❒ 1
Corresponding Author:
Nindita Anastasya
Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: nindita.23169@mhs.unesa.ac.id
1. PENDAHULUAN
Literasi sosial-budaya adalah kemampuan untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi
dengan berbagai budaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Literasi sosial-budaya sangat penting
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, khususnya mahasiswa, yang
Jurnal Ilmiah
2
❒
merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan. Mahasiswa memiliki peran strategis dalam
meningkatkan literasi sosial-budaya, karena mereka memiliki akses dan potensi untuk memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai sarana pembelajaran, komunikasi, dan kolaborasi
antarbudaya. TIK dapat membantu mahasiswa untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan
pengalaman dari berbagai sumber dan perspektif budaya, serta untuk berbagi ide, gagasan, dan nilai-
nilai budaya mereka dengan orang lain. Dengan demikian, mahasiswa dapat meningkatkan
pemahaman, toleransi, dan apresiasi mereka terhadap keberagaman sosial-budaya, serta
mengembangkan keterampilan antarbudaya yang dibutuhkan untuk berkontribusi dalam
pembangunan nasional dan global [1].
Namun, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa juga menghadapi berbagai tantangan, seperti
keterbatasan infrastruktur, akses, dan literasi digital; adanya kesenjangan digital antara daerah
perkotaan dan pedesaan; serta adanya potensi penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat
timbul akibat perbedaan pandangan, sikap, dan perilaku antarbudaya [2]. Oleh karena itu, mahasiswa
perlu memiliki kesadaran kritis, etika, dan tanggung jawab dalam menggunakan TIK untuk
meningkatkan literasi sosial-budaya mereka. Selain itu, mahasiswa juga perlu memiliki kemampuan
adaptif, kreatif, dan inovatif untuk mengatasi tantangan tersebut dan menciptakan peluang baru yang
dapat mendukung tujuan literasi sosial-budaya.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji peran mahasiswa dalam meningkatkan literasi
sosial-budaya melalui pemanfaatan TIK, serta tantangan dan peluang yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam hal tersebut. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
pustaka. Hasil dan pembahasan dari artikel ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pentingnya literasi sosial-budaya bagi mahasiswa, serta memberikan saran dan rekomendasi bagi
mahasiswa untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka melalui pemanfaatan TIK.
2. METODE
Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Studi
pustaka adalah metode penelitian yang mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan data dari
berbagai sumber literatur yang relevan dengan topik penelitian. Sumber literatur yang digunakan
dalam artikel ini meliputi buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, artikel online, dan media sosial yang
berkaitan dengan literasi sosial-budaya, TIK, dan peran mahasiswa. Data yang diperoleh dari sumber
literatur tersebut kemudian dikategorikan, dikritisi, dan disintesis sesuai dengan kerangka penelitian.
Kerangka penelitian yang digunakan dalam artikel ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: (1)
pengertian dan pentingnya literasi sosial-budaya bagi mahasiswa; (2) peran mahasiswa dalam
meningkatkan literasi sosial-budaya melalui pemanfaatan TIK; dan (3) tantangan dan peluang yang
dihadapi oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya melalui pemanfaatan TIK [3].
Hasil dan pembahasan dari artikel ini disajikan dalam bentuk narasi deskriptif dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami dan disertai dengan contoh-contoh yang relevan.
Jurnal Ilmiah
3
Jurnal Ilmiah ❒
TIK dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka dengan
cara-cara berikut:
TIK dapat membantu mahasiswa untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan pengalaman
dari berbagai sumber dan perspektif budaya. Mahasiswa dapat menggunakan mesin pencari,
ensiklopedia online, media sosial, blog, podcast, video, dan lain-lain untuk mencari dan mempelajari
berbagai topik yang berkaitan dengan budaya sendiri dan budaya lain. Mahasiswa juga dapat
mengikuti kursus online, webinar, seminar, konferensi, dan kegiatan belajar lainnya yang
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan, organisasi-organisasi nonpemerintah, atau
komunitas-komunitas budaya dari berbagai negara. Dengan demikian, mahasiswa dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan mereka tentang keberagaman sosial-budaya yang ada di dunia.
TIK dapat membantu mahasiswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang
dari berbagai budaya. Mahasiswa dapat menggunakan email, pesan instan, telepon, video call, media
sosial, forum online, dan lain-lain untuk berdialog, bertukar informasi, berbagi pengalaman, dan
menjalin hubungan dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda [7]. Mahasiswa juga
dapat bergabung dengan program-program pertukaran pelajar, magang, relawan, atau kerjasama
antaruniversitas yang memungkinkan mereka untuk mengunjungi atau tinggal di negara-negara lain
dan berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Dengan demikian, mahasiswa dapat
meningkatkan keterampilan komunikasi antarbudaya mereka dan membangun jaringan profesional
dan sosial mereka [8].
TIK dapat membantu mahasiswa untuk berkolaborasi dan berkontribusi dalam proyek-
proyek sosial-budaya. Mahasiswa dapat menggunakan platform online, aplikasi kolaborasi, cloud
computing, big data, artificial intelligence, dan lain-lain untuk bekerja sama dengan orang-orang dari
berbagai budaya dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial-budaya yang ada di masyarakat.
Mahasiswa juga dapat menggunakan TIK untuk menyebarkan ide-ide, gagasan-gagasan, karya-karya
seni, atau produk-produk inovatif yang merefleksikan nilai-nilai budaya mereka atau menginspirasi
orang-orang dari budaya lain. Dengan demikian, mahasiswa dapat menunjukkan kreativitas dan
inovasi mereka serta memberikan dampak positif bagi pembangunan sosial-budaya.
Tantangan dan Peluang yang Dihadapi oleh Mahasiswa dalam Meningkatkan Literasi Sosial-
Budaya melalui Pemanfaatan TIK
Pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya juga
menghadapi berbagai tantangan, seperti:
Keterbatasan infrastruktur, akses, dan literasi digital. Tidak semua mahasiswa memiliki akses
yang mudah dan murah ke internet dan perangkat TIK yang berkualitas. Selain itu, tidak semua
mahasiswa memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk menggunakan TIK secara
Judul naskah singkat dan jelas, menyiratkan hasil penelitian
4
❒
efektif dan aman. Hal ini dapat menghambat proses belajar, komunikasi, dan kolaborasi antarbudaya
yang dilakukan oleh mahasiswa.
Kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan. Terdapat perbedaan yang
signifikan antara ketersediaan dan kualitas infrastruktur, akses, dan literasi digital antara daerah
perkotaan dan pedesaan di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan ketimpangan dalam kesempatan
dan kualitas pendidikan antarbudaya yang diperoleh oleh mahasiswa dari daerah perkotaan dan
pedesaan.
Potensi penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat timbul akibat perbedaan
pandangan, sikap, dan perilaku antarbudaya. TIK dapat digunakan untuk menyebarkan informasi
palsu, propaganda, ujaran kebencian, atau konten-konten negatif yang bertujuan untuk menyesatkan,
menghasut, atau menyerang orang-orang dari budaya lain. TIK juga dapat menimbulkan
kesalahpahaman, ketegangan, atau konfrontasi antara orang-orang dari budaya yang berbeda akibat
perbedaan gaya komunikasi, norma sosial, atau etika online. Hal ini dapat mengancam kerukunan dan
kerjasama antarbudaya yang diharapkan oleh mahasiswa.
Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki kesadaran kritis, etika, dan tanggung jawab dalam
menggunakan TIK untuk meningkatkan literasi sosial-budaya mereka. Mahasiswa perlu:
Memilih dan menggunakan sumber informasi yang kredibel, akurat, dan relevan dengan
topik budaya yang dipelajari. Mahasiswa juga perlu memverifikasi dan mengevaluasi informasi yang
diperoleh dari TIK dengan menggunakan logika, bukti, dan referensi yang dapat
dipertanggungjawabkan [9].
Menghormati dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam komunikasi dan interaksi
antarbudaya melalui TIK. Mahasiswa juga perlu menunjukkan sikap sopan, santun, dan ramah
terhadap orang-orang dari budaya lain. Mahasiswa juga perlu menghindari penggunaan bahasa,
simbol, atau gambar yang dapat menyinggung, mengejek, atau menghina orang-orang dari budaya
lain.
Berpartisipasi secara aktif, konstruktif, dan produktif dalam proyek-proyek sosial-budaya
yang melibatkan TIK. Mahasiswa juga perlu berbagi informasi, pengetahuan, pengalaman, dan karya-
karya yang bermanfaat dan positif bagi orang-orang dari budaya lain. Mahasiswa juga perlu
menghargai dan mengapresiasi kontribusi-kontribusi yang diberikan oleh orang-orang dari budaya
lain.
Selain tantangan, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-
budaya juga membuka berbagai peluang, seperti:
Peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan antarbudaya. TIK dapat membantu
mahasiswa untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber belajar yang lebih beragam, lengkap, dan
mutakhir. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih
interaktif, fleksibel, dan menyenangkan. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan
feedback dan evaluasi yang lebih cepat, akurat, dan objektif [10].
Peluang untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi antarbudaya. TIK dapat
membantu mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, kreativitas,
inovasi, adaptasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, kepemimpinan, dan kewirausahaan
antarbudaya. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk mengembangkan nilai-nilai seperti
toleransi, empati, respek, kerjasama, dan tanggung jawab antarbudaya.
Peluang untuk meningkatkan peluang karir dan kontribusi sosial-budaya. TIK dapat
membantu mahasiswa untuk memperluas jaringan profesional dan sosial mereka dengan orang-orang
dari berbagai budaya. TIK juga dapat membantu mahasiswa untuk menemukan dan mengambil
peluang-peluang kerja atau bisnis yang berkaitan dengan bidang-bidang sosial-budaya [11]. TIK juga
dapat membantu mahasiswa untuk memberikan dampak positif bagi pembangunan sosial-budaya di
tingkat lokal, nasional, dan global.
4. KESIMPULAN
Literasi sosial-budaya adalah kemampuan untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi dengan
berbagai budaya, baik di dalam maupun di luar negeri. Literasi sosial-budaya sangat penting bagi mahasiswa,
karena mereka merupakan agen perubahan dan pemimpin masa depan yang memiliki tanggung jawab untuk
berkontribusi dalam pembangunan nasional dan global yang berkelanjutan, inklusif, dan harmonis. Untuk itu,
mahasiswa perlu memiliki kompetensi antarbudaya, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja sama
secara efektif dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.
Jurnal Ilmiah
5
Jurnal Ilmiah ❒
Mahasiswa memiliki peran strategis dalam meningkatkan literasi sosial-budaya melalui pemanfaatan
TIK. TIK dapat membantu mahasiswa untuk mengakses informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari berbagai
sumber dan perspektif budaya; untuk berinteraksi dan berdialog dengan orang-orang dari berbagai budaya;
serta untuk menciptakan konten digital, solusi kreatif, dan inovatif yang berkaitan dengan literasi sosial-
budaya. Namun, pemanfaatan TIK oleh mahasiswa juga menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan
infrastruktur, akses, dan literasi digital; kesenjangan digital antara daerah perkotaan dan pedesaan; serta potensi
penyalahgunaan, manipulasi, dan konflik yang dapat timbul akibat perbedaan budaya. Oleh karena itu,
mahasiswa perlu memiliki kesadaran kritis, etika, dan tanggung jawab dalam menggunakan TIK untuk
meningkatkan literasi sosial-budaya mereka [12].
Pemanfaatan TIK oleh mahasiswa dalam meningkatkan literasi sosial-budaya juga membuka berbagai
peluang baru, seperti peluang untuk belajar dari berbagai sumber dan perspektif budaya; untuk berbagi ide,
gagasan, dan nilai-nilai budaya dengan orang lain; serta untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial-
budaya yang bersifat global.
REFERENSI
BIOGRAFI PENULIS
Nindita Anastasya adalah nama penulis artikel ilmiah ini. Anak pertama dari tiga
bersaudara. Penulis lahir pada tanggal 19 Desember 2004. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SDN Kebonsari I Surabaya, melanjutkan ke SMPIT At-Taqwa
Surabaya, lalu melanjutkan lagi ke SMAS Muhammadiyah 1 Taman Sidoarjo di jurusan
IPS dan sekarang sedang menjalani studi perkuliahan di Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Sosial ddan Hukum Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Penulis
memiliki hobi mendengarkan lagu, bernyanyi, dan menari.
Malva Nafisha Daltafika Masrur adalah nama penulis artikel ilmiah ini. Anak pertama
dari dua bersaudara. Penulis lahir di Surabaya pada tanggal 20 Desember 2005. Penulis
menempuh pendidikan dimulai dari SDN Kebraon II Surabaya, melanjutkan ke SMP
Negeri 22 Surabaya, lalu melanjutkan lagi ke SMA Negeri 22 Surabaya di jurusan MIPA
dan sekarang sedang menjalani studi perkuliahan di Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Program Studi Ilmu Komunikasi. Penulis memiliki
hobi membaca dan traveling.
Jurnal Ilmiah