Nim : 209902028 MK. ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN TUGAS 1 Hierarki dasar hukum UUD 1945 (Undang- Undang Dasar 1945) di Indonesia
❑ UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945): Konstitusi tertinggi
Indonesia. UUD 1945 merupakan dasar negara dan hukum tertinggi yang mengatur prinsip-prinsip dasar negara, hak- hak asasi manusia, dan struktur pemerintahan di Indonesia. . ❑ Ketetapan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat): Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki kewenangan untuk mengubah UUD 1945. Ketetapan MPR adalah perubahan terhadap UUD 1945 dan memiliki tingkat kedudukan hukum yang sama dengan UUD 1945.
❑ Undang-Undang: Di bawah UUD 1945, ada undang-undang yang
dibuat oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan disetujui oleh Presiden. Undang-undang ini harus sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang ada dalam UUD 1945. Undang-undang yang pertama adalah Undang-Undang Dasar. ❑ Peraturan Pemerintah: Presiden memiliki kewenangan untuk mengeluarkan peraturan pemerintah yang lebih rinci untuk melaksanakan undang-undang. Peraturan pemerintah harus sesuai dengan undang-undang yang ada.
❑ Peraturan Daerah: Pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) dapat mengeluarkan peraturan daerah (peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten/kota) untuk mengatur hal-hal yang terkait dengan otonomi daerah. Peraturan daerah harus sesuai dengan undang-undang dan UUD 1945. ❑ Peraturan Presiden: Presiden dapat mengeluarkan peraturan presiden yang mengatur hal-hal tertentu yang berkaitan dengan pemerintahan dan pelaksanaan undang-undang.
Hierarki ini menunjukkan tingkat kedudukan hukum dari
peraturan-peraturan tersebut, dimana UUD 1945 adalah konstitusi tertinggi yang tidak dapat dilanggar oleh peraturan lainnya. Semua peraturan dan tindakan pemerintah harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945. Jika ada konflik antara peraturan-peraturan yang lebih rendah dengan UUD 1945, maka UUD 1945 akan berlaku. ❖ Evaluasi Dampak Lingkungan : UU ini mengharuskan adanya evaluasi dampak lingkungan (Environmental Impact Assessment/EIA) untuk proyek-proyek pembangunan besar yang berpotensi berdampak negatif pada lingkungan hidup. EIA diperlukan sebelum proyek dimulai dan harus mempertimbangkan aspek lingkungan.
❖ Larangan dan Sanksi : UU ini menetapkan larangan-larangan terhadap
tindakan yang dapat merusak lingkungan hidup, serta sanksi yang diberikan kepada pelanggaran-pelanggaran tersebut.
❖ Lembaga dan Kewenangan : UU ini mengatur tentang berbagai lembaga
dan kewenangan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, termasuk Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dewan Lingkungan Hidup Nasional (DLHN), dan kewenangan pemerintah pusat dan daerah. ❖ Partisipasi Masyarakat : UU ini memberikan hak kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui mekanisme konsultasi publik dan partisipasi dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan hidup.
❖ Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan : UU ini mengatur tentang
pencemaran dan kerusakan lingkungan serta tanggung jawab hukum yang berkaitan dengan tindakan tersebut.
❖ Pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) : UU ini juga
mengatur tentang pengendalian dan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) untuk mencegah dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup.
❖ Pemberian Sanksi : UU ini memberikan ketentuan mengenai sanksi
administratif, pidana, dan perdata bagi pelanggaran hukum lingkungan hidup. Peraturan ini adalah landasan penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesia dan memberikan dasar hukum bagi penegakan hukum terkait dengan perlindungan lingkungan hidup. SEKIAN TERIMAKASIH