Anda di halaman 1dari 12

Power & Decision Making in Family

Komunikasi Keluarga
Definisi “Power”

➔ Dalam perspektif komunikasi “power” dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk


mempengaruhi tujuan, aturan, peran, dan/atau pola komunikasi orang lain.
➔ Anggota keluarga yang memiliki power akan memperoleh kepatuhan dan/atau dapat
mengubah perilaku, keyakinan, pendapat, dan nilai orang lain.

(West & Turner, 2012)


Implikasi dari Definisi “Power” di atas

1. power may or may not be exercised – karena power adalah didefinisikan sebagai kapasitas, kita mengakui
bahwa seorang anggota keluarga mungkin dapat mempengaruhi orang lain tetapi, untuk beberapa alasan,
mungkin memilih untuk tidak melakukannya. Misalnya, orang tua mungkin memilih untuk diam (tidak
berpendapat), membiarkan anak-anak mereka belajar sendiri daripada dipengaruhi oleh mereka.
2. power is perceptual – power tergantung pada hubungan kekuasaan yang dirasakan di antara para anggota
keluarga. Berikut contoh ilustrasinya: ketika X percaya bahwa ayahnya akan menghukumnya jika dia
pulang setelah jam 11 malam, maka dia pulang tidak lebih dari pukul 11. Dasar pemahaman tentang
power ini adalah gagasan tentang kontrol di mana Ayah X mengontrol perilaku X. Ini terjadi karena dia
menggunakan kekuasaan (power) dengan menetapkan jam malam dan karena X percaya ayahnya
memiliki power untuk membatasi perilakunya dengan jam malam.
Ilustrasi pada contoh di atas menggambarkan bahwa kekuasaan juga dapat dilihat secara
produktif sebagai proses antar manusia. Dengan kata lain, ketika anggota keluarga
berusaha untuk mempengaruhi satu sama lain, mereka selalu dibatasi oleh tanggapan
orang lain. Tak seorang pun dalam keluarga dapat memiliki pengaruh kecuali yang lain
setuju untuk dipengaruhi.
However, a family member’s agreement to be influenced isn’t a simple matter of free will. Many
issues complicate this decision. For instance, parents have legitimate power (French & Raven,
1959), and many children don’t have the resources or the desire to contest that. Denise
Solomon, Leanne Knobloch, and Mary Anne Fitzpatrick (2004) mention that another source of
power that is difficult to ignore is dependence power. A person gains dependence power if he
or she is more willing to end the relationship than is the person’s partner.
Power & Decision Making

- Sebagian besar penelitian tentang Family Power berfokus pada bagaimana power
dijalankan dalam situasi pengambilan keputusan (decision making). Penelitian
semacam ini biasanya mengukur power dengan melihat siapa yang dominan dalam
suatu keputusan. Dengan demikian, pengambilan keputusan dipandang sebagai
power outcome.
Decision Making,..?

Dalam konteks ini kita mengadopsi definisi pengembilan keputusan (decision making)
dari John Scanzoni dan Karen Polonko (1980). Menurut mereka, pengambilan
keputusan adalah proses menyelesaikan sesuatu dalam keluarga ketika kerja sama
dua atau lebih anggota diperlukan. Definisi ini menyiratkan berbagai macam masalah
yang diputuskan oleh keluarga. Topik pengambilan keputusan berkisar dari yang
tampaknya sederhana hingga yang sangat kompleks – mulai dari keputusan tentang
pemilihan menu untuk makan malam, di rumah atau di luar, sampai pada
pengambilan keputusan tentang jumlah anak atau pendidikan anak, dll.
Kita dapati dalam kehidupan sehari-hari bahwa keluarga sering berurusan dengan begitu banyak
keputusan kecil. Namun, sistem keluarga umumnya menyusun pola untuk mengelola keputusan
agar tidak perlu bernegosiasi dalam setiap masalah (khususnya masalah2 yang dianggap sepele).

Dengan demikian pola tersebut menghindakan pasangan dari membicarakan setiap keputusan
kecil, sehingga dapat menyimpan energi mereka untuk masalah yang lebih besar.
Faktor2 yang Berhubungan dengan Power & Decision Making

Tipe Keluarga

Budaya
Power & Relational Control

● Scholar komunikasi berpendapat bahwa kontrol dibentuk melalui pola pembicaraan yang
berulang yang mengatur otoritas dalam hubungan (Millar & Rogers, 1976; Rogers &
Farace, 1975).
● Relational control mengacu pada distribusi power yang menempatkan individu sebagai
pihak yang setara, bawahan, atau superior satu sama lain dalam interaksi mereka. Rogers
dkk. Dalam studinya menegaskan bahwa distribusi power muncul dari interaksi antara
mitra (pasangan) dan bukan milik individu. Relational control dihasilkan dari proses timbal
balik yang terjadi dalam percakapan antar pasangan.
Cermati ilustrasi berikut
tt relational control
Lakukan analisis pada dialog di atas untuk
mengetahui bagaimana relational control antara
pasangan Matthew dan David,..!

Anda mungkin juga menyukai