan. Semakin banyaknya
kesesuaian yang diinginkan dengan hasil yang didapat maka karyawan merasa
semakin puas.
3. Equity Theory
Teori ini dikembangkan oleh Adam. Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya
karyawan merupakan hasil dari membandingkan antara input dengan outcome
dirinya dengan perbandingan input dengan outcome karyawan lain. Jika
perbandingan tersebut dirasakan seimbang maka karyawan tersebut akan
merasa puas.
4. Discrepancy Theory
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Ia berpendapat bahwa mengukur
kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang
seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan karyawan. Yuwono (2005: 21)
mengemukakan bahwa kepuasan kerja karyawan bergantung pada perbedaan
antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh karyawan. Apabila yang
didapat karyawan ternyata lebih besar dari yang diharapkan maka karyawan
tersebut akan menjadi puas. Sebaliknya jika apa yang didapat karyawan lebih
rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan karyawan tidak puas.
5. Need fulfillment Theory
Kepuasan kerja bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan karyawan.
Karyawan akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkan.
Makin besar kebutuhan karyawan terpenuhi, makin puas pula karyawan
tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila kebutuhan karyawan tidak dapat
terpenuhi, karyawan tersebut akan merasa tidak puas.
3
6. Penghargaan
Karyawan yang mendapatkan penghargaan dari pekerjaan yang telah
dilakukannya bagi perusahaan, akan membuat karyawan tersebut merasa
dihargai dan diakui hasil kerjanya.
7. Fasilitas dari perusahaan
Dukungan fasilitas yang memadai dan lengkap dapat membantu karyawan
untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien.
Tolak ukur kepuasan kerja yang mutlak sulit untuk dicari karena setiap
individu karyawan berbeda standar kepuasannya. Adapun indikator-indikator
kepuasan kerja menurut Robbins (1996) antara lain:
1. Kerja mental yang mendukung.
a. Pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan kerja.
b. Kebebasan karyawan dalam merencanakan pekerjaan.
2. Kondisi kerja yang mendukung.
a. Keadaan fisik tempat kerja.
b. Fasilitas keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
3. Tata bangunan dan tata letak peralatan mesin.
a. Rekan kerja yang mendukung.
b. Kerja sama rekan kerja dalam menyelesaikan tugas.
c. Saran dan kritik dari rekan kerja.
d. Bantuan dan nasihat dari atasan.