Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah

❒ 1

Peran Mahasiswa dalam Meningkatkan Literasi Sosial-Budaya


melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nindita Tasya, Malva Nafisha Daltafika Masrur
Ilmu Administrasi Negara, Universitas Negeri Surabaya, 60231, Indonesia
Ilmu Komunikasi, Universitas Negeri Surabaya, 60231, Indonesia

Article Info ABSTRAK


Article history: Literasi sosial-budaya adalah kemampuan untuk memahami, menghargai,
dan berinteraksi dengan berbagai budaya, baik di dalam maupun di luar
Received Agt 15, 2023 negeri. Literasi sosial-budaya sangat penting bagi mahasiswa, karena mereka
Revised Nov 20, 2023 merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan yang memiliki
Accepted Dec 11, 2023 tanggung jawab untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional dan global
yang berkelanjutan, inklusif, dan harmonis. Untuk itu, mahasiswa perlu
memiliki kompetensi antarbudaya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi
Kata Kunci: dan bekerja sama secara efektif dengan orang-orang dari budaya yang
berbeda. Mahasiswa memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi
Literasi Sosial-Budaya sosial-budaya melalui pemanfaatan TIK. TIK dapat membantu mahasiswa
Teknologi Informasi dan untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari berbagai
Komunikasi sumber dan perspektif budaya; untuk berinteraksi dan berdialog dengan
Peran Mahasiswa orang-orang dari berbagai budaya; serta untuk menciptakan konten digital,
solusi kreatif, dan inovatif yang berkaitan dengan literasi sosial-budaya.
Namun, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa juga menghadapi berbagai
tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, akses, dan literasi digital;
kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan; serta potensi
penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat timbul akibat perbedaan
budaya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki kesadaran kritis, etika,
dan tanggung jawab dalam menggunakan TIK untuk meningkatkan literasi
sosial-budaya mereka. Pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam
meningkatkan literasi sosial-budaya juga membuka berbagai peluang baru,
seperti peluang untuk belajar dari berbagai sumber dan perspektif budaya;
untuk berbagi ide, gagasan, dan nilai-nilai budaya dengan orang lain; serta
untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial-budaya yang bersifat
global.
This is an open access article under the CC BY-SA license.

Corresponding Author:
Nindita Anastasya
Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: nindita.23169@mhs.unesa.ac.id

Malva Nafisha Daltafika Masrur


Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: malva.23175@mhs.unesa.ac.id

1. PENDAHULUAN
Literasi sosial-budaya adalah kemampuan untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi
dengan berbagai budaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Literasi sosial-budaya sangat penting
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, khususnya mahasiswa, yang

Jurnal Ilmiah
2

merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan. Mahasiswa memiliki peran strategis dalam
meningkatkan literasi sosial-budaya, karena mereka memiliki akses dan potensi untuk
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran, komunikasi,
dan kolaborasi antarbudaya. TIK dapat membantu mahasiswa untuk mengakses informasi,
pengetahuan, dan pengalaman dari berbagai sumber dan perspektif budaya, serta untuk berbagi ide,
gagasan, dan nilai-nilai budaya mereka dengan orang lain. Dengan demikian, mahasiswa dapat
meningkatkan pemahaman, toleransi, dan apresiasi mereka terhadap keberagaman sosial-budaya,
serta mengembangkan keterampilan antarbudaya yang dibutuhkan untuk berkontribusi dalam
pembangunan nasional dan global [1].
Namun, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa juga menghadapi berbagai tantangan, seperti
keterbatasan infrastruktur, akses, dan literasi digital; adanya kesenjangan digital antara daerah
perkotaan dan pedesaan; serta adanya potensi penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat
timbul akibat perbedaan pandangan, sikap, dan perilaku antarbudaya [2]. Oleh karena itu,
mahasiswa perlu memiliki kesadaran kritis, etika, dan tanggung jawab dalam menggunakan TIK
untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka. Selain itu, mahasiswa juga perlu memiliki
kemampuan adaptif, kreatif, dan inovatif untuk mengatasi tantangan tersebut dan menciptakan
peluang baru yang dapat mendukung tujuan literasi sosial-budaya.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji peran mahasiswa dalam meningkatkan
literasi sosial-budaya melalui pemanfaatan TIK, serta tantangan dan peluang yang dihadapi oleh
mahasiswa dalam hal tersebut. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi pustaka. Hasil dan pembahasan dari artikel ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang pentingnya literasi sosial-budaya bagi mahasiswa, serta memberikan saran dan
rekomendasi bagi mahasiswa untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka melalui
pemanfaatan TIK.

2. METODE
Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka.
Studi pustaka adalah metode penelitian yang mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan data
dari berbagai sumber literatur yang relevan dengan topik penelitian. Sumber literatur yang
digunakan dalam artikel ini meliputi buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, artikel online, dan
media sosial yang berkaitan dengan literasi sosial-budaya, TIK, dan peran mahasiswa. Data yang
diperoleh dari sumber literatur tersebut kemudian dikategorikan, dikritisi, dan disintesis sesuai
dengan kerangka penelitian. Kerangka penelitian yang digunakan dalam artikel ini terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu: (1) pengertian dan pentingnya literasi sosial-budaya bagi mahasiswa; (2) peran
mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya melalui pemanfaatan TIK; dan (3) tantangan
dan peluang yang dihadapi oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya melalui
pemanfaatan TIK [3]. Hasil dan pembahasan dari artikel ini disajikan dalam bentuk narasi deskriptif
dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan disertai dengan contoh-contoh yang
relevan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian


Pengertian dan Peningnya Literasi Sosial-Budaya bagi Mahasiswa
Literasi sosial-budaya adalah kemampuan untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi
dengan berbagai budaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Budaya adalah sistem nilai, norma,
kepercayaan, adat istiadat, bahasa, seni, dan simbol yang dibagikan oleh sekelompok orang dan
diturunkan dari generasi ke generasi. Budaya mempengaruhi cara pandang, cara berpikir, cara
berperilaku, dan cara berkomunikasi seseorang dengan orang lain [4]. Oleh karena itu, literasi
sosial-budaya dapat membantu seseorang untuk mengenali dan menghormati perbedaan-perbedaan
budaya yang ada di masyarakat, serta untuk menyesuaikan diri dan berkolaborasi dengan orang-
orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Literasi sosial-budaya sangat penting bagi mahasiswa, karena mereka merupakan agen
perubahan dan pemimpin masa depan. Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi
dalam pembangunan nasional dan global yang berkelanjutan, inklusif, dan harmonis. Untuk itu,
mahasiswa perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang sesuai dengan
tuntutan zaman dan tantangan global. Salah satu kompetensi yang dibutuhkan oleh mahasiswa

Jurnal Ilmiah
3
Jurnal Ilmiah ❒

adalah kompetensi antarbudaya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja sama secara
efektif dengan orang-orang dari budaya yang berbeda. Kompetensi antarbudaya dapat membantu
mahasiswa untuk mengembangkan wawasan global, meningkatkan keragaman pemikiran,
memperkaya pengalaman belajar, memperluas jaringan profesional, serta meningkatkan peluang
karir di masa depan.
Untuk mencapai kompetensi antarbudaya, mahasiswa perlu memiliki literasi sosial-budaya
yang tinggi. Literasi sosial-budaya dapat membantu mahasiswa untuk: (1) memahami diri sendiri
sebagai makhluk budaya yang memiliki identitas, nilai, kebiasaan, dan preferensi tertentu; (2)
memahami orang lain sebagai makhluk budaya yang memiliki identitas, nilai, kebiasaan, dan
preferensi yang berbeda; (3) menghargai keberagaman sosial-budaya sebagai sumber kekayaan dan
pembelajaran; (4) mengatasi stereotip, prasangka, diskriminasi, dan konflik yang dapat timbul akibat
perbedaan budaya; (5) menyesuaikan diri dengan situasi dan konteks budaya yang berbeda; (6)
berkomunikasi secara efektif dengan menggunakan bahasa verbal dan nonverbal yang sesuai dengan
budaya lawan bicara; (7) bekerja sama secara produktif dengan orang-orang dari budaya yang
berbeda untuk mencapai tujuan bersama; (8) menunjukkan sikap terbuka, rasa ingin tahu, empati,
respek, dan tanggung jawab terhadap budaya sendiri dan budaya lain [5].

Peran Mahasiswa dalam Meningkatkan Literasi Sosial-Budaya melalui Pemanfaatan TIK


TIK adalah teknologi yang digunakan untuk mengolah, menyimpan, mengirimkan, dan
menerima informasi dalam bentuk digital. TIK meliputi berbagai perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), jaringan (network), aplikasi (application), media (media), dan layanan
(service) yang terkait dengan pengolahan informasi digital. TIK dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, seperti pendidikan, komunikasi, hiburan, bisnis, pemerintahan, kesehatan, dan sebagainya
[6].
Mahasiswa memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi sosial-budaya melalui
pemanfaatan TIK.

TIK dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka dengan
cara-cara berikut:
TIK dapat membantu mahasiswa untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan
pengalaman dari berbagai sumber dan perspektif budaya. Mahasiswa dapat menggunakan mesin
pencari, ensiklopedia online, media sosial, blog, podcast, video, dan lain-lain untuk mencari dan
mempelajari berbagai topik yang berkaitan dengan budaya sendiri dan budaya lain. Mahasiswa juga
dapat mengikuti kursus online, webinar, seminar, konferensi, dan kegiatan belajar lainnya yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan, organisasi-organisasi nonpemerintah, atau
komunitas-komunitas budaya dari berbagai negara. Dengan demikian, mahasiswa dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan mereka tentang keberagaman sosial-budaya yang ada di dunia.
TIK dapat membantu mahasiswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-
orang dari berbagai budaya. Mahasiswa dapat menggunakan email, pesan instan, telepon, video call,
media sosial, forum online, dan lain-lain untuk berdialog, bertukar informasi, berbagi pengalaman,
dan menjalin hubungan dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda [7].
Mahasiswa juga dapat bergabung dengan program-program pertukaran pelajar, magang, relawan,
atau kerjasama antaruniversitas yang memungkinkan mereka untuk mengunjungi atau tinggal di
negara-negara lain dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Dengan demikian,
mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan komunikasi antarbudaya mereka dan membangun
jaringan profesional dan sosial mereka [8].
TIK dapat membantu mahasiswa untuk berkolaborasi dan berkontribusi dalam proyek-
proyek sosial-budaya. Mahasiswa dapat menggunakan platform online, aplikasi kolaborasi, cloud
computing, big data, artificial intelligence, dan lain-lain untuk bekerja sama dengan orang-orang
dari berbagai budaya dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial-budaya yang ada di masyarakat.
Mahasiswa juga dapat menggunakan TIK untuk menyebarkan ide-ide, gagasan-gagasan, karya-
karya seni, atau produk-produk inovatif yang merefleksikan nilai-nilai budaya mereka atau
menginspirasi orang-orang dari budaya lain. Dengan demikian, mahasiswa dapat menunjukkan
kreativitas dan inovasi mereka serta memberikan dampak positif bagi pembangunan sosial-budaya.
Tantangan dan Peluang yang Dihadapi oleh Mahasiswa dalam Meningkatkan Literasi
Sosial-Budaya melalui Pemanfaatan TIK

Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian


4

Pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya juga


menghadapi berbagai tantangan, seperti:
Keterbatasan infrastruktur, akses, dan literasi digital. Tidak semua mahasiswa memiliki
akses yang mudah dan murah ke internet dan perangkat TIK yang berkualitas. Selain itu, tidak
semua mahasiswa memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk menggunakan TIK
secara efektif dan aman. Hal ini dapat menghambat proses belajar, komunikasi, dan kolaborasi
antarbudaya yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara ketersediaan dan kualitas infrastruktur, akses, dan literasi digital antara daerah
perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan ketimpangan dalam kesempatan
dan kualitas pendidikan antarbudaya yang diperoleh oleh mahasiswa dari daerah perkotaan dan
pedesaan.
Potensi penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat timbul akibat perbedaan
pandangan, sikap, dan perilaku antarbudaya. TIK dapat digunakan untuk menyebarkan informasi
palsu, propaganda, ujaran kebencian, atau konten-konten negatif yang bertujuan untuk menyesatkan,
menghasut, atau menyerang orang-orang dari budaya lain. TIK juga dapat menimbulkan
kesalahpahaman, ketegangan, atau konfrontasi antara orang-orang dari budaya yang berbeda akibat
perbedaan gaya komunikasi, norma sosial, atau etika online. Hal ini dapat mengancam kerukunan
dan kerjasama antarbudaya yang diharapkan oleh mahasiswa.
Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki kesadaran kritis, etika, dan tanggung jawab
dalam menggunakan TIK untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka. Mahasiswa perlu:
Memilih dan menggunakan sumber informasi yang kredibel, akurat, dan relevan dengan
topik budaya yang dipelajari. Mahasiswa juga perlu memverifikasi dan mengevaluasi informasi
yang diperoleh dari TIK dengan menggunakan logika, bukti, dan referensi yang dapat
dipertanggungjawabkan [9].
Menghormati dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam komunikasi dan interaksi
antarbudaya melalui TIK. Mahasiswa juga perlu menunjukkan sikap sopan, santun, dan ramah
terhadap orang-orang dari budaya lain. Mahasiswa juga perlu menghindari penggunaan bahasa,
simbol, atau gambar yang dapat menyinggung, mengejek, atau menghina orang-orang dari budaya
lain.
Berpartisipasi secara aktif, konstruktif, dan produktif dalam proyek-proyek sosial-budaya
yang melibatkan TIK. Mahasiswa juga perlu berbagi informasi, pengetahuan, pengalaman, dan
karya-karya yang bermanfaat dan positif bagi orang-orang dari budaya lain. Mahasiswa juga perlu
menghargai dan mengapresiasi kontribusi-kontribusi yang diberikan oleh orang-orang dari budaya
lain.
Selain tantangan, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-
budaya juga membuka berbagai peluang, seperti:
Peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan antarbudaya. TIK dapat membantu
mahasiswa untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber belajar yang lebih beragam, lengkap, dan
mutakhir. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
interaktif, fleksibel, dan menyenangkan. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan
feedback dan evaluasi yang lebih cepat, akurat, dan objektif [10].
Peluang untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi antarbudaya. TIK dapat
membantu mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, kreativitas,
inovasi, adaptasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan kewirausahaan
antarbudaya. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai seperti
toleransi, empati, respek, kerjasama, dan tanggung jawab antarbudaya.
Peluang untuk meningkatkan peluang karir dan kontribusi sosial-budaya. TIK dapat
membantu mahasiswa untuk memperluas jaringan profesional dan sosial mereka dengan orang-
orang dari berbagai budaya. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk menemukan dan
mengambil peluang-peluang kerja atau bisnis yang berkaitan dengan bidang-bidang sosial-budaya
[11]. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk memberikan dampak positif bagi pembangunan
sosial-budaya di tingkat lokal, nasional, dan global.

4. KESIMPULAN
Literasi sosial-budaya adalah kemampuan untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi dengan
berbagai budaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Literasi sosial-budaya sangat penting bagi mahasiswa,

Jurnal Ilmiah
5
Jurnal Ilmiah ❒

karena mereka merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan yang memiliki tanggung jawab untuk
berkontribusi dalam pembangunan nasional dan global yang berkelanjutan, inklusif, dan harmonis. Untuk itu,
mahasiswa perlu memiliki kompetensi antarbudaya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja
sama secara efektif dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.
Mahasiswa memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi sosial-budaya melalui
pemanfaatan TIK. TIK dapat membantu mahasiswa untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan
pengalaman dari berbagai sumber dan perspektif budaya; untuk berinteraksi dan berdialog dengan orang-
orang dari berbagai budaya; serta untuk menciptakan konten digital, solusi kreatif, dan inovatif yang
berkaitan dengan literasi sosial-budaya. Namun, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa juga menghadapi
berbagai tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, akses, dan literasi digital; kesenjangan digital antara
daerah perkotaan dan pedesaan; serta potensi penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat timbul
akibat perbedaan budaya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki kesadaran kritis, etika, dan tanggung
jawab dalam menggunakan TIK untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka [12].
Pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya juga membuka
berbagai peluang baru, seperti peluang untuk belajar dari berbagai sumber dan perspektif budaya; untuk
berbagi ide, gagasan, dan nilai-nilai budaya dengan orang lain; serta untuk berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan sosial-budaya yang bersifat global.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sangat besar kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung penelitian ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis juga ingin
menghargai semua narasumber yang telah bersedia memberikan informasi dan wawasan bagi penelitian ini.
Tanpa bantuan dan kerjasama dari mereka, penelitian ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
juga berterima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, kritik, dan saran
yang konstruktif bagi penelitian ini. Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman sejawat yang telah
memberikan masukan, diskusi, dan motivasi bagi penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan dan pengembangan penelitian ini di masa mendatang.
Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan literasi sosial budaya
khususnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

REFERENSI

[1] Achmad, A. (2021). Memahami Berpikir Kritis.


[2] Gusrianti, N. (2021, November 12). Peran Mahasiswa Dalam Meningkatkan Literasi Digital. pp. 12-
14.
[3] Heryati. (2010). Model Inovatif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Multi Kreasi Satudelapan.
[4] Kharizmi, M. (2015). Kesulitan Seorang Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan Kemampuan
Literasi.
[5] Maharani, D. (2022, Januari 26). Pentingnya Literasi Digital untuk Mahasiswa. pp. 9-11.
[6] Membangun Fikiran Logis. (2012). In S. Kasdin. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
[7] Mustafa, B. (2014). Literasi Dini dan Literasi Remaja : Teori, Konsep, Praktik.
[8] Naufal, H. A. (2020). Literasi Digital. 5.
[9] Nuraini, N. (2022). Peran Literasi Digital Bagi Mahasiswa di Era New Normal. 3-7.
[10] Peran Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan di Era Digital. (2023, Juli 23).
[11] Pratama, A. Y. (2022). Peran Mahasiswa Dalam Meningkatkan Literasi Digital. 7-8.
[12] Sumardi. (2011). Rahasia Menjadi Seorang Unggul. Jakarta: Erlangga.

Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian


6

BIOGRAFI PENULIS

Nindita Anastasya adalah nama penulis artikel ilmiah ini. Anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis lahir pada tanggal 19 Desember 2004. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SDN Kebonsari I Surabaya, melanjutkan ke SMPIT At-Taqwa
Surabaya, lalu melanjutkan lagi ke SMAS Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo di
jurusan IPS dan sekarang sedang menjalani studi perkuliahan di Universitas Negeri
Surabaya Fakultas Ilmu Sosial ddan Hukum Program Studi Ilmu Administrasi Negara.
Penulis memiliki hobi mendengarkan lagu, bernyanyi, dan menari.

Malva Nafisha Daltafika Masrur adalah nama penulis artikel ilmiah ini. Anak pertama
dari dua bersaudara. Penulis lahir di Surabaya pada tanggal 20 Desember 2005. Penulis
menempuh pendidikan dimulai dari SDN Kebraon II Surabaya, melanjutkan ke SMP
Negeri 22 Surabaya, lalu melanjutkan lagi ke SMA Negeri 22 Surabaya di jurusan
MIPA dan sekarang sedang menjalani studi perkuliahan di Universitas Negeri
Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Program Studi Ilmu Komunikasi. Penulis
memiliki hobi membaca dan traveling.

Jurnal Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai