Proses perlembagaan sendiri bermula ketika seseorang mencari cara yang praktis
untuk memenuhi kebutuhannya. Pada suatu saat mmereka menentukan suatu
pola yang dapat dilaksanakan secara umum. Seperti yang telah dikatakan oleh B.
Horton dan Cheaster L. Hunt (1999), lembaga sosial muncul sebagai produk
kehidupan yang terbentuk sacara tidak sengaja. Namun, lama-kelamaan
dipandang sebagai suatu cara yang praktis, maka cara-cara itu dilakukan secara
rutin.
Menurut H. M Johnson (1960), bahwa ada 3 ciri utama proses perlembagaan yang
telah menjadi lembaga sosial adalah :
Berdasarkan tingkatan dan daya ikatnya, secara sosiologis terdapat 4 norma, yaitu
1. Cara (usage)
2. Kebiasaan (folkways)
3. Tata kelakuan (mores)
4. Adat istiadat (costom)
Agar norma-norma betikut ini dipatuhi oleh individu atau masyarakat, terdapat
sistem pengendalian sosial. Seperti norma berpakaian yang baik, jika norma itu
tidak dilakukan, maka serang individu akan mendapatkan sanksi sosial maupun
hukum.