Anda di halaman 1dari 10

Fawatih as-Suwar

MOHAMAD RANA
DEFINISI

 Fawātih adalah jama’ dari kata Fātih yang secara bahasa berarti
pembuka.
 Suwār adalah jama’ dari kata Sūrah sebagai sebutan sekumpulan
ayat-ayat al-Qur’an dengan nama tertentu.

Jadi Fawātih as-Suwār berarti pembukaan-pembukaan surat karena


posisinya di awal surat-surat al-Qur’an.

Fawātih as-Suwār (pembuka-pembuka surat) dalam al-Qur’an biasa


disebut juga dengan awāil as-Suwār (permulaan-permulaan surat)
Macam-macam Fawātih as-suwar

1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftāh bi as-Sanā);


a) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan lafadz:
Pertama, menggunakan lafadz “Alhamdulillāh” yang terdapat dalam 5 surat yaitu
al-Fātihah, al-‘An’ām, al-Kahfi, Saba dan Fāthir.
Contoh:
‫ون‬ َ ‫ور ۖ ث ُ هم الهذ‬
َ ُ‫َين َكفَ ُروا بَ َربَ َه ْم يَ ْع َدل‬ َ ُّ‫ت َوالن‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو َجعَ َل ال ُّظلُ َما‬ َ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ َ ‫ا ْل َح ْمدُ َ ه‬
َ َ‫ّلِل الهذَي َخل‬
‫ق ال ه‬
“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan
gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan
Tuhan mereka.” (QS. Al-An’am: 1)
Kedua, menggunakan lafadz “Tabārak” yang terdapat dalam 2 surat yaitu al-
Furqān dan al-mulk.
Contoh;
‫ش ْي ٍء قَ َدير‬ َ ‫ار َك اله َذي َبيَ َد َه ا ْل ُم ْل ُك َو ُه َو‬
َ ‫علَ ٰى ك َُل‬ َ َ‫تَب‬
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 1)
Macam-macam Fawātih as-suwar

1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftāh bi as-Sanā);


b) Mensucikan Allah dari sifat negatif dengan menggunakan lafadz
tasbīh yang terdapat pada 7 surat yaitu al-Isrā’, al-‘Alā, al-hadīd, al-
’asyr, as-Shaff, Al-Jumu’ah dan at-Thagābun.
Contoh:
ْ ‫س َج َد ا ْل َح َر َام َإلَى ا ْل َم‬
‫س َج َد‬ ْ ‫س َر ٰى َبعَ ْب َد َه لَ ْي اًل َم َن ا ْل َم‬ْ َ ‫ان اله َذي أ‬
َ ‫س ْب َح‬ُ
ُ ‫س َمي ُع ا ْلبَ َص‬
‫ير‬ ‫ار ْكنَا َح ْولَهُ َلنُ َريَهُ َم ْن آيَاتَنَا ۚ َإنههُ ُه َو ال ه‬ َ َ‫صى اله َذي ب‬ َ ‫ْاْل َ ْق‬
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. “ (QS. Al-Isra: 1)
2. Pembukaan dengan huruf yang terputus-putus (al-ahruf
almuqatta’ah)
Dalam Al-qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf
muqatha’ah, yaitu huruf-huruf yang membentuk sebuah kalimat
yang tidak bisa diartikan dan dipahami: ‫ص‬, ‫س‬, ‫ر‬, ‫ح‬, ‫ا‬, ‫ي‬, ‫ه‬, ‫ن‬, ‫م‬, ‫ل‬, ‫ك‬, ‫ق‬, ‫ع‬
‫ط‬,.
Contoh:
‫ع ْبدَهُ َز َك َريها‬ َ ‫( َذ ْك ُر َر ْح َم‬۱) ‫كهيعص‬
َ ‫ت َر َب َك‬
3. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftā’ bi an-nidā’)
Allah membuka sejumlah surat dengan mengedepankan panggilan
(an-nida), yang terbagi menjadi tiga macam:
a) Nidā’ (panggilan) untuk Nabi:
Dengan term: yā ayyuha an-nabiyyu, Yā ayyuha al-Muzammil,
dan yā ayyuha al-Mudatstsir.
b) Nidā’ untuk orang yang beriman
Dengan term: yāayyuha alladzīna āmanū
c) Nidā’ untuk manusia secara umum
Dengan term: yāayyuha an-nāsu
4. Pembukaan dengan kalimat-kalimat berita (al-Istiftāh bi al-Jumlah
al-Khabariyah)
Allah, di beberapa surah mengedepankan jumlah khabariyah
(pernyataan berita), baik ditujukan kepada Rasulullah maupun
kepada umat. Seperti:

َ ‫ت لَعَله ُك ْم تَذَك ُهر‬


)۱( ‫ون‬ ٍ ‫ضنَا َها َوأ َ ْن َز ْلنَا فَي َها آيَا‬
ٍ ‫ت بَ َينَا‬ ْ ‫ورة أ َ ْن َز ْلنَا َها َوفَ َر‬
َ ‫س‬ُ
“ (ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan
(menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami
turunkan didalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu
mengingatinya.” (QS. AnNur)
5. Pembukaan dengan sumpah (al-Istiftāh bi al-Qasam)
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al-Qur’an
terdapat dalam 15 surat. Allah mengedepankan al-qasam (sumpah-Nya)
dalam beberapa surah. Di satu sisi Allah bersumpah dengan
Atas nama sebagian makhluk- Nya sebagai Muqsam bih. Dan pada sisi
yang lain, Allah, Swt., bersumpah dengan atas nama dzatnya sendiri.
6. Pembukaan dengan syarat (al-Istiftah bi asy-Syarāt)
Allah swt. menyebutkan kejadian-kejadian tertentu dengan
mengaitkannya dengan syarat. Penyebutan syarat tersebut dibagian
pertama surat-surat tertentu untuk menunjukkan bahwa kejadian itu
merupakan hal yang pasti akan terjadi, bukan hal yang mungkin terjadi
atau mustahil terjadi.
Surat at-Takwir, al-Infitar, al-Insyiqaq, al-Waqi’ah, al-Munafiqun, az-
Zalzalah, dan an-Nashr
7. Pembukaan dengan kata pertanyaan (al-Istiftah bi al-Istifhaām)
ada 2 bentuk pertanyaan:
a) Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan kalimat positif,
yang digunakan pada 4 surat yaitu: surat ad-Dahr, an-Naba’, al-
Ghasyiyah, dan al-Ma’un.
b) Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan kalimatmnegatif
yangdigunakan pada 2 surat yaitu surat al-Insyirah dan al-Fil.
8. Pembukaan dengan do’a (al-Istiftah bi ad-Du’a)
Yang terdapat pada 3 surat, yaitu al-Muthaffifin, al-Humazah, dan
al-Lahab.
9. Pembukaan dengan alasan (al-Istiftah bi at-Ta’lil)
Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat pada surat al-Quraisy.
Pendapat Para Ulama tentang Fawatih as-Suwar

Para ulama’ berbeda pendapat dalam memberikan penafsiran


Terhadap Fawatih as-Suwar karena perbedaan pandangan tentang
hakikat huruf-huruf itu:

Pertama, Penafsiran yang memandang huruf-huruf tersebut


termasuk ke dalam kategori ayat-ayat Mutasyabihat yang maknanya
hanya diketahui oleh Allah.Kelompok ini, banyak dianut oleh para
ulama salaf, ketika menghadapi huruf-huruf yang demikian, mereka
lebih bersikap hati-hati.

Kedua, Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong-potong itu dapat


diketahui oleh Allah swt dan bisa dipahami oleh manusia
terutama oleh orang-orang yang mendalami pengetahuanNya.

Anda mungkin juga menyukai