Fawātih adalah jama’ dari kata Fātih yang secara bahasa berarti pembuka. Suwār adalah jama’ dari kata Sūrah sebagai sebutan sekumpulan ayat-ayat al-Qur’an dengan nama tertentu.
Jadi Fawātih as-Suwār berarti pembukaan-pembukaan surat karena
posisinya di awal surat-surat al-Qur’an.
Fawātih as-Suwār (pembuka-pembuka surat) dalam al-Qur’an biasa
disebut juga dengan awāil as-Suwār (permulaan-permulaan surat) Macam-macam Fawātih as-suwar
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftāh bi as-Sanā);
a) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan lafadz: Pertama, menggunakan lafadz “Alhamdulillāh” yang terdapat dalam 5 surat yaitu al-Fātihah, al-‘An’ām, al-Kahfi, Saba dan Fāthir. Contoh: ون َ ور ۖ ث ُ هم الهذ َ َُين َكفَ ُروا بَ َربَ َه ْم يَ ْع َدل َ ُّت َوالن َ ت َو ْاْل َ ْر َ ض َو َجعَ َل ال ُّظلُ َما َ اوا َ س َم َ ا ْل َح ْمدُ َ ه َ َّلِل الهذَي َخل ق ال ه “Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (QS. Al-An’am: 1) Kedua, menggunakan lafadz “Tabārak” yang terdapat dalam 2 surat yaitu al- Furqān dan al-mulk. Contoh; ش ْي ٍء قَ َدير َ ار َك اله َذي َبيَ َد َه ا ْل ُم ْل ُك َو ُه َو َ علَ ٰى ك َُل َ َتَب “Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 1) Macam-macam Fawātih as-suwar
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftāh bi as-Sanā);
b) Mensucikan Allah dari sifat negatif dengan menggunakan lafadz tasbīh yang terdapat pada 7 surat yaitu al-Isrā’, al-‘Alā, al-hadīd, al- ’asyr, as-Shaff, Al-Jumu’ah dan at-Thagābun. Contoh: ْ س َج َد ا ْل َح َر َام َإلَى ا ْل َم س َج َد ْ س َر ٰى َبعَ ْب َد َه لَ ْي اًل َم َن ا ْل َمْ َ ان اله َذي أ َ س ْب َحُ ُ س َمي ُع ا ْلبَ َص ير ار ْكنَا َح ْولَهُ َلنُ َريَهُ َم ْن آيَاتَنَا ۚ َإنههُ ُه َو ال ه َ َصى اله َذي ب َ ْاْل َ ْق “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS. Al-Isra: 1) 2. Pembukaan dengan huruf yang terputus-putus (al-ahruf almuqatta’ah) Dalam Al-qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf muqatha’ah, yaitu huruf-huruf yang membentuk sebuah kalimat yang tidak bisa diartikan dan dipahami: ص, س, ر, ح, ا, ي, ه, ن, م, ل, ك, ق, ع ط,. Contoh: ع ْبدَهُ َز َك َريها َ ( َذ ْك ُر َر ْح َم۱) كهيعص َ ت َر َب َك 3. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftā’ bi an-nidā’) Allah membuka sejumlah surat dengan mengedepankan panggilan (an-nida), yang terbagi menjadi tiga macam: a) Nidā’ (panggilan) untuk Nabi: Dengan term: yā ayyuha an-nabiyyu, Yā ayyuha al-Muzammil, dan yā ayyuha al-Mudatstsir. b) Nidā’ untuk orang yang beriman Dengan term: yāayyuha alladzīna āmanū c) Nidā’ untuk manusia secara umum Dengan term: yāayyuha an-nāsu 4. Pembukaan dengan kalimat-kalimat berita (al-Istiftāh bi al-Jumlah al-Khabariyah) Allah, di beberapa surah mengedepankan jumlah khabariyah (pernyataan berita), baik ditujukan kepada Rasulullah maupun kepada umat. Seperti:
َ ت لَعَله ُك ْم تَذَك ُهر
)۱( ون ٍ ضنَا َها َوأ َ ْن َز ْلنَا فَي َها آيَا ٍ ت بَ َينَا ْ ورة أ َ ْن َز ْلنَا َها َوفَ َر َ سُ “ (ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan didalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.” (QS. AnNur) 5. Pembukaan dengan sumpah (al-Istiftāh bi al-Qasam) Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al-Qur’an terdapat dalam 15 surat. Allah mengedepankan al-qasam (sumpah-Nya) dalam beberapa surah. Di satu sisi Allah bersumpah dengan Atas nama sebagian makhluk- Nya sebagai Muqsam bih. Dan pada sisi yang lain, Allah, Swt., bersumpah dengan atas nama dzatnya sendiri. 6. Pembukaan dengan syarat (al-Istiftah bi asy-Syarāt) Allah swt. menyebutkan kejadian-kejadian tertentu dengan mengaitkannya dengan syarat. Penyebutan syarat tersebut dibagian pertama surat-surat tertentu untuk menunjukkan bahwa kejadian itu merupakan hal yang pasti akan terjadi, bukan hal yang mungkin terjadi atau mustahil terjadi. Surat at-Takwir, al-Infitar, al-Insyiqaq, al-Waqi’ah, al-Munafiqun, az- Zalzalah, dan an-Nashr 7. Pembukaan dengan kata pertanyaan (al-Istiftah bi al-Istifhaām) ada 2 bentuk pertanyaan: a) Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan kalimat positif, yang digunakan pada 4 surat yaitu: surat ad-Dahr, an-Naba’, al- Ghasyiyah, dan al-Ma’un. b) Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan kalimatmnegatif yangdigunakan pada 2 surat yaitu surat al-Insyirah dan al-Fil. 8. Pembukaan dengan do’a (al-Istiftah bi ad-Du’a) Yang terdapat pada 3 surat, yaitu al-Muthaffifin, al-Humazah, dan al-Lahab. 9. Pembukaan dengan alasan (al-Istiftah bi at-Ta’lil) Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat pada surat al-Quraisy. Pendapat Para Ulama tentang Fawatih as-Suwar
Para ulama’ berbeda pendapat dalam memberikan penafsiran
Terhadap Fawatih as-Suwar karena perbedaan pandangan tentang hakikat huruf-huruf itu:
Pertama, Penafsiran yang memandang huruf-huruf tersebut
termasuk ke dalam kategori ayat-ayat Mutasyabihat yang maknanya hanya diketahui oleh Allah.Kelompok ini, banyak dianut oleh para ulama salaf, ketika menghadapi huruf-huruf yang demikian, mereka lebih bersikap hati-hati.
Kedua, Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong-potong itu dapat
diketahui oleh Allah swt dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang mendalami pengetahuanNya.