Anda di halaman 1dari 46

ALIRAN MULTIFASA

CYCLONE
PRESENTED BY KELOMPOK 1

Dosen Pengampuh:
Prof. Novia Sumardi, S.T., M.T., Ph.D
ANGGOTA
MAHDI AL ACHYAR ENDRIKO (03031182126019)
DINDA GUSTI CAHYA NABILLA (03031282126059)
DITA SAFITTRIE (03031282126055)
01
SIMULATION OF GAS-SOLIDS
HEAT TRANSFER IN CYCLONE
PYROLYZER USING CFD-DEM
MODEL
ABSTRAK
Pada jurnal membahas bahwa perpindahan panas yang cepat pada
pirolisis dapat meningkatkan hasil gas pirolisis dan tar, serta
meningkatkan kualitas dari tar. Perpindahan panas dalam piroliser
siklon dipelajari secara khusus dengan menggunakan bantuan
metode elemen dinamika fluida komputasi (CFD). Hasil simulasi
menunjukkan bahwa konveksi panas gas-padat paling berkontribusi
terutama terhadap proses perpindahan panas, radiasi serta konduksi
panas masing-masing relatif kecil dan hampir dapat diabaikan.
Dengan menganalisis karakteristik aliran dalam piroliser siklon,
ditemukan bahwa wilayah dengan laju perpindahan panas konvektif
yang tinggi bertepatan dengan panjang siklon alami.
PENGATURAN SIMULASI

Dimensi geometris pirolisis siklon dan ukurannya


masing-masing ditunjukkan pada Gambar 2 dan
Tabel 2. Pada alat menerapkan struktur saluran
masuk ganda, di mana partikel batubara dan gas
bersuhu rendah masuk dari saluran masuk 1, dan
partikel pasir serta gas bersuhu tinggi masuk dari
saluran masuk 2.
PENGATURAN SIMULASI

Gambar 3(A). menunjukkan Verifikasi independensi jaringan dilakukan


berdasarkan tiga nomor jaringan yang berbeda. Untuk menyeimbangkan
biaya perhitungan dan akurasi, nomor grid 98000 dipilih dalam penelitian ini.

Tabel 3. menunjukkan Properti Gambar 3(B). menunjukkan bahwa rata-rata temperatur partikel batubara
dan parameter operasi setiap fase pada cyclone pyrolyzer telah mencapai keadaan tunak dalam waktu 1 s.
yang akan digunakan
PENGATURAN SIMULASI
Gambar 4. menunjukkan ukuran bubble fluidized bed yang digunakan dalam percobaan
adalah 8 cm 1,5 cm 25 cm. Bagian depan terbuat dari kaca safir untuk memudahkan
pengamatan, dan tiga sisi lainnya terbuat dari aluminium. Partikel kaca dipanaskan terlebih
dahulu, dan akan ditambahkan ke dalam fluidized bed kosong pada suhu kamar. Aliran udara
bersuhu ruangan masuk dari dasar untuk mendinginkan partikel. Massa partikel dalam
unggun adalah 75 g, suhu awal partikel adalah 363,15 K, dan suhu aliran gas dan permukaan
dinding keduanya 293,15 K. Kondisi batas dinding fasa gas diatur menjadi “no slip”

Gambar 5. menunjukkan distribusi suhu rata-rata partikel yang diperoleh dengan metode
eksperimen dan simulasi. Secara umum hasil perhitungan model ini akurat dan reliabel yang
membuktikan bahwa model tersebut dapat digunakan dalam proses perhitungan selanjutnya.
Untuk membuat verifikasi lebih meyakinkan, diperlukan tambahan data percobaan
perpindahan panas untuk digunakan. Pada percobaan ini, pasir dingin diinjeksikan ke bagian
atas alat, sedangkan udara dan pasir panas masuk dari nosel samping hingga bercampur
dengan pasir dingin
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada gambar 7. menunjukkan suhu gas, batu bara, dan pasir sepanjang posisi
aksial tak berdimensi. Terlihat bahwa suhu pasir jelas menurun di atas posisi
aksial 0,4, dan kemudian konstan.Temperatur batubara awalnya meningkat
secara nyata, dan kemudian laju kenaikan temperatur secara bertahap
menurun. Untuk fase gas, suhunya pertama-tama meningkat secara perlahan,
dan kemudian meningkat dengan cepat hingga mencapai suatu nilai dan
mempertahankan stabilisasi.

Gambar 8. menunjukkan distribusi tiga mekanisme perpindahan panas


sepanjang posisi aksial dalam pirolisis siklon. Dapat dilihat bahwa konduksi
panas antara pasir-batubara hampir dapat diabaikan. Distribusi aksial laju
radiasi panas menurun di wilayah atas dan meningkat secara perlahan di
wilayah bawah. Hal ini disebabkan karena perbedaan suhu awal antara pasir-
batubara semakin besar sehingga mengakibatkan laju radiasi panas semakin
tinggi, kemudian perbedaan suhu akan semakin menurun yang pada akhirnya
menyebabkan laju radiasi panas semakin menurun. Untuk laju perpindahan
panas konveksi lebih tinggi di atas ujung pusaran sedangkan laju perpindahan
panas konveksi di bawah ujung pusaran relatif rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada jurnal ini juga membandingkan perpindahan panas


antara piroliser downer dan juga cyclone pyrolyzer.
Dalam penelitian ini, diameter downer sama dengan
diameter piroliser siklon untuk memastikan bahwa fluks
massa padat juga sama untuk kedua piroliser ketika laju
aliran massa ditentukan. Untuk partikel pada kondisi
operasi dan ketinggian piroliser yang sama, waktu tinggal
piroliser bawah lebih pendek dibandingkan dengan
piroliser siklon. Oleh karena itu, dengan menggunakan
cyclone pyrolyzer dapat menghemat ketinggian lapisan
Gambar 9. menunjukkan distribusi waktu tinggal
downer dan siklon pirolizer. Lebar distribusi waktu
menyempit pada pirolizer bawah. Di sini, waktu
tinggal rata-rata partikel adalah 0,7 detik, ketinggian
siklon dan pirolisis bawah masing-masing adalah 0,6
m dan 2,2 m
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 11 (a), menjelaskan bahwa suhu keluar batubara dalam Gambar 11 (b), menjelaskan bahwa perpindahan panas konveksi adalah
piroliser siklon jauh lebih tinggi daripada suhu turun dalam kondisi mekanisme perpindahan panas utama di kedua pirolisis, dan laju
yang sama. Dengan bertambahnya waktu tinggal, suhu partikel perpindahan panas konveksi dari piroliser siklon secara signifikan lebih
batubara di pirolizer downer sedikit meningkat, sedangkan di cyclone tinggi daripada laju perpindahan panas konduksi. Untuk radiasi dan
pyrolyzer meningkat secara signifikan. Laju perpindahan panas di konduksi, nilainya relatif lebih kecil pada pirolizer downer dan siklon,
downer sedikit meningkat seiring dengan bertambahnya waktu tinggal, Hal ini membuktikan bahwa piroliser siklon dapat menghasilkan padatan
sementara itu dapat meningkatkan laju perpindahan panas secara yang jauh lebih tinggi, yang juga meningkatkan suhu rata-rata pasir dan
signifikan di cyclone pyrolyzer. gas di dalam sel.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 14 (a) menunjukkan bahwa distribusi aksial suhu rata-rata Gambar 14 (b), menunjukkan bahwa distribusi aksial suhu pasir pada
partikel batubara pada kecepatan gas yang berbeda dalam pirolisis siklon. kecepatan gas yang berbeda memiliki tren yang sama, dimana suhu
Terlihat bahwa suhu batubara meningkat sepanjang arah aliran, yang pasir menurun seiring dengan meningkatnya kecepatan gas. Suhu
berubah dengan cepat di daerah ujung atas pusaran dan kemudian secara pasir jelas menurun sepanjang posisi aksial di daerah ujung atas
perlahan menurun di daerah ujung bawah pusaran. Hal ini karena gerakan pusaran, dan secara bertahap menurun dan konstan di ujung bawah
turbulensi gas meningkatkan proses perpindahan panas. Suhu partikel pusaran.
batubara meningkat ketika kecepatan gas menjadi lebih besar. Sedangkan
variasi suhu akhir partikel batubara berkurang dengan meningkatnya
kecepatan gas.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 15. menunjukkan bahwa laju perpindahan panas batubara jelas


lebih tinggi dibandingkan gas pada kecepatan gas yang berbeda. Ketika
kecepatan gas meningkat, laju perpindahan panas batubara meningkat,
namun tren perubahannya menurun. Peningkatan kecepatan gas memiliki
dua efek aspek pada proses perpindahan panas. Peningkatan kecepatan
gas menyebabkan gerakan turbulensi gas meningkat dan meningkatkan
proses perpindahan panas. Di sisi lain, panas yang dikonsumsi oleh gas
meningkat pesat seiring dengan meningkatnya kecepatan gas, sehingga
proporsi panas yang diperoleh batubara berkurang.
KESIMPULAN
Proses perpindahan panas utama disumbangkan oleh perpindahan panas
konveksi, dan radiasi serta konduksi panas masing-masing relatif kecil dan hampir
dapat diabaikan.
Berdasarkan kondisi waktu tinggal partikel yang sama, laju pemanasan siklon
piroliser adalah 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan downer. Bidang pusaran
pirolisis siklon dapat secara signifikan meningkatkan konveksi panas dan radiasi
namun tidak memiliki efek nyata pada konduksi panas.
Menurut karakteristik alirannya, proses perpindahan panas pada cyclone pyrolyzer
dapat dibagi menjadi dua bagian dengan ujung pusaran sebagai titik pembatasnya.
Di atas ujung pusaran, laju perpindahan panas konveksi tinggi. Sedangkan di bawah
ujung pusaran mengecil.
Dengan meningkatnya kecepatan gas, perpindahan panas konveksi gas-padatan
meningkat, sedangkan panas yang dikonsumsi oleh gas pembawa juga meningkat.
02
CO2 CAPTURE USING STEAM EJECTOR
CONDENSER UNDER ELECTRO
HYDRODYNAMIC ACTUATOR WITH NON-
CONDENSABLE GAS AND CYCLONE
SEPARATOR: A NUMERICAL STUDY
ABSTRAK
Konsep kondensasi uap dan pemisahan CO2 dalam pembangkit listrik gas dengan emisi CO2 negatif
melibatkan penggunaan kondensor ejektor uap (SEC) untuk mengkondensasi uap secara kontak langsung
dengan gas inert (CO2) pada semprotan cairan subdingin, yang terintegrasi dengan pemisah untuk
menghasilkan CO2 murni. Karena adanya resistansi difusi yang meningkat dan transfer panas konvektif yang
berkurang antara fasa uap dan air subdingin dalam keberadaan gas nonkondensasi (CO2), studi ini
menggunakan aktuator elektrohidrodinamik (EHD) untuk meningkatkan laju transfer panas dalam SEC.
Untuk mengoptimalkan penyaringan CO2, efek satu, dua, dan empat aliran masuk pada efisiensi pemisahan
dianalisis. Pada SEC, model multiphase Eulerian-Eulerian digunakan, dengan menganggap air sebagai fasa
kontinu dan campuran gas yang dapat dikompresi (uap dan CO2) sebagai fasa terdispersi. Model k-ε standar
dipilih untuk menggambarkan turbulensi dalam ejektor. Pemisah bersifat transien, turbulen, dan tiga
dimensi, menggunakan metode volume kontrol. Model turbulen RSM dan model campuran digunakan untuk
mensimulasikan aliran dua fase turbulen dalam pemisah gas-cairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketika fluks massa uap dan tegangan meningkat, koefisien transfer panas kondensasi juga meningkat. Untuk
fluks massa uap sebesar 51 (kg/m2.s), koefisien transfer panas kondensasi diukur sebesar 0,98, 1,029, 1,08,
dan 1,134 (MW/m2.K) pada tegangan elektroda sebesar 0, 20, 25, dan 30 kV, secara berturut-turut. Selain itu,
suatu siklon dengan satu aliran masuk mencapai efisiensi pemisahan sebesar 95,1%, sementara
menggabungkan dua aliran masuk meningkatkan kinerja hingga 97,9%. Namun, hasil yang paling mencolok
terlihat dalam siklon dengan empat aliran masuk, di mana efisiensi pemisahan yang mengesankan sebesar
99,9% tercapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Examining the velocity distribution, Zhao et al.


[21] investigated the flow field and
performance of single, double, and quadruple
inlet cyclones. They suggested that
symmetrical inlets increased the tangential
velocity and, subsequently, the separation ef-
ficiency, but it also led to an increased
pressure drop. Vahedi [22] analyzed the flow
fields of single, double, and quadruple inlet
cyclones and concluded that the quadruple
inlet cyclone achieved the highest tangential
velocity, efficiency, and pressure drop
SCHEMATIC DIAGRAM AND DIMENSIONAL
PARAMETERS OF THE EJECTOR
SCHEMATIC DIAGRAM AND DIMENSIONAL
PARAMETERS OF THE EJECTOR
THREE-DIMENSIONAL GEOMETRY OF A TANGENTIAL
INLET CYCLONE SEPARATOR
THREE-DIMENSIONAL GEOMETRY OF A TANGENTIAL
INLET CYCLONE SEPARATOR
BOUNDARY CONDITIONS FOR SEC AND CYCLONE
SEPARATOR.
MESHING
NUMERICAL SIMULATION AND
BOUNDARY CONDITIONS
NUMERICAL SIMULATION AND
BOUNDARY CONDITIONS
GEOMETRY AND MESH OF DUAL AND
QUADRUPLE INLETS CYCLONES.
VELOCITY
VECTORS OF
MIXTURE OF
CO2 AND
WATER LIQUID,
A) SINGLE
INLET; B)
QUADRUPLE
INLETS
SEPARATION EFFICIENCY
OF SINGLE, DUAL AND
QUADRUPLE INLETS
CYCLONE AT 0.03 OF CO2
MASS FRACTION
03
A NOTE OF CAUTION ON NUMERICAL
SCHEME SELECTION: EVIDENCE
FROM CYCLONE SEPARATOR CFD
SIMULATIONS WITH APPROPRIATE
NEAR-WALL GRID SIZES
ABSTRAK
Dalam jurnal ini ada dua hal yang dilakukan. (i) Skema numerik yang sesuai untuk
simulasi dinamika fluida komputasi (CFD) cyclones separator dengan berbagai rasio
diameter vortex-finder-to-cone-tip (D*) telah dicapai dengan membandingkan
pola aliran rata-rata dan kinerja yang disimulasikan oleh dua rangkaian skema
numerik yang diusulkan sebelumnya. Hasil prediksi mengungkapkan bahwa
simulasi CFD dari desain cyclones separator yang berbeda memerlukan skema
akurasi orde ketiga dan ukuran grid dekat dinding yang tepat untuk menjaga
kesamaan aliran, terutama untuk cyclones separator dengan D* < 1. Oleh karena itu,
penelitian ini mengingatkan kehati - hatian mengenai skema numerik tingkat
rendah untuk simulasi CFD cyclones separator. (ii) CFD saat ini menegaskan bahwa
metode estimasi ukuran jaringan dekat dinding yang awalnya dikembangkan untuk
gas cyclones adalah metode yang mungkin untuk memperkirakan ukuran near-wall
grid size untuk hidrosiklon dengan diameter inti udara (Da) < 0,4Dv . Selain itu,
kemampuan submodel tekanan-regangan untuk simulasi CFD pemisah siklon telah
dibahas sebelumnya.
PEMODELAN CFD
Untuk pemodelan CFD berbasis persamaan Navier-Stokes (RANS) cyclones
separator salah satu model CFD paling awal telah dikembangkan oleh Boysan et
al. Karena sifat anisotropik aliran turbulen di dalam cyclones separator,
pemodelan CFD sebelumnya menegaskan bahwa model tegangan Reynolds
(RSM) adalah model turbulensi yang sesuai. Simulasi transien implisit orde
kedua (SOI) adalah metode yang tepat untuk memprediksi aliran turbulen di
dalam pemisah siklon. Selain itu, algoritma kopling kecepatan-tekanan SIMPLE
(metode semi-implisit untuk persamaan terkait tekanan) atau SIMPLEC
(konsisten-SIMPLE) dapat ditemukan untuk simulasi CFD pemisah siklon.
Siklon gas yang diuji ini dapat dikategorikan ke dalam dua desain berbeda,
termasuk siklon gas dengan D* > 1 dan D* < 1. D* adalah rasio diameter pencari
pusaran terhadap ujung kerucut dan dapat didefinisikan sebagai rasio dari
diameter pencari pusaran (Dv) hingga diameter ujung kerucut (Dc).
PEMODELAN CFD
Ada dua rangkaian skema numerik untuk simulasi pemisah siklon. Kumpulan
skema numerik pertama menggunakan SIMPLE untuk algoritma kopling
kecepatan-tekanan, PRESTO! untuk interpolasi tekanan, dan QUICK untuk
besaran lainnya. Kumpulan skema numerik pertama ini dapat mensimulasikan
siklon gas dan hidrosiklon. Set kedua adalah skema interpolasi yang
dioptimalkan oleh Kaya dan Karagoz yang umumnya digunakan untuk
menyelidiki berbagai efek pada kinerja siklon gas, misalnya saluran keluar debu,
pencari pusaran, pemandu spiral baling-baling, sekat bengkok, kekasaran
permukaan, dll. Rangkaian skema numerik pertama dan kedua dengan mudah
diberi nama sebagai “QUICK numerical scheme set (QNS)” dan “Mixed numerical
scheme set (MNS)”.
GEOMETRI DOMAIN KOMPUTASI DAN
GRID

Teknik dekomposisi domain untuk menghasilkan grid


heksahedral di dalam domain komputasi ini untuk
mencapai hasil yang akurat. Ukuran grid dekat dinding
untuk berbagai bagian dari semua pemisah siklon
dihitung dengan metode estimasi grid yang
dikembangkan untuk smooth walls. Karenanya smooth
walls diasumsikan untuk semua pemisah siklon.
Pembuatan jaringan dan ukuran jaringan dekat dinding
untuk siklon G-B3, G-B4, dan H-A1.
Kecepatan seragam ditentukan pada saluran masuk pemisah siklon dengan menggunakan tipe kondisi batas saluran masuk kecepatan. Tipe kondisi batas
aliran keluar diterapkan pada saluran keluar siklon gas karena aliran keluar hilir tidak berdampak pada domain aliran karena ketinggian pipa keluar
sebesar 1,5 Db diperpanjang dari atap siklon. Sedangkan untuk hidrosiklon, tipe kondisi batas saluran keluar tekanan diadopsi untuk memungkinkan
aliran balik udara. Selain itu, kondisi batas larangan selip diberlakukan pada dinding pemisah siklon.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar disamping menunjukkan kontur


dinding y+ dan nilai rata-rata tertimbang luas
dinding y+ yang diperoleh seluruh dinding
pemisah siklon kecuali dinding saluran
masuk. Perhatikan bahwa kontur dinding y+
dan nilai rata-rata tertimbang luas dinding y+
yang disimulasikan oleh QNS untuk siklon G-
B3 dan G-B4 diperoleh dengan pengulangan
simulasi CFD berbasis QNS untuk siklon G-B3
dan G-B4 yang diperlukan untuk menghitung
kinerja komputasi relatif. Pada prinsipnya, y+
adalah jarak dinding tak berdimensi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada saluran masuk siklon gas, nilai dinding y+ yang
lebih tinggi diamati pada dinding saluran masuk kiri
dan kanan karena ukuran jaringan dekat dinding
yang tidak diperkirakan. Sedangkan untuk
hidrosiklon, distribusi dinding y+ pada dinding
saluran masuk yang diprediksi oleh QNS dan MNS
serupa dengan bagian lain karena ukuran jaringan
dekat dinding diperoleh dari estimasi jaringan pipa
lurus melingkar. Hasil ini pada awalnya
mengkonfirmasi bahwa estimasi ukuran jaringan
dekat dinding yang awalnya dikembangkan untuk
simulasi CFD siklon gas, dapat diterapkan untuk
memodelkan aliran dekat dinding siklon gas dan
hidrosiklon berdasarkan fungsi dinding dengan tepat
terlepas dari skema numerik yang ditetapkan.
Perhatikan bahwa rentang fungsi dinding y+ yang
valid umumnya antara 30 dan 300.
PENURUNAN TEKANAN
Pada bagian ini, kinerja QNS dan MNS dalam prediksi
penurunan tekanan untuk siklon gas G-B1 diselidiki.
Penurunan tekanan untuk kecepatan masuk 10, 13,
16, 19, 22, dan 25 m/s diprediksi oleh QNS dari jurnal
ini dan MNS penelitian penulis sebelumnya.
Penurunan tekanan yang tidak dapat diprediksi yang
diperoleh oleh QNS dari penelitian ini dan MNS dari
penelitian penulis sebelumnya mengungkapkan hasil
kecenderungan penurunan tekanan dibandingkan
dengan pengukuran sebelumnya memiliki kesalahan
sekitar 23% (QNS) dan 20% (MNS) untuk semua
kecepatan masuk. Perbedaan penurunan tekanan
antara simulasi CFD dan eksperimen disebabkan
karena garis pengelasan dan celah antara flensa di
dalam siklon gas tidak disimulasikan.
ALIRAN
Pada Gambar 8(a), profil kecepatan tangensial rata-
rata yang dinormalisasi dari siklon G-A1 yang
diprediksi oleh QNS dari penelitian penulis
sebelumnya dan MNS dari penelitian ini cukup sesuai
dengan pengukuran Ayers dkk.. Untuk siklon G-B2
dan G-B3, prediksi profil kecepatan tangensial rata-
rata yang dinormalisasi dari penelitian ini dan
pekerjaan CFD sebelumny sangat sesuai dengan
eksperimen Hoekstra seperti yang digambarkan
pada Gambar 8 (b) dan (c). Untuk hidrosiklon,
Gambar 8(d) menunjukkan bahwa prediksi profil
kecepatan tangensial rata-rata siklon H-A1 yang
dinormalisasi sesuai dengan data eksperimen
sebelumnya. Nilai puncak dari profil kecepatan yang
diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan profil
yang diukur.
ALIRAN
Gambar disamping menunjukkan perbandingan
profil kecepatan rata-rata yang dinormalisasi dari
siklon G-B2 dan H-A1. Pada Gambar 17(a), profil
kecepatan tangensial rata-rata yang dinormalisasi
yang diprediksi oleh model CFD berbasis RSM
dengan sub-model regangan tekanan linier dan
kuadrat tidak berbeda secara signifikan dan sesuai
dengan eksperimen sebelumnya . Nilai puncak profil
ini yang diprediksi oleh model CFD berbasis RSM
dengan submodel regangan tekanan kuadratik
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan model CFD
regangan tekanan linier berbasis RSM. Selain itu,
model CFD berbasis RSM dengan sub-model
regangan tekanan linier dan kuadratik secara
kualitatif mewakili profil berbentuk M dari kecepatan
aksial rata-rata yang dinormalisasi dibandingkan
dengan data eksperimen.
KESIMPULAN
Jurnal ini mengevaluasi rangkaian skema numerik yang sesuai untuk simulasi
CFD pemisah siklon berbasis RSM dengan mempertimbangkan pola aliran rata-
rata, kinerja siklon, dan waktu simulasi yang dilakukan oleh dua rangkaian
skema numerik, termasuk QNS dan MNS.

1. Metode estimasi ukuran jaringan dekat dinding yang sebelumnya


dikembangkan untuk simulasi CFD siklon gas dapat diterapkan pada model
hidrosiklon dengan Da > 0,4Dv. Modifikasi perhitungan kecepatan aksial
untuk pencari pusaran diperlukan untuk mendapatkan pencari pusaran
hidrosiklon yang lebih sesuai dengan ukuran jaringan dinding dekat.
KESIMPULAN
2. Model CFD berbasis QNS dan MNS dengan ukuran jaringan dekat dinding
yang tepat mewakili prediksi penurunan tekanan siklon yang andal dengan
kesalahan maksimum sekitar 23% untuk semua kecepatan masuk yang
dipelajari.

3. Model CFD berbasis QNS dan MNS secara kualitatif memprediksi profil
kecepatan tangensial rata-rata yang dinormalisasi dari semua desain
pemisah siklon karena puncak profil ini adalah relatif luas. Untuk profil
kecepatan aksial rata-rata yang dinormalisasi, puncak profilnya lebih tajam
daripada puncak profil kecepatan tangensial rata-rata yang dinormalisasi,
terutama untuk pemisah siklon dengan D* < 1
THANK YOU!
Zhang, N., Pan, X., Yang, J., Liu, Q., Lian, W., Du, X., ... & Guan, G. (2024). Simulation of gas-solids heat
transfer in cyclone pyrolyzer using CFD-DEM model. Particuology, 85, 155-166.

Amiri, M., Mikielewicz, J., & Mikielewicz, D. (2024). CO2 capture using steam ejector condenser under
electro hydrodynamic actuator with non-condensable gas and cyclone separator: A numerical study.
Separation and Purification Technology, 329, 125236.

Bumrungthaichaichan, E. (2023). A note of caution on numerical scheme selection: Evidence from


cyclone separator CFD simulations with appropriate near-wall grid sizes. Powder Technology, 118713.

Anda mungkin juga menyukai