CIVIL ENGINEERING 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.2 Tujuan
Adapun tujuan umum dalam pembuatan tugas ini ialah agar dapat mendesain
geometrik jalan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia.Berikut merupakan
Tujuan khususnya antara lain :
1. Untuk mengetahui trase jalan terpendek yang aman, nyaman dan ekonomis.
2. Untuk mengetahui perencanaan bentuk berdasarkan perhitungan alinyemen
horizontal dan alinyemen vertikal satu jalan.
<3.000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0
3.000-
7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
10.001-
7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 **) **) - - - -
25.000
Arteri I 3.75
II, IIIA 3.5
Kolektor IIIA, IIIB 3
Lokal IIIC 3
Sumber: Tata cara perencanaan geometrik jalan antar kota
VJR = VLHR x
Dimana :
K (disebut faktor K), adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk, dan
F (disebut faktor F), adalah faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat
jam dalam satu jam.
VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas
lainnya yang diperlukan.
Tabel 1.5 menyajikan faktor-K dan faktor-F yang sesuai dengan VLHR-nya
FAKTOR-K FAKTOR-F
VLHR
(%) (%)
>50.000 4–6 0,9 - 1
30.000 - 50.000 6–8 0,8 – 1
10.000 - 30.000 6–8 0,8 – 1
5.000 - 10.000 8 – 10 1,6 - 0,8
1.000 - 5.000 10 – 12 0,6 - 0,8
<1.000 12 – 16 <0,6
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
4) Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,
lalu lintas yang lengang,dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel 1.6.
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
VR,
Km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh
minimu 250 175 120 75 55 40 27 16
m
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang hendak
menyiap dan membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur
kanan.
d1 = ( 0,278 . t1 ) + ( V – m + ( at1 /2) )
d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada pada lajur
sebelah kanan.
d2 = ( 0,278V . t2 )
d3 = Jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang menyiap dengan
kendaraan yang berlawanan arah setelah gerakan menyiap dilakukan,
diambil 30-100 m
25 𝑥 360 1432,4
D=
25 𝑅𝑐
= 𝑅𝑐
(D berlaku untuk semua tipe kurva )
Dari gambar1.6 diatas, dapat diketahui bahwa :
Besarnya sudut spiral pada titik SC
(1.15)
²
p= . Rc ( 1 - cos θs )
²
k = 𝐿𝑠 − − Rc sin θs
²
Lc = πRc
Syarat pemakaian :
( Ls Min < dan L < 2Ts) ; (AC >0 dan Lc > 20)
Ls R P tan 1
2
k
Es
R P Rc
cos 1
2
L 2 Ls
2) Trase
Penentuan route / trase jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua
buah titik yang harus dihubungkan.
Koridor adalah bidang memanjang yang menghubungkan dua titik
Dimana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m),
VR = Kecepatan Rencana (km/j),
emax = Superelevasi maximum (%),
f = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,14-0,24
1. Jika Jh < Lt :
,
E = R’ ( 1- cos )
2. Jika Jh > Lt :
, ,
E = R’ ( 1- cos )+( Sin )
Gambar 1.12 Tikungan gabungan searah dengan sisipan bagian lurus minimum
sepanjang 20m
Gambar 1.14 Tikungan gabungan gambar balik dengan sisipan bagian lurus
minimum sepanjang 20 meter
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
7) Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang
berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat
berjalan melalui tikungan pads kecepatan VR.Nilai superelevasi maksimum
ditetapkan 10%.Pencapaian superelevasi :
a. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal
pada bagianjalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi)
pada bagian lengkung.
b. Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear (lihat
Gambar1.15), diawali dari bentuk normal sampai awal lengkung
peralihan (TS) yang berbentuk pada bagian lurus jalan, lalu
dilanjutkan sampai superelevasi penuh pada akhir bagian
lengkung peralihan (SC).
c. Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear (lihat
Gambar 1.16), diawali dari bagian lurus sepanjang 213 LS sampai dengan
bagian lingkaran penuh sepanjang 113 bagian panjang LS.
Ls = xm x (en + ed)
dimana:
b’ = 2,40 R 2
R2 2 p2
Td = R2 (2 P ) R
Z = 0,105
R
dimana:
ß = Lebar perkerasan jalan tikungan (m)
Η = Jumlah jalur
b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan (m)
C = Kebebasan samping
Untuk lebar jalan 6,00 m = 0,8
Untuk lebar jalan 7,00 m = 1,0
Untuk lebar jalan 7,50 m = 1,25
Td = Lebar melintang akibat tonjolan kedepan (m)
Z = Lebar tambahan akibat kelainan mengemudi (m)
R = Jari-jari tikungan
Δ = Tonjolan kedepan (1,2 m)
P = Jarak standar (6,1 m)
R (m)
50 60 70 80 90 100 110 120
110 0,7
100 0,8
90 0,8
80 1,0
70 1,0
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
110 1.3
100 1.4
90 1.4
80 1.6
70 1.7
1. Panjang L, berdasarkan Jh
. .
Jh < maka : L =
Jh > maka : L =2 Jh −
2. Panjang L, berdasarkan Jd
. .
Jd < maka : L =
Jh > maka : L =2 Jd −
Jh > maka : L =2 Jh −
1) Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian dengan tujuan :
(1) Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian; dan
(2) Menyediakan jarak pandang henti.
l=
b. Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal
cekung,panjangnya ditetapkan dengan rumus:
L = 2𝑆
L=
dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek 10
cm dantinggi mata 120 cm.
Kelandaian Maksimal
3 3 4 5 8 9 10 10
(%)
Gambar 1.30. Koordinasi yang ideal antara alinemen horizontal dan vertikal yang
berimpit
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
Gambar 1.31 Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana pada bagian yang lurus
pandangan pengemudi terhalang oleh puncak alinyemen vertical
sehingga pengemudi sulit memperkirakan arah alinyemen dibalik
puncak tersebut.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik jalan antar kota (1997)
Mulai
Tentukan Titik
awal
dan Akhir Trase
Jalan Rencana
Tetapkan Kriteria
1. Kelas / Fungsi Jalan
2. Kendaraan Rencana
3. LHR
4. VR
Buat Beberapa
Alternatif
Trase Jalan
Desain
Bagian Lurus
dan Tikungan
Desain
Desain Alinyemen Alinyemen
Horizontal Vertikal
1.Jarak Pandang 1.Vertical cekung
2.Jenis Tikungan 2.Vertical cembung
Sesuai Kriteria?
TIDAK
YA
TraseJalan
Terpilih
Potongan Melintang
-Lebar Jalan, Lajur Jalan, dan Bahu Jalan
-Pelebaran Jalan ditikungan
Final Desain
Selesai
Dicoba dengan F - C
Tidak memenuhi
Rc < R min.
Dicoba dengan S– C
-S
Tidak memenuhi
Δc < 0o
Lc < 20 m
Dicoba dengan S – S
2Ls Lc <
Memenuhi
SELESAI
Tidak
T* : E* dan R
Sesuai
Kriteria ?
Ya
TIKUNGAN S – C - S
Y
Lc< 20 M TIKUNGAN S – S
Y
p < 0,25 M
TIKUNGAN Full C-C
TIKUNGAN S – C - S
d. Hitung volume galian dan timbunan dengan mengalikan luas penampang rata-
rata dari galian atau timbunan dengan jarak patok.
0 + 000 A1 A2
L 𝑥𝐿=C 𝑥𝐿=C
0 + 100 B1 B2
3.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pengerjaan Tugas “PERANCANGAN
GEOMETRIK JALAN” antara lain sebagai berikut :
Trase
Panjang trase awal = 950 m
Alinyemen Horizontal
Klasifikasi medan = Bukit
Fungsi jalan = Arteri
Kelas jalan = Jalan raya (Highway)
Kecepatan rencana = 50 km/jam
Jenis tikungan = 1. Spiral-Circle-Spiral ( 3 tikungan )
Alinyemen Vertikal
Cekung & Cembung = Cekung 1
= Cembung 2
3.2 Saran
1. Dalam perencanaan/pembuatan trase (rute jalan) perlu memperhatikan beberapa syarat
agar suatu jalan layak digunakan, terutama jalan yang dibangun di daerah pegunungan
dan hutan sebisa mungkin untuk merencanakan tikungan dengan sudut kurang dari 90 o
agar tikungan yang kita buat tidak terlalu tajam sehingga aman bagi pengguna jalan.
2. Trase (rute jalan) diusahakan memilih jalur terpendek/terdekat, karena hal yang paling
diutamakan adalah jalan yang mempunyai nilai ekonomis. Ekonomis maksudnya jalan
tersebut dapat dibangun dengan kualitas yang bagus dan juga murah karena jarak yang
tidak begitu Panjang.
3. Usahakan menggambar trase pada peta topografi mengikuti garis kontur agar medan yang
didapat tidak terlalu curam, karena salah satu syarat merencanakan jalan yaitu
memberikan kenyamanan pada pengguna jalan.
4. Lebih memperhatikan dalam merencanakan jenis tikungan sesuai dengan jenis dan fungsi
jalan yang akan kita rencanakan.
5. Dalam perencanaaan galian dan timbunan usahakan agar volume timbunan tidak lebih
besar dari volume galian karena jika volume timbunan lebih besar dari volume galian
maka akan memakan banyak biaya.
6. Memperbanyak referensi buku tentang perencanaan geometric jalan agar dalam
pengerjaan laporan lebih banyak sumber.