Anda di halaman 1dari 20

Tugas Irigasi 2023

Program Studi Teknik Sipil


Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB 2
PETA PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI

2.1 Teori Perencanaan Jaringan


Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional
pokok, yaitu:
- Bangunan-bangunan utama (head works) dimana air diambil dari
sumbernya, umumnya sungai atau waduk,
- Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-
petak tersier,
- Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan
air ditampung didalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier,
- Sistem pembuang berupa saluran dan bangunan bertujuan untuk membuang
kelebihan air dari sawah ke sungai atau saluran-saluran alamiah.
(KP-01, 2013: 6)
2.1.1 Peta Ikhtisar
Peta ikhtisar adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu
jaringan irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut dapat dilihat
pada peta tata letak.
Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan :
- Bangunan-bangunan utama,
- Jaringan dan trase saluran irigasi,
- Jaringan dan trase saluran pembuang,
- Petak-petak primer, sekunder dan tersier,
- Lokasi bangunan,
- Batas-batas daerah irigasi,
- Jaringan dan trase jalan,
- Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa),
- Daerah-daerah yang tidak dapat di

27 Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 28
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

- airi (tanah jelek, terlalu tinggi dsb).


Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang biasa disebut
peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan untuk
petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000.
(KP-01, 2013: 13-14)
2.1.2 Perencanaan Petak Sawah
Kumpulan dari petak kuarter adalah petak tersier. Perencanaan dasar yang
berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air irigasi
yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (take off) tersier. Beberapa
petak tersier tergabung menjadi satu dan dilayani oleh air dari saluran sekunder
disebut petak sekunder. Saluran primer umumnya tidak melayani petak secara
langsung.

Pembagian petak dilakukan mengikuti batasan yang ada seperti sungai, saluran
drainase, jalan, dan batasan administrasi dengan tujuan memudahkan dalam
operasi dan perawatan. Luas petak juga dibatasi agar dalam pelayanan irigasi
dan pengaturan pembagian air oleh juru pintu dapat terkontrol dengan baik.

Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya


bujur sangkar atau segi empat untuk mempermudah pengaturan tata letak dan
memungkinkan pembagian air secara efisien. Panjang saluran tersier sebaiknya
kurang dari 1.500 m, tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran
ini mencapai 2.500 m.

Petak tersier mengikuti kriteria sebagai berikut:


1. Luas petak diusahakan seragam.
2. Luas petak tersier untuk daerah pegunungan/berbukit maksimal 50 ha, dan
untuk dataran 50-100 ha.
3. Pemberian air ke suatu petak harus melalui bangunan pengatur dan pengatur
debit.
4. Batas petak harus jelas/tegas dan mengikuti batas yang ada.
Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 29
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Petak tersier harus merupakan suatu kesatuan dalam batas administrasi desa.
6. Air yang lebih besar dapat dibuang segera.
7. Letak petak tersier sebaiknya setelah bagunan sadap.
8. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari satu bangunan sadap.
9. Jarak sawah terjauh yang dilayani bangunan sadap maksimal 3 km.
(KP-01, 2013: 14)

2.1.3 Jaringan Saluran Irigasi


Jaringan saluran irigasi berfungsi untuk membawa air dari sumbernya
(bendung) ke petak-petak sawah guna memenuhi kebutuhan air bagi tanaman.
Saluran diupaakan lurus dengan dimensi dan kemiringan sedemikian rupa,
sehingga memenuhi syarat yaitu tidak terjadi endapan dan penggerusan.
Mengingat kondisi topografi yang seringkali tidak sesuai dengan perencanaan
maka kadang diperlukan lining pada tanah porus atau mudah longsor.

Bangunan pada persilangan jalan, sungai, selokan, lembah, maupun belokan


untuk mengindari kampung, kuburan, mencari kontur yang sesuai. Walaupun
demikian, bangunan maupun belokan yang dimaksud harus tetap memenuhi
syarat teknis agar tidak terjadi gerusan pada belokan dan tidak terjadi
kehilangan energi pada bangunan yang dapat mengakibatkan penurunan muka
air yang cukup tinggi. Penurunan muka air mengakibatkan berkurangnya luas
area yang dilayani.

Jaringan irigasi dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, dan tesier:


1. saluran primer adalah saluran yang langsung dari sumbernya
2. saluran sekunder adalah cabang dari saluran primer atau saluran langsung
dari bendung bila debit relatif kecil.
3. Saluran tersier adalah saluran yang mengairi petak-petak tersier.
Saluran distribusi atau kuarter umumnya dibuat petani dengan petunjuk
teknis dari instansi. Dalam hal tanggung jawab, saluran primer dan sekunder
menjadi tanggung jawab instansi sedangkan saluran tersier dikelola dan
menjadi tanggung jawab petani.
Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 30
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

(Modul IRBA, 2012: 10-11)

2.1.4 Skema Jaringan Irigasi dan Bangunan Irigasi


Hasil perencanaan digambar manual dalam bentuk skema jaringan irigasi. Peta
irigasi seperti peta topografi/mengandung nama kampung dan ketinggian,
tetapi lebih ditonjolkan pada saluran, batas, dan identifikasi petak tersier dan
saluran drainase dengan warna-warna tertentu untuk membedakannya.
Sedangkan skema irigasi hanya memuat saluran, petak sawah, dan bangunan
secara skematik (tidak mengikuti skala dan arah saluran yang sebenarnya).
Tetapi nama saluran, dimensi dan panjang saluran, identitas, dan nama
bangunan serta nama petak sangat jelas (nomenklatur). Nomenklatur ini
berlaku seluruh Indonesia sehingga memudahkan pengertian dan
pemahamannya. Peta dan skema irigasi harus disimpan dan dipelihara dengan
baik untuk kepentingan pengelola, pengoperasian, perawatan, dan perbaikan.
(Modul IRBA, 2012: 9-10)

2.1.5 Standar Tata Nama


Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang
diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-
nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru
kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.
(KP-01, 2013: 28)

2.1.5.1 Daerah Irigasi


Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, atau
desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan
bangunan utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut
sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal di daerah-daerah
layanan setempat. Untuk pemberian nama-nama bangunan utama berlaku
peraturan yang sama seperti untuk daerah irigasi.
Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 31
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

(KP-01, 2013: 28-29)

2.1.5.2 Jaringan Irigasi Primer


Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani. Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama
desa yang terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama
sesuai dengan nama saluran sekundernya.

Gambar 2.1 Standar Sistem Tata Nama untuk Skema Irigasi

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 32
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Gambar 2.2 Standar Sistem Tata Nama untuk Bangunan-Bangunan

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 33
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama. Misalnya, RS 2


adalah Ruas saluran sekunder Sambak (S) antara bangunan sadap BS 1 dan
BS 2.

Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di suatu ruas.


Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu tetapi huruf R (Ruas)
diubah menjadi B (Bangunan). Misalnya BS 2 adalah bangunan pengelak di
ujung ruas RS 2.

Bangunan-bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan bagi sadap


(gorong-gorong, jembatan, talang bangunan terjun, dan sebagainya) diberi
nama sesuai dengan nama ruas dimana bangunan tersebut terletak juga
mulai dengan huruf B (Bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil
sedemikian sehingga bangunan yang terletak di ujung hilir mulai dengan "a"
dan bangunan-bangunan yang berada lebih jauh di hilir memakai hurut b, c,
dan seterusnya. Sebagai contoh BS2b adalah bangunan kedua pada ruas RS
2 di saluran Sambak terletak antara bangunan-bangunan bagi BS 1 dan BS
2.
(KP-01, 2013: 29-32)

2.1.5.3 Jaringan Irigasi Tersier


Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
Misalnya petak tersier S1 kiri mendapat air dari pintu kiri bangunan bagi
BS1 yang terletak di saluran Sambak.
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1), (lihat
Gambar 1.3).
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1,
T2 dan sebagainya.
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan
seterusnya menurut arah jarum jam.
Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 34
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah
jarum jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan
nomor urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.

Gambar 2.3 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Kuarter


5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya
dka1, dka2 dan seterusnya.
7. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum
jam.
(KP-01, 2013: 32-33)
2.1.5.4 Jaringan Pembuang
Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan
jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi
yang bersangkutan (PP 20 pasal 46 ayat 1).

Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah, yang


kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang
primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu harus diberi nama
tersendiri. Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-
masing ruas akan diberi nama, mulai dari ujung hilir.

Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa di antaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa
dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan
Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 35
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan


diawali dengan huruf d (d = drainase).

Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi


menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor.
Masing-masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri.

Gambar 2.4 Sistem Tata Nama Jaringan Pembuang


(KP-01, 2013: 33-34)

2.1.6 Tata Warna Peta


Warna-warna standar akan digunakan untuk menunjukkan berbagai
tampakan irigasi pada peta. Warna-warna yang dipakai adalah :
- Biru untuk jaringan irigasi, garis penuh untuk jaringan pembawa yang
ada dan garis putus-putus untuk jaringan yang sedang direncanakan;
- Merah untuk sungai dan jaringan pembuang garis penuh untuk jaringan
yang sudah ada dan garis putus-putus (----- - ----- - -----) untuk jaringan
yang sedang direncanakan;
- Coklat untuk jaringan jalan;
- Kuning untuk daerah yang tidak diairi (dataran tinggi, rawa-rawa);
- Hijau untuk perbatasan kabupaten, kecamatan desa dan kampung;
- Merah untuk tata nama bangunan;
- Hitam untuk jalan kereta api;
- Warna bayangan akan dipakai untuk batas-batas petak sekunder, batas-
batas petak tersier akan diarsir dengan warna yang lebih muda dari warna

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 36
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang sama (untuk petak sekunder) semua petak tersier yang diberi air
langsung dari saluran primer akan mempunyai warna yang sama.
(KP-01, 2013: 35)
2.1.7 Diagram Alir
Mulai

Masukan Data:
1. Peta wilayah yang akan
direncanakan.

Proses:
1. Merencanakan petak sawah dengan masing-masing petak
50-100 ha dan membagi sesuai lokasi dan ketinggian air
agar distribusi air oleh saluran dapat maksimal.
2. Merencanakan saluran irigasi dan bangunan irigasi,
sehingga
Gambartiap-tiap petak Alir
1.5. Bagan dapat dialiri oleh Petak
Perencanaan irigasi.Sawah
3. Membuat skema jaringan irigasi dan skema bangunan
irigasi yang sesuai dengan rencana saluran.

Tampilan Hasil:
1. Gambar perencanaan petak sawah.
2. Gambar skema jaringan irigasi.
3. Gambar skema bangunan irigasi.

Selesai

Gambar 2.5 Diagram Alir Perencanaan Petak Sawah

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 37
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.5 Peta Jaringan Irigasi


2.5.1 Batas Petak

Gambar 2.7 Petak Daerah Irigasi Kecamatan Kradenan

2.5.2 Rencana dan Nama Saluran


Pada petak ini direncanakan memiliki 8 (delapan) petak dengan rincian yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Nama dan luas petak


No. Nama Luas (ha)
1 KR 52,09
2 ST 90,86
3 MJ 82,9
4 MR1 87,19
5 MR2 71,21
6 MR3 57,53
7 MR4 66,87
Total 508,65
2.5.3 Plot Rencana Bangunan (Bendung, Bagi, dan Sadap)
Bendung terletak di arah timur dari petak yang akan dialiri dan mengambil air
dari Sungai Kradenan.

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 38
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ga
mbar 2.8 Letak bendung

BANGUNAN BAGI
DENGAN PINTU SADAP
Gambar 2.9 Contoh bangunan bagi dengan pintu sadap

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 39
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

BANGUNAN
SADAP

Gambar 2.10 Contoh bangunan sadap

2.5.4 Saluran Pembuang


Saluran pembuang mengalir dari petak yang elevasinya lebih tinggi ke petak
yang elevasinya lebih rendah dan yang nantinya air bisa dialirkan ke pinggir
jalan atau kembali lagi ke sungai.

SALURAN PEMBUANGAN

Gambar 2.11 Contoh saluran pembuang

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 40
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.5.5 Legenda atau Keterangan


Legenda atau keterangan digunakan untuk menerangkan simbol-simbol yang
ada pada peta.

Gambar 2.12 Legenda pada peta

2.5.6 Skala Gambar


Skala gambar yang digunakan untuk peta petak daerah irigasi adalah 1 : 100.

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 41
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.6 Skema Jaringan


2.6.1 Notasi Kotak

Gambar 2.13 Peta skema jaringan irigasi Bendung Cisangarung

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 42
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.6.2 Nama Saluran


Tabel 2.2 Nama saluran
Nama
No. Jenis Saluran
Saluran

1 RKR Saluran Primer


2 RST Saluran Primer
3 RMJ Saluran Primer
4 RMR 1 Saluran Primer
5 RMR2 Saluran Primer
6 RMR 3 Saluran Sekunder
7 RMR4 Saluran Sekunder

2.6.3 Nomenklatur
Tabel 2.3 Nama bangunan bagi dan sadap dan letaknya
No Nama Bangunan Letak Bangunan

1 BKR Saluran Primer Kradenan


2 BST Saluran Primer Kradenan
3 BMJ Saluran Primer Kradenan
4 BMR 1 Saluran Primer Medenrejo
5 BMR 2 Saluran Primer Medenrejo
6 BMR 3 Saluran Sekunder Medenrejo
7 BSU Saluran Sekunder Medenrejo

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 43
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.6.4 Legenda atau Keterangan

Gambar 2.14 Legenda pada skema jaringan irigasi

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 44
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.7 Skema Bangunan


2.7.1 Nama Saluran

Gambar 2.15 Peta skema bangunan irigasi Bendung Cisanggarung

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 45
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.7.2 Nama Bangunan


Tabel 2.4 Nama bangunan
No. Nama Bangunan Jenis Bangunan
1 BCS 1a Gorong-Gorong
2 BCS 1 Bangunan Bagi dengan Pintu Sadap
3 BCS 2 Bangunan Bagi dengan Pintu Sadap
4 BKD 1 Bangunan Sadap
5 BKD 2 Bangunan Sadap
6 BKD 3 Bangunan Sadap
7 BKD 4 Bangunan Sadap
8 BKD 5 Bangunan Sadap
9 BCK Bangunan Sadap
10 BLM Bangunan Sadap

2.7.3 Nomenklatur
Tabel 2.5 Nomenklatur
No. Nomenklatur Nama Bangunan Jarak Bangunan (m)
1 BCS 1a Bangunan Cisangarung 1a 45
2 BCS 1 Bangunan Cisangarung 1 75.8
3 BCS 2 Bangunan Cisangarung 2 394.6
4 BKD 1 Bangunan Karang Dempel 1 1040.4
5 BKD 2 Bangunan Karang Dempel 1 1840.8
6 BKD 3 Bangunan Karang Dempel 1 2795.4
7 BKD 4 Bangunan Karang Dempel 1 3867.2
8 BKD 5 Bangunan Karang Dempel 1 5077.4
9 BCK Bangunan Crucuk 241.6
10 BLM Bangunan Limbangan 830.6

Malika Kaylani
I0121090
Tugas Irigasi 2023 46
Program Studi Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.7.4 Legenda atau Keterangan

Gambar 2.16 Legenda pada skema bangunan irigasi

Malika Kaylani
I0121090

Anda mungkin juga menyukai