Anda di halaman 1dari 27

WORK INSTRUCTION Dept:

OPERATION
Bagian:
FLOATING CRANE
No Revisi: Tanggal Revisi:
Number : WI/OPS_FC/001 0 30 Agustus 2021
Title :
TRANSHIPMENT

Project :
Kapal – Running Vessel

DAFTAR ISI Hal.


1.0. RUANG LINGKUP .......................................................................... 2
2.0. TUJUAN ....................................................................................... 2
3.0. REFERENSI .................................................................................. 2
4.0. PENJABARAN ............................................................................... 3
5.0. DOKUMEN TERKAIT ...................................................................... 6
6.0. DAFTAR ISTILAH ........................................................................... 6
7.0. LAMPIRAN/GAMBAR ...................................................................... 6

Edisi Revisi Tanggal Alasan Perubahan


Dokumen baru, perubahan menjadi Work Instuction khususnya untuk aktifitas kapal dengan jenis
0 30 Agustus 2021
Floating Crane

Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh Disetujui Oleh Diregister Oleh

Gino Indah Nida Ul Haq Michael Santosa Nana Putri Rahayu N


FC Support Supv FC Ops Asst Manager GM Operation Document Control
Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 2 of 27
TRANSHIPMENT

I. RUANG LINGKUP
Work instruction ini berlaku untuk Floating Crane (on board vessel) yang dimiliki dan
dioperasikan oleh Perusahaan.

II. TUJUAN
Memberikan petunjuk praktis tata cara operasional bongkar batubara dari tongkang untuk muat
ke kapal besar (Ocean Going Vessel/Mother Vessel) dengan bantuan Floating Crane.

III. REFERENSI
3.1. Undang Undang No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
3.2. ISM Code - Klausul 7; 8.1
3.3. ISO 9001:2015 - Klausul 8.1; 8.5.1; 8.5.5
3.4. ISO 14001:2015 - Klausul 8.1
3.5. ISO 45001:2018 – Klausul 8.1
3.6. Corporate QSHE Manual

IV. PENJABARAN
Penjelasan Tanggung Jawab
4.1. Informasi Umum
Sebelum memulai kegiatan operasional bongkar muat pada Operation FC Manager
floating crane, seluruh aspek keselamatan harus terlebih dahulu Operation FC Supv
ditinjau agar pelaksanaan operasi bongkar muat kargo ke kapal Nakhoda
besar dapat terlaksana dengan baik.

Standar operasional kegiatan bongkar – muat kargo tersebut harus


dilaksanakan selaras dengan penilaian resiko (Risk Assessment)
yang telah disiapkan.

Beberapa hal terkait aktivitas bongkar muat kargo pada floating


crane yang dapat dipertimbangkan adalah sebagai berikut namun

FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 3 of 27
TRANSHIPMENT

tidak terbatas pada:


1) Penggunaan Peralatan Crane (Crane Pedestal / Grab
Crane)
2) Aspek Bekerja Di Ketinggian
3) Keselamatan STS (Ship To Ship Transfer / Berthing Antar
Kapal)
4) Pada Saat Loading / Unloading & Pasca Operasi
5) Komunikasi Loading Muatan
6) Operasional Conveyor
7) Aktivitas Loading Di Malam Hari
8) Bekerja Di Atas Air
9) Pada Saat Cuaca Buruk
10) Atas Perlindungan Muatan & Stabilitas / Trim Kapal

4.1.1 Penggunaan Peralatan Crane (Crane Pedestal / Grab Crane) Operation FC Manager
Sebelum aktivitas operasional dilakukan secara umum penilaian Operation FC Supv
resiko terhadap kelayakan dari perlengkapan crane dan aksesoris Nakhoda
peralatan lainnya harus dilakukan untuk meminimalkan potensi
bahaya yang ditimbulkan akibat dari kerusakan yang terjadi tiba –
tiba pada peralatan crane tersebut maupun kesalahan dalam
menggunakan perlengkapan crane (metode yang tidak tepat).
Beberapa contoh / hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai
resiko dari aspek peralatan crane tersebut antara lain:
1. Pertimbangan akan kesesuaian beban muatan yang akan
diangkat tersebut sesuai atau dibawah Safety Working Load
dari Crane (Beban Angkat Yang Diijinkan) sehingga tidak
menyebabkan kerusakan pada crane secara permanen
maupun temporary (sementara) sehingga berakibat pada
terhentinya operasi bongkar muat. Beban Angkat (SWL)
yang diijinkan dapat diperiksa dalam buku manual operasi
dari Floating Crane dan/atau diperiksa dari Marking tulisan
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 4 of 27
TRANSHIPMENT

yang tertera di derrick crane.


2. Intrumentasi Limit Switch. Sebelum melaksanakan
operasional harian, crane – crane yang akan dioperasikan
harus dipastikan bahwa limit switch bekerja dengan baik.
3. Pemeriksaan pada gear – gear crane harus dilakukan untuk
memastikan bahwa crane dapat dioperasikan dengan baik
lifting / slewing operasional
4. Pompa – pompa hydraulic dan sistem redundancy (pompa
hydraulic alternative) harus dipastikan tetap berfungsi
dengan baik. Pompa alternative tersebut berfungsi untuk
menggantikan peran dari pompa hydraulic utama apabila
pada saat operasi tiba – tiba tidak berfungsi atau rusak
sehingga tidak berakibat terhentinya operasi bongkar muat
atau terjadinya keadaan bahaya turunnya tekanan (pressure)
pada pipa hydraulic crane.
5. Pompa / compressor / Sistem Greasing pada crane harus
dipastikan berfungsi dengan normal dan kendali operasi
harus ditentukan apabila terjadi kerusakan pada sistem
tersebut dapat segera diatasi.
6. Control panel operasi crane harus dites / warming up terlebih
dulu sebelum dioperasionalkan, sehingga apabila terjadi
abnormality pada peralatan crane dapat diketahui sedini
mungkin.
7. Sistem kelistrikan dan power di kapal harus dipastikan
berfungsi dengan baik. Sistem – sistem cadangan generating
power harus diperiksa dengan baik seperti stand by
generator atau emergency generator harus dipastikan selalu
siap beroperasi apabila sewaktu – waktu generator utama
mengalami permasalahan pada saat operasi bongkar muat.
Jumlah penggunaan generator yang dioperasikan pada saat
aktivitas bongkar muat harus sesuai dengan prosedur normal
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 5 of 27
TRANSHIPMENT

operasi yang telah ditemtukan. Termasuk power pack crane


dan instrumentasi control panel.
8. Grab crane harus diperiksa sebelum digunakan untuk
memastikan alat tersebut dapat dipakai dengan aman
9. Kondisi sling wire, roller dan lifting appliances lainnya harus
diperiksa kelayakan operasinya. Hentikan operasional
apabila terdapat cacat / putus pada salah satu bagian sling
wire.
10. Tata cara / prosedur operasi crane seperti sudut kemiringan,
slewing, lifting, hoisting harus dilakukan sesuai dengan
petunjuk operasi dari maker crane (Maker Manual)
11. Kualifikasi / kemampuan dari operator harus dapat
dipertanggungjawabkan. Nakhoda dan pekapal tunda / assist
tug Operasional Darat harus memastikan bahwa operator
crane berkualifikasi dan berpengalaman dalam
mengoperasikan crane di kapal tersebut.
12. Seluruh operator crane dan crew pada floating crane yang
terlibat dalam operasi harus mendapatkan cukup istirahat
dan fit pada saat operasi bongkar muat dilakukan

4.1.2 Aspek Bekerja Di Ketinggian Operation FC Manager


1. Penilaian resiko pada saat kegiatan operasional bongkar Operation FC Supv
muat juga harus mempertimbangkan aspek dari bekerja di Nakhoda
ketinggian terutama para operator crane kapal tunda / assist
tug di Housing / Platform Crane.
2. Seluruh crew kapal tunda / assist tug baik operator maupun
crew lainnya kapal tunda / assist tug dalam memonitor crane
di ketinggian wajib mendapatkan briefing / pelatihan bekerja
di ketinggian.
3. Safety meeting / safety talk sebelum operasi bongkar muat
pada floating crane wajib dilaksanakan oleh Nakhoda atau
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 6 of 27
TRANSHIPMENT

Senior Deck Officer di kapal.


4. Perlengkapan atau alat bantu safety harness harus tersedia
dan mencukupi untuk tujuan operasi bongkar muat tersebut.
Beberapa point diatas dapat merujuk pada SOP/DPA-
QSHE/009 – Bekerja Di Ketinggian

4.1.3 Keselamatan Umum Operasional STS (Ship To Ship Transfer / Operation FC Manager
Berthing Antar Kapal) Operation FC Supv
1. Memastikan atas kelengkapan peralatan penunjang aktivitas Nakhoda
bongkar muat khususnya ketersedian ban dapra (tire fender)
/ Yokohama fender merupakan salah satu aspek penting
keberhasilan dalam proses sandar antar kapal sehingga
secara tidak langsung akan turut membantu dalam operasi
bongkar muat dalam hal meredam / mencegah benturan
antara floating crane, Tongkang dan OGV akibat dari
gelombang laut.
2. Pemeriksaan berkala terhadap penempatan fender – fender
tersebut harus tepat sehingga tidak menyebabkan kerusakan
pada hull / badan kapal saat terjadi benturan / gesekan.
3. Menyediakan spare ban dapra loader atau ball fender yang
jumlah kebutuhannya disesuaikan dengan panjang kapal.
Minimum spare fender cadangan direkomendasikan adalah
2 unit untuk area forward (depan) serta AFT (belakang).

4.1.4 Pada Saat Loading / Unloading & Pasca Operasi Operation FC Manager
Selain aspek keselamatan kapal dan personnel / crew secara Operation FC Supv
umum, aspek lingkungan merupakan faktor penting juga yang Nakhoda
harus dipertimbangkan dalam persiapan operasional bongkar
muat.
Aktivitas pada saat loading dan setelah / pasca loading harus
dipertimbangkan dan ditinjau sebelum dimulainya operasi.
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 7 of 27
TRANSHIPMENT

Resiko seperti jatuhnya muatan cargo di laut saat diangkat oleh


grab crane ataupun jatuhnya sebagian / volume kecil dari cargo di
atas deck kapal agar diberikan penanganan yang tepat sehingga
tidak mencemari lingkungan sekitar.
Proses pembersihan bagian deck di atas kapal atas muatan yang
terjatuh saat bongkar / muat diantisipasi dan disediakan tempat
khusus untuk penampungan sementara di atas kapal.
Perlu dipertimbangkan pula faktor dari muatan tersebut seperti
reaksi terhadap cuaca, panas dan lain – lain, sebagai contoh
muatan batubara merupakan muatan / kargo yang dapat
berbahaya apabila beberapa muatan tersebut jatuh di atas deck
kapal namun tidak segera dibersihkan dan dibiarkan menumpuk
sehingga resiko akan terjadinya kebakaran bertambah.
Pembuangan langsung sisa – sisa batubara di atas deck kapal ke
laut akan berakibat pencemaran lingkungan di sekitarnya.
4.1.5 Komunikasi Loading Muatan Operation FC Manager
Memastikan komunikasi yang baik selama operasional bongkar Operation FC Supv
muat, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini: Nakhoda
1. Penggunaan alat komunikasi seperti radio dalam keadaan baik
2. Operator crane dan supervisor loading telah memahami
tanda/isyarat yang digunakan selama proses bongkar muat.
3. Tanggung jawab nahkoda dan perwira jaga dalam mengawasi
secara keseluruhan proses loading muatan
4.1.6 Operasional Conveyor Operation FC Manager
Sesuai dengan tipe operasi kapal, beberapa floating crane tidak Operation FC Supv
dilengkapi dengan grab crane namun dilengkapi oleh conveyor. Nakhoda
Untuk operasional bongkar / muat floating crane dengan conveyor,
salah satu resiko / bahaya yang dapat dipertimbangkan adalah
 Faulty pada bearing pulley (kenaikan temperature) sehingga
perlu dianalisa dan dimonitor sistem convenyor tersebut.

FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 8 of 27
TRANSHIPMENT

 Safety devices atau alarm high temperature sensor di bearing


pulley harus berfungsi dan dapat dimonitor di anjungan oleh
Nakhoda/crew kapal tunda / assist tug.
Kenaikan temperature pada bearing pulley akibat gesekan
dengan belt conveyor dapat disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya yang paling umum adalah misalignment
(ketidakselarasan posisi).
 Pemeriksaan secara berkala suhu pada bearing pully sesuai
dengan checklist pemeriksaan.

4.1.7 Aktivitas Loading Di Malam Hari Operation FC Manager


Untuk meminimalkan resiko aktifitas loading yang dilakukan pada Operation FC Supv
malam hari, maka perlu diperhatikan sebagai berikut: Nakhoda
1. Alat penerangan yang cukup dan tepat dalam hal penempatan
nya di kapal floating crane maupun di kapal besar sehingga
crew yang bekerja baik di Floating Crane maupun di
sekitarnya dapat terhindar dari bahaya akibat silau pada
penerangan / penempatan lampu yang kurang tepat.
2. Crew / kapal tunda / assist tug harus mempunyai istirahat yang
cukup sebelum mengoperasikan kapal tunda / assist tug.

4.1.8 Bekerja Di Atas Air Operation FC Manager


Operasi bongkar muat di atas kapal tidak terlepas akan terjadinya Operation FC Supv
resiko jatuhnya personnel ke laut yang dapat disebabkan oleh Nakhoda
beberapa hal, seperti diantaranya terpeleset di atas deck, kapal
tidak mempunyai guard rail / railing yang memadai di sekeliling
kapal dll.
Untuk menghindari resiko tersebut seluruh crew kapal tunda /
assist tug di atas deck pada saat operasi bongkar muat wajib
memakai workvest atau lifevest. Hal ini merujuk pada SOP/DPA-

FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 9 of 27
TRANSHIPMENT

QSHE/015 – Bekerja Di dekat atau Di Atas Air


4.1.9 Penilaian Resiko Pada Saat Cuaca Buruk Operation FC Manager
Salah satu kendala operasi pada operasi bongkar muat adalah Operation FC Supv
cuaca buruk. Sebelum memulai operasi, baik Nakhoda floating Nakhoda
crane maupun Nakhoda kapal besar harus berkomunikasi apakah
proses bongkar / muat tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan
kondisi cuaca pada saat itu maupun prediksi cuaca pada saat
operasional berlangsung.
Suhu, kelembaban udara di sekitar perairan dapat dimonitor dari
barometer untuk memprediksi cuaca demikian halnya dengan
kecepatan angin dan arus laut.
Batas maksimum yang diijinkan selama pelaksanaan bongkar
muat adalah:
 Gelombang laut (swell) ≤ 1,5 meter
 Kecepatan angin (Wind) ≤ 15 Knot

4.1.10 Perlindungan Muatan & Stabilitas / Trim Kapal Operation FC Manager


Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam operasi bongkar Operation FC Supv
muat adalah perlindungan terhadap muatan dan stabilitas kapal. Nakhoda
Operasi muat / loading kargo pada cuaca hujan tidak
direkomendasikan sebab air hujan yang masuk ke dalam palkah /
ruang muat kapal besar akan dapat mempengaruhi stabilitas kapal
tersebut (menambah displacement) sehingga akan mempengaruhi
kondisi trim kapal. Kondisi kargo juga harus diperhatikan, sebagai
contoh loading muatan batubara harus selalu dimonitor suhu-nya
sehingga bisa diantisipasi / meminimalkan resiko kargo batubara
terbakar sendiri (self heating fire).
Titik nyala batubara (flash poit) pada umumnya berkisar pada
angka 660 celcius, sehingga diperlukan chemical khusus untuk
pencegahan dan penanganannya.

FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 10 of 27
TRANSHIPMENT

5. Sandar Tongkang ke Floating Crane dan Floating Crane ke Nakhoda OGV/MV


Kapal Besar (OGV/MV) Nakhoda FC
1. Check seluruh peralatan radio dan navigasi di kapal tunda Nakhoda Kapal Tunda
untuk kesiapan operasi sandar dan Cek juga kesiapan (Assist & Towing)
Windlash, Mooring Winch dan Capstan sebelum Floating
Crane bergerak ke proses sandar di OGV.
2. Laksanakan koordinasi dengan pihak kapal besar (OGV) atau
Floating Crane bahwa set (kapal tunda/tongkang) siap dan
sedang berlayar untuk proses sandar.
3. Setiap proses penyandaran set (kapal tunda/tongkang) atau
tongkang, harus disertai dengan 1 kapal tunda tambahan
sebagai assist. Sehingga komposisi dari normal proses
penyandaran tersebut terdiri atas 1 kapal tunda untuk towing,
tongkang dan 1 kapal tunda sebagai assist.
Kebutuhan akan 1 kapal tunda sebagai assist disesuaikan
dengan kondisi operasi dan/atau penyebutan dalam
persetujuan kontrak. Kondisi operasi dalam hal ini
mempertimbangkan tingkat kesulitan dari proses
penyandaran seperti cuaca, alur (daerah operasi perairan)
sehingga membutuhkan 1 assist kapal tunda. Peniadaan 1
assist kapal tunda pada operasi penyandaran dapat dilakukan
dengan ketentuan bahwa operasi sandar tersebut dapat
dijamin kelancarannya dan resiko terjadinya tubrukan telah
diminimalkan serta mendapat persetujuan dari departemen
operasional terkait (case by case basis).
4. Laju kecepatan pada set (2 kapal tunda & 1 tongkang) pada
saat operasi sandar harus dilakukan dengan kecepatan
aman/rendah. Kisaran besaran knot disesuaikan /
pertimbangan dari Nakhoda kapal tunda towing dengan
berkoordinasi dengan Nakhoda kapal tunda assist. Secara
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 11 of 27
TRANSHIPMENT

umum kecepatan set pada proses sandar ke kapal besar atau


floating crane dapat diambil pada kisaran 0.5 s/d 1 knot. Alur
(daerah perairan) dan arus laut merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan selain kecepatan angin dan cuaca pada saat
itu.
5. Sesaat pada saat set akan mendekati kapal besar atau
floating crane, lakukan kontak radio pada channel yang telah
disepakati dan bunyikan bel kapal (klakson) untuk menarik
perhatian crew kapal besar / floating crane yang telah siap di
atas deck tersebut.
6. Nakhoda kapal tunda / towing bertanggung jawab dalam
mengambil maneuver pada saat penyandaran. Posisi – posisi
penyandaran harus dilakukan sesuai dengan rencana yang
disetujui dan/atau sesuai dengan instruksi dari kapal besar /
floating crane. Dan pastikan/konfirmasi apakah OGV/FC tetap
diam atau berputar ke kiri/kanan (mendekat/menjauh) untuk
menghindari bersinggungan/tubrukan jika berputar mendekat,
ataupun berputar menjauh dari tongkang/FC sehingga
memakan waktu lebih karena memutar ulang untuk proses
sandar kembali.
7. Pasang dan pastikan seluruh dapra telah siap dan terpasang
dengan baik di sisi kapal tunda & tongkang yang akan
bersandar pada kapal besar & floating crane.
8. Amati dan informasikan kepada Nakhoda kapal besar atau
floating crane apabila kapal besar atau floating crane belum
dilengkapi atau dipasang ban dapra / fender pelindung,
sehingga perlengkapan tersebut dipasangkan. Apabila perlu
siapkan ban dapra cadangan / ball fender serta tempatkan
pada posisi awal saat kapal tunda/tongkang bersinggungan
dengan kapal besar / floating crane
9. Pastikan dan monitor bagian belakang tongkang yang di-
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 12 of 27
TRANSHIPMENT

towing agar tidak terlalu masuk ke bagian belakang kapal


besar pada saat penyandaran. Perhatikan arah angin dan
arus laut.
10. Perhatikan dan amati bagian – bagian yang menonjol di
bangunan atas kapal (superstructure kapal) telah mempunyai
jarak yang cukup dengan bangunan/superstructure kapal
besar atau floating crane
11. Sesaat sebelum proses sandar dimulai pastikan tali – tali
penambatan telah siap untuk digunakan.
12. Setelah kapal berhimpitan lemparkan tali buangan dan proses
pengikatan (mooring dilakukan). Perhatikan selalu kecepatan
set.
13. Setelah keseluruhan proses telah selesai, kapal tunda assist
dapat melepaskan tali dari tongkang dan cast – off.
Untuk proses sandar floating crane yang ditowing oleh kapal tunda
ke kapal besar pada prinsipnya hampir sama dengan proses
sandar kapal tunda boat yng menarik tongkang sandar ke kapal
besar. Dalam hal ini tongkang tersebut adalah floating crane.
Kapal tunda towing tampil kedepan dan connect tali towing, jangan
melakukan proses heavy up jangkar dalam kondisi cuaca angin
dan arus kuat dan arah rantai kencang kedepan tanpa kapal tunda
towing didepan untuk membantu menarik floating agar tidak di
tahan dengan jangkar, jika hal itu dilakukan winch akan terpaksa
kerja keras karena beban yang cukup besar mengakibatkan elmot
bisa terbakar (short). Officer duty memperhatikan arah rantai,
usahakan agar arah rantai selalu tegak lurus di bantu oleh kapal
tunda towing untuk olah geraknya, jika beban winch terlalu berat
stop heavy up jangkar, minta kembali bantuan dari kapal tunda
towing. Setelah selesai heavy up jangkar, pasang stopper rantai,
kencangakan pengikat atau rem wich dan switch handle di lepas.
Nakhoda dari kapal tunda towing bertanggung jawab penuh proses
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 13 of 27
TRANSHIPMENT

penyandaran floating crane ke kapal besar dimana Nakhoda dari


floating crane bertanggung jawab dalam memberikan informasi
terkait posisi floating crane pada saat operasi dan look-out /
mengawasi dari anjungan kepada Nakhoda kapal tunda towing.
Crew yang berada dikapal tunda pada proses sandar dipimpin oleh
chief officer. Pembagian pengawasan diatur oleh chief officer
sesuai dengan instruksi oleh Nakhoda.
Pada saat proses sandar harus ada 2 orang crew yang stand by
dan mengawasi bagian buritan kapal dan crew tersebut harus
waspada terhadap pergerakan dari tali towing.
Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan mengambil posisi di
deck bagian tengah kapal agar tetap dalam jarak aman.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengawasan bagian
belakang kapal adalah:
1. Posisi dari tongkang terhadap kapal tunda dan kapal besar /
floating crane
2. Posisi dan gerakan dari tali towing
3. Memastikan bahwa fender – fender (ban dapra terpasang
dengan baik di sisi kapal tunda boat bagian belakang
4. Bersiap dalam aktivitas tali temali (pengikatan), menangkap
dan melempar tali buang untuk ikat di kapal besar / floating
crane
5. Bersiap untuk menarik tali towing (melepasakannya dari
tongkang) apabila proses sandar selesai
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengawasan bagian
depan kapal oleh crew yang stand by di area depan adalah:
1. Bersiap menurunkan ball fender apabila diperlukan dan kapal
dilengkapi oleh perlengkapan tersebut.
2. Bersiap melempar dan menangkap tali buang ke depan dari
arah kapal besar / floating crane
3. Bersiap mengoperasikan windlass / menurunkan jangkar
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 14 of 27
TRANSHIPMENT

4. Pengikatan tali dibagian haluan kapal (FWD Bollard / Bolder)


6. Proses Bongkar Muat di Kapal Besar Nakhoda OGV/MV
Setelah proses penyandaran telah selesai dan persiapan sebelum Nakhoda FC
proses muat kargo (batubara) seperti penilaian resiko dan inspeksi Foreman
kesiapan peralatan bongkar muat (crane) selesai, selanjutnya Agent Onboard
operasi muat dapat dilakukan. Pada proses muat kargo ke kapal Shipper
besar hal yang perlu diperhatikan adalah urut – urutan dari Nakhoda Kapal Tunda
pengisian ruang palkah oleh muatan pada kapal besar sehingga (Towing)
distribusi pembebanan adalah merata dan tidak terpusat pada satu
lokasi tertentu.
Kondisi trim dari kapal harus diperhatikan, proses ballast untuk
penyeimbangan stabilitas kapal besar seluruhnya merupakan
tanggung jawab dari Nakhoda kapal besar tersebut.
Secara umum proses loading / unloading muatan pada kapal
besar harus mengacu pada dokumen manual pada kapal besar
(loading manual).
Pada beberapa kapal besar tertentu terdapat piranti lunak
pembantu yang dapat melakukan perhitungan (komputerisasi)
yang dapat memberikan analisa loading dan distribusi beban
(Loading Computer) yang berfungsi untuk memberikan informasi
kepada Nakhoda dalam pengambilan keputusan.
Pada proses loading tersebut, urut – urutan loading dan
pengaturannya merupakan tanggung jawab dari Nakhoda kapal
besar sementara Nakhoda dari floating crane bertanggung jawab
dalam sisi monitoring pengangkatan kargo oleh crane (floating
crane) dari tongkang pengangkut batubara ke ruang muat kapal
besar.
Tanggung jawab dari Nakhoda kapal tunda towing batubara
adalah sedia setiap saat (stand by) di samping tongkang apabila
sewaktu – waktu diperlukan untuk proses cast – off tongkang
apabila cuaca buruk terjadi sehingga tongkang harus ditarik serta
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 15 of 27
TRANSHIPMENT

menarik tongkang apabila proses loading telah selesai.


Pada pengoperasian crane kapal, Nakhoda floating crane harus
terus memonitor stabilitas dari floating crane pada saat operasi.
Apabila perlu proses transfer ballast juga dilaksanakan.
Tugas dan tanggung jawab Nakhoda floating crane pada operasi
loading muatan adalah:
1. Memonitor operasional crane dan mencatat kecepatan
loading dari crane (muatan di tongkang) ke ruang muat kapal
besar
2. Mencatat dan mengkalkulasi jumlah muatan kargo yang telah
di loading ke kapal besar
3. Berkomunikasi / berkoordinasi secara continue dengan
Nakhoda kapal besar dan Nakhoda kapal tunda untuk
keseluruhan kelancaran operasi laoding
4. Menjaga stabilitas floating crane dan mengambil tindakan –
tindakan yang dianggp perlu untuk tetap menjaga
keseimbangan floating crane
5. Menugaskan chief engineer untuk selalu mengawasi kinerja
dari generator di floating crane
6. Menugaskan chief officer dalam mengepalai (supervisor
lapangan) proses transfer / loading muatan dari tongkang ke
kapal besar.
7. Floating crane tanpa conveyor (confensional crane), agar
berkoordinasi dengan foreman, shipper juga agent onboard
untuk mengoreksi/merubah loading squence OGV agar lebih
efektif & efesien 2 Crane beroperasi (meminimalkan single
loading) serta meminimalkan shifting FC.
4.4. Penanganan Apabila Menjumpai Cargo Panas (Overheated Nakhoda OGV/MV
Cargo) Nakhoda FC
4.4.1. Perwira jaga memeriksa cargo secara visual yang berada Shipper
ditongkang
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 16 of 27
TRANSHIPMENT

4.4.2. Infokan ke Master bila muatan di tongkang mengeluarkan


asap berlebihan
4.4.3. Memeriksa suhu muatan pada tongkang bila di perlukan
4.4.4. Memastikan komunikasi yang memadai dan baik antara
Shipper , OGV dan Operasional dept.
4.5. Proses Transfer Trimming Equipment Nakhoda FC
4.5.1. Waktu yang tepat untuk memindahkan alat berat dari FC Officer On Duty FC
ke atas Tongkang yakni saat Tongkang sudah sempurna Operator Dozer
(in position) berada di samping Floating Crane. Selain itu Mekanik Dozer
juga bisa di lihat dari kondisi pemuatan cargo di Foreman
Tongkang, sebagai berikut : Officer On Duty OGV
Bila proses pemuatan ke Tongkang menggunakan
conveyor, maka cargo akan berbentuk gundukan. Untuk
cargo dengan tipe seperti ini, alat berat (dozer) baru dapat
dipindahkan ke atas Tongkang setelah muatan batubara di
Tongkang sudah berkurang / memiliki landasan yang
aman dan permukaan batubara telah rata. Hal ini guna
menghindari terjadinya resiko dozer terjatuh ke laut karena
permukaan cargo yang tidak rata.
Untuk kondisi cargo yang menggunakan dump truck saat
pemuatan di Port of Loading (POL), maka untuk proses
transfer alat berat dapat dilakukan segera ke atas
Tongkang dengan catatan kondisi cuaca dalam keadaan
baik.
4.5.2. Waktu yang tepat untuk memindahkan alat berat dari FC
ke atas OGV yakni saat FC sudah sempurna (in position)
berada di samping OGV.
4.5.3. Memastikan unit trimming yang akan diangkat /di transfer
ke kapal atau ke tongkang telah siap dioperasikan /
kondisi baik dan siap operasi.
4.5.4. Crane akan memastikan bahwa kondisi cargo di tongkang
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 17 of 27
TRANSHIPMENT

sudah sesuai dengan apa yang di jelaskan pada poin 4.5.1


dan dinyatakan siap untuk diturunkan unit trimming ke atas
barge (untuk tongkang)
4.5.5. Officer jaga berkoordinasi dengan PIC (Foreman dan
Officer On Duty OGV) di kapal besar rencana trimming
dalam palka (untuk kapal besar)
4.5.6. Memastikan alat bantu angkat, hook, shackle dan wire
sling memiliki SWL yang sesuai dan dalam kondisi baik
4.5.7. Operator unit trimming memastikan dozer / loader telah di
isi BBM full tanki untuk setiap kegiatan ( baik di Barge
ataupun di OGV ).
4.5.8. Operator unit trimming memastikan telah melakukan
prestart inspection terhadap alat yang akan dioperasikan
dan mengisi check list yang di sediakan
SOP/DPA_QSHE/011 – Kendaraan & Alat Bergerak
4.5.9. Memastikan lifting point pada unit trimming dalam kondisi
baik / tidak retak atau patah.
4.5.10. Operator melaporkan kondisi unit trimming kepada officer
jaga jika unit siap dioperasikan atau ditemukan kerusakan.
4.5.11. Operator memposisikan unit trimming pada area
pengangangkatan dan memasang rem parkir.
4.5.12. Operator crane membuat tempat di tongkang atau palka
untuk posisi aman ketika unit diturunkan (jika tidak ada
tempat / posisi rata)
4.5.13. Officer jaga memberi aba-aba kepada operator crane
untuk melakukan pengangkatan dozer / loader.
4.5.14. Operator crane mengikuti aba-aba officer jaga di deck
untuk pemasangan wire sling di tempat lifting point.
4.5.15. Officer jaga bersama operator dozer memastikan bahwa
hook / shackle terpasang dengan sempurna
4.5.16. Officer jaga memberikan aba-aba kepada operator crane
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 18 of 27
TRANSHIPMENT

bahwa pemasangan alat bantu angkat telah selesai.


4.5.17. Officer jaga mengarahkan wire sling menuju tempat unit
trimming disiapkan.
4.5.18. Mekanik dozer jaga memasang keempat ujung wire sling
masing-masing di empat lifting point yang ada pada unit
trimming.
4.5.19. Memastikan bahwa semua shackle dan hook di masing-
masing wire sling telah terpasang dengan baik dan benar.
4.5.20. Officer jaga memberikan aba-aba kepada operator crane
bahwa unit siap diangkat dan aman untuk mulai
mengangkat unit
4.5.21. Operator crane mulai melakukan prelift (Posisi Wire Sling
tegang tegak lurus) dan mengencangkan sling untuk
memastikan kondisi aman beberapa saat sebelum unit di
angkat.
4.5.22. Selama proses pengangkatan / transfer unit trimming ke
tongkang atau ke palka, operator dozer yang bertugas
telah siap dengan PPE lengkap, naik ke tongkang atau
kapal besar menggunakan tangga.
4.5.23. Operator crane mengangkat unit trimming menuju
tongkang atau kapal besar dengan perlahan dan
mengikuti aba-aba dari officer jaga.
4.5.24. Memastikan penempatan posisi unit trimming di tongkang
atau palka kapal besar pada tempat yang rata dalam
jangkauan boom crane.
4.5.25. Menurunkan unit trimming dengan dengan perlahan
mengikuti aba-aba operator unit trimming atau officer jaga.
4.5.26. Operator crane memastikan bahwa setelah unit mencapai
tempat pijakan, diturunkan sedikit untuk mengendurkan
wire sling dan tetap memperhatikan gerakan kapal akibat
kondisi ombak / cuaca.
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 19 of 27
TRANSHIPMENT

4.5.27. Operator unit trimming melepaskan shackle di empat lifting


point unit trimming.
4.5.28. Operator unit trimming memastikan wire sling posisi aman
dan memberikan aba-aba kepada operator crane bahwa
sling telah dilepas dari unit trimming dan siap dinaikan.
4.5.29. Operator crane menurukan dan melepaskan wire sling di
tempat semula dengan mengikuti aba-aba officer jaga.
4.5.30. Operator crane tetap look out selama proses pelepasang
wire sling baik di Tongkang ataupun OGV.
4.5.31. Waspada dan perhatikan “titik jepit” saat melakukan
aktivitas melepas hook/ganco yang terkait di cincin alat
berat. Selain itu, waspada apabila wire mengayun terlalu
keras karena kondisi perairan yang dapat mengakibatkan
personil yang melepas hook tersebut terkena wire atau
bahkan tangan terjepit hook.
4.5.32. Seluruh tahapan pemindahan alat berat yang dijelaskan
dalam poin diatas, dapat dilakukan hanya bila cuaca
dalam kondisi baik dengan batas berikut:
 Rippled Sea dengan kondisi gelombang < 1,5
meter,
 Alun < 1 meter,
 Kecepatan angin < 10 Knot.
Officer jaga memastikan tempat wire sling telah terlepas
dari unit trimming dan memberikan aba-aba kepada
operator crane untuk angkat wire sling.
Operator crane memastikan pengangkatan selesai dan
kembali operasi seperti semula.
4.5.33. Dilarang menggunakan Telepon Genggam pada saat
mengoperasikan alat berat atau peralatan berputar atau
kendaraan (e.g Crane, Dozer, Ship loader) pada saat
melakukan kegiatan/pekerjaan yang beresiko tinggi yang
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 20 of 27
TRANSHIPMENT

sebelumnya telah diidentifikasi dalam Risk


Assessment/Job Safety Analysis sebagai pekerjaan
beresiko tinggi
4.6. Shifting Floating Crane Pada OGV (Sequence) Nakhoda FC
4.6.1. Memastikan alat komunikasi bekerja dengan baik, testing Officer On Duty FC
radio pastiksan pada frequensi yg benar serta infokan Nakhoda Kapal Tunda
kepada personnel jaga arah shiting dan tujuan palka (Assist)
selanjutnya. Konfirmasi kepada FC lain bila combo
transhipment
4.6.2. Memperhatikan keadaan sekitar ( cuaca, arus dan angin)
yang dapat mempengaruhi proses shiting dan
mengantisipasinya.
4.6.3. Memastikan dan memperhatikan posisi loader ( Jika
Floating Crane di lengkapi oleh conveyor ) dalam keadaan
aman dari object yang dapat membahayakan yang
meyebakan kerusakan baik loader maupun struktur OGV.
Jika Floating Crane yang menggunakan Crane ( Bukan
Conveyor ) maka pastikan posisi grab dan crane berasa
pada posisi yang telah di tentukan di atas Floating Crane (
Aman untuk melakukan Shifting FC ).
4.6.4. Pastikan semua kelengkapan mooring winch bekerja
dengan baik juga kondisi alat yang digunakan contoh:
power winch, elmot, brake, windlass, wire dan tali layang
dlsb. Perwira jaga mengawasi pergerakan shifting dengan
cermat dari anjungan atau turun ke lapangan bila
diperlukan, jika proses Shifting menggunakan Windlass
Equipment FC. Jika Menggunakan Assist Tug maka
Pastikan semua prosedur Shifting FC sudah di sampaikan
dan di pahami bersama baik master Floating Crane
maupun master Assist Tug agar proses Shifting dapat
berjalan dengan lancar dana man.
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 21 of 27
TRANSHIPMENT

4.6.5. Saat pergerakan shifting, pastikan laju pergerakan baik


maju maupun mundur dapat terkontrol dengan baik.
Pasktikan awak personnel tidak berdiri di area “snap back
zone” dan bebas dari tali tali.
4.6.6. Setelah selesai shifting matikan power windlass (Jika
menggunakan Winch Equipment Floating Crane) dan
rapikan tali temali untuk menghindari orang
tersandung/terbelit tali yang dapat mengakibatkan
jatuh/kecelakan. Selain itu juga untuk memudahkan
pekerjaan bila akan shifting kembali.
4.6.7. Pemuatan bisa di lanjutkan bila semua sudah siap dan
konfirmasi pada shipper juga foreman di OGV.
4.7. Dokumen/Berita Acara Selesai Loading Muatan Nakhoda FC
Setelah keseluruhan proses loading muatan selesai, Nakhoda di Nakhoda OGV/MV
floating crane harus memastikan bahwa dokumen penyelesaian Foreman
transfer loading telah komplit dan ditandatangani. Shipper
Laporan Loading rate segera disusun oleh Nakhoda dan
dilaporkan ke Departemen Operation – Floating Crane Kantor
Pusat Jakarta serta Site Manager.
CATATAN: Semua dokumen tambahan setelah selesai loading
muatan akan disesuaikan dengan kontrak.
4.8. Pelepasan Tongkang Dari Floating Crane Nakhoda FC
4.8.1. Periksa kelengkapan unit komunikasi (HT dan Radio). Nakhoda Kapal Tunda
4.8.2. Periksa rangkaian komunikasi (HT dan Radio). Pastikan (Assist & Towing)
bekerja pada channel / frequency yang sama.
4.8.3. Periksa komunikasi radio 2 arah antara kapten floating
crane, towing tug serta assist tug.
4.8.4. Pastikan assist tug sudah ikat di buritan tongkang
4.8.5. Pastikan tug sudah menyiapkan mesin dan tali second
towing
4.8.6. Pastikan crew kapal stby diatas tongkang
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 22 of 27
TRANSHIPMENT

4.8.7. Bagi tugas posisi crew mooring untuk menarik tali tambat.
4.8.8. Instruksikan ke tugboat ke posisi stby menarik tali second
towing
4.8.9. Instruksikan kepada crew diatas tongkang untuk melepas
semua tali tambat.
4.8.10. Infokan ke tugboat untuk Tarik keluar sambal bawa lurus
haluan tongkang
4.8.11. Infokan ke assist tug untuk bawa keluar buritan tongkang
4.8.12. Infokan ke tugboat dan assist tug untuk membawa keluar
haluan dan buritan tongkang hingga jarak 25 meter dari
lambung floating crane.
4.8.13. Infokan ke assist tug untuk melepas tali ketika point (2.5)
sudah terpenuhi.
4.8.14. Infokan ke assist tug untuk ke tongkang berikutnya atau
stby bila tidak ada tongkang yang akan sandar.
4.8.15. Pastikan tali tambat dan tali buangan sudah tertata rapih di
Floating Crane dan siap untuk penyandaran tongkang
berikutnya.
4.8.16. Infokan ke port terminal mengenai jam lepas tongkang.

4.9. Pelepasan Floating Crane Dari Kapal Besar (OGV/MV) Nakhoda OGV/MV
4.9.1. Periksa kelengkapan unit komunikasi (HT dan Radio). Nakhoda FC
Pastikan jumlah crew yang memadai untuk melakukan Nakhoda Kapal Tunda
proses cast off. (Assist & Towing)
4.9.2. Periksa rangkaian komunikasi (HT dan Radio). Pastikan
bekerja pada channel / frequency yang sama.
4.9.3. Periksa komunikasi radio 2 arah antara kapten floating
crane, foreman/agent on board, towing tug serta assist
tug.
4.9.4. Informasikan mengenai kesiapan cast off untuk bergerak
menuju tempat labuh kepada kapal besar atau OGV
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 23 of 27
TRANSHIPMENT

berikutnya.
4.9.5. Informasikan kepada pihak kapal untuk persiapkan power
winch dan crew mooring sebelum floating crane cast off.
4.9.6. Pastikan kelengkapan dan kelayakan peralatan di Floating
Crane untuk cast off (tali tambat, tali buangan dan winch
kapal.
4.9.7. Bagi tugas dari masing-masing posisi mulai dari petugas
pelempar tali buangan, petugas untuk mengirim / menarik
tali tambat.
4.9.8. Informasikan ke assist tug untuk membantu olah gerak 30
menit sebelum floating crane cast off.
4.9.9. Informasikan ke assist tug untuk ikat diburitan floating
crane.
4.9.10. Infokan kepada assist tug agar melakukan kegiatan cast
off dengan hati-hati sesuai komando dari master Floating
Crane dan di awasi pergerakkannya (Floating Crane).
4.9.11. Pastikan tempat berdiri yang aman bagi anggota mooring
dari resiko belitan atau putusnya tali tali (Snap Back
Zone)
4.9.12. Area tali tambat floating crane (spring line dan tros line).
4.9.13. Menginstruksikan ke Foreman & Crew OGV untuk
melepaskan tali tambat dari floating crane di OGV dengan
melepaskan semua tali tambat (tali spring dan tali tros) di
buritan OGV terlebih dahulu, jika sudah clear tali di buritan
OGV, selanjutnya mengintruksikan assist Tug di Buritan
FC agar tetap menjaga buritan FC agar tidak terlau
menjauh dari lambung OGV sembari menunggu Foreman
& Crew OGV berjalan ke Haluan OGV untuk selanjutnya
melepaskan semua tali tambat (Tali tros dan tali Spring) di
haluan OGV.
4.9.14. Pastikan menjaga jarak aman / Paralell distance saat FC
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 24 of 27
TRANSHIPMENT

sudah dalam keadaan all fast dan komunikasikan dengan


pihak kapal besar jika semua tali sudah terlepas ( All Fast
Line ) dan aman untuk bergerak menuju tempat berlabuh.
4.9.15. Informasikan mengenai jam cast off floating crane kepada
port terminal dan kirimkan N.O.R.
4.10. Berlabuh Nakhoda FC
4.10.1. Melaporkan rencana posisi berlabuh kepada port terminal. Pilih Officer On Duty FC
lokasi berlabuh dengan mempertimbangkan rintangan-rintangan Chief Enginer FC
dasar laut yang berbahaya (kerangka kapal, kabel bawah laut, Nakhoda Kapal Tunda
jaring nelayan atau fishing area), keadaan cuaca, pasang surut
dan kedalaman air. Pastikan posisi berlabuh aman untuk alur
pelayaran dan mudah berolah gerak.
4.10.2. Pemeriksaan kelengkapan APD crew dan alat komunikasi (Radio
HT). Pastikan alat APD lengkap dan layak serta radio berfungsi
dengan baik.
4.10.3. Lakukan Daftar Periksa Let Go Jangkar
4.10.4. Berkoordinasi dengan kapal tunda towing mengenai posisi
berlabuh.
4.10.5. Kapal tunda towing menarik floating crane untuk berlabuh pada
posisi yang sudah direncanakan. Pastikan tali towing dalam
kondisi layak pakai dan menjalin komunikasi dengan baik.
4.10.6. Setelah persiapan selesai di lakukan informasikan ke kamar
mesin 30-60 menit kedepan kapal akan berlabuh
4.10.7. Informasikan kepada crew deck persiapan untuk berlabuh.
4.10.8. Crew floating crane mempersiapkan winch jangkar. Crew floating
crane memastikan mesin winch jangkar sudah aktif dan siap
digunakan.
4.10.9. Mendekati titik koordinat berlabuh, atur laju floating crane (reduce
speed).
4.10.10. Arahkan floating crane berlawanan dengan arah datangnya angin
dan arus.
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 25 of 27
TRANSHIPMENT

4.10.11. Infokan ke crew deck agar standby di haluan (1 orang perwira


deck sebagai pengawas dan komando di haluan, 1 orang crew
deck sebagai handle man, dan 1 orang crew deck lainnya.
4.10.12. Sebelum ada informasi dari master, crew deck terlebih dahulu
memeriksa handle switch jangkar dalam kondisi masuk ke gear
jangkar atau tidak dengan tidak lupa untuk memasang pin
handle, jika belum crew deck langsung memasang dan
menunggu intruksi selanjutnya dari officer dan master.
4.10.13. Jika laju floating crane sudah 0.3-0.5 knots, Master
mengintruksikan ke officer untuk mengantung Jangkar ½ - 1
segel, dan officer akan meneruskan perintah master kepada crew
deck.
4.10.14. Crew deck (handle man) akan di instrukiskan oleh officer untuk
heavy up sedikit rantai jangkar untuk melepaskan stopper
jangkar yang di lakukan oleh crew deck lainnya, setelah stopper
lepas, crew deck (handle man) akan menurunkan jangkar pelan
dengan menggunakan winch sesuai permintaan master bahwa
jangkar silahkan di gantung.
4.10.15. Setelah jangkar di gantung, crew deck (handle man) mengunci
rem pada winch dan kembali melepaskan handle switch dari gear
winch dan tidak lupa memasang pinnya kembali sambil
menunggu intruksi selanjutnya dari Officer
4.10.16. Master akan memutuskan kapan jangkar di let go dengan
mempertimbangkan laju floating crane antara 0.1 – 0.3 knots, jika
laju floating crane sudah berkurang, master akan
menginstruksikan kepada officer agar jangkar di let go 4 segel di
deck, dan officer akan meneruskan intruksi kepada crew deck
(handle man)
4.10.17. Setelah jangkar mencapai dasar laut, stop let go jangkar, kapal
tunda towing bisa melepaskan tali towing.
4.10.18. Pastikan Jangkar yang di let go sudah dalam posisi makan dan
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 26 of 27
TRANSHIPMENT

kecepatan kapal sudah berhenti (atau tidak berputar lagi ).


4.10.19. Master menginstruksikan kepada officer proses berlabuh selesai
dan ikat (stopper), setelah rantai di stopper oleh crew deck,
switch handle di lepas dan pastikan rem terkunci dengan kuat.
4.10.20. Setelah Let Go Jangkar pastikan Officer on Duty menulisnya di
Log Book Deck dan mengisi Form Daftar Periksa Anjungan Saat
Lepas Jangkar (FR-001.0-SOP-DPS_OPS-FC 002).
4.10.21. Melaporkan posisi actual berlabuh kepada port terminal.
Memberikan laporan Lintang Bujur pada saat berlabuh
4.11. Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat Penggunaan Winch Nakhoda
4.11.1. Saat menggunakan peralatan winch , tindakan pencegahan Officer On Duty
keselamatan dasar harus selalu diikuti untuk mengurangi resiko Chief Enginer
cedera dan kerusakan pada peralatan.
4.11.2. Gunakan APD (Coverall, Helmet, Hand Gloves/high impact glove,
Safety Glass & Safety Shoes) sesuai dengan SOP/DPA-
QSHE/019 – Alat Pelindung Diri
4.11.3. Tetap waspada. Perhatikan apa yang dilakukan, Jangan
mengoperasikan winch saat lelah.
4.11.4. Sebelum mengoperasikan winch dengan beban, periksa fungsi
winch apakah bekerja dengan baik dan benar, untuk mencegah
kerusakan dan cidera yang tidak diinginkan.
4.11.5. Jangan memegang atau berdiri terlalu dekat saat pengoperasian
winch.
4.11.6. Pastikan posisi handle kopling winch dan pin pengaman nya
apakah masuk ke bagian winch jangkar atau winch mooring.
Selain itu kondisi pelumas / Grease dari winch jangkar dalam
kondisi baik ( tidak kering ).
4.11.7. Pastikan posisi handle switch winch apakah dalam keadaan
netral atau dalam keadaan slow head / slow stern agar saat juru
mudi membuka stopper jangkar depan tangan tidak terjepit oleh
pergerakan rantai jangkar / winch.
FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”


Tanggal Rilis: Review Berikutnya:
OPERATION – FLOATING CRANE 30 – 09 – 2021 30 – 08 – 2024
Tanggal Berlaku: Halaman:
No. Dokumen WI/OPS-FC/001 30 – 09 – 2021 27 of 27
TRANSHIPMENT

4.11.8. Pastikan penerangan yang cukup dan aman jika pekerjaan


dilakukan malam hari.
4.12. Tanggung jawab Personel di atas Kapal Semua Kru & Nahkoda
Setiap orang yang berada di atas kapal mempunyai kewajiban
dalam menghentikan setiap aktifitas (Stop Work) yang
disebabkan oleh tindakan tidak aman (Un-safe Act) dan kondisi
tidak aman (Un-safe Condition). Serta segera melaporkan
kepada nahkoda untuk dilakukan tinjauan kembali terkait
penilaian resiko yang telah dilakukan

V. DOKUMEN TERKAIT

5.1. SOP/DPA_QSHE/011 : Kondisi dan Pengoperasian Kendaraan dan Alat Bergerak


5.2. FR-004.0-SOP-DPA_QSHE-011 : Formulir Pemeriksaan (Pre Start Check) Dozer
5.3. FR-005.0-SOP-DPA_QSHE-011 : Formulir Pemeriksaan (Pre Start Check) Wheel Loader
5.4. FR-001.0/WI/OPS-FC/001 : Daftar Periksa Anjungan Saat Jaga Lepas Jangkar
5.5. FR-002.0/WI/OPS-FC/001 : Daftar Periksa Let Go Jangkar
5.6. FR-003.0/WI/OPS-FC/001 : Jadwal Rencana Inspeksi Kapal /Kunjungan Crew Darat ke Kapal
5.7. FR-004.0/WI/OPS-FC/001 : Daftar Periksa Anjungan Saat Cuaca Buruk Rev 1
5.8. FR-005.0/WI/OPS-FC/001 : Daftar Periksa Anjungan Saat Jarak Pandang Terbatas Rev 1

VI. DAFTAR ISTILAH


6.1. Perusahaan, adalah PT. Mitrabahtera Segara Sejati Tbk beserta Anak Usaha-nya yakni:
PT. Mitra Swire CTM dan PT. Mitra Alam Segara Sejati.
6.2. FC, merupakan kependekan dari Floating Crane.
6.3. OGV, merupakan kependekan dari Ocean Going Vessel.

VII. LAMPIRAN/GAMBAR
-

FR-002.0/SOP/DPA-MR/007

Dokumen Tidak Terkendali Apabila Dicetak Tanpa Cap “Dokumen Terkendali”

Anda mungkin juga menyukai