Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PERBANKAN SYARIAH

“ANALISIS SEBUAH JURNAL”

DOSEN PENGAMPU :

ANNISA PARAMASWARY ASLAM, SE., MSM

OLEH:

Eka Astria 210903502112

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN 2023
Jurnal yang di analisis :

Hasil Analisis :

Identitas Jurnal

Nama Jurnal Journal of International Financial Markets, Institutions &


Money

Nomor 84

Halaman 1012743

Tahun 2023

Judul Jurnal Bank lending during the COVID-19 pandemic: A


comparison of Islamic and conventional banks

Penulis Narjess Boubakri a, Ali Mirzaei a, Mohsen Saad

Reviewers Eka Astria

Latar Belakang

Analisis latar belakang perilaku pinjaman bank selama awal krisis COVID-19 dan perbandingan
antara bank syariah (IB) dan konvensional (CB) adalah penting dalam konteks kebijakan
ekonomi dan perbankan. Beberapa poin yang dapat diambil dari latar belakang ini adalah:
1. Pertumbuhan Pinjaman: Penelitian menggunakan sampel 421 bank dari 17 negara
menunjukkan bahwa pertumbuhan pinjaman bank mengalami penurunan selama fase awal krisis
COVID-19, terutama pada bank konvensional. Namun, bank syariah mengalami penurunan yang
lebih kecil dan pertumbuhan kreditnya lebih cepat.

2. Pentingnya Kebijakan Makroprudensial: Terdapat perhatian terhadap kebijakan


makroprudensial yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan bank selama krisis. Analisis
menunjukkan bahwa bank di negara-negara dengan kebijakan makroprudensial sebelum krisis
cenderung lebih tangguh.

3. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional: Penelitian ini juga mengkaji perbedaan kinerja
bank syariah dan konvensional selama krisis. Meskipun literatur sebelumnya menunjukkan
potensi kinerja superior bank syariah, hasilnya menunjukkan bahwa bank syariah
mempertahankan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi selama awal krisis COVID-19.

4. Implikasi Stabilitas Keuangan: Hasil analisis memiliki implikasi penting bagi stabilitas
keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Kemampuan bank, terutama bank syariah, untuk
mempertahankan aktivitas pinjaman selama krisis memiliki dampak positif pada pertumbuhan
ekonomi.

Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana bank-bank berperilaku
selama krisis dan mengapa bank syariah mungkin memiliki ketahanan yang lebih tinggi. Selain
itu, hal ini menyoroti pentingnya kebijakan makroprudensial dalam menjaga stabilitas keuangan.

Rumusan Masalah

Dalam ringkasan, analisis ini mencoba untuk memahami perbedaan dalam perilaku pinjaman
antara IB dan CB selama krisis dan apakah penggunaan kebijakan makroprudensial dapat
memperkuat ketahanan bank syariah dalam mengatasi situasi krisis ekonomi. Ini adalah
kontribusi penting dalam literatur perbankan dan kebijakan makroprudensial serta dapat
membantu dalam memahami peran bank syariah selama masa krisis seperti pandemi COVID-19.

Teori

1. Krisis Ekonomi dan Perilaku Peminjaman

Hasil deskriptif menunjukkan bahwa pertumbuhan pinjaman rata-rata IB dan CB hampir sama
sebelum krisis, tetapi selama pandemi COVID-19, pertumbuhan pinjaman oleh IB lebih
signifikan dibandingkan dengan CB. Ini adalah salah satu temuan awal dalam jurnal tersebut.

Selanjutnya, pada bagian statistik deskriptif yang merinci pertumbuhan pinjaman dan
karakteristik bank IB dan CB di berbagai negara, serta tingkat keparahan pandemi COVID-19 di
negara-negara tersebut. Gambaran ini menjadi dasar untuk menyelidiki lebih lanjut dampak
krisis COVID-19 pada pertumbuhan pinjaman bank.
2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Jurnal ini menggunakan analisis regresi dengan variabel kontrol untuk mengidentifikasi
perbedaan dalam pertumbuhan pinjaman antara IB dan CB selama pandemi.
3. Kebijakan Makroprudensial
Penelitian ini mencoba mengkaji dampak kebijakan makroprudensial sebelum krisis terhadap
ketahanan bank selama pandemi.

Hipotesis

Berdasarkan prinsip-prinsip Syariah dan pandangan tentang perlindungan risiko, penelitian ini
mengajukan dua hipotesis. Pertama, IB diprediksi akan mempertahankan aktivitas pinjaman yang
lebih tinggi daripada CB selama krisis COVID-19. Kedua, di negara-negara yang menerapkan
kebijakan makroprudensial, IB diharapkan memiliki ketahanan yang lebih baik dalam menjaga
pertumbuhan kredit selama masa sulit.

Metode dan Data

Metodologi jurnal ini menggunakan model regresi yang melibatkan sejumlah variabel, termasuk
pertumbuhan pinjaman bank, kebijakan makroprudensial, dan karakteristik bank.

Hasil deskriptif menunjukkan bahwa pertumbuhan pinjaman rata-rata IB dan CB hampir sama
sebelum krisis, tetapi selama pandemi COVID-19, pertumbuhan pinjaman oleh IB lebih
signifikan dibandingkan dengan CB. Ini adalah salah satu temuan awal dalam jurnal tersebut.

Selanjutnya, pada bagian ini menyajikan statistik deskriptif yang merinci pertumbuhan pinjaman
dan karakteristik bank IB dan CB di berbagai negara, serta tingkat keparahan pandemi COVID-
19 di negara-negara tersebut. Gambaran ini menjadi dasar untuk menyelidiki lebih lanjut dampak
krisis COVID-19 pada pertumbuhan pinjaman bank.

Jurnal ini menggunakan analisis regresi dengan variabel kontrol untuk mengidentifikasi
perbedaan dalam pertumbuhan pinjaman antara IB dan CB selama pandemi. Selain itu, penelitian
ini mencoba mengkaji dampak kebijakan makroprudensial sebelum krisis terhadap ketahanan
bank selama pandemi.

Dengan demikian, jurnal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana pandemi COVID-19 memengaruhi pertumbuhan pinjaman bank, terutama dalam
konteks bank Islam, dan apakah faktor-faktor seperti kondisi keuangan sebelum krisis dan
kebijakan makroprudensial memainkan peran dalam ketahanan bank selama krisis tersebut.

Hasil

Hasil analisis pada bagian "Result" menunjukkan bahwa selama pandemi COVID-19, bank
syariah (IB) memiliki perilaku yang berbeda dibandingkan dengan bank konvensional (CB)
dalam hal pertumbuhan pinjaman. Hasil menunjukkan bahwa IB lebih tangguh daripada CB
selama tahap awal krisis COVID-19, dengan pertumbuhan pinjaman IB sekitar 2,5% lebih cepat
daripada CB selama periode krisis. Ini konsisten dengan pandangan bahwa IB memiliki
keunggulan komparatif ketika menghadapi guncangan eksternal.

Temuan ini memperluas temuan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa IB


mempertahankan pertumbuhan kredit selama krisis kesehatan. Hal ini disebabkan oleh kelebihan
likuiditas, kapitalisasi, dan kemampuan IB untuk mengatasi penarikan dana yang lebih sedikit.

Selain itu, hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa bank syariah cenderung lebih tahan
terhadap dampak buruk krisis COVID-19 terhadap pertumbuhan pinjaman, yang mendukung
temuan utama bahwa IB menunjukkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi selama krisis.

Tes sensitivitas yang dilakukan juga mengonfirmasi temuan utama, menguatkan kesimpulan
bahwa IB lebih tangguh dalam menjaga pertumbuhan pinjaman selama pandemi COVID-19.
Penggunaan variabel lain seperti pinjaman bersih dan penambahan variabel kontrol tertentu juga
mendukung temuan utama bahwa bank syariah lebih tangguh dalam kondisi krisis.

Dalam keseluruhan, analisis ini menunjukkan bahwa bank syariah memiliki kinerja yang lebih
baik daripada bank konvensional dalam hal pertumbuhan kredit selama krisis kesehatan, yang
dapat memberikan sumber pembiayaan alternatif selama masa-masa yang menantang secara
ekonomi.

Tabel 4 adalah bagian dari tes sensitivitas yang dilakukan dalam jurnal ini untuk menguji
kekuatan temuan utama dalam penelitian. Tabel 4 terbagi menjadi tiga bagian, yaitu 4A, 4B, dan
4C, yang masing-masing berfokus pada variabel dependen yang berbeda: g(L), Δ(LTA), dan
Δ(LTGDP).
Tabel 4A:

- Bagian ini menguji dampak sensitivitas temuan terhadap pertumbuhan total pinjaman terutang
(g(L)) dengan mempertimbangkan berbagai variabel kontrol seperti Z-score, diversifikasi aset
(AssetDiversification), pendapatan biaya (FeeIncome), dan pendanaan grosir
(WholesaleFunding). Hasilnya menunjukkan bahwa temuan utama tetap kuat.
Tabel 4B:

- Bagian ini melanjutkan pengujian sensitivitas dengan memeriksa variabel dependen Δ(LTA)
(perubahan total pinjaman terutang terhadap rasio total aset). Hasilnya menunjukkan bahwa
temuan utama masih kuat, bahkan ketika berbagai variabel kontrol dan pendekatan
pengelompokan digunakan.
Tabel 4C:

- Bagian ini menguji sensitivitas dengan variabel dependen Δ(LTGDP) (perubahan total
pinjaman terutang sebagai bagian dari PDB). Hasilnya mengonfirmasi temuan utama bahwa
bank syariah (IB) lebih tangguh selama krisis COVID-19 dibandingkan dengan bank
konvensional (CB), bahkan ketika variabel kontrol lainnya diperhitungkan.

Hasil dalam tabel ini menunjukkan bahwa temuan utama penelitian ini tetap konsisten dan kuat
bahkan setelah mempertimbangkan berbagai variabel kontrol dan pendekatan statistik yang
berbeda. Hal ini menguatkan temuan bahwa bank syariah lebih tangguh dalam menjaga
pertumbuhan kredit selama krisis kesehatan.

Tabel 6 dan Tabel 7 dalam jurnal tersebut menyajikan hasil analisis terkait dengan peran bank
Islam (IB) dan bank konvensional (CB) selama pandemi COVID-19, dengan fokus pada
pertumbuhan kredit dan pengaruh kebijakan makroprudensial.

Tabel 6 mencakup analisis dampak tingkat keparahan krisis COVID-19 terhadap pertumbuhan
kredit di bank IB dan CB. Hasilnya menunjukkan bahwa bank Islam cenderung memperpanjang
lebih banyak pinjaman daripada bank konvensional selama pandemi, terutama di negara-negara
yang secara signifikan terkena dampak krisis COVID-19. Hasil ini mempertegas bahwa bank
Islam mungkin lebih tangguh dalam mempertahankan pertumbuhan kredit mereka selama tahap
awal pandemi COVID-19.

Tabel 7, di sisi lain, mengeksplorasi peran penggunaan tindakan makroprudensial sebelum krisis.
Ini menunjukkan bahwa bank Islam memperpanjang lebih banyak pinjaman daripada bank
konvensional selama krisis COVID-19 hanya di negara-negara yang mengaktifkan kebijakan
makroprudensial tinggi sebelum krisis. Dengan kata lain, penggunaan kebijakan
makroprudensial tampaknya memiliki dampak positif pada kemampuan bank Islam untuk
mempertahankan pertumbuhan kredit mereka selama krisis ini. Selain itu, hasil analisis
menggunakan indikator tingkat keparahan krisis COVID-19 yang diukur dalam beberapa cara
berbeda, seperti jumlah kasus per 100.000 populasi, indeks ketat Oxford, dan indeks risiko
keterbukaan.

Kesimpulannya, bank Islam tampaknya lebih kuat dalam mempertahankan pertumbuhan kredit
mereka selama pandemi COVID-19, terutama di negara-negara yang mengaktifkan kebijakan
makroprudensial. Dengan menggabungkan berbagai indikator dan mengidentifikasi pengaruh
berbagai faktor, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana
bank Islam merespons krisis kesehatan global ini.

Kesimpulan

Jurnal ini adalah studi yang mengevaluasi ketaatan terhadap prinsip-prinsip Islam dalam
perbankan (IB) dan dampaknya pada stabilitas perbankan selama periode krisis, terutama pada
masa pandemi COVID-19.
Beberapa poin penting dalam kesimpulan jurnal ini adalah:
1. Ketaatan terhadap prinsip-prinsip Islam memungkinkan IB untuk memadukan nilai-nilai moral
dan sosial dengan transaksi perbankan. Ini termasuk penghindaran suku bunga dan risiko
berlebihan.
2. Perbankan syariah mengedepankan prinsip keadilan, contohnya dalam kontrak bagi hasil-rugi.

3. Studi menemukan bahwa IB lebih stabil selama periode krisis, termasuk selama krisis
COVID-19.

4. Pinjaman dari IB tumbuh lebih cepat daripada bank konvensional selama awal pandemi
COVID-19.

5. Ketahanan IB selama penurunan dipengaruhi oleh kebijakan makroprudensial di negara-


negara tertentu.

6. Studi ini mengamati bahwa IB lebih tangguh daripada bank konvensional selama periode
COVID-19.

7. Dengan menunjukkan hubungan antara perbankan syariah dan stabilitas, studi ini
berkontribusi pada literatur tentang pentingnya kebijakan makroprudensial untuk stabilitas
keuangan.

Jadi, kesimpulan utama adalah bahwa perbankan syariah atau Islamic Banking (IB) telah terbukti
lebih stabil selama krisis, termasuk pandemi COVID-19, dan faktor-faktor seperti ketaatan
terhadap prinsip-prinsip Islam serta kebijakan makroprudensial memainkan peran penting dalam
ketahanan dan pertumbuhan IB. Studi ini memberikan wawasan yang berharga dalam perbankan
syariah dan dampaknya pada stabilitas perbankan.

Anda mungkin juga menyukai