Anda di halaman 1dari 6

VALIDASI KONTEN SKENARIO PELECEHAN SEKSUAL

“HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN MITOS PELECEHAN SEKSUAL DENGAN


PELECEHAN SEKSUAL PADA MAHASISWI”

I. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam skenario ini, peneliti akan menyajikan dua skenario yang menggambarkan
insiden pelecehan seksual menggunakan dimensi gender harassment (pelecehan gender) dan
unwanted sexual attention (perhatian seksual yang tidak diinginkan) menurut Fitzgerald,
Gelfand, dan Drasgow (1995) serta penelitian dengan alat ukur serupa oleh Herrera, Herrera,
dan Exposito (2016). Berikut ini adalah uraian singkat mengenai teori tersebut:

Pelecehan seksual didefinisikan sebagai perilaku berbau seksual yang tidak


diinginkan yang dinilai korban sebagai sesuatu yang bersifat menyerang, melebihi tanggung
jawabnya, atau mengancam kesejahteraannya (Fitzgerald, Drasgow, Hulin, Gelfand, &
Magley, 1997).

Pelecehan berbasis gender (gender harassment) dapat dimengerti sebagai beragam


perilaku dan sikap yang menghina baik secara verbal maupun nonverbal yang bersifat
menyinggung, memusuhi, atau merendahkan wanita.

Perhatian seksual yang tidak diinginkan (unwanted sexual attention)


didefinisikan sebagai bermacam-macam perilaku baik verbal maupun nonverbal yang
bersifat menyerang, tidak diinginkan, dan tidak timbal balik. Sebagai contoh, dimensi ini
dapat terdeskripsikan pada perilaku menyentuh atau meraba tanpa izin serta ajakan
berkencan yang tidak resiprokal dan dilakukan berulang-ulang kali dengan unsur paksaan.
II. ASPEK PENYUSUN SKENARIO

No. Kriteria Aspek Penyusun Butir dalam


Skenario Skenario
1. Gender Gender pelaku Nama pelaku dapat
harassment dikenali sebagai laki-
laki.
Gender korban Nama korban dapat
dikenali sebagai
perempuan.
Relasi korban dan Pelaku dan korban
pelaku setara merupakan rekan
kuliah.
Ucapan menyinggung Pelaku mengomentari
dan merendahkan yang pakaian dan bagian
ditujukan pada status tubuh privat korban
gender korban (dada, paha, bokong).
2. Unwanted Gender pelaku Nama pelaku dapat
sexual dikenali sebagai laki-
attention laki.
Gender korban Nama korban dapat
dikenali sebagai
perempuan.
Relasi korban dan Pelaku dan korban
pelaku setara merupakan rekan
kuliah.
Ajakan berbau seksual Pelaku merayu
yang tidak timbal balik korban berulang kali
dengan memaksa.
Sentuhan yang tidak Pelaku menyentuh
konsensual di bagian bagian tubuh korban
tubuh korban tanpa izin.
III. SKENARIO

1. Gender Harassment

Kuliah sore itu berakhir pada pukul 16.00, satu per satu mahasiswa meninggalkan
ruang kuliah. Di ruang tersebut tinggallah Kika dan Bono yang mendapatkan tugas
tambahan dari dosen. Bono menghampiri Kika ke barisan belakang dan duduk di
sampingnya. Tidak berlama-lama Kika pun mengajak Bono untuk mulai mengerjakan
tugas yang diberikan dosen. Ketika Kika sedang sibuk mencari fail di laptopnya, ia tak
sengaja menangkap Bono sedang memandanginya. Pandangan Bono yang awalnya
tertuju pada wajah Kika, lama kelamaan mulai turun ke leher, bahu, hingga ke area dada.
Tiba-tiba Bono menggeser kursinya ke dekat tubuh Kika. Melihat Bono yang terus
menatapinya, Kika pun bertanya,

“Ada apa, Bon?”. Bono pun tersenyum kecil kemudian ia membalas,

“Bajumu tuh kalau aku lihat-lihat ketat banget, ya? Pantas saja selalu dikasih A
sama Pak Bagus.”.

Bono kemudian tertawa.

2. Unwanted Sexual Attention


Kuliah sore itu berakhir pada pukul 16.00, satu per satu mahasiswa meninggalkan
ruang kuliah. Di ruang tersebut tinggallah Kika dan Bono yang mendapatkan tugas
tambahan dari dosen. Bono menghampiri Kika ke barisan belakang dan duduk di
sampingnya. Tidak berlama-lama Kika pun mengajak Bono untuk mulai mengerjakan
tugas yang diberikan dosen. Ketika Kika sedang sibuk mencari fail di laptopnya, Bono
pun menggeser kursinya mendekati Kika.
“Ka, besok malam minggu mau ke mana?” tanya Bono.
“Nonton berdua aja, yuk.” Lanjut Bono.
Kika pun menanggapi ajakan Bono, “Enggak ah kalau cuma berdua.”
Bono tetap gigih meskipun sudah ditolak Kika. Sambil makin mendekatkan
tubuhnya ke arah Kika, Bono merayu Kika sembari berusaha meraih tangannya,
“Ayolah, masa enggak mau sih?”.

IV. PENILAIAN SKOR AIKEN


Berdasarkan kedua skenario di atas, mohon Bapak/Ibu memberikan skor 1 (sangat tidak
relevan dengan skenario pelecehan seksual) sampai dengan 5 (sangat relevan dengan
skenario pelecehan seksual) untuk masing-masing aspek penyusun dalam skenario tersebut.

No. Kriteria Aspek Penyusun Butir dalam Skor Aiken (1


Skenario Skenario s.d. 5)
1. Gender Gender pelaku Nama pelaku dapat 5
harassment dikenali sebagai
laki-laki.
Gender korban Nama korban dapat 5
dikenali sebagai
perempuan.
Relasi korban dan Pelaku dan korban 5
pelaku setara merupakan rekan
kuliah.
Ucapan menyinggung Pelaku 5
dan merendahkan mengomentari
yang ditujukan pada pakaian dan bagian
status gender korban tubuh privat korban
(dada, paha,
bokong).
2. Unwanted Gender pelaku Nama pelaku dapat 5
sexual dikenali sebagai
attention laki-laki.
Gender korban Nama korban dapat 5
dikenali sebagai
perempuan.
Relasi korban dan Pelaku dan korban 5
pelaku setara merupakan rekan
kuliah.
Ajakan berbau Pelaku merayu 5
seksual yang tidak korban berulang
timbal balik kali dengan
memaksa.
Sentuhan yang tidak Pelaku menyentuh 5
konsensual di bagian bagian tubuh korban
tubuh korban tanpa izin.

V. KRITIK DAN SARAN

Apabila Bapak/ Ibu berkenan, mohon Bapak/Ibu memberikan evaluasi dan saran
terkait penuturan cerita insiden pelecehan seksual dalam skenario yang telah disajikan.

Ketika Kika sedang sibuk mencari file di laptopnya, ia tak sengaja menangkap Bono
sedang memandanginya. (ini secara logika agak sulit, kita sedang cari file di laptop,
konsentrasi di situ tapi masih sempat menangkap pandangan orang lain).
Misalnya dimulai dengan sapaan atau tindakan apa sehingga kika mengalihkan
pandangan ke bono mungkin bisa, baru lanjut dialog bono mengomentari baju dan fisik
kika. Bisa juga reaksi Kika terkejut dengan pandangan bono. Perasaan dilecehkan
dengan pandangan bono bisa digali.

Anda mungkin juga menyukai