HEWAN
SEMESTER GASAL 2023/2024
Nama & NPM : Riska Alfiana Tasya & 2206814596
Kelompok : D-4
Hari/ tanggal : Kamis/ 30 November 2023
Materi : Aves
Penggolongan Takson
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus aurigaster
Karakteristik Khusus (yang dimiliki genus tersebut) : Genus Pycnonotus memiliki ciri-ciri sisi
bagian atas tubuh (punggung dan ekor) berwarna coklat kelabu, sedangkan sisi bawah (tenggorokan,
leher, dada, dan perut) berwarna putih keabu-abuan, memiliki topi, dahi, dan jambul berwarna hitam,
memiliki tunggir (bagian ekor) berwarna putih, penutup pantat berwarna kuning jingga, ukuran
tubuhnya sekitar 20 cm. Burung jantan umumnya memiliki tubuh yang lebih kecil namun memiliki
jambul yang lebih tinggi dibanding betina. Suara kicauan burung jantan terdengar lebih nyaring dan
lantang serta lebih rajin berkicau dibanding betinanya. Membuat sarang dari anyaman daun rumput,
tangkai daun, atau ranting yang halus dan disusun seperti cawan. Sekali berkembang biak, Pycnonotus
bertelur sebanyak 2-3 butir dan berwarna kemerah-jambuan dengan bintik halus berwarna ungu dan
abu-abu.
Distribusi : Burung cucak kutilang merupakan burung asli pulau Jawa, Indonesia. Daerah
sebarannya meliputi Kamboja, China, Hongkong, Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Di Indonesia dijumpai sebagai burung asli di pulau Jawa dan Bali.
Mode Nutrisi : Pycnonotus aurigaster memperoleh nutrisi dengan cara memakan ulat, serangga,
dan hewan-hewan kecil.
Habitat : Habitat cucak kutilang meliputi hampir semua habitat mulai dari pepohonan
terbuka, tepi hutan, semak belukar, vegetasi sekunder, tepi jalan, pekarangan, kebun, hingga taman-
taman di perkotaan. Umumnya tersebar mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m dpl.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN
HEWAN
SEMESTER GASAL 2023/2024
Nama & NPM : Riska Alfiana Tasya & 2206814596
Kelompok : D-4
Hari/ tanggal : Kamis/ 30 November 2023
Materi : Aves
1. Mata
2. Kepala
3. Paruh atas
4. Paruh bawah
5. Badan
6. Abdomen
7. Ekor
8. Sayap
9. Toe
Penggolongan Takson
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Hirundinidae
Genus : Hirundo
Spesies : Hirundo tahitica
Karakteristik Khusus (yang dimiliki genus tersebut) : Genus Hirundo mempunyai ciri-ciri panjang
tubuh sekitar 14 cm, ekor agak menggarpu, lebih pendek dari burung layang-layang api, tidak ada
garis pada dada, bagian bawah kuning tua. Tubuh atas berwarna biru, sementara dahinya berwarna
coklat. Namun, terdapat perbedaan yang mencolok dengan layang-layang api atau asia. Dimana ekor
burung layang-layang batu lebih pendek dan menggarpu dangkal. Selain itu, tidak ada garis tebal biru
pada dada. Ketika bertengger, ekor layang-layang batu tampak tertutup oleh sayapnya yang lebih
panjang. Karakternya jika terbang suka menyambar mangsanya yang sedang terbang di udara. Suara
berupa cicitan menyenangkan dan suara tanda bahaya nada tinggi “twit”. Mempunyai sarang
berbentuk seperti rumah orang Eskimo, dengan pintu masuk seperti lorong.
Distribusi : Selain di Indonesia, burung layang-layang batu juga tersebar di beberapa negara
seperti Papua Nugini, Sri Lanka, India, Thailand, Myanmar, Semenanjung Malaysia, dan Filipina.
Mode Nutrisi : Makanan utamanya burung layang-layang batu yaitu jenis-jenis serangga, seperti
kumbang (Coleoptera), semut (Formicidae), rayap (Isoptera).
Habitat : Burung layang-layang batu merupakan burung yang hidupnya berkelompok kecil,
bertengger di atas besi bangunan yang belum jadi. Saat pagi hari, masing-masing dari mereka
menggeliat.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN
HEWAN
SEMESTER GASAL 2023/2024
Nama & NPM : Riska Alfiana Tasya & 2206814596
Kelompok : D-4
Hari/ tanggal : Kamis/ 30 November 2023
Materi : Aves
1. Mata
2. Paruh atas
3. Paruh bawah
4. Kepala
5. Badan
6. Ekor
7. Sayap
Penggolongan Takson
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Apodiformes
Famili : Apodidae
Genus : Collocalia
Spesies : Collocalia linchi
Karakteristik Khusus (yang dimiliki genus tersebut) : Genus Collocalia memiliki ciri-ciri ukuran tubuh
sekitar 10 cm, tubuh bagian atas hitam kehijauan, perut keputih-putihan. Genus Collocalia tubuhnya
berbentuk aerodinamis dengan sayap panjang dan ekor bercabang. Bulu-bulu tubuhnya umumnya
berwarna gelap, cenderung berwarna coklat atau hitam. Paruh burungnya biasanya ramping, kecil, dan
melengkung. Kakinya realtif kecil dengan struktur tidak kuat sehingga kebiasaannya jarang
bertengger pada dahan dan tidak menggunakan ekholokasi. Hewan ini juga dapat diketahui
berdasarkan kemampuan ekolokasi yang dimiliki. Suara yang dikeluarka bernada tinggi dengan bunyi
"ciir-ciir". Burung Walet Linchi menghasilkan sarang yang berbentuk seperti mangkuk tidak rapih,
terbuat dari campuran saliva dengan bahan lain seperti daun pinus, ranting atau ijuk sehingga
dinamakan sarang rumput.
Distribusi : Persebaran burung Walet Linchi secara global terdapat di Semenanjung Malaysia,
Sunda Besar, dan Lombok. Spesies endemik di dataran Sunda ini juga tersebar di Pulau Jawa dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Madura, Bawean, Kangean, Bali, dan Lombok serta di
beberapa daerah di Sumatera bagian utara dan selatan.
Habitat : Habitat burung ini adalah semua tipe hutan, lahan pertanian dan perkotaan.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN
HEWAN
1. Mata
2. Paruh atas
3. Paruh bawah
4. Kepala
5. Badan
6. Sayap
7. Ekor
8. Leher
9. Dada
10. Abdomen
11. Tarsus
12. Toe
Penggolongan Takson
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Passeridae
Genus : Passer
Spesies : Passer montanus
Karakteristik Utama (pembeda kelas/subkelas/ordo) :
Passer montanus merupakan hewan yang masuk ke dalam filum chordata yang memiliki ciri-ciri
mempunyai notochord atau tangkai pendukung/tulang rawan yang memanjang di bagian dorsal,
mempunyai tali saraf dorsal (nervecord/serat saraf yang berkembang menjadi sistem saraf pusat),
memiliki celah faring, ekor post anal/perpanjangan posterior tubuh yang mengarah ke anus.
Passer montanus merupakan hewan yang masuk dalam kelas aves dan memiliki ciri-ciri
tubuhnya memiliki bulu, sayap, dan paruh. Bulu berfungsi sebagai isolator panas, alat terbang, dan
penarik pasangan. Sayap sebagai alat terbang. Paruh berfungsi sebagai alat makan, menangkap
mangsa, dan bersarang. Kela saves juga memiliki sistem pernapasan yang efisien dengan adanya paru-
paru dan kantong udara. Paru-paru sebagai tempat pertukaran gas O2 dan CO2. Kantong udara
berfungsi sebagai tempat penyimpanan udara tambahan yang membantu proses pernapasan dan
mengurangi berat badan tubuh. Kelas aves juga memiliki sistem sirkulasi tertutup dengan jantung
empat ruang yang memungkinkan darah yang mengandung oksigen dan karbon dioksida dipisahkan
secara sempurna.
Passer montanus masuk ke dalam Ordo Passeriformes yang memiliki ciri-ciri kaki berjari empat
dengan tiga jari kearah depan dan satu kearah belakang; paruhnya yang ramping dan kuat berfungsi
untuk mengambil makanan seperti biji-bijian, serangga, buah-buahan dan nectar; memiliki
kemampuan bernyanyi yang indah dan kompleks. Burung jantan sering menggunakan suara merdu
untuk menarik perhatian burung betina dan burung betina untuk mempertahankan wilayah
kekuasaannya dari pesaing. Ordo Passeriformes memiliki sayap yang relatif pendek dan kuat untuk
membantu terbang dengan lincah.
Karakteristik Khusus (yang dimiliki genus tersebut) : Genus Passer memiliki ciri-ciri tubuh berwarna
cokelat dan putih, bagian sekitar anus berwarna kuning, mahkota berwarna cokelat gelap, dan paruh
berwarna abu-abu. Burung gereja memiliki ukuran tubuh sedang (sekitar 14 cm), berwarna coklat,
dagu dan tenggorokan berwarna coklat berangan, bercak pada pipi dan setrip mata hitam, tubuh
bagian bawah kuning tua keabu-abuan, tubuh bagian atas berbintik-bintik coklat dengan tanda hitam
dan putih. Iris mata berwarna coklat dan kaki berwarna coklat. Genus Passer memiliki kaki
anisodactyl dimana jumlah kaki sebanyak empat, tiga jari menghadap ke depan dan satu jari arahnya
ke belakang.
Distribusi : Burung-gereja erasia tersebar luas dari Eropa hingga Asia Tenggara, menghuni
daerah perkotaan dalam jumlah yang besar.
Mode Nutrisi : Burung gereja merupakan hewan pemakan biji-bijian dan serangga kecil.
Habitat : Biasanya, burung gereja hidup dalam koloni, sementara burung gereja
pohon membuat sarang di liang. Burung gereja merah kecokelatan sering kali dikenal karena sering
merebut sarang dari burung gereja dan manyar. Burung gereja umumnya terlihat di atap gedung dan
perumahan, memiliki kebiasaan bersarang di sana.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN
HEWAN
SEMESTER GASAL 2023/2024
Nama & NPM : Riska Alfiana Tasya & 2206814596
Kelompok : D-4
Hari/ tanggal : Kamis/ 30 November 2023
Materi : Aves
1. Mata
2. Paruh atas
3. Paruh bawah
4. Leher
5. Abdomen
6. Badan
7. Sayap
8. Ekor
9. Tarsus
Penggolongan Takson 10. Toe
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Columbiformes
Famili : Columbidae
Genus : Geopelia
Spesies : Geopelia striata
Karakteristik Khusus (yang dimiliki genus tersebut) : Genus Geopelia melibatkan jenis burung
merpati kecil yang dikenal sebagai merpati kantil atau merpati berdada coklat. Burung-burung dalam
genus ini memiliki ukuran kecil dengan bentuk tubuh yang ramping dan elegan, serta leher yang
panjang dengan postur yang anggun. Suara panggilan merpati khas terdengar dari spesies ini. Spesies
Geopelia striata, sebagai contoh, memiliki tubuh ramping dengan panjang sekitar 20-25 cm. Kepala
burung ini berbentuk bulat kecil dan berwarna abu-abu, sementara paruhnya panjang, meruncing, dan
berwarna biru keabu-abuan. Matanya berbentuk bulat dengan iris berwarna abu kebiruan. Pola warna
pada burung ini membentuk garis melintang hitam dan putih. Seluruh bulu tubuhnya berwarna
kecoklatan dengan garis melintang pada bulu sayap yang berwarna cokelat tua, serupa dengan warna
bulu pada ekornya. Kakinya berwarna merah dan memiliki empat jari, tiga di depan dan satu di
belakang. Burung ini terkenal sebagai hewan yang jinak, dan oleh karena itu, banyak yang memilih
untuk memeliharanya sebagai hewan peliharaan.
Distribusi : Berdistribusi di berbagai wilayah Asia, Australia, dan Kepulauan Pasifik. Biasanya
terbang pada ketinggian 900 m dpl.
Mode Nutrisi : Geopelia striata merupakan herbivora yang memakan biji, buah, dan tumbuhan.
Habitat : Habitat burung ini adalah semua tipe hutan, lahan pertanian dan perkotaan.
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN
HEWAN
SEMESTER GASAL 2023/2024
Nama & NPM : Riska Alfiana Tasya & 2206814596
Kelompok : D-4
Hari/ tanggal : Kamis/ 30 November 2023
Materi : Aves
1. Mata
2. Paruh atas
3. Paruh bawah
4. Kepala
5. Leher
6. Badan
7. Sayap
8. Ekor
9. Tarsus
10. Toe
11. Dada
12. Abdomen
Penggolongan Takson
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pellorneidae
Genus : Turdinus
Spesies : Turdinus macrodactylus (Large Wren-Babbler)
Karakteristik Khusus (yang dimiliki genus tersebut) : Turdinus macrodactylus memiliki ukuran
yang cukup besar, sekitar 20 cm. Ciri khas pada tubuhnya melibatkan garis-garis putih yang mencolok
dan leher yang berwarna putih. Bagian atas tubuhnya berwarna coklat, sedangkan bagian bawahnya
berwarna abu-abu. Garis hitam juga terlihat pada bagian bawah mata dan berlanjut hingga ke dada.
Mode Nutrisi : Large Wren-Babbler memiliki kecenderungan untuk memilih serangga sebagai
sumber makanan, termasuk jangkrik, semut, telur semut, kecoa, nyamuk, kumbang bunga, kutu daun,
dan serangga lainnya. Mereka melakukan pencarian mangsa dengan tetap diam di ranting-ranting dan
kemudian menggunakan paruhnya yang tajam dan kuat untuk mencakar mangsa tersebut.
Habitat : Mereka sering ditemui di habitat hutan dataran rendah, termasuk di hutan rotan,
salak, dan bambu. Meskipun memiliki keunikannya sendiri, burung ini mampu bertahan hidup dalam
sarang yang dibuat dari semak rotan.
DAFTAR PUSTAKA
Bibby, C. Martin, M. Stuar, 2000. TeknikTeknik Ekspedisi Lapangan Survey Burung. Birdlife
International Indonesia Programme. Bogor-Indonesia
MacKinnon, J and Phillips, K. 1993. Field guide to the birds of Sumatera , Borneo, Java and Bali.
The greater Sunda Islands. Oxford. Oxford University Press.
Novarino., H. Kobayasi, A. Salsabilah,Jarulis, M.N. Janra.2008. Panduan Lapangan Pencincinan
Burung di Sumatera. Perpustakaan Nasional.
Sujatnika, P. Jepson, T.R. Suhartono, M.J. Crosby, A. Mardiastuti. 1995. Conversing Indonesian
Biodiversity. The Endemic Bird Area Approach. PHPA/Birdlife International ±Indonesia
Programme. Bogor.
Sukmatoro W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp, M. Muchtar. 2007. Daftar Burung
Indonesia no. 2. Indonesia Ornithologists’ Union. Bogor
Willson M.F. and Comet, T.A. 1996. L. Bird communities of Northern forests: Ecological Correlates
of diversity and aboundance in the understory. Condor 98:358-362