PETUNJUK:
1. Ujian ini bersifat open book test. Silakan mengambil sumber referensi dari manapun selama
sumber tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2. Ketik jawaban Saudara di bawah soal berikut pada file yang sama.
3. Kerjakan dengan jujur sesuai dengan kemampuan Saudara sendiri!
4. Perhatikan waktu kerja Saudara sesuai jadwal yang tertulis pada Vinesa!
5. Tulislah identitas Saudara pada file yang sudah terdapat jawaban Saudara!
Dengan cara: Tuliskan: Kelas – NIM – Nama Mahasiswa -Fakultas - Prodi
6. Kirimkan hasil pekerjaan Saudara kepada Dosen Pengampu melalui Vinesa sesuai jadwal
yang sudah ditentukan.
SOAL :
1. Mengapa seseorang perlu untuk mengenal, menerapkan, dan komitmen dengan ajaran Islam
Mengapa? karena didalam agama islam, mengajarkan komitmen cinta pada agama yaitu
syahadat, agama islam juga sangat luas salah satu nya mengajar kan ajaran rabaniyah dan
insaniyah yaitu: Islam adalah ajaran Rabbāniyyah(Ketuhanan) Islam yang berpedoman pada
Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw dirancang oleh Allah SWT untuk mengatur hidup
manusia demi terciptanya kemaslahatan hidup di dunia maupun diakhirat. Tetapi mustahil
hal ini dapat dicapai tanpa memperbaiki hubungan dengan Allah SWT karena akhirnya
seluruh manusia akan kembali dan menuju kepada-Nya. Allah SWT berfirman:
َي اَأُّيَه ا اِإْلْن َس اُن ِإَّن َك َك اِد ٌح ِإَلى َر ِّب َك َكْد ًح ا َف ُم اَل ِقيِه
“Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh – sungguh menuju
Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” (Q.S. Al-Insyiqaq/84: 6).Untuk menuju
kepada Allah SWT, maka manhaj (metode) yang digunakan haruslah menhaj rabbāni yang
murni bersumber dari Allah SWT yang dirisalahkan kepada Rasul-Nya yang terakhir: Nabi
Muhammad saw. Murni yang dimaksud di sini adalah ajaran Islam selamat dari
penyimpangan dan percampuradukan dengan spekulasi-spekulasi pemikiran manusia, yakni
murni sumbernya, murni aqidahnya dan murni syari’atnya. Allah SWT telah menjamin
kemurnian sumber ajaran-Nya:
Jika kita merenungkan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an, memikirkan tema-temanya
dan fokus perhatiannya, maka kita akan berkesimpulan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan
sebagai pedoman hidup untuk manusia. Itulah sebabnya penyebutan manusia di dalam Al-
Qur’an disebut berulang kali dengan berbagai istilah seperti: al-Insān sebnyak 63 kali, al-Nās
sebanyak 240 kali, Bani Adam sebanyak 6 kali, dan basyar sebanyak 25 kali. Dalam ayat Al-
Qur’an yang pertama kali turun saja (Q.S. Al-Alaq: 1-5) kata al-insān di sebut 2 kali. Selain itu,
sosok Nabi yang dikirmkan Allah SWT sebagai teladan dan pemberi kabar untuk umat
manusia dari kalangan manusia. Perjalanan hidupnya (biografinya) tercatat dalam sejarah
ummat manusia, yang menunjukkan keberdaanya tak terbantahkan oleh sejarah. Dalam
banyak kesempatan, Al-Qur’an selalu memperkuat unsur kemanusian Nabi Muhammad saw,
seperti:
ُقْل ِإَّن َم ا َأَن ا َب َش ٌر ِم ْث ُلُك ْم ُيوَح ى ِإَلَّي َأَّن َم ا ِإَلُهُك ْم ِإَلٌه َو اِح ٌد َفَم ْن َك اَن َي ْر ُجو ِلَقاَء َر ِّبِه َف ْلَي ْع َم ْل َعَم اًل َص اِلًح ا َو اَل ُيْش ِر ْك ِبِعَباَدِة َر ِّبِه َأَح ًد ا
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
“Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa“. (Q.S. Al-Kahfi/18: 110).
Karena Nabi Muhammad saw juga manusia biasa, maka Beliau pantas menjadi teladan bagi
semua manusia. (Qs. Al-Ahzab/33: 21).Hal yang lain adalah rangkaian ibdah mahdlah yang
hanya berhubungan langsung dengan tuhan, ternyata selalu dikaitkan dengan perhatian
terhadap aspek kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan. Hal ini bisa kita lihat pada
kewajiban shalat yang dikaikan dengan pencegahan terhadap perbuatan keji dan munkar
(Q.S Al-Ankabut/29: 45), atau kecelakaan bagi orang yang shalat tapi hanya sekedar
formalitas belaka dan enggan memberikan bantuan (Q.S. Al-Maun/107: 4-7). Demikian pula
kewajiban zakat / shadaqah yang di samping bertujuan untuk penyucian jiwa dan harta, juga
Bagaimana seseorang untuk mengenal dan menerapkan komitmen kepada agama Islam
Adapun komitmen yang harus ada dan tertanam di dalam diri setiap individu,jika
menginginkan kwalitas ke-Islamannya baik,diantaranya :
Mengimani/Meyakini Islam
Setiap individu harus mengimani/meyakini,bahwa hanyaAgama Islamlah satu-
satunya Dien yang benar dan diridoi Allah SWT. Hal ini sesuai firman Allah dalam
Surat Ali Imran ayat 19 sebagai berikut :
Artinya : Sesungguhnya Agama yang diridoi Allah hanyalah Agama Islam. Begitu pula
pada Surat Ali Imran ayat 85-nya :
Artinya : Barangsiapa yang mencari Agama selain Agama Islam,maka sekali-kali
tidaklah akan diterima Agama itu oleh Allah dan dia di Akhiratpun termasuk orang-
orang yang merugi.
Mempelajari Islam.
Seseorang yang mnginginkan kwalitas ke-Islamannya baik,idealnya memang tidak ada
kata lain,yaitu mempelajari Agama Islam dengan sungguh-sungguh dan sedalam-
dalamnya. Bahkan bila bicara soal belajar,ada nasihat dariAllah SWT. Bagi setiap
orang di dalam mempelajari agama Islam, yaitu : “Jangan ikut-ikutan” alias “taqlid
buta”,tapi “harus berdasarkan ilmu Allah”. Hal ini sesuai firmanNya Surat Al Isra ayat
36 sebagai berikut :
Artinya : Dan “janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya”. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati
semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.Sementara itu, Rasulullah saw
juga berpesan kepada seluruh umat Islam agar mempelajari Islam dengan tidak
melihat batasan usia. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi :
Artinya : Tuntutlah ilmu dari sejak buaian hingga ke liang lahat. Saking wajibnya
mempelajari Agama Islam, Allah swt memerintahkan kepada setiap individu untuk
mencari tahu ( menanyakan ) kepada orang-orang yang berilmu. Hal ini sebagaimana
firmanNya dalam Surat Al Anbiya ayat 7 yang berbunyi sbb :
Artinya : Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu ( Muhammad ), melainkan
beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah
olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tidak mengetahui.
Mengamalkan ilmu yang kita punya. Ilmu yang kita punyai harus bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang lain. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam Islam, ilmu memiliki aksiologis yang sangat agung. Karena dengan ilmu-lah
semuanya berawal dalam meniti jalan suci ini. Selain itu, ilmu juga dapat mengangkat
derajat bagi siapa saja yang memilikinya. Begitulah nikmatnya islam sehingga segala
tingkah laku kita diatur oleh Islam. Sampai pada ilmu pun Islam mengaturnya, mulai
dari kewajiban menuntut ilmu, mengamalkan ilmu dan ancaman bagi orang yang
tidak mengamlakan ilmu. hal tersebut harus kita pelajari secara mendetail sehingga
kita tidak termasuk orang yang salah dalam memahami ilmu.Ilmu yang telah kita
peroleh membutuhkan lahan agar ilmu tersebut dapat menjadi penolong bagi kita
yaitu dengan cara mengamalkannya, baik dengan mengajarkannya maupun yang
lainnya. Ilmu tersebut berpotensi menjadi boomerang bagi kita jika kita tidak
mengamalkan ilmu tersebut, diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ary bahwa
Rasulullah bersabda: “ والقرآن حجة لك أو عليكAl-Qur’an adalah hujjah untukmu dan juga
dapat menghujatmu”.Ini adalah bagian dari hadits yang panjang. Mungkin kita bisa
mengatakan dengan kalimat ini: “ jangan biarkan satu orang pun tersesat karena ilmu
yang kita peroleh tidak diamalkan”
Sabar merupakan kata yang sering kali diucapkan oleh lisan. Orang yang memiliki sifat
sabar akan memperoleh ketenangan, ketentraman dan kelapangan hati. Sabar
memang bukanlah suatu perkara mudah yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, namun tidak pula mustahil seseorang memiliki sifat penyabar.Islam
memandang sifat sabar ini sebagai salah sifat terpuji yang harus dimiliki oleh orang-
orang yang beriman kepada Allah SWT. Orang yang tidak sabar tidak bisa dikatakan
sebagai orang yang beriman. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dibahas tentang
pengertian sabar dalam Islam dan dalil-dalil yang berkaitan dengan sabar.
2. Iman, islam dan ihsan sendiri merupakan satu kesatuan, hal ini telah di jelaskan dalam
sebuah riwayat hadits, Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Meski iman, islam dan
ihsan disebut bertingkat-tingkat tapi bukan berarti maknanya mengerjakan satu level
ke level berikutnya. Jadi yang dimaksud tingkatan adalah tingkatan keimanan.
Kemudian dari ketiga poin tersebut dapat di aktulisaikan dalam kehidupan, jika Tuhan
dan manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek, maka iman, islam dan ihsan
adalah predikatnya yang berperan sebagai kwalitas dan kuantitas dari sebuah relasi,
ekspresi, dan bukti. Iman di ibaratkan persepsi, teori, dan konsep. Islam malaui rukun
islam adalah bentuk ekspresi simboliknya. Dan ihsan adalah ekspresi aksionalnya.
Iman adalah kepercayaan dan keyakinan. Buah dari persepsi dan kesadaran,
sama halnya dengan bangunan persepsi iman terhadap tuhan yang tercermin
dalam bangunan rukun iman yang ke enam. Persepsi akan menentukan ekspresi
dan aksi. Lalu bagaimana memaknai hakekat, peran, dan fungsi objek terhadap
subjek. Jika manusia sebagiai subjek, dan tuhan sebagai objek akan
menentukan makna dan hakekatnya. Apakah Ia segalanya? Hidup dan matinya?
Apakah Ia prioritasnya?.
Salah satu aktualisasi dari iman dalam kehidupan adalah Ibadah baik ritual
maupun social yang sebenarnya merupakan konsekuensi dari kesadaran akan
status keterciptaan yang secara bahasa adalah penghambaan. Kesadaran diri
sebagai hamba melahirkan teknik dan bentuk ritual peribadatan. Sebagai
ungkapan dan bentuk ekspresi dari sikap hati dan persepsi. Dan itu merupakan
dorongan naluri alami.Itulah gambaran kesadaran akan kebertuhanan (iman)
yang melahirkan kesadaran akan peribadatan dengan segala bentuknya (Islam
dan ihsan). Logika penafsiran surat addzariyat 56 :"Tiadalah Aku ciptakan Jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku" sebagaimana riwayat Ibnu
Juraij ra. Adalah: Tiadalah aku ciptakan Jin dan manusia kecuali untuk
menyadari-Ku (Ibnu Katsir,1992: 286) dan merefleksikan kesadaran
kebertuhanannya terhadap-Ku ke dalam bentuk model penghambaan ritual
maupun sosial kepada-Ku.
Dalam perspektif ihsan itu adalah kondisi penjiwaan tingkat tinggi. Dimana
seorang selalu merasa dekat dengan yang dicintainya. Ihsan adalah puncak
kemurnian, ketulusan dan kesadaran. Ibnu Ataillah menyatakan barang siapa yang
menghadap Allah tanpa ihsan ( kesadaran Cinta murni ) maka ia akan diombang
ambingkan dengan berbagai macam ujian. (Ataillah, 2010: 153). Ihsan itu akan
berpengaruh pada cara pandang kita terhadap kebijakan Allah, qodlo dan qodar-
Nya. Singkat kata, ihsan adalah akhlak mulia terhadap Allah swt. dan kepada
sesama. Akhlak mulia kepada Allah swt. dalam membangun persepsi terhadap
dzatNya (asma' wa shifat ), kebijakanNya (qodlo' dan qodarNya), dan dalam
berinteraksi denganNya, secara ritual maupun spiritual.
Serta tasawuf yang juga tidak dapat terpisah dari penerapan iman, islam, dan ihsan dalam
kehidupan. Tasawuf sendiri yaitu pensucian, pemurnian dan pembersihan hati, pikiran dan
perbuatan dari akhlak tercela. Secara terminologis tasawuf bermakna gerakan etis, moral dan
akhlak dalam Islam untuk menumbuh kembangkan sikap dan perilaku yang Islami terhadap
Allah swt. terhadap sesama manusia dan alam sekitarnya. Melalui metode latihan pemurnian
hati dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela seperti dengki, dendam, sombong, riya',
tamak dan pembiasaan diri dengan sifat-sifat terpuji seperti zuhud, wara', sabar, syukur, yakin,
tawakkal, muraqabah dan lain lain. Tasawuf berusaha membangun karakter pribadi muslim
yang berakhlak mulia, dekat dengan Allah dan peneladan Rasulullah saw. dalam berbagai
bidang kehidupan.
Dari iman, islam, dan ihsan serta tasawuf tersebut memiliki urgensi,bagi seorang yang taat
dalam berimanan pada Tuhan. Mereka akan cenderung lebih takut dan taat kepada Allah dari
pada makhluknya-Nya sesuai dengan makna awal Tuhan sebagi subjek dan Manusia sebagai
objek. Seorang muslim yang taat akan merasa mereka membutuhkan Allah dalam
kehidupannya. Mereka menjadikan Allah sebagai polisi hati dan pikirannya sehingga
senantiasa terjaga dan introspektif walaupun dalam kesendirian.
3. A
Definisi dan Tujuan
Diturunkannya Al-Quran
Masa Rasulullah
Masa Ustman Bin Masa Abu Bakar
SAW
Affan As-Sidiq
17 Ramadhan Belum terkumpul
turunyya wahyu Menyeragamkan Banyak sahabat hafidz
menjadi satu mushaf.
pertama Surat Al- penulisan serta yang mati syahid
Banyak sahabat yang
Alaq 1-5 di Gua Hira pembacaanya yang karena perang. Al-
langsung
sesuai dengan dialek Quran mulai ditulis
menghafalkan saat
suku quraisy oleh Zaid Bin Tsabit
wahyu turun
B.
4. Masjid sebagai Baitullah atau rumah Allah, memiliki fungsi dan peranan penting bagi umat
muslim di dunia. Fungsi masjid yang paling utama ialah sebagai tempat bersujud atau
beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana dalam salah satu surah Alquran, Allah SWT
berfirman yang artinya:“Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang, orang-
orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual-beli, atau aktivitas
apapun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut
kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang.” (QS An-Nur: 36-
37) Selain fungsi utamanya tersebut, masjid memiliki fungsi lainnya yang berperan penting
dalam perkembangan umat muslim. Adapun beberapa fungsi masjid di antaranya sebagai
berikut:
Sebagai Tempat Ibadah
Fungsi masjid yang paling utama ialah sebagai tempat ibadah, khususnya shalat.
Masjid difungsikan sebagai sarana bagi umat muslim untuk melaksanakan shalat, baik
shalat fardhu maupun shalat sunnah. Hal ini sebagaimana yang tertuang di dalam salah
satu surah Alquran, Allah berfirman yang artinya:“Dan sesungguhnya masjid-masjid
itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di
dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS Al-Jin: 72)
Sebagai Pusat Pendidikan
Selain sebagai tempat untuk shalat, masjid juga berfungsi sebagai tempat kegiatan
proses belajar mengajar dalam memperdalam ilmu agama Islam. Di mana setiap
muslim berhak untuk memberikan atau mendapatkan ilmu melalui kajian-kajian
agama yang diadakan di masjid.Sebagai masyarakat majemuk, sudah seharusnya
masjid juga senantiasa digunakan untuk menyebarkan dakwah yang menyejukkan
dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Sebagai Tempat Musyawarah
Fungsi masjid berikutnya yang tidak kalah penting ialah sebagai tempat musyawarah.
Dalam perkembangan umat muslim saat ini, kita tahu banyak masjid yang telah
digunakan umat muslim untuk membahas berbagai persoalan ke-umat-an. Misalnya di
Palestina, di mana masjid berfungsi sebagai tempat perjuangan pembebasan dan
tempat merumuskan gerakan. Di Indonesia sendiri, beberapa masjid juga telah
difungsikan sebagai ruang terbuka untuk membahas persoalan kehidupan sehari-hari.
Masjid hadir sebagai jembatan yang menghubungkan antara umat manusia dengan
Allah dan manusia dengan manusia.
Sebagai Tempat Akad Nikah
Selain sebagai pusat musyawarah, fungsi masjid yang kerap digunakan oleh umat
muslim berikutnya ialah sebagai tempat nikah. Seperti yang sudah kita ketahui
bersama, banyak masjid yang dipilih oleh pasangan untuk melaksanakan akad nikah.
Tentunya hal ini karena masjid merupakan salah satu tempat yang dijaga kesuciannya.
Sebagai Tempat Perlindungan
Fungsi masjid lainnya yaitu sebagai tempat berlindung. Ketika terjadi bencana atau
musibah, masjid menjadi salah satu tempat yang paling banyak digunakan sebagai
tempat perlindungan. Pasalnya, setiap muslim akan merasa aman dan tentram ketika
berada di dalam masjid. Di samping itu, Allah SWT juga akan memberikan petunjuk
bagi setiap muslim yang mau memakmurkan masjid.
5. Kata moderasi berasal dari Bahasa latin moderatio, yang berarti `ke-sedang-an` (tidak
kelebihan dan tidak kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. Pengurangan kekerasan dan 2. Penghindaran
keekstreman.Kata “moderasi” disandingkan dengan kata “beragama”, menjadi “moderasi
beragama”, maka istilah tersebut merujuk pada kecenderungan untuk menghindari sifat rasis
dalam praktik keagamaan. Kedua istilah ini mengacu pada pandangan dan aspirasi keagamaan
sebagai dasar dasar prinsip, selalu menghindari kebiasaan atau radikalisme, dan dan selalu
mencari jalan tengah yang merangkul, mengintegrasikan semua aspek kehidupan social dan
Masyarakat Indonesia
Aspek – Aspek Moderasi Agama, secara umum langkah membangun moderasi beragama
dilakukan melalui: pertama, keberadaan yanh secara substansi diarahkan dalam pembentukan
karakter islam moderat: kedua, melalui keteladanan para ulama dan umara yang
mengedepankan sikap moderat yang merupakan rolemodel bagi masyarakat karena
pembentukan karakter masyarakat itu sendiri harus tercemin dari ulama dan umara, karena
kedua ekemen ini secara langsung berhadapan dengan masyarakat serta aktivitas lainnya.