Anda di halaman 1dari 19

PELECEHAN

SEKSUAL PELECEHAN SEKSUAL


TERHADAP PEREMPUAN
MENINGKAT,
SALAH SIAPA?

Oleh: M. Uut Lutfi, SH.,MH.

Serang, 16-12-2021
CATATAN
KOMNAS PEREMPUAN

Berdasarkan Catatan Tahun 2020


yang disampaikan pada tanggal 5
Maret 2021, tercatat:
Kekerasan seksual sebanyak 590
kasus (56%), Kekerasan Psikis 341
kasus (32%), Kekerasan ekonomi 73
kasus (7%), Kekerasan Fisik 48 (4%)
APA YANG DIMAKSUD PELECEHAN?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjelaskan yang
dimaksud dengan pelecehan adalah bentuk pembedaan dari kata
kerja melecehkan yang berarti menghinakan, memandang rendah,
mengabaikan. Sedangkan seksual memiliki arti hal yang berkenaan
dengan seks atau jenis kelamin, hal yang berkenaan dengan perkara
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.

Menurut Collier (1992) yang


dimaksud dengan pelecehan
seksual adalah segala bentuk
perilaku bersifat seksual yang tidak
diinginkan oleh yang mendapatkan
perilaku tersebut, dan pelecehan
seksual dapat terjadi atau dialami
oleh semua perempuan.
Berperan sebagai figur Ibu/Bapak, pelaku pelecehan mencoba
Menurut Myrtati D Artaria mengutip untuk membuat hubungan seperti mentor dengan korbannya,
Dzeich&Weiner, jenis-jenis pelecehan sementara itu intensi seksualnya ditutupi dengan pretensi
seksual antara lain: berkaitan dengan atensi akademik, profesional, atau personal. Ini
digunakan oleh guru yang melecehkan muridnya.

Anggota Kelompok (geng), dianggap Pemain-kekuasaan atau “liqud pro quo”, Groper, pelaku yang suka
sebagai anggota dari suatu kelompok dimana pelaku melakukan pelecehan ditukar
dengan benefit yang bisa mereka berikan memegang-megang anggota
tertentu. Misalnya, pelecehan dilakukan
pada seseorang yang ingin dianggap karena posisi (sosial)nya, misalnya dalam tubuh korban. Aksi memegang-
sebagai anggota kelompok tertentu, memperoleh atau mempertahankan megang tubuh ini dapat
pekerjaan, mendapatkan nilai bagus,
dilakukan oleh anggota-anggota
rekomendasi, proyek, promosi, order, dan
dilakukan di tempat umum atau
kelompok yang lebih senior.
kesempatan lain. tempar yang sepi.

Pelecehan di tempat tertutup, Incompetent, yaitu orang yang secara Opurtunis, yaitu pelaku mencari
pelecehan ini dilakukan oleh sosial tidak kompeten dan ingin kesempatan adanya kemungkinan
pelaku secara tersembunyi, mendapatkan perhatian dan seseorang yang untuk melakukan pelecehan. Misalnya
tidak mempunyai perasaan yang sama di tempat umum yang penuh sesak,
dengan tidak ingin terlihat oleh terhadap pelaku pelecehan, kemudian pelaku akan mempunyai kesempatan
siapapun, sehingga tidak ada setelah ditolak, pelaku balas dendam mendaratkan tangannya di bagian-
saksi. dengan cara melecehkan si penolak. bagian tubuh tertentu korban.

Lingkungan, yaitu dianggap sexualized environment, lingkungan


Confidante, yaitu pelaku yang suka mengarang cerita untuk
yang mengandung gurauan-gurauan berbau seks, gratifiti yang
menimbulkan simpati dan rasa percaya diri korban. Sebagai
eksplisit menampilkan hal-hal yang seksual dan sebagainya.
contoh, korban mula-mula terbawa perasaan karena pelaku
Biasanya hal ini tidak ditujukan secara personal pada seseorang,
membawa korban pada situasi dimana si korban dipaksa untuk
tetapi bisa menyebabkan lingkungan yang ofensif terhadap orang
menjadi pelipur lara atas penderitaan yang diceritakannya.
tertentu.
Meningatnya pelecehan seksual terhadap perempuan disebabkan
beberapa faktor. Menurut Tangri, Burt dan Jhonson yang dikutip oleh
Annisa dan Hendro (2014) menjelaskan terdapat dau faktor penyebab
terjadinya pelecehan seksual, yaitu faktor natural atau biologis dan
faktor sosial budaya.

Faktor natural atau biologis memiliki


asumsi bahwa laki-laki memiliki dorongan
seksual yang lebih besar dibandingkan
perempuan, sehingga laki-laki yang
cenderung melakukan tindakan terhadap
perempuan.
Faktor Sosial atau Budaya. Faktor ini menggambarkan bahwa
pelecehan seksual adalah manifestasi dari sistem patriakal
dimana laki-laki dianggao lebih berkuasa dan dimana keyakinan
dalam masyarakat mendukung anggapan tersebut. Sehingga
anggapan tersebut telah tertanam dalam pikiran masyarakat.
Selama ini masyarakat cenderung memberikan reward kepada
laki-laki untuk perilaku seksual yang bersifat agresif dan
mendominasi, sedangkan perempuan diharapkan untuk bertindak
lebih pasif dan pasrah.
ANAK ?
Menurut UU No.35 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas UU No 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak: “Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk
anak yang masih dalam
kandungan”.
RUANG LINGKUP/LOKUS
RUMAH TEMPAT BERMAIN&LAPANGAN RUMAH KOSONG
Kasus Persetubuhan yang dilakukan Kasus Persetubuhan dilakukan oleh 2 anak Kasus Pencabulan yang dilakukan
oleh ayah kandung terhadap putrinya usia dibawah 12 tahun terhadap 2 anak usia oleh 3 anak terhadap 5 anak yang
yang berusia 3 tahun. dibawah 10 tahun di lapangan bola. usianya dibawah 5 tahun.

Ruang Lingkup
/Lokus

SEKOLAH TEMPAT IBADAH


Kasus Persetubuhan dan Pencabulan Kasus Persetubuhan dan Pencabulan Kasus Kejahatan Seksual
yang dilakukan oleh oknum guru SD yang dilakukan oleh Marbot merangkap terhadap anak di yayasan/panti
terhadap 11 muridnya. Guru Ngaji terhadap 8 anak.
Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua
Pasal 20 atau Wali berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan
Perlindungan Anak
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA,
PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak
Anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum,
urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau mental.

1 Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), negara berkewajiban
untuk memenuhi, melindungi, dan menghormati Hak Anak.
2
Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
berkewajiban dan bertanggung jawab dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
3
penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Pasal 21
Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak dan melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
Ayat 4 Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan nasional
dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah.
5
dapat diwujudkan melalui upaya daerah
Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
membangun kabupaten/kota layak Anak.
6
Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan kabupaten/kota layak Anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.
TAHAPAN
PENDEKATAN

RT/
RW

Desa/
Kel Dunia Layak Anak

Keluarga
Kecamatan
Indonesia Layak Anak

Kabupaten/ Provinsi
Kota
SPA
SISTEM PERLINDUNGAN
3 KOMPONEN

Kebijakan dan peraturan yang


menggarisbawahi apa harus
dilakukan oleh pihak yang

NORMA dimandatkan

Lembaga yang
dimandatkan untuk Standard dan
melakukan layanan- mekanisme dalam
layanan yang STRUKT PROSES melaksanakan/menjalan
komprehensif, kan norma dan bersifat
termasuk kapasitas dan
fasilitas pendukung
UR teknis (SOP)
PASAL 72 AYAT 3 UU NO 35 TAHUN 2014

Sosialisasi & Masukan  melaporkan


edukasi  hak Anak perumusan pihak berperan aktif 
& peraturan kebijakan yang berwenang jika proses rehabilitasi
perundang- terkait terjadi dan reintegrasi
undangan tentang Perlindungan pelanggaran hak sosial  Anak;
Anak; Anak;
Anak;

melakukan pemantauan, menyediakan sarana dan


pengawasan & ikut prasarana serta menciptakan berperan aktif dengan
bertanggungjawab suasana kondusif untuk tumbuh menghilangkan pelabelan negatif
Perlindungan Anak; kembang Anak;
PENANGANAN
ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM
LPA, P2TP2A,
UPT PPA LBH
SEBAGAI UPAYA
PEMERINTAHAN
PENANGANAN YANG
DAERAH,
TERINTEGRASI
PEMERINTAHAN DESA
DIPERLUKAN KOORDINASI
DAN KOLABORASI DENGAN
OPD, APH DAN LEMBAGA KOLABORASI
APH, BAPAS
LAINNYA GUNA
MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN DAN
PEMENUHAN HAK HAK MEDIA
ANAK (KORBAN, SAKSI,
PELAKU)

PERUSAHAN, PIHAK SWASTA PERGURUAN TINGGI/LEMBAGA


MASYARAKAT, PATBM
INTERVENSI LAYANAN
Intervensi Primer: ditujukan kepada seluruh masyarakat,
misalnya pendidikan dan peningkatan kapasitas orang tua,
promosi identitas legal dan pencatatan kelahiran, peningkatan
gizi, kelompok bermain, telpon bantuan, dll.

Intervensi Sekunder: ditujukan kepada anak dan keluarga yang rentan atau
beresiko, seperti pendidikan pengasuhan (parenting education), layanan
INTERVENSI LAYANAN konseling, home visit, tempat pengasuhan anak sementara, memberikan
dukungan finansial, mediasi keluarga dalam penanganan konflik, asesmen resiko
dan kebutuhan anak, asesmen psikososial anak dan keluarga, bantuan
perlindungan sosial, pencatatan kelahiran, dll.

Intervensi Tersier: ditujukan kepada anak yang telah mengalami kekerasan,


eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran. Misalnya dengan layanan:
pengobatan, rehabilitasi psikososial, penempatan anak dalam pengasuhan di luar
keluarganya ketika keluarganya dinilai tidak lagi aman bagi anak, manajemen
kasus, bantuan perlindungan sosial,reunifikasi keluarga, dll
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai