Anda di halaman 1dari 13

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No.

3, Oktober 2017

PENGARUH TINGKAT KECEMASAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR


SEJARAH SISWA KELAS X IPS 2 SMAN 12 SURABAYA

FRINDA IMROATUS SOLIHAH


Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakutas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email: frindasolihah@mhs.unesa.ac.id

Corry Liana
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Kecemasan yang terjadi dalam lingkungan sekolah khususnya pada remaja tidak bisa lepas dari
masalah-masalah yang dialaminya selama proses pembelajaran, dimana banyak peserta didik yang merasa
cemas ketika dihadapkan pada suatu permasalahan yang menyulitkan mereka untuk berfikir, kecemasan yang
biasanya dialami ialah kecemasan terhadap materi membosankan, guru killer, serta soal yang dianggap sulit
sehingga mereka malas untuk berfikir dan merasa cemas akan nilai-nilai yang mereka dapatkan ketika ulangan
harian ataupun disaat ulangan semester
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar tingkat kecemasan siswa, seberapa
besar prestasi belajar sejarah siswa serta pengaruh yang disebabkan kecemasan siswa terhadap prestasi belajar
sejarah dengan menggunakan metode Giving Question and Getting Answer.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat kecemasan siswa 68.44, dan rata-rata prestasi belajar
sejarah sebesar 77, 98. Penelitian tentang kecemasan siswa terhadap prestasi belajar sejarah kelas X IPS 2 SMA
Negeri 12 Surabaya dengan hasil uji regresi linear sederhana menunjukkan pengaruh pada prestasi siswa sebesar
4.9% dengan Ftabel sebesar 2.235 dan taraf signifikan 142. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
tingkat kecemasan siswa yang tinggi akan mempengaruhi prestasi siswa yang menyebabkan banyak siswa yang
mencontek untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya, untuk hal itu diperlukan agar mendapatkan perhatian
yang lebih dari guru mata pelajaran

Kata kunci: kecemasan Siswa, Prestasi Belajar Siswa

Abstract
Anxiety that occurs in the school environment, especially in adolescents can not be separated from
the problems experienced during the learning process, where many learners who feel anxious when faced with a
problem that makes them difficult to think, anxiety usually experienced is anxiety about boring material,
Teacher killer, as well as problems that are considered difficult so that they are lazy to think and feel anxious
about the values they get when the daily test or during the test of semester
In this study aims to analyze how big the level of student anxiety, how much achievement learn the
history of students and the effect of student's anxiety on learning achievement history using Giving Question and
Getting Answer method.
The results showed the average anxiety level of students 68.44, and average learning achievement
history of 77, 98. Research on students' anxiety toward the achievement of learning history of class X IPS 2
SMA Negeri 12 Surabaya with the results of simple linear regression test showed the influence on student
achievement 4.9% with a Ftabel of 2.235 and a significant level of 142. Based on it can be concluded that high
student anxiety level will affect student achievement that causes many students who cheat to continue to improve
learning achievement, for it is necessary to get more attention from teachers subjects

Keywords: Students' anxiety, Student Learning Achievement

PENDAHULUAN
Kecemasan yang terjadi dalam lingkungan merasa cemas ketika dihadapkan pada suatu
sekolah khususnya pada remaja tidak bisa lepas dari permasalahan yang menyulitkan mereka untuk
masalah-masalah yang dialaminya selama proses berfikir, kecemasan yang biasanya dialami ialah
pembelajaran, dimana banyak peserta didik yang kecemasan terhadap materi membosankan, guru

1138
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

killer, serta soal yang dianggap sulit sehingga mereka Keberhasilan pendidikan nasional tidak
malas untuk berfikir dan merasa cemas akan nilai- terlepas dari proses pembelajaran di sekolah. Sekolah
nilai yang mereka dapatkan ketika ulangan harian merupakan salah satu unsur yang dominan dalam
ataupun disaat ulangan semester. penyelenggaraan pendidikan formal, disamping
Kecemasan merupakan hal yang normal keluarga dan masyarakat. Pendidikan yang
terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap berlangsung di sekolah meliputi seluruh aktivitas
stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. untuk membahas seperangkat materi pelajaran agar
Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang
individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa bermanfaat dalam kehidupannya. Harapan
cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan keberhasilan pendidikan tersebut berlandaskan pada
orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan tujuan pendidikan nasional (UU Sistem Pendidikan
yang berarti. Kecemasan setiap individu memiliki Nasional Nomor 20 Tahun 2003), yang menyatakan
reaksi yang berbeda dalam menanggapi kecemaan bahwa ”Pendidikan nasional bertujuan untuk
mereka. Kecemasan adalah ketakuta yang tidak nyata, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
suatu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
sesuatu yang sebenarnya tidak mengancam. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu,
Khususnya kecemasan terhadap mata pelajaran cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
sejarah ialah karena materi yang membosankan serta yang demokratis,serta bertanggungjawab” 2. Dalam
soal yang cenderung sulit membuat peserta didik upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut, sudah
enggan untuk fokus ke materi saat pembelajaran dan tentunya siswa mengalami berbagai kendala. Salah
ketika dihadapkan pada soal-soal mereka merasa satunya adalah kecemasan dalam diri siswa saat
kesulitan dan mengerjakannya asal-asalan yang pembelajaran yang memungkinkan prestasi belajar
kemudian memunculkan rasa cemas akan nilai yang siswa tidak sesuai dengan harapan.
akan mereka dapatkan. Rendahnya prestasi belajar merupakan salah
Selama KBM guru belum memberdayakan satu faktor yang menjadi sorotan dunia pendidikan.
seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa Salah satu penyebab kesulitan dan rendahnya prestasi
belum mampu mencapai kompetensi individual yang belajar adalah kecemasan. Pada umumnya, siswa
diperlukan unuk mengikuti pelajaran lanjutan. mengalami kecemasan ketika dihadapkan pada
Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pelajaran yang dianggap sulit, berorientasi untuk
pemahaman. Siswa belum mampu mempelajari fakta, mendapatkan nilai yang tinggi, guru tegas dalam
konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif mengajar serta cemas ketika menghadapi ujian.
lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum mampu Kecemasan dalam menghadapi ujian atau disaat
menerapkannya secara efektif dalam pemecahan. Di pembelajaran tidak hanya dialami oleh siswa yang
era globalisasi ini diperlukan pengetahuan dan kecerdasannya rendah, tetapi siswa yang kecerdasan
keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu dan motivasinya tinggipun dapat mengalami
memberdayakan dirinya untuk menemukan, kecemasan dan kesulitan belajar. Siswa yang
menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam
serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan menyerap materi pelajaran yang disampaikan guru
sikap dalam pengambilan keputusan. sehingga ia akan malas dalam belajar, serta tidak
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dapat menguasai materi, menghindari pelajaran,
khususnya sejarah, sering dianggap sebagai pelajaran mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru,
hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini penurunan nilai belajar dan prestasi belajar rendah3.
dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
urutan peristiwa yang harus diingat kemudian proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun
diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-
Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena masih faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola
terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah yang interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan
selama ini terjadi di sekolah-sekolah dirasakan kering sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai
dan membosankan. Menurut cara pandang Pedagogy materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut
Kritis, pembelajaran sejarah seperti ini dianggap lebih jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Dengan
banyak memenuhi hasrat dominant group seperti kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir
rezim yang berkuasa, kelompok elit, pengembang kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam
kurikulum dan lain-lain, sehingga mengabaikan peran mengakses informasi baru yang memungkinkan ia
siswa sebagai pelaku sejarah zamannya1. mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya

1
2
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-
Anggara, Boyi. 2007. „Pembelajaran Sejarah yang
Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media,
Berorientasi pada Masalah- Masalah Sosial Kontemporer‟. 2013), hlm 2
Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan 3
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan.
Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), hlm 309
Semarang, Semarang, 16 April 2007

1139
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

(state of the art) dan kemungkinan perkembangn yang pelajaran Sejarah salah satu diantaranya adalah
lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier karena adanya bantuan dari guru untuk menuntaskan
of knowledge). Sehingga menimbulkan rasa cemas nilai tersebut dimana yang terjadi sebenarnya adalah
terhadap sebagian siswa yang mementingkan nilai yang didapat siswa masih tergolong rendah,
pelajaran sejarah sebagai salah satu pelajaran wajib dalam pelajaran sejarah siswa sering beranggapan
yang harus dipenuhi syarat-syarat ketuntasan nilai bahwa materi yang dijelaskan itu mudah tetapi ketika
yang didapatkan. Sementara itu materi pembelajaran mengerjakan soal mereka mengalami kesulitasn
dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang sehingga menyebabkan nilai mereka rendah. Dengan
memanfaatkan dan banyak menimbulkan polemik banyaknya materi yang diajarkan dan alokasi waktu
yang sangat mendasar untuk dipahami secara yang terbatas siswa menjadi sering tidak fokus ketika
mendalam, pelajaran sejarah merupakan pelajaran pembelajaran berlangsung, mereka sering mengobrol
yang membuat siswa bosan dan enggan untuk sendiri, tidur, tegang, tidak bisa diam bahkan banyak
mengikutinya secara keseluruhan, dan guru sering yang mengganggu temannya yang berkonsentrasi
membuat ancaman tentang ketuntasan nilai yang ketika pembelajaran. Siswa yang berkompeten untuk
mereka dapat sehingga membuat sebagian merasa belajar diharapkan mampu mengantisipasi
cemas apabila nilainya tidak tuntas. kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok
Hasil beberapa penelitian di University of siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dan guru
Vermont mengenai analisis struktur neurologis diharapkan dapat mengetahui faktor yang
otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux menghambat prestasi belajar siswa. Dengan adanya
(1970) menunjukkan bahwa dalam peristiwa pendekatan khusus kepada siswa mengenai
penting kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului kecemasan yang dihadapi dan gangguan yang lain
intelegensi rasional. EQ yang baik dapat menentukan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
keberhasilan individu dalam prestasi belajar Dari penjelasan latar belakang masalah
membangun kesuksesan karir. Kemunculan istilah diatas bahwa peneliti memfokuskan pada fenomena
kecerdasan emosional dalam pendidikan, bagi pengaruh kecemasan siswa terhadap prestasi belajar
sebagian orang mungkin dianggap sebagai sejarah siswa pada SMAN 12 Surabaya, peneliti
jawaban atas kejanggalan tersebut. Terdapat yakin bahwa dalam lingkungan remaja banyak yang
berbagai macam siswa yang memiliki karakter dan menyebabkan terjadinya emosi-emosi yang
kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran dikelas, menimbulkan kecemasan, tawuran, depresi sehingga
dimana mereka juga bisa merasakan sedih, ceria dan perlu mendapat pengawasan yang lebih dari guru dan
lainnya ketika mereka mengalami banyak masalah, orangtua, peneliti juga berharap dapat menjawab
masalah yang terjadi dalam fikiran siswa tidak bisa fenomena tersebut dalam penelitian yang dilakukan.
tampak begitu saja ketika mereka mengikuti
pembelajaran, melainkan mereka selalu tidak bisa
berkonsentrasi ketika pembelajaran karena METODE
disebabkan terganggunya fikiran mereka. Rasa Jenis Penelitian
kecemasan juga memicu terhadap terjadinya Dalam penelitian ini digunakan metode
gangguan emosional dimana mereka dapat merasa penelitian kuantitatif, metode penelitian kuantitatif
cemas dalam berbagai situasi selama proses dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
pembelajaran. Dalam hal ini kecerdasan emosional beerlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
yang baik memiliki kemampuan untuk untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
menegendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
untuk menghadapi rintangan dan mampu mengatur secara random, pengumpulan data menggunakan
suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar instrumen penelitian, analisis data bersifat
tidak mengganggu kemampuan berfikir siswa selama kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
didalam kelas. hipotesis yang ditetapkan5. Penelitian ini dilakukan
Terkait dengan prestasi belajar siswa pada satu kelas dengan memfokuskan pada pengaruh
terhadap mata pelajaran sejarah yang sudah kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.
memenuhi dari standart KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) terjadi tidak hanya karena faktor
intelligence quotient (IQ) tetapi juga terdapat faktor Populasi dan Teknik Sampling
eksternal yaitu emosional quotient (EQ) dimana Populasi adalah wilayah generalisasi yang
dalam kecerdasan ini terdapat permasalahan yang terdiri atas : objek/subyek yang mempunyai kualitas
sering muncul dalam diri siswa yang dapat berupa dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
kecemasan ketika menghadapi pembelajaran dikelas, peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kecemasan ini tidak bisa diklasifikasikan secara kasat kesimpulannya.6 Dalam penelitian ini, populasinya
mata tanpa adanya pendeketan-pendekatan khusus
kepada siswa4. Tercapainya KKM pada mata T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm 412
5
Sugiyono. 2009. Metode penelitian pendidikan
kuantitatif kualitatif dan R&D. Jakarta : Alfabeta hlm. 120
4
Daniel Goleman, Emotional Intelligence terjemahan. 6
Ibid hlm. 120

1140
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

adalah siswa KELAS X IPS SMAN 12 SURABAYA penelitian. Tes tersebut terdiri dari tes
yang berjumlah 3 kelas. pengetahuan atau kognitif yang berbentuk
Sampel Penelitian adalah bagian dari soal-soal. Afektif berupa lembar observasi
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh yang digunakan untuk mengetahui sikap
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti peserta didik dan teman sebaya,
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada psikomotorik berupa hasil akhir yang
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, dikerjakan peserta didik berdasarkan materi
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat yang disampaikan
menggunakan sampel yang diambil dari populasi 4. Dokumentasi
tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari Teknik studi dokumentasi dengan cara
populasi harus betul–betul representatif (mewakili). mengumpulkan data yang dilakukan dengan
Teknik random sampling yang dipergunakan adalah kategorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis
dengan cara undian. Langkah pertama adalah dengan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
membuat nomor urut atau kelas yang akan dipilih Dalam penelitian ini studi dokumentasi yang
pada masing-masing sampel, setelah membuat nomor digunakan adalah mengumpulkan data foto-foto
yang dimasukkan kedalam gelas yang berlubang saat pelaksanaan proses penelitian yang
kemudian dikocok sekali. Nomor yang keluar dilakukan oleh peneliti agar kegiatan penelitian
dipergunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan dinyatakan benar-benar terjadi.
pengertian di atas, maka yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPS Instrumen Penelitian
2 SMAN 12 SURABAYA yang berjumlah 45 orang.
Instrument penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Demikian
Teknik Pengumpulan Data
jumlah instrument yang akan digunakan untuk
Teknik pengumpulan data yang digunakan
penelitian akan tergantung pada jumlah variabel
dalam penelitian ini, antara lain dengan menggunakan
yang diteliti.8 Dalam penelitian ini instrumen
:
yang digunakan yaitu :
1. Angket (Kuesioner)
1. Angket
Angket merupakan teknik
Diberikan kepada siswa untuk mengetahui
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
tingkat kecemasan siswa dalam
memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
pembelajaran.
responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila
Tabel 1 Kisi-kisi lembar kecemasan
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
siswa
diukur dan bisa tahu diharapkan dari responden. 7
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data No. No
mengenai tingkat kecemasan siswa ketika mo
pembelajaran sejarah kelas X IPS 2 di SMA Variabel Aspek
r
Negeri 12 Surabaya. Teknik ini digunakan untuk
soal
memperoleh data, menggunakan angket tertutup
yaitu angket yang pilihan jawabannya sudah Sering
disediakan oleh peneliti. 1-3
berkeringat
2. Teknik Observasi Sakit kepala 4-7
Observasi atau pengamatan adalah alat Sifat
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara kecemasan 8-
mengamati secara sistematik gejala-gejala yang Menggigit kuku
1. 10
muncul. Observasi sebagai teknik pengumpulan (Trait
data mempunyai ciri yang spesifik bila anxiety) Berbicara 11-
dibandingkan dengan teknik lain. Teknik ini tersendat-sendat 13
dilakukan untuk mengetahui tingkat tingkat
kecemasan siswa. 14-
Tidak bisa diam
20
3. Prestasi belajar
a. Tes Pernyataan Mendapat
Pedoman tes yang digunakan untuk kecemasan ancaman khusus 21-
2 : guru
mengukur prestasi belajar siswa adalah 23
dengan menggunakan soal-soal sesuai (state mengancam
dengan materi yang disampaikan saat secara lisan

7
Sugiyono. Op.cit. hlm. 199 8
Sugiyono. Op.cit. hlm. 133

1141
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

anxiety) untuk tidak Tabel 3 Kisi-kisi Penilaian


menaikkan
Psikomotorik
kelas, guru
mengancam Kisi-kisi soal Psikomotorik
No
tidak
menuntaskan 1. Membuat essay atau makalah tentang
nilai materi yang didapat sesuai dengan
pembagian tugasnya masing-masing
Mendapat nilai
24-
buruk : nilai
25 c. Penilaian afektif
KKM sejarah 70
Tabel 3.4 Kisi-kisi Penilaian afektif
SKALA*)
ASPEK YANG
No.
2. Lembar penilaian prestasi belajar siswa DINILAI Ya Tida
k
Lembar penilaian prestasi belajar siswa
digunakan untuk mengetahui sejauh mana 1. Menghargai
pendapat orang lain
tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran dalam aspek kognitif, afektif dan 2. Mendengarkan
secara aktif orang
psikomotorik. lain
a. Penilaian kognitif
3. Memberi respons
Tabel 2. Kisi-kisi butir soal terhadap orang lain
kognitif
No Indikator Butir soal 4. Menumbuhkan
sikap terbuka
Menganalisis terhadap orang lain
peristiwa peradaban
Amerika Kuno 5. Menggunakan
1. Pemecahan (bangsa aztec dan bahasa-bahasa pro
masalah bangsa inca) serta aktif dalam
pengaruhnya komunikasi dengan
terhadap Indonesia orang lain

3. Membuat Membandingkan 6. Memberikan sikap


keputusan peristiwa peradaban saling bekerjasama
Amerika Kuno dengan orang lain
serta pengaruhnya
terhadap Indonesia 7. Memberikan
kesempatan orang
4. Berfikir kritis Menganalisis lain untuk berbicara
dan kreatif pengaruh peradaban dan mengemukakan
Amerika Kuno pendapat
terhadap
pembentukan awal
peradaban Metode Analisis Data
Indonesia Langkah-langkah analisis data
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Uji validitas
Menurut arikunto validitas merupakan
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
b. Penilaian Psikomotorik kevalidan atau kesahihan suatu instrument.
Dalam penilaian psikomotorik Suatu instrument yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
atau ketrampilan siswa diberikan tugas instrument yang kurang valid atau sahih
berupa membuat essay/makalah yang berarti memiliki validasi rendah.9 Validitas
dikerjakan secara berkelompok
9
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu

1142
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sederhana. Pengolahan teknik data ini dilakukan
untuk menguji validitas butir angket dengan program SPSS versi 16.
pengaruh kecerdasan emosional
menggunakan teknik analisis SPSS. Dalam 1. Uji Regresi Linear Sederhana
uji ini peneliti menggunakan percobaan Uji regresi linear sederhana dilakukan
kepada 45 responden. Apabila nilai rhitung > untuk menganalisis besarnya pengaruh peran
rtabel maka dianggap signifikan, artinya soal kedua variabel yakni tingkat kecemasan siswa
yang digunakan sudah valid. Sebaliknya dan prestasi belajar. Uji ini digunakan untuk
rhitung< rtabel artinya soal yang digunakan menguji rumusan masalah hipotesis satu dan
tersebut tidak valid. Maka soal tersebut harus dua. Seberapa besar nilai pengaruhnya dalam
direvisi atau tidak digunakan. program SPSS ditunjukkan dalam nilai R
Square yang tercantum dalam tabel Model
b. Uji Reliabilitas Summary
Pengujian Reliabilitas instrument dapat a. Menyusun Hipotesis
dilakukan secara eksternal maupun internal/ Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan
secara eksternal pengujian dapat dilakukan antara kecemasan siswa dengan prestasi
dengan test-retest (stability), equivalent, dan belajar sejarah.
internal consistency. Secara internal Ha = Ada pengaruh yang signifikan
reliabilitas instrument dapat diuji dengan anatara kecemasan siswa dengan prestasi
menggunakan konsistensi butir-butir yang belajar sejarah.
ada pada instrument dengan teknik tertentu. 10 Hipotesa Statistik
Suatu instrument dikatakan reliable apabila Ho = µA = µB
hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah Ha = µa ≠ µB
sama, jika sekiranya pengukuran tersebut Kriteria pengambilan keputusan
pada orang yang sama pada waktu yang selanjutnya adalah dengan cara
berlainan atau pada kelompok orang yang membandingkan t-hitung dengan t-tabel
berlainan pada waktu yang sama. Menurut dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Taraf
Budiyono untuk keputusan hasil uji reabilitas signifikansi adalah dengan kesalahan dalam
yaitu: Hasil item angket tersebut reliable menerima atau menolak hipotesis. Adapun
apabila besar indeks reabilitas yang kesimpulan yang digunakan sebagai
diperoleh telah melebihi nilai 0,70. Sebagai ketentuan yaitu :
contoh apabila berdasarkan hasil analisisS 1) Signifikansi t < 0,05 berarti hipotesis
PPSS untuk hasil validitas menunjukkan data alternative diterima.
dengan indeks reliabilitas instrument 2) Signifikansi t > 0,05 berarti hipotesis
kecemasan siswa sebesar 0,85. alternative ditolak.
Kesimpulannya hasil uji coba instrument ini a. Menentukan tingkat signifikansi,
sudah valid dan reliable, maka instrument yaitu α = 0,05
dapat digunakan untuk pengukuran dalam Jika probabilitas = 0,05, maka Ho
rangka pengumpulan data. diterima dan Ha ditolak, artinya tidak
ada pengaruh antara kecemasan siswa
Teknik Analisis Data dengan prestasi belajar sejarah. Jika
Menurut Sugiyono, dalam penelitian probabilitas ≠ 0,05, maka Ha diterima
kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan dan Ho ditolak, artinya terdapat
setelah dari seluruh responden atau sumber data pengaruh antara kecemasan siswa
lain terkumpul. Maka teknik analisis data ini dengan prestasi belajar sejarah.
berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab Berdasarkan hipotesis assosiatif di
rumusan masalah dan melakukan perhitungan atas, bila ingin mengetahui pengaruh
pengujian hipotesis yang diajukan. Teknik analisis variabel independen (pengaruh
data dalam penelitian kuantitatif menggunakan kecemasan siswa) terhadap variabel
statistic. Terdapat dua macam statistic yaitu independen (prestasi belajar) maka
statistic diksriptif dan statistic inferensial. Bentuk teknik analisis data dengan
hipotesis yang diajukan, akan menentukan teknik menggunakan korelasi sederhana, hal
statistic mana yang digunakan.11 ini dikarenakan hanya menggunakan
Penelitian pendidikan ini teknik analisis dua variabel yang diuji. Dengan
yang digunakan dengan teknik analisis data uji menentukan kriteria pengujian
dengan menggunakan uji-T dan uji Regresi Linier pengolahan data menggunakan SPSS

Pendekatan Praktik (edisi revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
hlm.211
10
Ibid. hlm. 183
11
Ibid. hlm. 207

1143
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Hasil penelitian dan pembahasan disajikan 3. 60 %


dalam bab ini, sesuai dengan urutan-urutan tahapan
pelaksanaan penelitian yang telah dijelaskan pada bab 4. 71.11%
sebelumnya. Pada bab ini akan disajikan hasil Sering pusing 5. 57.77%
penelitian berserta pembahasannya, sesuai dengan ketika stress 6. 71.11%
hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti. 7. 60%
Data yang diperoleh tersebut terdiri atas angket
kecemasan siswa yang diisi oleh siswa, serta prestasi Sering menggigit 8. 68.88%
belajar siswa yang diperoleh atas tigas aspek yakni kuku ketika 9. 55.55%
sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang telah diolah bingung 10. 80%
oleh peneliti. Data-data tersebut dianalisis dan
digunakan untuk menjawab rumusan masalah pada 11. 71.11%
Sering gugup ketika
bab I serta dapat diuraikan sebagai berikut ini. 12. 71.11%
ditanya
a. Uji Validitas 13. 53.33%
Uji validitas digunakan untuk menguji
apakah butir-butir instrument yang telah dibuat 14. 64.44 %
dapat konsisten atau tidak. Dalam penelitian ini 15. 66.66%
uji validitas dilakukan pada instrument 16. 51.11%
Sering menggangu
kecemasan siswa yang telah didapatkan data 17. 51.11%
temannya
berupa angket yang disebarkan dan diisi oleh 18. 55.55%
siswa. Teknik pengolahan uji validitas ini 19. 51.11%
menggunakan bantuan program SPSS. 20. 71.11%
Uji validitas ini oleh peneliti diuji
cobakan kepada 45 responden, dari data tersebut
dilihat nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel Indikator pertama pada aspek sering
= 0,294. Jika koefisien korelasi yang diperoleh berkeringat yang diturunkan menjadi 3 butir soal
kurang dari 0,294 maka butir soal dalam angket yang memiliki hasil jawaban dan prosentase
instrument ini dinyatakan tidak valid. berbeda-beda, pada point pertama mendapat
presentase sebesar 73.33 % dimana dari jawaban
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sering
b. Uji Reabilitas berkeringat dan bergetar ketika guru menyuruhnya
Suatu instrument dikatakan untuk maju kedepan mereka beranggapan bahwa hal
reliable apabila, hasil pengukuran itu terjadi karena mereka tidak mempunyai kesiapan
dengan alat tersebut adalah sama. yang matang karena kondisi mereka baru saja
Menurut Budiyono, untuk keputusan melakukan pelajaran diruang kelas dan membuat
hasil uji reabilitas yaitu : hasil item mereka lupa akan materi yang disampaikan minggu
angket tersebut reliable apabila besar lalu sehingga mereka merasa kesulitan untuk
indeks reliablitas yang diperoleh telah menjawab ataupun mempresentasikan hasil yang
melebihi 0,70. mereka kerjakan.
Berdasarkan hasil analisis SPSS
untuk hasil uji reabilitas menunjukkan Pada point kedua mendapat presentase sebesar
data sebagai berikut : 75.55 % dimana dari jawaban tersebut dapat
Tabel 4.3 hasil Uji Reliabilitas disimpulkan bahwa siswa merasa takut ketika
mendapat giliran untuk ditanya mengenai materi yang
Sesuai dengan tabel diatas, indeks Reliability Statistics
reliabilitas instrument kecemasan siswa
ditunjukkan pada kolom Cronbach‟s Alpha Cronbach's
0.553. kesimpulannya hasil uji coba instrumen Alpha Based on
ini sudah valid dan reliable sehingga instrument
dapat digunakan untuk pengukuran dalam Cronbach's Standardized
rangka pengumpulan data. Alpha Items N of Items

.553 .518 25
Angket
disampaikan tentang sejarah peradaban amerika kuno
Indikator Nomer soal dan selama pembelajaran berlangsung karena mereka
prosentase hasil jarang atau enggan untuk mendengarkan secara
Suka berkeringat 1. 73.33 % keseluruhan dari materi yang dijelaskan mulai awal
kalau disuruh maju 2. 75.55 % hingga akhir.

1144
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Point ke tiga mendapat presentase sebesar 60% mereka untuk mempresentasikan materi yang
dimana dari jawaban tersebut dapat disimpulkan disampaikan, sementara mereka tidak tahu materi apa
bahwa siswa sering tidak bisa menjawab pertanyaan yang sedang dibahas karena mereka tidak
yang diberikan oleh guru sehingga mereka merasa mempelajarinya dirumah ketika minggu lalu guru
gemetar dan takut hal ini mereka alami karena menyuruhnya untuk belajar.
mereka kurang fokus saat pembelajaran dan Pada soal ke sepuluh mendapatkan hasil
membuatnya tidak dapat memahami apa yang telah prosentase sebesar 80%, dimana dari jawaban
disampaikan. tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering
Pada aspek kedua tentang sakit kepala yang kebingungan ketika presentasi hasil materi yang
diturunkan menjadi 4 point yang masing-masing point diterima dan mereka tidak bisa menjawab pertanyaan-
mendapatkan hasil prosentase sebesar 71.11%, pertanyaan yang diajukan oleh teman-temannya,
dimana dari jawaban tersebut dapat disimpulkan padahal jika mereka memahami materi dengan baik
bahwa siswa sering merasa pusing ketika materi maka mereka dapat menjawabnya meskipun jawaban
peradaban amerika kuno yang sudah dihafalkan mereka kurang sempurna dan guru akan memberikan
hilang/lupa padahal materi tersebut dilakukan untuk bantuan jawaban untuk memperjelas apa yang
presentasi dikelas untuk menunjang nilai tambahan ditanyakan.
siswa. Pada aspek ke empat tentang berbicara
Pada soal kelima mendapatkan hasil tersendat-sendat yang diturunkan menjadi 3 point
prosentase sebesar 57.77%, dimana dari jawaban yang masing-masing point mendapatkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sering prosentase sebesar 71.11%, dimana dari jawaban
merasa pusing ketika mengerjakan soal-soal yang tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka yang sering
sulit, khususnya pada materi peradaban amerika kuno tidak berkonsentrasi disaat pembelajaran sejarah
tentang sejarah bangsa astec, maya dan inka yang maka mereka akan merasa gugup ketika guru
membuat siswa harus dapat memahami dan mengetahuinya dan menegurnya sehingga mereka
mengerjakan soal-soalnya dengan baik dan benar merasa terkejut dan gugup untuk menjelaskan
sehingga mereka yang tidak menjawabnya dengan alasannya kepada guru.
keseluruhan mengeluhkan dengan alasan pusing Pada soal ke duabelas mendapatkan hasil
karena soal-soalnya sulit. prosentase sebesar 71.11%, dimana dari jawaban
Pada soal ke enam mendapat hasil prosentase tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering
sebesar 71.11%, dimana dari jawaban tersebut dapat merasa takut dan gugup ketika mengambil keputusan
disimpulkan bahwa banyak dari siswa yang berpura- tentang jawaban dari soal-soal pada materi peradaban
pura sakit kepala/pusing ketika guru menyuruhnya amerika kuno dan mereka takut bahwa jawaban
untuk presentasi/menyampaikan review yang mereka tersebut akan salah dan dapat mengurangi nilai
dengarkan selama pembelajaran berlangsung pada mereka pada pelajaran sejarah sehingga ketakutan
pelajaran sejarah tentang materi peradaban amerika yang terjadi dapat membuat mereka salah dalam
kuno, dengan berpura-pura sakit kepala siswa dapat menuliskan jawaban.
menghindar dari perintah tersebut. Pada soal ke tigabelas mendapatkan hasil
Pada soal ke tujuh mendapat hasil prosentase prosentase sebesar 53.33%, dimana dari jawaban
sebesar 60%, dimana dari jawaban tersebut dapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering
disimpulkan bahwa mereka yang merasa dirinya sakit gugup ketika disuruh menjelaskan kesalahan yang
kepala selalu merasakan hal-hal sensitif terhadap dibuat oleh mereka, kesalahan-kesalahan yang
sekelilingnya sehingga membuatnya mudah marah- mereka lakukan yakni tidak mau mendengarkan
marah dan membuatnya tidak memiliki semangat materi yang disampaikan, bergurau dan membuat
untuk mengikuti pelajaran dan menghambat kegaduhan sehingga suasana kelas menjadi tidak
konsentrasinya. kondusif dan guru tidak dapat mengendalikannya
Pada aspek ketiga tentang menggigit kuku secara maksimal sebab mereka terpancing suasana
yang diturunkan menjadi 3 point yang masing-masing yang dibuat oleh temannya untuk mengacaukan
point mendapatkan hasil prosentase sebesar 68.88%, suasana kelas saat pembelajaran.
dimana dari jawaban tersebut dapat disimpulkan Pada aspek ke lima tentang tidak bisa diam
bahwa mereka sering menggigit kukunya ketika yang diturunkan menjadi 7 soal. Pada soal ke empat
bingung mengerjakan soal-soal yang sulit, dari soal- belas mendapatkan hasil prosentase sebesar 64.44%,
soal yang diberikan oleh guru mereka merasa dimana dari jawaban tersebut dapat disimpulkan
kesulitan dan secara tidak sadar membuatnya bahwa mereka sering mengganggu teman sebangku
menggigit kuku karena hal itu dilakukan untuk dan sekelilingnya untuk tidak berkonsentrasi saat
mendapatkan ketenangan dan pencerahan untuk pembelajaran sejarah dan dapat mengobrol bareng
menjawab soal-soal tersebut. dan memiliki teman untuk saling tidak berkonsentrasi
Pada soal ke sembilan mendapatkan haasil bersama dan tidak mendengarkan guru ketika
prosentase sebesar 55.55%, dimana dari jawaban menjelaskan materi sejarah peradaban amerika kuno.
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering Pada soal ke lima belas yang mendapatkan
merasakan kebingungan ketika guru menyuruh hasil prosentase sebesar 66.66%, dimana dapat

1145
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

disimpulkan bahwa siswa lebih sering izin keluar berkonsentrasi, suka bergetar ketika mendapat
kelas ketika mereka merasa bosan akan materi-materi mendapat pertanyaan-pertanyaan yang sulit dari guru,
yang disampaikan oleh guru, dengan sering izin pura-pura sakit ketika disuruh presentasi kedepan dan
keluar membuat konsentrasi guru berkurang dan sering membuat kegaduhan dengan saling melempar-
membuat materi yang disampaikan terganggu dan lempar kertas, berjalan kesana kemari dan bernyanyi
kurang maksimal dalam penyampaiannya. dengan suara yang keras untuk membuat suasana
Pada soal ke enambelas mendapatkan hasil kelas lebih ramai, hal itu dapat dilihat dari hasil
prosentase sebesar 51.11%, dimana dari jawaban prosentase angket yang diisi oleh siswa sebagai hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka cenderung kecemasan siswa. Selanjutnya pada tabel 4.4 akan
tidak bisa diam ketika mengerjakan soal-soal karena dijelaskan dari variabel kedua tentang kecemasan
mereka berusaha mencari contekan kepada teman- siswa sebagai berikut :
temannya sebab mereka yang tidak mendengarkan
materi tidak bisa mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru. Indikator Nomer soal &
Pada soal ke tujuhbelas mendapatkan hasil prosentase hasil
prosentase sebesar 51.11%, dimana dari jawaban 21. 75.55%
Sering tertekan ketika
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka tidak bisa 22. 82.22%
mendapat ancaman
diam dan sering berjalan-jalan didalam kelas, 23. 95.55%
mengganggu temannya, melempar-lempar kertas,
ramai, ngobrol dan bermain hp ketika mereka bosan Sering cemas ketika 24. 89.13%
terhadap pembelajaran sejarah. Tingkah laku tersebut mendapat nilai buruk 25. 86.66%
sering terjadi karena mereka ingin mengganggu
konsentrasi guru agar suasana kelas tidak Variabel kedua pada indikator sering
membosankan dan ingin menciptakan suasana baru. tertekan ketika mendapat ancaman. Pada soal ke
Pada soal ke delapan belas mendapatkan hasil duapuluh satu yang mendapatkan hasil prosentase
prosentase sebesar 55.55%, dimana dari jawaban sebesar 75.55%, dimana dari jawaban tersebut dapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering disimpulkan bahwa siswa sering merasa tertekan
mengusik dengan cara mengambil kertas jawaban, ketika guru mengancam nilai mata pelajaran sejarah
mengambil bolpoin, menarik-narik tangannya dan karena mata pelajaran pelajaran ini memiliki materi
mengganggu teman-temannya yang tidak mau yang banyak dan susah diingat sehingga membuat
memberikan contekan kepada temannya yang tidak siswa merasa tertekan apabila nilaiya buruk.
bisa mengerjakan soal-soal yang sulit sehingga Pada soal ke duapuluh dua mendapatkan hasil
mereka dapat berharap mendapatkan nilai yang sama prosentase sebesar 82.22%, dimana dari jawaban
dengan temannya yang sudah memberikan contekan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa
tersebut, dan mereka juga sering marah-marah ketika sering tertekan ketika mereka tidak bisa menuruti
teman mereka tidak mau memberikan contekan. kemauan orangtuanya untuk tetap meningkatkan
Pada soal ke sembilan belas mendapatkan nilai-nilai saya selama sekolah, apalagi mata
hasil prosentase sebesar 51.11%, dimana dari jawaban pelajaran sejarah yang cenderung mendapatkan nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering cukup.
tidak bisa diam dengan bersikap berjalan kesana Pada soal ke duapuluh tiga mendapatkan hasil
kemari, melempar-lempar kertas, ramai dan berusaha prosentase sebesar 95.55%, dimana dari jawaban
mengalihkan perhatian guru ketika guru memberikan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sering
tugas secara dadakan, hal itu mereka lakukan karena tertekan ketika guru memintanya untuk menerangkan
ingin menggagalkan pemberian tugas, mereka kembali materi yang telah disampaikannya karena
beranggapan bahwa pemberian tugas secara dadakan siswa tidak mendengarkan sehingga mereka tidak
membuat siswa tidak mampu mengerjakan secara tahu apa yang akan disampaikan sehingga mereka
maksimal. medapat teguran dari guru sejarah.
Pada soal ke duapuluh mendapatkan hasil Pada indikator sering cemas ketika mendapat
prosentase sebesar 51.11%, dimana dari jawaban nilai buruk yang diturunkan menjadi 2 point. Pada
tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka sering soal ke duapuluh empat yang mendapatkan hasil
mengganggu teman-temannya yang sedang prosentase sebesar 89.13%, dimana dari jawaban
melakukan presentasi pembelajaran sejarah agar tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa
temannya tersebut tidak bisa fokus untuk cemas ketika nilai sejarahnya buruk dan mereka
mempresentasikan dan sering membiarkannya dan berfikir bahwa mereka tidak akan naik kelas, apalagi
tidak mendengarkannya tetapi sering mengajukan sejarah merupakan mata pelajaran wajib sehingga
pertanyaan-pertanyaan yang sulit agar mereka tidak mereka berupaya untuk dapat meningkatkan nilai
bisa menjawab dan membiarkan presentasi lebih lama mata pelajaran sejarah.
agar tidak bergantian dengan giliran selanjutnya. Pada soal ke duapuluh lima mendapatkan hasil
Dari hasil angket variabel pertama dapat prosentase sebesar 86.66%, dimana dari jawaban
disimpulkan bahwa mereka sering tidak tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa

1146
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

cemas ketika prestasi belajarnya buruk, prestasi


2.85 – 3.17
belajar yang buruk dapat menyebabkan siswa tidak B
naik kelas dan mendapatkan kemarahan dari orang 2.51 – 2.84 19
tua. Tidak hanya prestasi belajar yang lain, prestasi B-
belajar sejarah juga harus bagus dan memuaskan. 2.18 – 2.50 7
Dari hasil angket pada variabel kedua dapat C+
disimpulkan bahwa siswa merasa cemas dan tertekan
apabila nilai-nilai sejarahnya buruk, karena mereka Dari data tabel diatas dapat dijelaskan bahwa
dituntut untuk selalu meningkatkan nilai-nilainya nilai yang di didapat didalam kelas X IPS 2
meskipun mata pelajaran sejarah tidak termasuk mata dikategorikan ke dalam (B-) dimana terdapat 19 siswa
pelajaran UN dan orang tua juga mengharapkan nilai- yang mendapat nilai dalam rentang 2.51 – 2.84,
nilainya selalu bagus dan memuaskan dalam aspek ini hasil kemampuan yang dihasilkan
peserta didik selama mengerjakan lembar kerja siswa
Prestasi Belajar (LKS), dalam mengerjakan soal-soal ini siswa dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
Data prestasi belajar diambil dari tiga aspek menyelesaikan tugas yang diberikan oleh peneliti.
nilai yakni, sikap, pengetahuan serta keterampilan.
Berikut adalah hasil nilai dari masing-masing aspek c. Aspek Keterampilan
prestasi belajar tersebut Data prestasi belajar dari aspek
a. Aspek Sikap keterampilan / psikomotorik ini diambil dari
Data prestasi belajar pada aspek ini nilai tugas yang diberikan oleh peneliti,
diambil dari kegiatan siswa selama proses penilaian tugas pada aspek ini bersifat individu,
pembelajaran berlangsung, dalam penilaian ini adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut :
peneliti mengamati secara langsung sehingga
peneliti dapat mengetahui dari masing-masing Tabel 4.8 penilaian aspek
sikap individu selama pembelajaran. keterampilan
Tabel 4.6 penilaian sikap Jumlah
Modus predikat Jumlah Rentang Angka Huruf
4.00 A
3.85 – 4.00 A
3.00 B 37
2.00 C 8 3.51 – 3.84
1.00 D A-
3.18 – 3.50 10
Pada tabel diatas dijelaskan bahwa penilaian B+
sikap terhadap siswa kelas X IPS 2 dikategorikan 2.85 – 3.17 24
kedalam kriteria Baik, dimana terdapat 37 siswa yang B
mendapat predikat “baik”, penilaian ini dilakukan 2.51 – 2.84 8
B-
selama proses pembelajaran berlangsung yang
2.18 – 2.50 3
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui aspek sikap C+
terhadap siswa, dari hasil penelitian yang dilakukan
siswa bersikap tertib, disiplin dan bersikap sopan,
Dari data tabel diatas dapat dijelaskan
antusias untuk mengikuti proses selama pembelajaran
bahwa nilai yang di didapat didalam kelas X IPS
berlangsung.
2 dikategorikan ke dalam (B) dimana terdapat
24 siswa yang mendapat nilai dalam rentang
b. Aspek Pengetahuan
2.85 – 3.17, nilai ini didapat dari hasil tugas
Data prestasi belajar dari aspek pengetahuan /
psikomotorik atau keterampilan yang dikerjakan
kognitif ini diambil dari nilai test atau lembar kerja
peserta didik sebagai hasil evaluasi selama
siswa (LKS) yang diberikan oleh peneliti sesuai
pembelajaran, tugas ini diberikan untuk
dengan materi yang disampaikan oleh peneliti,
mengetahui tingkat prestasi individu siswa
adapun nilai yang didapat oleh siswa sebagai berikut :
selama mengikuti pembelajaran dan memahami
apa yang dijelaskan oleh peneliti.
Tabel 4.7 penilaian aspek pengetahuan
Rentang Angka Huruf Jumlah Uji Hipotesis
a. Hipotesis 1 dan 2
3.85 – 4.00 A 4
Hipotesis 1 menyatakan seberapa besar tingkat
4 kecemasan siswa. Dan hipotesis 2 menyatakan
3.51 – 3.84 seberapa besar prestasi belajar. Hal ini dapat
A-
11 dilihat dari hasil deskriptive melalui SPSS
3.18 – 3.50 B+ Tabel 4.9 hasil hipotesis 1 dan 2

1147
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Dari hasil uji hipotesis 1 dan 2 dapat Model Summaryb


dijelaskan bahwa rata-rata kecemasan siswa sebesar
Std. Error
68.44, dengan hasil rata-rata yang didapat dapat
dikategorikan kedalam kategori “kuat” dan R Adjusted of the
disimpulkan bahwa kecemasan siswa kelas X IPS 2 Model R Square R Square Estimate
SMAN 12 Surabaya sangatlah kuat, dimana hasil 1 .222a .049 .027 6.030
angket yang diberikan oleh peneliti menunjukkan a. Predictors: (Constant), angket
bahwa selama proses pembelajaran siswa merasa
b. Dependent Variable: prestasi
Statistics
angket Prestasi ANOVAb
N Valid 45 45 Sum of Mean
Missing 0 0 Model Squares df Square F Sig.
Mean 68.44 77.98 1 Reg
Std. Error of Mean .919 .911 ress 81.293 1 81.293 2.235 .142a
ion
Median 68.91a 77.67a
Mode 72 84 Res
idu 1563.685 43 36.365
Std. Deviation 6.163 6.114 al
Variance 37.980 37.386
Tot
Skewness -.272 -.165 1644.978 44
al
Std. Error of Skewness .354 .354 a. Predictors:
Kurtosis -.461 -.588 (Constant), angket
Std. Error of Kurtosis .695 .695 b. Dependent
Range 24 24 Variable: prestasi
Minimum 56 65
Maximum 80 89 Coefficientsa
Sum 3080 3509 Unstandardized Standardized
Percentiles 25 64.11b 73.90b Coefficients Coefficients
50 68.91 77.67 Std.
Model B Error Beta T Sig.
75 73.22 83.08
a. Calculated from grouped data. 1 (Constant) 59.040 12.698 4.650 .000
b. Percentiles are calculated from angket .253 .170 .222 1.495 .142
grouped data a. Dependent Variable:
cemas ketika dihadapkan pada permasalahan- prestasi
permasalahan yang dihadapi peserta didik, dimana
Dari tabel 4.9 dengan olahan data SPSS
peserta didik merasa tertekan apabila guru melakukan
dijelaskan Besar pengaruh ditunjukkan dalam nilai
ancaman akan nilai-nilai yang mereka dapatkan
Rsquare, yang Nilai R square sebesar 0.49 pada hasil
sehingga membuat peserta didik merasa cemas
kelas X IPS 2 dan berarti pengaruh antara kecemasan
apabila nilai yang didapat tidak sesuai dengan apa
siswa terhadap prestasi belajar sebesar 4.9% dengan
yang diharapkan, dengan penerapan metode Giving
Ftabel sebesar 2.235 dan taraf signifikan 142. Dengan
Question and Getting Answer membuat perasaan
nilai Rtabel sebesar 0.222 yang menunjukkan adanya
peserta didik semakin cemas karena dalam hal ini
pengaruh yang signifikan anatara kecemasan siswa
peserta didik harus mengisi kartu soal dan jawaban
terhadap prestasi belajar sejarah.
untuk meningkatkan poin selama pembelajaran.
Selanjutnya hipotesis 2 menunjukkan hasil
rata-rata sebesar 77.98 dalam kategori “baik”, dimana
rata-rata tersebut didapat dari nilai-nilai peserta didik
Pembahasan
pada segi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
Pembahasan pada bab ini, diuraikan dengan
yang kemudian dikalkulasikan kedalam nilai akhir
cara menganalisis hasil olah data penelitian yang
yang kemudian mendapatkan hasil rata-rata sebesar
dilaksanakan pada mei 2017 di SMA Negeri 12
77.98
Surabaya. Jenis penelitian ini adalah metode
penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap kelas X
b. Hipotesis 3
IPS 2 SMA Negeri 12 Surabaya yang terdapat 45
Pada hipotesis 3 menyatakan bahwa
responden
Tabel 4.10 hasil regresi linear

1148
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

Selanjutnya penelitian ini dilakukan pada Berdasarkan dari hasil analisis di atas telah
kelas X IPS 2 pada KD 3.11 Menganalisis peradaban diketahui bahwa rata-rata Kecemasan Siswa Kelas X
awal dunia serta keterkaitannya dengan peradaban IPS 2 SMAN 12 SURABAYA adalah sebesar 68.44
masa kini pada aspek lingkungan, hukum, dalam kategori “kuat” yakni pada interval 61 – 80 .
kepercayaan, pemerintahan, dan sosial materi Sejarah Sedangkan variabel Prestasi Belajar Sejarah nilai rata-
peradaban awal dunia : Peradaban awal Amerika rata adalah sebesar 77, 98 dalam kategori “baik” .
Kuno, sebelum melakukan penelitian peneliti telah Penelitian tentang kecemasan siswa terhadap
menyiapkan rpp dan materi yang akan disampaikan prestasi belajar sejarah kelas X IPS 2 SMA Negeri
selama proses pembelajaran, menyiapkan angket Surabaya memberikan pengaruh pada prestasi siswa
tentang kecemasan siswa sekaligus membuat soal- sebesar 4.9% dengan Ftabel sebesar 2.235 dan taraf
soal yang nantinya dikerjakan siswa untuk signifikan 142. Berdasarkan hal tersebut tingkat
mengetahui tingkat prestasi belajarnya. kecemasan siswa yang tinggi akan mempengaruhi
Selanjutnya dalam pertemuan pertama yang prestasi siswa yang menyebabkan banyak siswa yang
dilakukan peneliti ialah dengan memberikan metode mencontek untuk terus meningkatkan prestasi
pembelajaran Giving Question and Getting Answer belajarnya, untuk hal itu diperlukan agar
dimana setiap siswa diberikan 2 lembar kartu soal dan mendapatkan perhatian yang lebih dari guru mata
jawaban, untuk menarik perhatian siswa dengan pelajaran. Berdasarkan penghitungan ini, (Ha): Ada
metode ini siswa mempunyai rasa kecemasan dimana pengaruh yang signifikan antara tingkat kecemasan
mereka yang tidak bisa membuat soal dan menjawab siswa dengan prestasi belajar sejarah kelas X IPS 2
tidak akan mendapatkan point tambahan, selanjutnya SMAN 12 SURABAYA diterima, artinya semakin
menjelaskan materi secara lengkap agar peserta didik rendah tingkat kecemasan siswa maka semakin baik
dapat memahaminya dengan dengan jelas, selama prestasi belajarnya. Sebaliknya semakin tinggi tingkat
melakukan proses pembelajaran peneliti juga kecemasannya maka semakin rendah prestasi belajar
melakukan observasi secara langsung mengenai tiga siswa.
aspek yang di lakukan peneliti untuk mendaptkan
data tentang prestasi belajar, dari aspek pertama Saran dan Kritik
peneliti melakukan observasi terhadap kecamasan Saran
siswa sekaligus aspek afektif individu maupun Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan
kelompok, setelah itu peneliti memberikan tugas dan analisis sesuai dengan kapasitas penulis, maka
kepada siswa berupa LKS yang dikerjakan secara penulis mempunyai saran-saran sebagai berikut :
kelompok dengan beranggotakan 4 orang untuk 1) Setiap guru Sejarah sebaiknya memperhatikan
menjawab soal-soal yang diberikan oleh peneliti. faktor-faktor yang mendukung dalam
Dari hasil analisis angket kecemasan siswa peningkatan prestasi belajar siswa sehingga
dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai angket siswa dapat memotivasi diri untuk aktif dalam
menunjukkan sebesar 68.44% dalam kategori “kuat” pembelajaran dan meningkatkan prestasi
dengan Std. Deviation sebesar 6.163. Dengan hasil belajarnya .
sebesar itu menunjukkan bahwa tingkat kecemasan 2) Sebaiknya ada kerjasama yang saling
siswa kelas X IPS 2 dalam kategori “kuat”, karena mendukung antara orang tua dan guru Sejarah
mereka merasa cemas ketika mendapat ulangan dalam menanamkan pengetahuan Sejarah
secara tiba-tiba, nilai yang buruk dan prestasi belajar kepada siswa, dengan mengadakan pertemuan
yang rendah sebab mereka dituntut orangtuanya untuk diantara kedua belah pihak untuk mengevaluasi
terus meningkatkan nilai-nilainya. Selanjutnya, rata- perkembangan siswa dan menentukan solusi
rata prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 2 yang terbaik dalam meningkatkan kemajuannya
sebesar 77.98 dalam kategori “baik” dengan Std. serta orang tua juga harus memotivasi anaknya
Deviation sebesar 6.114 yang artinya tingkat prestasi untuk tetap belajar sejarah dan meningkatkan
belajar siswa menunjukkan bahwa nilai prestasi prestasinya.
belajar sejarah dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil olah data yang diuji dengan Penutup
menggunakan uji regresi linier sederhana dapat Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah,
diketahui bahwa, nilai Rtabel sebesar 222 dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan
Rsquare sebesar 0.49 yang artinya terdapat pengaruh disertai doa semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
antara kecemasan siswa terhadap hasil belajar dengan penulis pada khususnya, dan bagi para pembaca
menunjukkan hasil prosentase sebasar 4.9% dimana umumnya serta dapat menjadi inspirasi bagi penulisan
(Ha) diterima yang artinya terdapat pengaruh yang selanjutnya.
signifikan antara kecemasan siswa terhadap prestasi Penulis menyadari, Meskipun penulisan
belajar dengan semakin tinggi tingkat kecemasan skripsi ini sudah diusahakan semaksimal mungkin,
siswa maka akan rendah prestasi belajarya. namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan,
semua itu semata-mata karena keterbatasan penulis.
PENUTUP Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
Kesimpulan

1149
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 3, Oktober 2017

dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk


perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya penulis berdoa semoga Allah SWT
senantiasa menganugerahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kita semua dan mudah-mudahan
skripsi ini ada manfaatnya bagi kita semua, Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan.


(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009),
hlm 309
Anggara, Boyi. 2007. „Pembelajaran Sejarah yang
Berorientasi pada Masalah- Masalah Sosial
Kontemporer‟. Makalah. Disampaikan dalam
Seminar Nasional Ikatan Himpunan
Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia
(IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang,
Semarang, 16 April 2007
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik (edisi revisi VI).
Jakarta: Rineka Cipta. hlm.211
Daniel Goleman, Emotional Intelligence terjemahan.
T. Hermaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2002), hlm 412
Sugiyono. 2009. Metode penelitian pendidikan
kuantitatif kualitatif dan R&D. Jakarta :
Alfabeta hlm. 120
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Fokus Media, 2013), hlm 2

1150

Anda mungkin juga menyukai